TATALAKSANA NYERI
Pembimbing
Oleh :
102121043
TANJUNG PINANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
TATALAKSANA NYERI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Stase
Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Definisi Nyeri..................................................................................................2
B. Klasifikasi Nyeri..............................................................................................2
C. Fisiologi Nyeri.................................................................................................5
D. Jalur Nyeri di Sistem Syaraf Pusat..................................................................7
E. Patofisiologi Nyeri Secara Umum...................................................................8
F. Pengukuran Intensitas Nyeri............................................................................10
G. Penatalaksanaan Nyeri.....................................................................................13
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi Nyeri
2
4
Nyeri kronis
Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama 6 (enam) bulan atau lebih. Nyeri kronis
bersifat konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu
periode waktu. Nyeri kronis dapat tidakmempunyai awitan yang
ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini
tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya.
2. Berdasarkan etiologi (penyebab timbulnya nyeri)
Nyeri nosiseptik
Merupakan nyeri yang terjadi karena adanya
rangsangan/stimulus mekanis ke nosiseptor. Nosiseptor adalah
saraf aferen primer yang berfungsi untuk menerima dan
menyalurkan rangsang nyeri. Ujung - ujung saraf bebas nosiseptor
berfungsi sebagai saraf yang peka terhadap rangsangan mekanis,
kimia, suhu, listrik yang menimbulkan nyeri. Nosiseptor terletak di
jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi.
Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik erupakan nyeri yang terjadi karena adanya lesi
atau disfungsi primer pada sistem saraf. Nyeri neuropatik biasanya
berlangsung lama dan sulit untuk di terapi. Salah satu bentuk yang
umum dijumpai di praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan
nyeri neuropatik diabetika.
Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik merupakan nyeri yang timbul akibat adanya
proses inflamasi. Nyeri inflamatorik kadang dimasukkan dalam
klasifikasi nyeri nosiseptif. Salah satu bentuk yang umum dijumpai
di praktek klinik adalah osteoarthritis.
Nyeri campuran
5
C. Fisiologi Nyeri
1. Transduksi
7
1. Jalur Asenden
Serabut saraf C dan A delta halus, yang masing-masing membawa nyeri
akut tajam dan kronik lambat, bersinap disubstansia gelatinosa kornu
dorsalis, memotong medula spinalis dan naik ke otak di cabang
neospinotalamikus atau cabang paleospinotalamikus traktus spino
talamikus anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang terutama
diaktifkan oleh aferen perifer A delta, bersinap di nukleus ventropostero
lateralis (VPN) talamus dan melanjutkan diri secara langsung ke kortek
somato sensorik girus pasca sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai
sensasi yang tajam dan berbatas tegas. Cabang paleospinotalamikus, yang
terutama diaktifkan oleh aferen perifer serabt saraf C adalah suatu jalur
difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formatio retikularis batang otak
dan struktur lain. Serat-serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem
limbik serta kortek serebri.3
2. Jalur Desenden
Salah satu jalur desenden yang telah di identifikasi adalah mencakup 3
komponen yaitu :
Bagian pertama adalah substansia grisea periaquaductus (PAG ) dan
substansia grisea periventrikel mesenssefalon dan pons bagian atas
yang mengelilingi aquaductus Sylvius.
Neuron-neuron di daerah satu mengirim impuls ke nukleus ravemaknus
(NRM) yang terletak di pons bagian bawah dan medula oblongata
bagian atas dan nukleus retikularis paragigantoselularis (PGL) di
medula lateralis.
9
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel
yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler.
Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi
nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi
mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya,
mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin
yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak
berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu
10
merupakan masalah yang relatif sulit. Ada beberapa metoda yang umumnya
digunakan untuk menilai intensitas nyeri, antara lain :5
Metoda ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya
untuk menilai intensitas nyeri pada anak-anak.
2. Analgesik opioid
Opioid saat ini adalah analgesik paling kuat yang tersedia dan
digunakan dalam pengobatan nyeri sedang sampai berat. Morfin adalah
salah satu obat yang paling luas digunakan untuk mengobati nyeri berat
dan masih standar pembanding untuk menilai obat analgesik lain.
Berbeda dengan OAINS, yang bekerja di perifer, morfin
menimbulkan efek analgesiknya di sentral. Mekanisme pasti kerja opioid
telah semakin jelas sejak penemuan resptor-reseptor opioid endogen di
system limbik, talamus, PAG, substansia gelatinosa, kornu dorsalis dan
usus. Opioid endogen seperti morfin menimbulkan efek dengan mengikat
reseptor opioid dengan cara serupa dengan opioid endogen (endorphin
enkefalin); yaitu morfin memiliki efek agonis (meningkatkan kerja
reseptor). Dengan mengikatreseptor opioid di nukleus modulasi-nyeri di
batang otak, morfin menimbulkan efek pada sistem-sistem desenden yang
menghambat nyeri. Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek
samping yang sangat mirip termasuk depresi pernafasan, mual, muntah,
sedasi, dan konstipasi. Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan
toleransi, ketergantungan dan ketagihan (adiksi). Toleransi adalah
17
KESIMPULAN
18
21
DAFTAR PUSTAKA
Keram 0) 1) 2) 3)
Menggigit 0) 1) 2) 3)
Terbakar 0) 1) 2) 3)
Ngilu 0) 1) 2) 3)
Berat / Pegal 0) 1) 2) 3)
Nyeri Sentuh 0) 1) 2) 3)
Mencabik – cabik 0) 1) 2) 3)
Melelahkan 0) 1) 2) 3)
Memualkan 0) 1) 2) 3)
Menghukum -kejam 0) 1) 2) 3)