Disusun Oleh :
1. Adefia (2019001)
2. Anisa Salsabila Pratiwi ( 2019007)
3. Amalia Arinda Kurniawati (2019006)
4. Cahya Wulan novita Sari (2019009)
5. Tiara Ardila Putri Ali (2019039)
6. M. Aditya Putra Pratomo (2019044)
Tingkat : 2A/B
Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah, rahmat, dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa pula kita
kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pengajar mata kuliah ini Bapak Ns.
Wijonarko,S.kep.,M.kes. , karena dengan tugas ini dapat menambah wawasan kami dalam
memahami tentang Konsep menejemen nyeri pada asuhan keperawatan paliatif dengan pasien
terminal. Adapun isi dari makalah kami yang dikutip dari beberapa buku dan internet yang
berhubungan dengan pembahasan materi makalah kami. Namun kami sangat menyadari,
materi makalah kami memiliki banyak kekurangan sehingga kami memerlukan kritik dan
saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah kami.
Mudah-mudahan makalah kami bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini
dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis
sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal
ini mengarah kearah kematian. (White, 2002).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Definisi Nyeri The International Association for the Study of Pain (IASP)
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri berdasarkan tempatnya Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada
permukaan tubuh misalnya pada mukosa, kulit. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa
pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu
lalu menghilang. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu yang lama. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar menit, lalu
menghilang. kemudian timbul lagi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan
dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah
nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka
operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner. Nyeri
kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka, yakni 1-10. Berikut adalah jenis
skala nyeri berdasarkan nilai angka yang perlu Anda ketahui.
c.Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit
e. Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi) £ Skala 5, nyeri benar-
benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama
g. Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatan
i. Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi
perubahan perilaku
k. Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak
sadarkan diri
Cara Menghitung Skala Nyeri Mengetahui skala nyeri menjadi penting karena metode
ini membantu para tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit, menentukan metode
pengobatan, hingga menganalisis efektivitas dari pengobatan tersebut. Dalam dunia
medis, ada banyak metode penghitungan skala nyeri. Berikut ini beberapa cara
menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering digunakan.
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak
digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan
memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien. Pada metode
VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada
ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi
mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator
tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri.
VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk digunakan.
Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada pasien yang baru
mengalami pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik,
dan konsentrasi. Berikut adalah visualisasi VAS: Pessible ON
Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa
nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan
pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung
pada koordinasi motorik dan visual. Skala nyeri versi VRS: Worst Maderate pain
Severe Very ON pain PIIr gissod ujed pain Uied
Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah
dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih
efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Skala nyeri
dengan menggunakan NRS: Worst DOR ble Moderate ON pain pain NRS di satu sisi
juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pemyataan spesifik terkait tingkatan
nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan
jelas.
Scale Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri yang
diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi
skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah
dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan rasa nyeri. 00 2. 8. Hurts Whole Lot 10
Hurts 4. 9. ON Even More LUittlo Bit LRtle More
Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih wajah
yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka alami. Seperti
terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:
Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980 oleh Jeremy Fairbank, Oswetry
Disability Index (ODI) adalah metode deteksi skala nyeri yang bertujuan untuk
mengukut derajat kecacatan, pun indeks kualitas hidup dari pasien penderita nyeri,
khususnya nyeri pinggang.
Cara mengukur skala nyeri dengan metode Memorial Pain Assessment Card ini
dinilai cukup efektif, terutama untuk pasien penderita nyeri kronik. Dalam
penerapannya, MPAC akan berfokus pada empat indicator, yakni intensitas nyeri,
deskripsi nyeri, pengurangan nyeri, dan mood.
Awalnya, metode ini digunakan untuk menghitung skala nyeri yang dirasakan oleh
penderita kanker. Namun. Saat ini BPI juga digunakan untuk menilai derajat nyeri
pada penderita nyeri kronik. h. Memorial Pain Assessment Card Cara mengukur skala
nyeri dengan metode Memorial Pain Assessment Card ini dinilai cukup efektif,
terutama untuk pasien penderita nyeri kronik. Dalam penerapannya, MPAC akan
berfokus pada empat indicator, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan
nyeri, dan mood.
5. Etiologi
Nyeri Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,
penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma,
peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.trauma
elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri.
e. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut
saraf reseptor nyeri.
f. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan
bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya
terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.
6. Patofisiologi
Nyeri Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
di persiapkan schingga individu mengalami nyeri, Selain dihantarkan ke hypotalamus
nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada
termosensitif sehingga dapat juga menycbabkan atau mengalami nyeri.
Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal
dan psikologikal. Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang
lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong
perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa
nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat
dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri yang dialami
oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk terlibat dalam
menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan kompetensi untuk terus
mengembangkan upaya- upaya mengatasi nyeri atau pain management.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi
pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi. Tapi
Tindakan mengatasi nyeri pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat
sebagai penyedia asuhan keperawatan.
Analgesik yang dikontrol klien Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari
impus yang diisi narotika menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang
injeksi intravena.
Obat obat nonsteroid Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap
penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini bersifat analgesik.
Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat
analgesik.
a. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri
yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
c. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemnas.
d. Pengalaman masa lalu Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa
lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa
lalu dalam mengatasi nyeri
e. Pola koping Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
f. Support keluarga dan social Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan, dll. B. Pengkajian Fisik dan Psikologis Perawat harus memahami apa
yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan
dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa
bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Menggambarkan
respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu : 1. Fase
respon terhadap penyakit a. Fase Prediagnostik Terjadi ketika diketahui ada gejala
atau faktor resiko penyakit. b. Fase Akut : Berpusat pada kondisi krisis. Klien
dihadapkan pada. serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis. c. Fase Kronis : Klien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual.
Perawat harus memaham apa yang dialami klien dengan ondisi terminal , tujuannya
untuk dapat menyiapkn dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapt meninggal dengan tenang dan
damai. Menggambarkan reson terhadap penyaki yang mengancam hidup kedalam
empat fase :
a. Fase rediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala tau fektor resiko penyakit
b. Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Kien dihadapkan dengan serangkaian
keputusan, termask kondisi medis, interpersonal, maupun sikologis.
c. Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. Klien dalam
kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun
sosial-spiritual.
dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain
perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda
vital, mobilisasi, nyeri. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi
pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan
penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. Hal-hal yang perlu dikaji
antara lain:
3) Nutrisi dan Cairan Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
6) Nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
7) Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan
mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali
ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal. karena
pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali
tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa
dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana
sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri
pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya Perawat juga harus
mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh
agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
3. Diagnosa Keperawatan:
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari Orang lain.
4. Support (Dukungan)
Dukungan sangat diperlukan dan sangat dibutukan oleh anak yang mengidap
penyakit terminal, siapa saja yang terlibat harus mendukung disini yaitu orang tua,
teman- teman , orang tua yang lainnya (kakek,nenek, tante,paman), dan grife suport
group. (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003, 1113)
SIMPULAN
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual. Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju
ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini
dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give
up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah
kearah kematian. Agama dan keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan
dalam penyakit fisik yang serius Profesional kesehatan memberikan perawatan medis
menyadari pentingnya pasien dalam memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan serta
pentingnya Psychoonkologi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri, Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkai yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-
tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Untuk
mengatasi hal tersebut seorang perawat harus bisa dalam memanajemen nyeri yang
ada pada pasien. Sedangkan masalah psikologis yang paling sering dialami pasien
paliatif adalah kecemasan. Hal yang meuyebabkan terjadinya kecemasan ialah
diagnosa penyakit yang nembuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga. Dan untuk mnentralisirkan bahkan sampai menghilangkan
kecemasan atau gangguan secara psikologis tentunya inengkaji secera keselurahan
baik secara fisik maupun psikologis sehingga kita sebagai scorang perawat dapat
melaksanakan intervensi sesuai dengan keluhan pasien atau masalah yang muncul
dipengkajian.
B. Saran