Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah ﷻ, sehingga dapat diberikan kesehatan
dan berkat rahmat dan karunia-Nya, dan dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak
yang membahas tentang Pengkajian dan Manajemen Nyeri Pada Anak ini dengan baik dan
dibuat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasaalam.
Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pengajar sebagai pendukung dalam pembuatan makalah tentang
Pengkajian dan Manajemen Nyeri Pada Anak ini mengingat pengetahuan dan wawasan
kami dalam pembuatan makalah ini masih kurang maka kami mengharapkan adanya
masukan dari berbagai pihak.
Demikian makalah tentang Pengkajian dan Manajemen Nyeri Pada Anak ini,
semoga dapat memberikan manfaat. Terima kasih.
15 March 2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................. 5
A. Definisi Nyeri...................................................................................................... 5
B. Pertolongan Nyeri............................................................................................... 5
C. Klasifikasi Nyeri................................................................................................. 6
D. Derajat Nyeri...................................................................................................... 8
E. Pengukuran Derajat Nyeri Mandiri..................................................................... 9
F. Pengukuran Mandiri Pada Pasien Anak.............................................................. 13
G. Pengukuran Berdasarkan Perubahan Tingkah Laku Pada Anak......................... 14
H. Prinsip Pengkajian Nyeri.................................................................................... 16
I. Penatalaksanaan Nyeri........................................................................................ 19
A. Kesimpulan......................................................................................................... 31
DAFTAR ISI................................................................................................................... 32
Lampiran
3
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi
kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan jaringan. Nyeri sering
timbul sebagai manifestasi klinis pada suatu proses patologis, dimana nyeri tersebut
memrovokasi saraf - saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distres,
atau penderitaan. Nyeri dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu menurut jenis,
timbulnya, penyebab dan derajatnya. Nyeri juga dipengaruhi oleh pengalaman sensori dan
emosional yang dipengaruhi oleh psikologis setiap individu. Nyeri yang menetap akibat
sinyal nyeri yang terus menerus dikirimkan ke saraf selama beberapa minggu, bulan,
bahkan tahun, dan sensasi normal yang dicetuskan dirasakan menetap selama lebih dari
berbulan - bulan dapat dikatakan sebagai nyeri kronik. Nyeri kronik memberikan dampak
yang serius terhadap kondisi pasien itu sendiri, karena nyeri yang tidak tertangani dengan
baik maka dapat memperparah kondisi fisik maupun mental pasien. Setiap persepsi nyeri
yang timbul akan membuat tubuh merespons rangsangan nyeri tersebut, yang kemudian
akan mempengaruhi secara keseluruhan sistem organ penderita nyeri.
Penilaian nyeri meruoakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas dan
menentukan terapi yang efektif. Intensitas yei sebaiknya harus dinilai sedini mungkin dan
sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien. Penilaian intensitas nyeri dapat
diukur menggunkan berbagai cara, salah satunya Visual Analogue Scale (VAS). Skala ini
mudah digunakan bagi pemeriksa, efisiensi lebih mudah dipahami oleh pasien. Untuk
memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal yang mempengaruhi
seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nyeri
B. Pertolongan Nyeri
5
1. Menurut jenisnya : nyeri nosiseptik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik
2. Menurut timbulnya nyeri : nyeri akut dan nyeri kronik
3. Menurut penyebabnya : nyeri onkologik dan nyeri non-onkologik
4. Menurut derajat nyerinya : nyeri ringan, sedang, dan berat
Dengan penilaian nyeri yang lengkap dapat dibedakan antara nyeri nosiseptik
(somatik dan visera) dengan nyeri neuropatik.
Nyeri somatik dapat dideskripsikan sebagian nyeri tajam, panas atau
menyengat, yang dapat ditunjukkan lokasinya serta diasosiasikan dengan
nyeri tekan lokal di sekitarnya.
Nyeri visera dideskripsikan sebagai nyeri tumpul, kram atau kolik yang
tidak terlokalisir yang dapat disertai dengan nyeri tekan lokal, nyeri alih,
mual, berkeringan dan perubahan kardiovaskular
Nyeri neuropatik memiliki ciri khas:
a. Deskripsi nyeri seperti terbakar, tertembak, atau tertusuk
b. Nyeri terjadi secara paroksismal atau spontan serta tanpa terdapat faktor
presipitasi
c. Terdapatnya diastesia (sensasi abnormal yang tidak menyenangkan yang
timbul spontan ataupun dispresipitasi), hiperalgesia (peningkatan derajat
respon terhadap stimulus nyeri normal), alodinia (nyeri yang dirasakan
akibat stimulus yang pada keadaan normal tidak menyebabkan nyeri),
atau adanya hipoestesia.
d. Perubahan sistem otonom regional (perubahan warna, suhu, dan
keringat) serta phantom phenomena
Sangatlah penting untuk mengetahui tipe nyeri yang diderita, karena durasi nyeri
dan respon terhadap pemberian obat analgesia beragam antar tipe.
C. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi atau etiologi (Berman,
Snyder, Kozier & Erb, 2009), sebagai berikut :
1. Berdasarkan Lama/Durasinya
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan selama periode
penyembuhan yang diharapkan, baik yang awitannya tiba-tiba atau
6
yang lambat dan tanpa memerhatikan intensitasnya. Nyeri akut pada
anak, contohnya: nyeri tindakan invasive, nyeri pasca operasi, sakit
kepala, sakit perut , dan lainnya.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung berkepanjangan,
biasanya nyeri berulang atau menetap sampai enam bulan atau lebih,
dan mengganggu fungsi tubuh. Contoh nyeri akut pada anak antara
lain nyeri kanker dan nyeri sedasi perawatan akhir hidup.
2. Berdasarkan Sumbernya
a. Nyeri Kutaneus / Superfisial, yaitu nyeri yang berasal dari kulit
atau jaringan subkutan, contohnya: luka akibat teriris kertas yang
menimbulkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar.
b. Nyeri Somatik Dalam, yaitu nyeri yang berasal dari ligament,
pembuluh darah, tulang, tendon dan syaraf. Nyeri menyebar dan
cenderung berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri kutaneus,
contohnya adalah nyeri pergelangan kaki yang terkilir.
c. Nyeri Viseral, nyeri yang dihasilkan dari stimulasi reseptor nyeri
dalam rongga abdomen, cranium dan thorak. Nyeri viseral seringkali
disebabkan karena spasme otot, iskemia, atau regangan jaringan.
Obstruksi usus akan mengakibatkan nyeri viseral.
3. Berdasarkan Lokasi / Letak
a. Nyeri Radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang menyebar, dirasakan pada tempat
sumber nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya, contohnya nyeri
jantung mungkin tidak hanya dirasakan di bagian dada namun
menyebar ke sepanjang bahu kiri dan turun ke lengan.
b. Nyeri Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari jaringan yang
menyebabkan nyeri. Nyeri alih contohnya yaitu nyeri bagian visera
abdomen yang dirasakan didaerah kulit yang jauh dari organ
penyebab nyeri.
c. Nyeri yang Tidak dapat Dilacak (Intractable Pain)
7
Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sulit diatasi,
misalnya nyeri pada keganasan tingkat lanjut/ kanker maligna.
d. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tepi.
Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan, dan dapat
digambarkan sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam,
seperti ditembak dapat juga dirasakan.
e. Nyeri Phantom
Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasa
pada bagian tubuh yang hilang (mis. kaki yang diamputasi) atau
yang mengalami paralisis karena cedera medulla spinalis. Nyeri
neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom yaitu perasaan
bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.
4. Berdasarkan Penyebab / Etiologi
a. Nyeri Fisik
Nyeri fisik adalah nyeri yang biasa terjadi karena stimulus fisik (mis.
Fraktur femur)
b. Nyeri Psycogenic
Nyeri phantom adalah sensasi yang sangat menyakitkan yang dirasa
pada bagian tubuh yang hilang (mis. kaki yang diamputasi) atau
yang mengalami paralisis karena cedera medulla spinalis. Nyeri
neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom yaitu perasaan
bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.
D. Derajat Nyeri
8
tetapkan sebagai tanda vital kelima yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian
akan rasa nyeri dan diharapkan dapat memperbaiki tatalaksana nyeri akut.
Berbagai cara dipakai untuk mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana
dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif sebagai berikut :
1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu
melakukan aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur
2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang
hanya hilang apabila penderita tidur
3. Nyeri berat adalah nyeri yang berlang sungterus menerus sepanjang
hari, penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri
sewaktu tidur
9
Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau
pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertical atau horizontal. VAS
juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri.
Digunakan pada anak pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat
utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana.
Namun, untuk periode pasca bedah VAS tidak banyak bermanfaat
karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motoric serta
kemampuan konsentrasi.
Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan
pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri
10
dan dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.
2. Multidimensional
- Mengukur intensitas dan efektif (unpleasantness) nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
- Dapat dipakai untuk penilaian klinis
- Skala multidimensional ini meliputi :
McGill Pain Questionnaire (lampiran 1)
Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri
(PRI), (3) pertanyaan pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan
lokasinya; dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini.
Terdiri dari 78 kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok.
Setiap set mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas
nyeri yang makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10
menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal,
lokasi/spatial, suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15
menggambarkan kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-
sifat otonom). Kelompok 16 menggambarkan dimensi evaluasi dan
kelompok 17 sampai 20 untuk keterangan lain-lain dan mencakup
11
kata-kata spesifi k untuk kondisi tertentu. Penilaian menggunakan
angka diberikan untuk setiap kata sifat dan kemudian dengan
menjumlahkan semua angka berdasarkan pilihan kata pasien maka
akan diperoleh angka total.
12
seksual, kapan menggunakan obat, makan, merawat rumah dan
aktivitas rekreasi lainnya.
13
The Toddler-Preschooler postoperative Pain scale (TPPPS)
Skala ini digunakan untuk mengobservasi nyeri pasca operasi pada
anak usia 1-5 tahun. Skala ini terdiri dari 3 kategori perilaku nyeri
yaitu: (1) keluhan nyeri secara verbal, (2) ekspresi wajah, (3)
ekspresi nyeri tubuh.
The Parent’s Postoperative Pain Rating Scale (PPPRS)
Skala ini adalah skala yang dapat digunakan orang tua untuk menilai
nyeri yang dirasakan anak mereka dengan mencatat perubahan
perilaku anaknya.
Perubahan tingkah laku pada anak yang mengalami nyeri antara lain adalah
perubahan suara, ekspresi wajah dan pergerakan badan. Kesulitan yang biasanya
dijumpai adalah membedakan perubahan tingkah laku karena sebab lain (lapar,
haus dan cemas) dengan perubahan tingkah laku karena nyeri. Grunau dan craig
membuat Neonatal Facial Action Coding System (NFACS) yang terdiri dari 10
perubahan fasial yang oleh orang terlatih dapat diidentifikasikan berdasarkan
rekaman vidio. Breau dan Gilbert membuat dan memvalidasi Child Facial Action
Coding System (CFACS). Gambar di bawah menunjukkan perubahan fasial yang
bisa diamati, antara lain kening dengan alis yang menonjol dan lipatan vertical pada
alis, alis dengan ujung tertarik kebawah dan saling mendekat, mata menutup rapat,
hidung melebar, pipi tertarik keatas, mulut terbuka dan dagu gemetar dan berbentuk
segi empat. perubahan fasial ternyata jauh lebih jelas pada bayi yang tenang dan
bangun dibandingkan bayi pada keadaan tidur. System penilaian nyeri berdasarkan
perubahan ekspresi fasial biasanya hanya digunakan untuk nyeri tajam, dalam
jangka waktu pendek untuk keperluan riset.
14
Untuk derajat nyeri yang lama dirasakan, seperti nyeri pasca bedah, skala
pengukuran berdasarkan tingkah laku yang digunakan antara lain Children’s
Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS). Pengamatan ini terdiri dari
pengamatan terhadap 6 jenis tingkah laku (menangis, ekspresi fasial, ekspresi
verbal, posisi tubuh, posisi sentuh dan posisi tungkai) pada anak 1 – 5 tahun.
15
H. Prinsip Pengkajian Nyeri
16
Tabel 2. Format Pengkajian Nyeri : PQRST
17
Pengkajian nyeri berdasarkan tingkat perkembangan (James &
Ashwill, 2007), yaitu :
a. Neonatus dan Bayi
o Biasanya menunjukkan perubahan ekspresi wajah, termasuk
mengerutkan kening, menyeringai, alis berkerut, ekspresi terkejut dan
wajah berkedip.
o Menunjukkan peningkatan tekenan darah dan denyut jantung dan
penurunan saturasi oksigen
o Bersuara tinggi, tegang, menangis keras
o Ekstremitas menunjukkan tremor
o Menemukan lokasi nyeri, memijat daerah tersebut dan menjaga
bagiannya.
b. Toodler
o Menunjukkan dengan menangis keras
o Mampu menyampaikan secara verbal untuk menunjukkan
ketidaknyamanan seperti “aduh”, “sakit”
o Mencoba untuk menunda prosedur karena dianggap menyakitkan
o Menunjukkan kegelisahan umum
o Menyentuhy area yang sakit
o Lari dari perawat
c. Pra Sekolah
o Sakit dirasakan sebagai hukuman atas sesuatu yang mereka lakukan
o Cenderung menangis
o Menggambarkan lokasi dan intensitas nyeri
o Menunjukkan regresi untuk perilaku sebelumnya, sperti kehilangan
control
o Menolak rasa sakit untuk menghindari kemungkinan injeksi
d. Sekolah
o Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
o Menunjukkan postur tubuh kaku
o Menunjukkan penarikan
o Manunda untuk melakukan prosedur
18
e. Remaja
o Merasakan nyeri tingkat fisik, emosi dan kognitif
o Mengerti sebab dan efeknya
o Menggambarkan rasa sakit dan mengukur intensitas nyeri
o Maningkankan ketegangan otot
o Menunjukkan penurunan aktivitas motoric
o Menyebutkan kata sakit atau berdebar untuk menjelaskan nyeri
I. Penatalaksanaan Nyeri
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Nyeri dapat mempengaruhi psikologis dan perilaku, intervensi
nonfarmakologis penting dalam mengubah persepsi nyeri/perilaku. Intervensi ini
bertujuan untuk mengurangi rasa takut, penderitaan dan meminimalkan rasa sakit
dan meningkatkan pengendalian rasa nyeri pada anak (Ekwueme, 2009).
Intervensi nonfarmakologis harus cocok untuk anak, dan agar efektif teknik
harus sesuai tahap perkembangan, kepribadian, dan keadaan sekitar anak (James
& Ashwill, 2007). Teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam tiga kategori besar
(Ekwueme, 2009), antara lain :
- Metode kognitif yang meliputi pendidikan/persiapan, music, imagery guided,
distraksi dan hypnosis
- Metode Perilaku diantaranya adalah teknik relaksasi otot progresif, latihan
biofeedback, kontrol pernapasan, dan hipnosis.
- Metode fisik misalnya kompres hangat atau dingin, pijat dan sentuhan,
transkutan stimulasi saraf listrik (TENS), akupunktur/akupresur, dll.
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis pada anak antara lain (James
& ashwill, 2007; Potts & mandleco, 2012):
a. Distraksi
Anak-anak kurang dari 6 tahun merespon dengan baik untuk teknik distraksi.
Prinsip distraksi adalah mengalihkan fokus anak terhadap nyeri yang
dirasakan kepada hal/kegiatan lain yang disenangi. Teknik distraksi dapat
19
dilakukan melalui meniup gelembung, mendengarkan musik, bermain,
menoton video, dan lainnya.
b. Breathing Techniques
Pola pernapasan tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak.
Teknik pola pernapasan membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak
sehingga mengambil pikiran dari rasa sakit prosedural. Hal ini mengajarkan
anak untuk mengelola stres. Dua jenis teknik pernapasan dapat digunakan:
pernapasan dada berirama dalam dan berpola pernapasan dangkal.
c. Guided Imagery
Imajinasi dipandu adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada
membayangkan gambar. Teknik ini menggunakan suara dan gambaran dalam
imajinasi seseorang untuk menghasilkan rasa kesejahteraan. Guided imagery
berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca operasi.
Anak didorong untuk membayangkan berada di tempat favorit dan kemudian
membayangkan pemandangan, suara dan bau di tempat favorit tersebut.
d. Progressive Muscle Relaxation
Anak dapat mencapai relaksasi, mengurangi kecemasan dan nyeri melalui
identifikasi bagian tubuh yang nyeri. Teknik ini mengajarkan anak secara
sistematik progresif, fokus pada tujuan merelaksasi tubuh tahap demi tahap.
Hal ini dirancang untuk membantu anak-anak mengenali dan mengurangi
ketegangan tubuh berhubungan dengan nyeri. Instruksi yang diberikan
kepada kelompok otot yang tegang dan tahan dalam kondisi itu selama 10
detik dan perhatikan cara otot terasa tegang ketika dibandingkan dengan
bagaimana rasanya ketika ketegangan itu santai.
e. Biofeedback
Prinsipnya adalah untuk menerjemahkan keadaan fisik tubuh menjadi sinyal
audio-visual. Teknik ini menggunakan alat, elektroda dipasang secara
eksternal diatas setiap pelipis. Elektroda mengukur ketegangan kulit dalam
microvolt. Anak belajar mencapai relaksasi yang optimal dengan
menggunakan umpan balik dari poligraf sementara ia menurunkan tingkat
ketegangan actual yang sedang dialami. Terapi ini sangat efektif untuk
mengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala.
f. Hypnosis
20
Teknik ini melibatkan perhatian berfokus untuk mencapai tingkat yang lebih
dalam relaksasi. Kecenderungan anak-anak untuk memiliki rentang perhatian
yang pendek memungkinkan teknik hipnosis untuk lebih menangkap rentang
perhatian dan anak tetap fokus jauh dari prosedur yang menyakitkan.
Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui sugesti positif.
g. Transcutaneous Electrical Nerve stimulation (TENS)
TENS adalah metode yang menggunakan stimulasi listrik voltase rendah
secara langsung diarea nyeri yang teridentifikasi, pada titik akupresur,
sepanjang area saraf perifer yang mempersarafi area nyeri tersebut, atau
sepanjang kolom spinal. Penggunaan TENS bermanfaat untuk mengurangi
nyeri kronis dan akut, menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan
depresi fungsi pernapasan karena penggunaan narkotik, dan memfasilitasi
keterlibatan klien dalam pelaksanaan pengendalian nyeri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Nonsteroidal anti-inflamasi (NSAID)
Nonsteroidal anti-inflamasi (NSAID) adalah obat ibuprofen atau aspirin
seperti obat-obatan yang mengurangi rasa sakit dan peradangan. Ibuprofen,
naproxen sodium (Naprosyn, Anaprox), ketorolac (Toradol), dan kolin
magnesium trisalicylate (trilisate) adalah beberapa obat yang paling umum
digunakan dalam kategori ini. Aspirin telah dikaitkan dengan sindrom Reye,
tidak dianjurkan untuk anak-anak. Acetaminophen dapat diklasifikasikan
sebagai NSAID karena memiliki efek anti inflamasi minimal dan tidak
menghambat prostaglandin. Penggunaan jangka pendek dari acetaminophen
aman, bahkan pada neonates, tidak memiliki efek samping lambung, dan
meskipun begitu dapat menyebabkan kerusakan hati, efek ini sering
berhubungan dengan overdosis. Obat pilihan ini untuk mengobati demam
pada anak-anak di negara lain dan merupakan analgesik yang paling sering
digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang. Ibuprofen dapat menjadi obat
pilihan untuk kondisi nyeri tulang, cedera tulang, arthitis, atau jenis kanker
tertentu.
a) Ibuprofen
Klasifikasi : NSAID, Analgesik
21
Aksi : Blok sintesis prostaglandin
Indikasi : Kronis, rheumatoid arthritis dan osteoarthritis, bantuan dari
nyeri ringan sampai nyeri sedang
Dosis dan rute : melalui mulut : 5-10mg / kg / dosis setiap jam 6-8 untuk
anak yang kurang dari 6 bulan. Jangan melebihi 40mg / kg / 24 jam.
Untuk remaja arthritis : 30-50mg / kg / 24 jam. Obat dalam bentuk cair
untuk anak-anak.
Penyerapan : 80% diserap dari saluran pencernaan (GI) saluran,
maksimum dalam 1-2 jam.
Ekskresi : dieksresikan terutama di urin, beberapa ekskresi bilier.
Kontraindikasi : contarindicated pada anak-anak di antaranya urtikaria,
rinitis parah, bronkospasme, angioedema, hidung polip yang dipicu oleh
NSAID lainnya, ulkus peptikum aktif, kelainan perdarahan.
Kewaspadaan : hipertensi, riwayat ulserasi GI, hati terganggu atau
fungsi ginjal, gagal ginjal kronis.
Reaksi merugikan : mulas, mual, ketidaknyamanan perut atau sakit,
ulserasi GI
Keperawatan : berikan pada jam 1 perut kosong sebelum atau 2 jam
setelah makan. Jika intoleransi GI terjadi, maka dapat diambil dengan
makanan atau susu. Jika anak tidak dapat menelan tablet, mengelola obat
dalam bentuk cair. Ibuprofen dilapisi non enterik dapat dihancurkan dan
dicampur dengan jumlah yang sangat kecil (1 sendok makan) makanan
atau cairan sebelum menelan.
b) Ketorolac
Klasifikasi: NSAID, analgesik.
Aksi: blok sintesis prostaglandin.
Indikasi: manajemen nyeri jangka pendek /sedang.
Dosis dan rute: anak yang lebih tua dari 2 tahun IV: 0,4-1 mg / kg satu
kali, diikuti dengan 0,2-0,5 mg / kg / dosis setiap jam 6, sampai dengan
maksimal 120 mg/24hr.
Penyerapan: diserap dengan cepat, tindakan puncak dalam 1 sampai 2
jam.
Ekskresi: diekskresikan dalam urin, efek terakhir 4-6 jam.
22
Kontraindikasi: pada pasien yang urtikaria, rinitis parah, bronkospasme,
angioedema, hidung polip dipicu oleh NSAID lainnya, ulkus peptikum
aktif, kelainan perdarahan.
Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan riwayat ulkus GI, hati atau
gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal kronis.
Reaksi merugikan: mengantuk, pusing, mual, nyeri GI, perdarahan.
Keperawatan: tidak mengelola lebih dari 5 hari, memantau fungsi hati,
tanda-tanda dan gejala gangguan saluran pencernaan atau perdarahan.
c) Acetaminophen
Klasifikasi: analgesik, antipiretik
Aksi: tidak diketahui, diperkirakan menghasilkan analgesia dengan
menghalangi generasi impuls nyeri
Indikasi: sakit ringan atau demam.
Dosis dan rute: melalui mulut atau supositoria rektal: 10-15 mg / kg /
dosis setiap 4-6 jam sampai dengan maksimal 5 doses/24 jam.
Penyerapan: penyerapan cepat dan hampir lengkap dari saluran
pencernaan, penyerapan yang kurang lengkap dari dubur suppossitory,
efek puncak dalam 1-1,5 jam.
Ekskresi: 90-100% obat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit,
diekskresikan dalam ASI, efek berlangsung 4-6 jam.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap acetaminophen atau
phenacetin, administrasi untuk pasien dengan anemia atau penyakit hati,
penggunaan hati-hati dalam kondisi arthitic atau arthritis yang
mempengaruhi anak-anak muda dari 12 tahun; trombocytopenia.
Reaksi merugikan: diabaikan dengan dosis yang dianjurkan; ruam.
Keperawatan: dapat dihancurkan. Tablet kunyah perlu menyeluruh dan
dibasahi sebelum menelan. Dengan dosis tinggi atau terapi jangka
panjang, tes periodik hati, fungsi ginjal, dan hematopoietik disarankan.
Perhatian orang tua tentang memberi obat lain yang mengandung
acetaminophen tanpa medis disarankan. Tidak lebih dari 5 dosis dalam
24 jam harus diberikan kepada anak-anak kecuali diresepkan oleh dokter.
Tersedia dalam kekuatan bayi (tetes) pastikan untuk memberirahu orang
23
tua untuk memeriksa kekuatan sebelum memberikan acetaminophen cair
(tylenol) untuk menghindari overdosis.
24
2) Analgesic opioid
Opioid analgesik alami merupakan turunan opium sintetis yang mengikat
sistem saraf pusat (SSP) reseptor opioid dan nyeri kontrol dengan transmisi
impuls nyeri. Opioid dapat digunakan untuk nyeri akut dan kronis yang
parah, termasuk nyeri pasca operasi, nyeri pasca trauma, sabit nyeri sel
krisis vaso oclusive, dan nyeri kanker. Jenis Opioid yang paling sering
digunakan adalah codein, fentanil, hydrocodone, hidromorfon, meperidin,
metadon, morfin, dan oxycodone. Opioid adalah istilah pilihan dalam
manajemen nyeri, yang bertentangan dengan kuno, tetapi istilah yang
mungkin lebih akrab "narkotika". Narkotika adalah istilah yang lebih tua
untuk obat-obat yang menekan SSP untuk menghilangkan rasa sakit dan
menghasilkan tidur.
a) Codeine
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP, mengubah persepsi baik dan
respon emosional terhadap rasa sakit.
Indikasi: nyeri ringan sampai sedang
Dosis dan rute: melalui mulut, IM,SC: 0,5-1 mg / kg / dosis setiap jam
4-6, dosis maksimum 60 mg / dosis. dosis yang terdaftar untuk pasien
dengan berat badan <50 kg (110 pon) tidak dapat digunakan sebagai
dosis awal pada bayi <6 bulan, dosis opioid awal harus sekitar ¼ sampai
1/3 dari dosis yang dianjurkan untuk bayi yang lebih tua dan anak-anak
.
Penyerapan : mudah diserap dari saluran pencernaan, dengan
maksimum 1 - 1,5 jam
Distribusi: menyelip ke plasenta, didistribusikan ke dalam ASI.
Ekskresi: efek terakhir sekitar 4-6 jam, diekskresikan dalam urin.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap derivatif morfin kodein atau
lainnya, hati atau disfungsi ginjal.
Kewaspadaan: gunakan hati-hati pada anak-anak yang sangat muda.
Reaksi merugikan: terutama dengan gejala SSP: pusing, lightheadness,
mengantuk, depresi pernafasan, Gi: mual, muntah, sembelit,
Genitourinary: retensi urin.
25
Keperawatan: untuk mengurangi kemungkinan gangguan GI,
mengelola codeine oral dengan susu atau makanan lain. Karena pusing
dan ringan dapat terjadi, pengawasan ambulasi dan tindakan
keselamatan lainnya mungkin diperlukan. Nauseais efek samping yang
umum, laporan jika hal ini disertai dengan muntah. Ubah ke analgesik
yang lain mungkin diperlukan.
b) Morfin
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP, mengubah respon fisik dan
emosional terhadap rasa sakit.
Indikasi: nyeri akut dan kronis.
Dosis dan rute: dosis intermiten. Dengan mulut atau dubur: 0,2-0,5
mg / kg / dosis setiap jam 4-6. IM, IV,SC: 0,1-0,2 mg / kg / dosis setiap
jam 2- 4, sampai maksimal 15 mg / dosis. Terus menerus IV infus: 0,01-
0,04 mg/ kg / jam (rata-rata 0,06 mg / kg / jam). Mulailah dengan dosis
terendah, meningkat hingga 2 mg / kg / jam sesuai kebutuhan. Pasien
dikontrol: pemeliharaan: 0,02 mg / kg / jam, meningkat jika anak
membutuhkan lebih dari 2 dosis bolus per jam. Bolus 0,02 mg / kg /
dosis pada interval minimal 10 menit sesuai kebutuhan.
Penyerapan: penyerapan variabel dari saluran GI, puncak aksi 60
menit secara lisan, 20 menit IV.
Ekskresi: diekskresikan terutama di urin, 7-10% diekskresikan dalam
empedu. Efek bertahan hingga 7 jam.
Kontraindikasi: hypersensitivy terhadap opioid, peningkatan tekanan
intrakranial, gangguan kejang, penyakit paru kronis, depresi pernafasan.
Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan aritmia jantung,
mengurangi volume darah.
Reaksi merugikan: sedasi, pusing, euforia, eksitasi SSP paradoks,
depresi pernafasan, hipotensi, bradikardia, mual, muntah, konstipasi,
retensi urin.
Keperawatan: hati-hati dan sering menilai status pernapasan. Menilai
batuk refleks; asupan monitor dan output yang hati-hati untuk retensi
urin dan sembelit.
c) Fentanil
26
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: agonis narkotika dengan tindakan yang mirip dengan morfin dan
meperidin tetapi tindakan lebih cepat dan lebih lama.
Indikasi: nyeri sedang sampai berat, terutama untuk prosedur singkat
dan ketika anak-anak sakit kritis atau berisiko tinggi. Fentanyl
transdermal adalah untuk nyeri kronis parah saja; pengalaman dengan
anak-anak sangat terbatas
Dosis dan rute: IM dan IV intermiten dosis: 1-2 mikro gr / kg / dosis
setiap menit 30-60. IV pasien dikontrol: pemeliharaan 1 mikrogram / kg
/ jam infus kontinu, meningkat jika pasien membutuhkan lebih dari 2
dosis bolus per jam. Bolus: 0,1-0,4 mikrogram / kg / dosis pada interval
minimal 5 menit. Patch transdermal digunakan hanya pada anak-anak
yang lebih tua dari 12 tahun.
Penyerapan: diserap setelah pemberian IV, 6-8 jam transdermally.
Ekskresi: diekskresikan dalam urin. Berlangsung 30-60 menit IV, 72
jam secara transdermal.
Kontraindikasi: pasien yang telah menerima monoamine oxidase
inhibitors dalam waktu 14 hari.
Kewaspadaan: gunakan hati-hati pada anak dengan cedera kepala,
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan pernapasan, hati dan
disfungsi ginjal.
Efek samping: sedasi, pusing, euforia, kejang dengan dosis tinggi.
Hipotensi, bradikardia, depresi peredaran darah, depresi pernafasan,
bronkokonstriksi.
Keperawatan: menitor dengan hati-hati untuk tanda-tanda dan gejala
gangguan pernapasan, depresi, memiliki oksigen, peralatan resusitasi,
dan nalokson tersedia.
d) Hidromorfon
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: menghambat naiknya jalur nyeri pada SSP, meningkatkan
ambang nyeri, nyeri mengubah persepsi
Indikasi: nyeri sedang sampai berat
27
Dosis dan rute: melalui mulut, IM, SC, atau IV, 0,03-0,08 mg / kg
setiap jam 4-6 melalui mulut, maksimum 5 mg / dosis, IV dosis 0,015
mg / kg / dosis
Penyerapan: onset, 15-20 menit, puncak 0,5-1 jam, durasi 4-5 jam
Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan
Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,
depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam
penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intracranial, asma dan
kondisi pernapasan lainnya, gangguan ginjal dan fungsi hati
Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan
mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan, meningkatkan output
urin, retensi urin, kejang, jantung berdebar, bradikardia, takikardia,
hipotensi, perubahan lain pada tekanan darah
Keperawatan: menilai status pernapasan dengan hati-hati, menilai
perubahan SSP dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat,
memantau asupan dan keluaran dengan hati-hati untuk oliguria atau
menilai untuk retensi urin.
e) Oksikodon
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: menghambat naik jalur nyeri pada SSP, meningkatkan ambang
nyeri, nyeri mengubah persepsi
Indikasi: nyeri sedang sampai berat
Dosis dan rute: melalui mulut 0,05-0,15 dosis mg / kg / setiap 4-6 jam,
maksimum 5 mg / dosis
Penyerapan: onset, 10-20 menit, durasi 4-6 jam
Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan
Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,
depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam
penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, asma, dan
kondisi pernapasan lainnya. Gangguan ginjal atau fungsi hati.
Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan
mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan.
28
Keperawatan : menilai status pernapasan dengan hati-nati, menilai
perubahan SSp dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat
f) Hydrocodone
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: mengikat reseptor opiat di SSP untuk mengurangi rasa sakit.
Indikasi: nyeri ringan
Dosis dan rute: melalui mulut, dosis maksimum 1,25 mg (anak <2
tahun) -5 mg (anak> 2 tahun) setiap 4-6 haours sesuai kebutuhan atau
0,2 mg / kg setiap jam 3-4.
Penyerapan: onset, 10-20 menit, durasi 4-6 jam
Ekskresi: diekskresikan dalam urin, paruh 3,5-4,5 jam
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kecanduan
Kewaspadaan: kepribadian adiktif, peningkatan tekanan intrakranial,
depresi repiratory, penyakit hati, penyakit ginjal. Berhati-hati dalam
penggunaan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, asma, dan
kondisi pernapasan lainnya. Gangguan ginjal atau fungsi hati.
Reaksi merugikan: pusing, ringan, kebingungan, halusinasi, perubahan
mood, sedasi, depresi pernafasan, ketergantungan.
Keperawatan: menilai status pernapasan dengan hati-hati, menilai
perubahan SSP dan menerapkan langkah keselamatan yang tepat.
g) Metadon
Klasifikasi: analgesik opioid.
Aksi: menekan transmisi impuls nyeri pada tingkat sumsum tulang
belakang melalui interaksi dengan reseptor opioid, sehingga
menghasilkan depresi SSP
Indikasi: nyeri akut dan kronis yang parah, penarikan opioid
Dosis dan rute: 0,005-0,1 mg / kg / dosis setiap jam 6-12
Penyerapan: penyerapan variabel dari saluran GI, puncak aksi 60
menit secara lisan, 20 menit IV
Ekskresi: diekskresikan dalam urin, melintasi plasenta, diekskresikan
dalam ASI, paruh 15-30 jam
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap obat ini, injeksi
chlorobutanol, kecanduan.
29
Kewaspadaan: penggunaan hati-hati dengan kepribadian adiktif,
tekanan intrakranial meningkat, depresi pernafasan, hati atau penyakit
ginjal
Reaksi merugikan: sedasi, pusing, kebingungan, euforia, kejang,
depresi pernafasan, hipotensi, bradikardia, palpitasi, mual, muntah,
konstipasi, retensi urin
Keperawatan: hati-hati dan sering menilai status pernapasan. Menilai
batuk refleks; asupan monitor dan output yang hati-hati untuk retensi
urin dan sembelit.
3) Sedasi Sadar
Sedasi sadar adalah keadaan medis yang dikendalikan oleh
kesadaran depresi yang memungkinkan respon yang tepat terhadap
rangsangan fisik atau perintah verbal dan pemeliharaan refleks pelindung.
Anak dapat mempertahankan kemampuan jalan napas yang paten terus
menerus dan mandiri. Hal ini biasanya dicapai dengan menggunakan
amnesic, obat penenang, atau keduanya, administrered IV. Dengan sedasi
sadar, anak-anak biasanya memiliki ingatan sedikit atau tidak ada prosedur
yang telah ia alami.
4) Analgesia Epidural
Obat nyeri (biasanya, opioid bius lokal, atau keduanya) dapat
diberikan melalui kateter epidural dimasukkan ke dalam ruang epidural dan
diamankan ke anak kembali dengan oklusif. Karena obat yang diberikan
langsung ke saraf yang mengirimkan rasa sakit, dosis yang lebih kecil yang
diperlukan untuk mengontrol rasa sakit, dengan efek samping yang lebih
sedikit dibandingkan biasanya berhubungan dengan administrasi opioid
sistemik. Disarankan untuk anak-anak yang menjalani prosedur perut, anal,
atau urogenital, operasi jantung terbuka, dan operasi thoracis, atau operasi
ortopedi dari tungkai bawah. Asuhan keperawatan anak dengan chateter
epidural mirip dengan Taht untuk anak menerima terapi PCA. Anak
dipantau dengan monitor jantung dan oksimetri pulsa. Perawat menilai anak
untuk menghilangkan rasa sakit yang memadai dan adanya efek samping
underesired (respirasi khususnya menurun) dan komplikasi yang mungkin
30
menyertai penempatan kateter. Hal ini penting untuk menghindari tindakan
yang akan menarik atau menempatkan ketegangan pada kateter. Perawat
menilai tingkat dermatom (tingkat blokade sensorik) setiap 4 jam dan sesuai
kebutuhan. Perawat juga memantau situs kateter sering untuk selip,
hilangnya pendarahan, cairan serebrospinal, atau hematoma di situs
penyisipan komplikasi yang jarang namun serius yang perlu segera
dilaporkan. Efek samping lain termasuk sembelit, mual, muntah, retensi
urin, blok motorik, sensorik dan blok.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/35433180/KONSEP_NYERI_PADA_ANAK
2. https://greatbrook.com/wp-content/uploads/2019/01/Screen-Shot-2019-01-23-at-3.30.36-PM.png
3. https://i0.wp.com/images-prod.healthline.com/hlcmsresource/images/3667-pain-scales-verbal-
1296x728-body.jpg?w=1155&h=619
4. https://www.researchgate.net/profile/Natthamet-Wongsirichat/publication/322361419/figure/fig2/
AS:581236049825792@1515588881408/Numerical-rating-Scale-NRS-14.png
5. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c6/Wong-Baker_scale_with_emoji.png
6. https://media.springernature.com/original/springer-static/image/prt%3A978-3-540-29805-
2%2F13/MediaObjects/978-3-540-29805-2_13_Part_Fig10_HTML.jpg
7. https://imgv2-1-f.scribdassets.com/img/document/437167707/original/78dfc3356d/1613273968?
v=1
8. https://images.squarespace-cdn.com/content/v1/590943a2ff7c5036ea0df2a0/1500306683487-
1FA7054GTZJSRIHXNAM2/ke17ZwdGBToddI8pDm48kJFMX0_YpNgJX3Ie31AgqBpZw-
zPPgdn4jUwVcJE1ZvWQUxwkmyExglNqGp0IvTJZUJFbgE-
7XRK3dMEBRBhUpzs9Q8aFB4Y0eyB6JxsVR9bN3PxMsUTfUuzcP0Jf03BqQavUrDSdGUnBuN
8qSAzVWA/image-asset.png
9. https://www.researchgate.net/profile/Rami-Naif/publication/216104815/figure/fig1/
AS:305902713360387@1449944298442/Brief-pain-inventory-adapted-with-permission.png
10. https://slideplayer.com/slide/5829217/19/images/64/FLACC+scale.jpg
11. https://imgv2-1-f.scribdassets.com/img/document/97091044/original/9335c9ab60/1608225355?v=1
12. http://simdos.unud.ac.id/
33
Daftar lampiran
34
Lampiran 2. Brief Pain Inventory (short Form)
35
Lampiran 3. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
Interpretasi :
36
Lampiran 4. FLACC Behavioral Tool (Face, Legs, Activity, Cry and Consolability)
Interpretasi :
Skor total dari lima parameter di atas menentukan tingkat keparahan nyeri dengan skala 0-
10. Nilai 10 menunjukkan tingkat nyeri yang hebat.
37