Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“Memahami dan Dapat Melaksanakan Prosedur


Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan
Rasa Aman dan Nyaman (Gangguan Nyeri)”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu

Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH : Kelompok 8

Aulia Citra (P07220118069)

Hana Huwaida (P07220118084)

Iqramullah (P07220118086)

Qonita Yaumil Maghfiroh (P07220118100)

TINGKAT I / SEMESTER II

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunianya sehingga
penyelesaian tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga


memungkinkan untuk dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan
makalah ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan di
bidang keperawatan dasar khususnya nyeri dan mekanisme pengelolaan
nyeri

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata
penyusun ucapkan semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca makalah ini.

Terima kasih.

Balikpapan, 26 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Nyeri ....................................................................................... 3


B. Penyebab Nyeri ........................................................................................ 3
C. Fisiologi Nyeri .......................................................................................... 4
D. Klasifikasi Nyeri ....................................................................................... 7
E. Mekanisme Nyeri ...................................................................................... 8
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri .............................................. 9
G. Keletihan atau Kelelahan ......................................................................... 11
H. Upaya Mengatasi Nyeri ............................................................................ 12
I. Pengelolaan Nyeri .................................................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 23

A. Kesimpulan ............................................................................................... 23
B. Saran ......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan


tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari
perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang
paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang
paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkannya.

Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat


menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.
Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien
karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang mengalami
nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan
respon yang identik pada seseorang.

Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan


faktor utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang
individu. Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu
cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai.
Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang membingungkan. Tidak ada
pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan nyeri. Dokter hampir
semata-mata mengandalkan penjelasan dari pasien tentang nyeri dan
keparahannya. Nyeri alasan yang paling sering diberikan oleh klien
ditanya kenapa berobat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nyeri?
2. Apa penyebab nyeri?
3. Bagaimana fisiologi nyeri?
4. Bagaimana klasifikasi nyeri?
5. Bagaimana mekanisme nyeri?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?
7. Bagaimana keletihan dapat terjadi?
8. Bagaimana upaya mengatasi nyeri?
9. Bagaimana pengelolaan nyeri pada klien?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian nyeri
2. Mengetahui penyebab nyeri
3. Mengetahui bagaimana fisiologi nyeri
4. Mengetahui bagaimana klasifikasi nyeri
5. Mengetahui bagaimana mekanisme nyeri
6. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
7. Mengetahui bagaimana keletihan dapat terjadi
8. Mengetahui bagaimana upaya mengatasi nyeri
9. Mengetahui bagaimana pengelolaan nyeri pada klien

2
BAB II

ISI

A. Pengertian Nyeri

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.


Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2008). Internasional Association for Study of Pain (IASP),
mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2007).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak


menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian
tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan
rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
perasaan takut dan mual (Potter , 2012).

B. Penyebab Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang


ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke
Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama
terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan
kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2
m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan “Nyeri cepat” dan
menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi,
sedangkan serabut C menghantarkan “nyeri Lambat” dan menghasilkan

3
persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri
terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron
traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui
traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari
talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks
otak.

C. Fisiologi Nyeri

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri,


meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna
bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan
memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen
fisiologis berikut ini:

- Resepsi : proses perjalanan nyeri


- Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri
- Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri

1. Resepsi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal,
kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti
histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan
nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri,
maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls
syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls
syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu
dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter
(substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari
saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan

4
impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf
pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah
impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan
sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan
menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan
medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor
yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai
berikut:
- Trauma
- Obat-obatan
- Pertumbuhan tumor
- Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)

2. Persepsi
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap
nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan
terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu
sehingga kemudian individu dapat bereaksi.
Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak,
termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa
mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan
berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah
transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan
mempersepsikan nyeri.

5
3. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan
perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang
merupakan sindrom adaptasi umum.
Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus
menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri medula spinalis batang otak dan talamus Sistem
syaraf otonom.
Respon fisiologis dan perilaku. Impuls nyeri ditransmisikan
ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus. Sistem
saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan
parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan
akan muncul perilaku.

Adapun pengertian lain yang berkaitan dengan fisiologi nyeri adalah:

Transduksi, merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious


stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas)
atau kimia (substansi nyeri).

Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri


mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran
nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh
mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya
nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbul kan
nyeri misal nya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula

6
terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis,
terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.Rangsangan nyeri diubah.

Transmisi, merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari


nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju
korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses
polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinap melewati
neuro transmiter.

Modulas, adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf,


dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan
terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-
macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel
otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area
periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre
maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

Persepsi, adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang


impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem
saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman
emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat
ringannya nyeri yang dirasakan.

D. Klasifikasi Nyeri
1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Waktu
a. Nyeri Akut adalah nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan
terjadinya singkat contoh nyeri trauma

b. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah


lama contoh kanker

7
2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Tempat Terjadinya Nyeri

a. Nyeri Somatik adalah nyeri yang dirasakan hanya pada


tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam,
mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena
tertusuk
b. Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ
dalam, contoh nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.
c. Nyeri Reperred adalah nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi
nyeri, contoh nyeri angina.

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri

a. Nyeri Nosiseptis adalah nyeri yang kerusakan jaringannya


jelas
b. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan
tidak jelas. Contohnya : nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan
pada susunan saraf.

E. Mekanisme Nyeri
1. Mekanisme Nyeri Teori spesifik
(Teori Pemisahan) Teori yang mengemukakan bahwa reseptor
dikhususkan untuk menerima suatu stimulus yang spesifik, yang
selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta dan serabut C di
perifer dan traktus spinothalamikus di medullaspinalis menuju ke
pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen
psikologis.. Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula
spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di
daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di
garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

8
2. Mekanisme Teori Intensitas
Teori intensitas mengemukakan bahwa nyeri berasal dari stimulasi
reseptor nyeri yang berlebihan. Nyeri terjadi jika rangsangan
diterapkan dengan intensitas yang cukup. Stimulasi yang
berlebihan terhadap reseptor atau kondisi patologis yang
meningkatkan penyajian terakhir impuls yang dihasilkan oleh
rangsangan nonnoksius dapat menyebabkan nyeri. Teori ini tidak
menerangkan rangsangan yang kuat dari beberapa tempat yang
tidak menghasilkan nyeri.

3. Mekanisme Teori Kontrol Pintu


(The Gate Control Theory) Teori gate control dari Melzack dan Wall
(1965) menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat
oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat,
dimana impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka
dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup (Andarmoyo,
2013)

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain
sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri
2. Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Pada saat tubuh dan
pikiran rileks, sering kali secara otomatis, stress yang menjadi
penyebab otot-otot tegang akan terabaikan.
3. Hipnotis
Hipnotis adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari pengaruh
sugesti terhadap pikiran manusia. Dalam literatur barat, hipnotis

9
disebut "hypnosis" atau "hypnotism" yang berasal kata "hypnos",
nama dewa tidur dalam mitologi Yunani Kuno. Dulu ilmu hipnotis
tidak ada namanya, sampai pada tahun 1940-an seorang dokter
inggris, James Braid, memberi nama "hypnotism" karena ia mengira
kondisi trance itu sama dengan tidur. Namun akhirnya James Braid
menyadari bahwa kondisi trance tidak sama dengan tidur. Seorang
yang mengalami trance masih sadar dan masih mendengar seperti
biasa yang mana hal itu tidak terjadi ketika seseorang tidur. Untuk
itu, James Braid mencoba mengganti nama hypnotism menjadi
monoideaism yang artinya suatu kondisi dimana seseorang sangat
fokus pada suatu ide sehingga mengabaikan sekitarnya. Namun
karena nama hypnotism terlanjur populer, maka istilah
monoideaism menjadi tidak terkenal. Jadi, sebenarnya hypnosis
atau hypnotism adalah nama yang kurang tepat untuk ilmu ini.
4. Analgesik
Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili
sekelompok obat yang digunakan sebagai pereda nyeri. Analgesik
termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti salisilat,
obat narkotika seperti morfin, dan obat sintesis bersifat narkotik
seperti tramadol.
OAINS seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen tidak hanya
meredakan nyeri, obat-obat ini juga bias
menurunkan demam dan panas. Analgesik bersifat narkotik
seperti opioid dan opidium bisa menekan sistem saraf pusat dan
mengubah persepsi terhadap nyeri (noisepsi). Obat jenis ini lebih
kuat dalam mengurangi nyeri dibandingkan OAINS.
Analgesik seringkali digunakan dalam bentuk kombinasi
misalnya parasetamol dan kodein dijumpai di dalam obat penahan
sakit (tanpa resep). Contoh analgesik yaitu aspirin, asetaminofen,
dan kodein

10
G. Keletihan atau Kelelahan

Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang memiliki tanda


berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan
mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya hal ini disertai dengan
perasaan letih dan lemah. Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba atau
kronis dan bertahan. Menurut sumber lain kelelahan adalah suatu kondisi
pada tubuh manusia merasa lelah secara alami, yang biasa terjadi
setelah latihan fisik atau mental yang berat.

Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba atau kronis dan


bertahan. Biasanya setelah olahraga Panjang, pasti orang akan merasa
lelah, karena anggota badan semua bergerak, anggota badan akan sakit
dan tidak ingin meneruskan olahraganya. Namun, keletihan ini akan
segera diganti dengan kesehatan yang baik serta kesejahteraan. Sama
seperti campuran antara lelah dan rasa puas yang dirasakan orang
sehabis bekerja keras di kantor atau belajar, ini merupakan kelelahan
yang sehat dan alami. Kelelahan di awal dan di akhir kehamilan juga
merupakan hal yang wajar, alasannya kenaikan aktivitas hormone
menjadi salah satu penyebabnya juga karena kelelahan ketika berat
badan bayi di dalam kandungan yang juga membuat orang-orang
hamil. Lelah juga dapat timpul dari alasan psikologis dan dapat
merupakan gejala dari penyakit tertentu. Tetapi jarang menjadi satu-
satunya gejala penyakit. Pada diabetes yang tidak terdeteksi, kadar gula
dari biasanya tinggi dan kondisi seperti ini dapat menimbulkan
kelelahan. Diabetes yang tidak terkontrol juga dapat menimbulkan
kenaikan kadar gula darah dan kelelahan. Pada anemia parah, darah
umumnya encer, jantung dan paru harus berusaha keras memasok
oksigen dan mengantarkannya ke semua seluruh tubuh. Denyut jantung
yang cepat pada anemia berat mungkin disertai kelelahan, perasaan
cemas, pingsan, kuit pucat, dan napas sesak.

11
H. Upaya Mengatasi Nyeri
1. Tetap tenang
Merasakan nyeri itu membuat stres, terutama jika penyebab nyeri
tidak diketahui. Merasa cemas, panik, dan takut sebenarnya bisa
membuat nyeri semakin parah. Bernapas dengan pendek dan
cepat bisa memicu hiperventilasi, mengganggu kemampuan
menarik oksigen ke darah, dan menyebabkan nyeri berkelanjutan,
seperti nyeri dada dan otot.
2. Usahakan untuk tidak berfokus pada nyeri
Memfokuskan pemikiran dan energi pada nyeri yang Anda
rasakan bisa membuatnya semakin parah. Berusahalah untuk
bersantai dan berfokus pada hal lain. Contohnya, pikirkan langkah
selanjutnya yang harus Anda ambil untuk menemukan penyebab
nyeri.
3. Kendalikan pernapasan
Bernapaslah dengan pelan dan dalam dari perut atau
diafragma, alih-alih bernapas dengan cepat dan pendek dari dada.
Ini membantu meningkatkan peredaran oksigen dalam darah dan
menurunkan intensitas nyeri.
Teknik pernapasan terkendali terbukti efektif mengelola nyeri
parah. Teknik pernapasan telah digunakan selama bertahun-tahun
untuk membantu mengendalikan rasa sakit saat melahirkan.
Ambil posisi yang nyaman dan berusahalah untuk
bersantai. Nyeri mungkin mereda jika Anda duduk dengan tegak
dan lurus atau mungkin berbaring. Cari posisi yang bisa
mengurangi nyeri agar Anda bisa berfokus mencari penyebab
nyeri
4. Identifikasi sumber nyeri.
Nyeri yang datang tiba-tiba, yang dikenal sebagai nyeri akut,
lazimnya merupakan tanda peringatan. Nyeri menyuruh Anda
untuk memerhatikan. Beberapa penyebab umum nyeri akut di

12
antaranya patah tulang, keseleo atau terkilir, goresan dan luka
kecil atau robek yang lebih dalam, kram otot, kulit terbakar, atau
patah gigi.
Nyeri akut termasuk ke golongan nyeri nosiseptif. Nyeri akibat
menginjak paku atau menyentuh panci panas termasuk ke
golongan nyeri nosiseptif.
Jangan mengabaikan nyeri yang menyiksa dan tiba-tiba. Pada
beberapa kasus, timbulnya nyeri parah secara tiba-tiba mungkin
menjadi satu-satunya pertanda yang Anda dapat bahwa ada yang
tidak beres. Contohnya, nyeri perut yang datang tiba-tiba mungkin
mengindikasikan pecahnya usus buntu, peritonitis, atau pecahnya
kista indung telur. Mengabaikan nyeri yang datang tiba-tiba bisa
memicu dampak serius, dan bahkan terkadang mengancam jiwa
jika kebutuhan perawatan medis dengan segera juga diabaikan
5. Bertindaklah untuk mengendalikan masalahnya.
Setelah mengidentifikasi penyebab nyeri, bertindaklah untuk
mengatasi masalahnya jika memungkinkan. Nyeri akut bisa
membaik dan pulih selamanya setelah penyebabnya ditangani.
Bertindak untuk mengatasi penyebab nyeri bisa mencakup
mencari pengobatan medis. Untuk cedera serius atau nyeri
berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya, dokter bisa
membantu mengidentifikasi masalahnya dan memberikan pilihan
perawatan.
Situasi yang melibatkan nyeri akut bisa bertahan selama
beberapa menit atau bahkan beberapa bulan. Nyeri akut yang
tidak ditangani bisa menjadi berlarut-larut atau berubah menjadi
nyeri kronis.

Ilmu Balut Membalut


Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan
bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang

13
dikehendaki. Yang bertujuan untuk: Menghindari bagian tubuh agar
tidak bergeser dari tempatnya, Mencegah terjadinya pembengkakan,
Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu
tidak bergeser, Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran.
Pembalutan adalah, suatu usaha pertolongan terhadap luka
dengan menggukan sehelai kain atau pembalut. - Pembalut adalah,
bahan dari kain yang tidak berkapur (mori) kelihatannya tipis dan
kelihatannya lemas serta keadaannya kuat.
1. Tujuan pembalutan
- Mengurangi kerusakan jaringan yang luka.
- Mengurangi rasa sakit dan nyeri pada luka.
- Mencegah dari bahaya cacat dan infeksi.
- Menghindari bahaya maut.
2. Manfaat pembalutan
- Menutupi luka dari cahaya dan kotoran.
- Sebagai penekan, penarik, penahan, pengunci, dan
imobilisasi (anggota tidak bergerak). - Menunjang
pembidaian.
3. Yang harus diperhatikan dalam pembalutan
- Awasi muka korban
- Balutan tidak boleh kendor, karena dapat bergeser. Dan
tidak boleh terlalu kencang karena dapat menghalangi
peredaran darah.
- Sedapat mungkin pembalutan dilakukan dengan pasien tidur
atau duduk.
- Jangan memegang luka.
4. Macam-macam pembalut
- Pembalutan segitiga: mitela, platenga, dan punda.
- Pembalutan gulung.
- Pembalutan cepat.

14
5. Macam-macam pembalutan
a. Pembalutan bagian kepala: pembalutan kapitem dan post
paket.

b. Pembalutan bagian mata: pembalutan monokolus (mata


satu), dan dikolus (mata dua).

c. Pembalutan bagian telinga: pembalutan satu telinga dan dua


telinga.
d. Pembalutan patah tulang hidung.
e. Pembalutan bagian badan: pembalutan punda (untuk luka
robek pada dada), dan pembalutan ransel (untuk patah
tulang punggung).
f. Pembalutan bagian anggota gerak: dislokasi, pucuk rebung,
dan silang.

I. Pengelolaan Nyeri
1. Pengertian
Cara meringankan nyeri atau mengurangi nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dapat diterima klien

15
2. Metode
a. Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
Tipe distraksi:
1) Distraksi Visual
- Membaca/ menonton TV
- Menonton pertandingan
- Imajinasi terbimbing
2) Distraksi Auditori
- Humor
- Mendengar musik
3) Distraksi Taktil
- Bernapas perlahan & berirama
- Masase
- Memegang mainan
4) Distraksi Intelektual
- Teka teki silang
- Permainan kartu
- Hobi (menulis cerita)
b. Relaksasi
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa
nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna
yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.
Tiga hal utama yang dibutuhkan dalam teknik relaksasi:
- Posisi klien yang tepat
- Pikiran istirahat
- Lingkungan yang tenang

16
Prosedur pelaksanaan:

1) Atur posisi klien agar rileks, posisi dapat duduk atau


berbaring
2) Instruksikan klien untuk menghirup nafas dalam
sehingga rongga paru berisi udara yang bersih
3) Instruksikan klien secara perlahan untuk
menghembuskan udara dan membiarkannya keluar dari
setiap anggota bagian tubuh. Bersamaan dengan ini
minta klien untuk memusatkan perhatian ”betapa nikmat
rasanya”
4) Instruksikan klien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
5) Instruksikan klien untuk nafas dalam, kemudian
menghenbuskan perlahan-lahan dan merasakan saat ini
udara mengalir dari tangan, kaki menuju ke paru
kemudian udara dibuaang keluar. Minta klien
memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yan
dikeluarkan dan merasakan kehangatannya
6) Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur no.5
dengan memusatkan perhatian pada kaki, tangan,
punggung, perut dan bagian tubuh yang lain.
g. Setelah klien merasa rileks, minta klien secara
perlahan menanbah irama pernafasan. Gunakan
pernafasan dada atau abdomen. Jika nyeri bertambah
gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang
lebih cepat.
Relaksasi Progresif
1. Pengertian
Teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
imajinasi, ketekunan atau sugesti

17
2. Pelaksanaan Prosedur
a. Beritahu klien bagaimana cara kerja relaksasi progresif
b. Jelaskan tujuan dan prosedur
c. Demonstrasikan metode menegangkan dan relaksasi
otot
d. Cuci tangan
e. Berikan privasi klien
f. Bantu klien ke posisi yang nyaman (pastikan bagian
tubuh disangga dan sendi agak fleksi tanpa ada
tegangan atau tarikan otot)
g. Anjurkan klien untuk mengistirahatkan pikiran (meminta
klien untuk memandang sekeliling ruangan secara
perlahan)
h. Minta klien untuk menegangkan dan merelaksasi setiap
kelompok otot
i. Lakukan pada setiap kelompok otot, dimulai dari sisi
yang dominan:
1) Tangan dan lengan bawah
2) Lengan atas
3) Dahi
4) Wajah
5) Leher
6) Dada, bahu dan punggung
7) Abdomen
8) Paha
9) Otot betis
10) Kaki
j. Dorong klien untuk bernapas perlahan dan dalam.
k. Bicara dengan suara tenang yang mendorong relaksasi
dan pimpin klien untuk berfokus pada setiap kelompok
otot (misal “buat kepalan tangan yang kuat, genggam

18
kepalannya dengan sangat kuat, tahan tegangan 5-7
detik, lepaskan seluruh tegangan dan nikmati perasaan
saat ototmu menjadi relaks dan mengendur)
l. Kerutkan dahi keatas pada saat yang sama, tekan
kepala sejauh mungkin ke belakang, putar searah
jarum jam dan kebalikannya, kemudian anjurkan klien
untuk mengerutkan otot muka : cemberut, mata dikedip-
kedipkan, bibir dimonyongkan kedepan, lidah ditekan
ke langit-langit dan bahu dibungkukkan 5-7 detik.
Bimbing klien ke arah otot yang tegang, anjurkan klien
untuk memikirkan rasanya, dan tegangkan otot
sepenuhnya kemudian rileks 12-30 detik.
m. Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik
nafas dalam, tekan keluar lambung, tahan lalu rileks.
Tarik nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, rileks.
n. Tarik jari dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka,
tahan, rileks. Lipat ibu jari secara serentak, kencangkan
betis paha dan pantat selama 5-7 detik, bimbing klien
ke arah otot yang tegang, anjurkan klien untuk
merasakannya, dan tegangkan otot sepenuhnya,
kemudian rileks selama 12-30 detik
o. Ulangi prosedur untuk kelompok otot yang tidak rileks
p. Akhiri latihan relaksasi. Minta klien untuk
menggerakkan badan secara perlahan dari tangan,
kaki, lengan, tungkai, dan terakhir kepala, leher.
q. Dokumentasikan
c. Imajinasi Terbimbing
Persiapan : Sediakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Pelaksanaan :
1) Jelaskan tujuan prosedur
2) Cuci tangan

19
3) Berikan privasi klien
4) Bantu klien ke posisi yang nyaman
- Posisi bersandar dan minta klien untuk menutup matanya
- Gunakan sentuhan jika klien terasa nyaman
5) Implementasikan tindakan untuk menimbulkan relaksasi
- Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu penggunaan semua
indra dengan suara yang lembut.
- Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya dan
saat itu perawat tidak perlu bicara lagi
- Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau
tidak nyaman, hetikan latihan dan memulainya lagi ketika
klien telah siap.
- Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15
menit, klien harus memperhatikan tubuhnya. Biasanya
klien rileks setelah menutup mata atau mendengarkan
musik yang lembut sebagai bagroud yang membantu
- Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan pada latihan selanjutnya dengan menggunakan
informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat
perubahan pernyataan klien.
d. Pemijatan (Masase)
1) Pengertian
Pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi
darah serta metabolisme dalam jaringan.
2) Tujuan
- Mengurangi ketegangan otot
- Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
- Mengkaji kondisi kulit
- Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area
yang dimasase.

20
3) Persiapan Alat
- Pelumas (minyak hangat/lotion)
- Handuk
4) Prosedur pelaksanaan
a) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
b) Identifikasi klien
c) Jelaskan tujuan dan prosedur
d) Cuci tangan
e) Atur klien dalam posisi telungkup. Jika tidak bisa, dapat
diatur dengan posisi miring.
f) Letakkan Sebuah bantal kecil di bawah perut klien
untuk menjaga posisi yang tepat
g) Tuangkan sedikit lotion ke tangan. Usap kedua tangan
sehingga lotion rata pada permukaan tangan.
h) Lakukan masase pada punggung. Masase dilakuka
dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan
tekanan yang halus.
i) Metode masase : selang-seling tangan. Masase
punggung dengan tekanan pendek, cepat, bergantian
tangan
3. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.


Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan
dalam perencanaan.

Bentuk evaluasinya antara lain :

a. Menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri.


b. Koping klien efektif.
c. Klien mampu melakukan ADL.

21
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:

 Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu


atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
 Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
 Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali
menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan
pernyataan tujuan.

Kriteria Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien, meliputi;

a. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.


b. Luka insisi normal tanpa infeksi.
c. Tidak timbul komplikasi.
d. Pola eliminasi lancar.
e. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
f. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
g. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
- Pengobatan lanjutan.
- Jenis obat yang diberikan.
- Diet
- Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

Hasil yang diharapkan

a. Pasien akan tetap merasa nyaman.


b. Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan lukanya.
c. Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang


terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri
dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk,
atau ditikam.

Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor


utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu.
Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera
atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai. Bagi
dokter nyeri merupakan masalah yang membingungkan. Tidak ada
pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan nyeri. Dokter hampir
semata-mata mengandalkan penjelasan dari pasien tentang nyeri dan
keparahannya. Nyeri alasan yang paling sering diberikan oleh klien
ditanya kenapa berobat.

B. Saran

Penyusun berharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan yang


berguna bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran untuk
mengetahui tentang nyeri dan mekanisme pengelolaan nyeri.

Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf apabila terdapat


banyak kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan. Penyusun
sebagai mahasiswa yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki kekurangan pada makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved JANUARI 24, 2019, from TINJAUAN PUSTAKA:


http://eprints.undip.ac.id/46834/3/Sandra_Juwita_WP_2201011114
0159_Lap.KTI_Bab2.pdf

demuro, j. (n.d.). Cara Mengatasi Nyeri. Retrieved januari 24, 2019, from
wikiHow logo: https://id.wikihow.com/Mengatasi-Nyeri-yang-
Menyiksa

dhani, u. (2013, maret 03). SOP MANAJEMEN NYERI. Retrieved januari


26, 2019, from SOP MANAJEMEN NYERI:
https://www.academia.edu/8307421/SOP_MANAJEMEN_NYERI

Evelyn, T. (n.d.). HELLO SEHAT. Retrieved JANUARI 24, 2019, from


Teknik Relaksasi untuk Redakan Amarah:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/relaksasi-untuk-
redakan-amarah/

HINDUN, G. D. (2016, FEBUARI 12). PENGERTIAN NYERI. Retrieved


JANUARI 24, 2019, from ASUHAN KEPERAWATAN DASAR:
http://repository.ump.ac.id/1079/6/GALUH%20DEWI%20HINDUN%
20BAB%20II.pdf

hipnotis, M. (n.d.). Hipnotis Modern. Retrieved januari 24, 2019, from


Pusat Belajar Hipnotis & Hipnoterapi:
https://www.masterhipnotis.com/hipnotis_modern.htm

Keperawatan, M. (2009, APRIL 20). Fisiologi Nyeri. Retrieved JANUARI


24, 2019, from Nyeri dan Manajemen Nyeri (Farmakologik dan Non
Farmakologik): http://nursing-enews.blogspot.com/2009/04/fisiologi-
nyeri.html

24
MUDA, N. (2011, MARET 27). DISTRAKSI. Retrieved JANUARI 24, 2019,
from NURSE MUDA: http://firman-
nursemuda.blogspot.com/2011/03/distraksi.html

MyGeisha, R. S. (n.d.). Patofsiologi nyer. Retrieved JANUARI 24, 2019,


from Tugas patofisiologi nyeri dan teori teori nyeri:
https://www.academia.edu/29824256/Tugas_patofisiologi_nyeri_da
n_teori_teori_nyeri

POTTER&PITER. (2013, OKTOBER 27). KONSEP NYERI. Retrieved


JANUARI 24, 2019, from ismailboy23 :
https://ismailboy23.wordpress.com/2013/10/27/konsep-nyeri/

Stories, N. (2019, September 29). ASUHAN KEPERAWATAN


MANAJEMEN NYERI . Retrieved January 27, 2019, from
NURSING STORIES:
http://nisastikesnu.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-
manajemen-nyeri_7895.html?m=1

wikipedia. (n.d.). Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.


Retrieved januari 24, 2019, from Analgesik:
https://id.wikipedia.org/wiki/Analgesik

wikipedia. (n.d.). Kelelahan. Retrieved januari 24, 2019, from Dari


Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelelahan

25

Anda mungkin juga menyukai