RASA NYAMAN/NYERI
DISUSUN OLEH:
Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa
melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara
satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi
asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan
intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan,
kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh kolcaba yang mengatakan bahwa
kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
B. TUJUAN
C. MANFAAT
D. TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
b. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
c. Nyeri adalah sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang
dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional)
2. KARAKTERISTIK
Karakteristik nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
a) Periferal pain yang terdiri dari nyeri pada bagian permukaan, dalam dan alihan
(bukan pada sumber nyerinya).
b) Central pain : nyeri yang terjadi akibat perangsangan sistem saraf pusat dan
batang otak
e) Panthom pain: nyeri pada bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi, seperti
akibat amputasi.
b) Steady : nyeri yang menentap dan terjadi dalam kurun waktu yang relatif
lama.
c) Paroxysmal : nyeri dengan intensitas tingi dan rasa sakit yang kuat dan
menyiksa.
(Corwin, 2009)
1. Arti Nyeri
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan
ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks
(pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nosiseptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan,rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,seperi arti nyeri, tingkat
perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,harapan sosial, kesehatan fisik
dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
4. TAHAPAN-TAHAPAN NYERI
Proses terjdinya nyeri terdiri dari 4 fase:
1. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli
fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
2. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati
kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson
berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca
sinaps melewati neurotransmitter.
3. Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau
mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan terjadi melalui sistem analgesia
endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin
yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area
periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca
sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula
spinalis atau supraspinalis.
4. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi
kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).
Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. (Mubarok, 2008)
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktifitas yang biasa
dilakukan
10 : Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area
nyerinya, bisa dengan bantuan gambar tubuh. Klien bisa menandai bagian tubuh yang
mengalami nyeri.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk
menetukan intensitas nyeri pasien.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu mulai nyeri, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri
(apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul).
5. Faktor presipitasi
Faktor pemicu munculnya nyeri, contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan
nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau sangat
panas), stressor fisik dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.
7. DIAGNOSA
Menurut Nanda 2015, diagnose keperawatan untuk klien dengan nyeri yaitu:
1. Nyeri Akut
Batasan Karakteristik
1. Perubahan selera makan
2. Perubahan tekanan darah
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan frekuensi pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Perilaku distraksi
7. Mengekspresikan perilaku (misal: gelisah, merengek, menangis)
8. Sikap melindungi rasa nyeri
9. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Faktor yang Berhubungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut
berkurang.
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara kooperatif termasuk lokasi, karakteristik, luas
frekuensi, kualitas
2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Pantau pasien dan keluarga untuk melanjutkan dukungan
7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
8. Ajarkan teknik farmakologi
2. Nyeri Kronis
Batasan Karakteristik
1. Anoreksia
2. Perubahan kemampuan untuk menurunkan aktivitas sebelumnya
3. Atrofi kelompok otot yang terlibat
4. Perubahan pola tidur
5. Perilaku melindungi
6. Intabilitas
7. Perilaku protektif
8. Gelisah
9. Perilaku interaksi dengan orang lain
10. Berfokus pada diri sendiri
11. Perubahan berat badan
Intervensi Keperawatan
8. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2009. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Salemba Medika.
EGC
E. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. A
2) Usia : 56 th
3) Status Perkawinan : Menikah
4) Pekerjaan : Petani
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Suku : Jawa
8) Bahasa yang digunakan : Indonesia/ Jawa
9) Alamat Rumah :norowangsan,laweyan,surakarta
10) Tanggal Masuk RS : 14 desember 2020
11) Diagnosa Medis : Vertigo
12) Tanggal Pengkajian : 14 desember 2020
2. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn.S
2) Umur : 25 th
3) Hubungan dengan Klien: Anak
4) Pekerjaan : Mahasiswa
5) Alamat : norowangsan,laweyan,surakarta
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan setelah jatuh dari dipan sehari yang lalu saat BAK menjadi
sedikit-sedikit / tidak tuntas. Dan sekarang pasien merasa nyeri hebat pada
daerah pinggang bawah
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sehari yang lalu jatuh dari dipan. Kemudia keluarga
mengatakan setelah jatuh pasien tidak bisa berjalan maupun berdiri
kemudian ditemukan dalam keadaan sudah mengompol ditempat tidur.
Lalu dibawa ke Puskesmas dan sudah periksa. Klien mengeluh BAK
menjadi sedikit-sedikit. Dan nyeri pada bagian pinggang bawah seperti
ditusuk tusuk dengan skala 7. Nyeri dirasakan ketika pasien berusaha
duduk atau bergerak dan berkurang saat pasien berbaring.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sudah lama menderita hipertensi. Dan sering
mengalami pusing kepala sebelah. Kurang lebih sudah 4 tahun ini. Dan
sudah rutin mengonsumsi obat penurun tekanan darah.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama.
5. Pola Kebiasaan Sehari- Hari
a. Pola Persepsi Kesehatan Dan Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan kalau sakit harus minum obat, kalau bisa disuntik biar
cepat sembuh.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan makan 2x sehari dengan sayur dan lauk. Dengan porsi
sedikit
Minum 5-6 gelas per hari. Lebih sering minum teh dibandingkan air putih
Saat sakit :
Makan 3x sehari sedikit tapi sering, perbanyak air putih. Minum 6-7 gelas
per hari
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB sekali sehari, teksture padat, waktu pagi hari, warna kuning, bau
khas feses
BAK 3-4x sehari, warna kuning jernih, volume ±200 ml, bau khas urine
Saat sakit :
BAB sekali sehari, teksture padat, waktu pagi hari, warna kuning, bau
khas feses
BAK 5-6x sehari, warna kuning kemerahan, volume ±250 ml, bau khas
urine
6. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum dan Kesadaran : kesadaran composmentis atau sadar
penuh
b. TTV :
TD = 130/90 mmHg
Suhu = 36,5℃
RR = 20x/menit
Nadi = 80x/menit
c. Bb /Tb = 40 Kg/ 150 cm
7. Pemeriksaan Sistematik: Head To Toe
a. Kepala
Keadaan rambut : Bersih
Warna : keseluruhan rambut sudah beruban
Kebersihan : Terdapat kotoran didekat mata
Kesimetrisan Wajah : Simetris, Terdapat Keriput Dibagian Pipi, Dahi
Dan Mata
Kelainan : Tidak Ada
b. Mata
Posisi Mata : Simetris
Kelopak Mata : Simetris
Pergerakan Bola Mata : Pergerakan Mata Terkoordinasi
Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
Pupil : Isokor
Lapang Pandang : sudah sedikit rabun
Ketajaman Penglihatan : Cukup
Pemakaian Alat Bantu : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
c. Hidung
Bentuk Utuh : Ya
Membedakan Bau : Dapat
Sekresi : Tidak ada
Mukosa : Lembab
Pembengkakan : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
d. Telinga
Posisi : Simetris
Pendengaran : Baik
Nyeri : Tidak Ada
Serumen : Tidak Ada
Pinna, Tulang Rawan Elatis : Elastis
Tanda Radang : Tidak Ada
Pemakaian Alat Bantu : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
e. Mulut
Bibir : Warna Merah Kehitaman, Simetris
Kelembaban : Lembab
Gigi : Ada Caries, ada gigi hitam dan beberapa sudah tanggal
Lidah : Lidah Bersih
Reflek Menelan : Dapat Menelan
Reflek Mengunyah : Dapat Mengunyah
Pembesaran Tonsil : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
Bau Mulut : Tidak Ada
Sekret : Tidak Ada
f. Leher
Bentuk : Simetris
Kelenjar Getah Bening: Normal Tidak Ada Pembengkakan
Kelenjar Tyroid : Normal Tidak Ada Pembengkakan
Nyeri Menelan : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
g. Thorax
Jenis Nafas : Normal
Keluhan : Tidak Ada
Frekuens i : 20x/Mnt
Irama : Teratur
Kedalaman : Normal
Suara Nafas : Vesikuler
Batuk : Tidak Ada
Penggunaan Otot Bantu Nafas : Tidak Ada
Penggunaan Alat Bantu Nafas : Tidak Ada
h. Sirkulasi Jantung
Irama : Teratur
Bentuk Simetris : Simetris
Bercak-Bercak Merah : Tidak Ada
Mamae Simetris : Ya
Puting Susu : Masuk
Ekskresi Mamae : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
Lesi : Tidak Ada
Bunyi Jantung Normal : Reguler
Kelainan Bunyi Jantung : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada
Nyeri Dada : Tidak Ada
Kardiomegali : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
i. Abdomen
Bentuk : Datar
Kulit : Warna putih
Benjolan : Tidak Ada
Nyeri Tekan : Ada bagian perut bawah
Bising Usus : 16x/Mnt
Kelainan : Tidak Ada
Kandung Kemih : Terdapat distensi abdomen
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
j. Kulit Dan Kuku
1) Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : Lembab
Pucat : Tidak
Edema : Tidak Ada
Tekstur : Kasar
Kelainan : Tidak Ada
Kebersihan : Nampak kotor, dan berbau pesing
2) Kuku
Bentuk : Normal Tidak Terdapat Clubbing Finger
Warna : Merah Muda
CRT : <2 Detik
Kebersihan : Kotor Dan Panjang - Panjang
k. Ekstremitas Atas Dan Bawah
1) Ekstremitas Atas
Bentuk Simetris : Simetris
Sensasi Halus : Ada
Sensasi Tajam : Ada
Sensasi Panas : Ada
Sensasi Dingin : Ada
Gerakan Rom : Dapat
Refleks Bisep : Ada
Refleks Trisep : Ada
Pembengkakan : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
2) Ekstremitas Bawah
Bentuk Simetris : Ya
Sensasi Halus : Ada
Sensasi Tajam : Ada
Sensasi Panas : Ada
Sensasi Dingin : Ada
Gerakan Rom : Dapat
Refleks Patella : Ada
Pembengkakan Lipat Paha : Tidak Ada
Varises : Tidak Ada
Kelembaban : Lembab
Temperatur : Dingin
Kelainan : Tidak Ada
l. Genitalia
Bentuk Utuh : Ya
Pembengkakan : Tidak Ada
Rektum : Tidak Terdapat Benjolan Dan Lesi
9. Analisa Data
DO:
Pasien nampak meringis dan
menahan nyeri
pemantauan mengurangi
1. I Kamis, Widi
14-12-
2020
08.00 Mengkaji tingkat nyeri
DS:
pasien
Klien mengatakan
sehari yang lalu jatuh
dari dipan
P: Jatuh dari dipan
Q: pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Pasien mengatakan
nyeri pada pinggang
bawah
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri dirasakan
ketika pasien berusaha
duduk atau bergerak
dan berkurang saat
pasien berbaring
DO:
Pasien nampak
meringis dan menahan
nyeri
12.00 Melakukan kompres DS:
hangat pada daerah nyeri
P: Jatuh dari dipan
Q: pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Pasien mengatakan
nyeri pada pinggang
bawah
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri dirasakan
ketika pasien berusaha
duduk atau bergerak
dan berkurang saat
pasien berbaring
DO:
Pasien nampak masih
kesakitan
I 13.00 Memberikan obat DS : Widi
analgetik pada pasien Klien mengatakan
nyeri terasa mereda
setelah diberikan obat
DO :
Klien kooperatif
minum obat
17.00 Melakukan kompres DS:
hangat pada pasien
P: Jatuh dari dipan
Q: pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Pasien mengatakan
nyeri pada pinggang
bawah
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan
ketika pasien berusaha
duduk atau bergerak
dan berkurang saat
pasien berbaring
DO:
Pasien nampak sedikit
lega dan tidak
kesakitan
I 18.00 Memberikan obat DS : Widi
analgetik kepada pasien Klien mengatakan
nyeri terasa mereda
setelah diberikan obat
DO :
Klien kooperatif
minum obat
22.00 Memberikan obat DS :
analgetik kepada pasien Klien mengatakan
nyeri terasa mereda
setelah diberikan obat
DO :
Klien kooperatif
minum obat
2 I Jumat, Widi
15-12-
2020
08.00 Mengkaji tingkat nyeri
DS:
pasien
Klien mengatakan
sehari yang lalu jatuh
dari dipan
P: Jatuh dari dipan
Q: pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: Pasien mengatakan
nyeri pada pinggang
bawah
12.00 Memberika obat DS: klien mengatakan
analgetik pada klien nyeri berkurang ketika
sudah minum obat
DO:
Klien kooperatif
minum obat
I 13.00 Melakukan kompres DS : Widi
hangat pada daerah nyeri Klien mengatakan
nyeri semakin
berkurang ketika
dilakukan kompres
hangat
H. Evaluasi
Formatif
A: Masalah teratasi
A: Masalah teratasi
Memberikan Widi
kompres
hangat
Memberikan Widi
obat
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Pada
Pasien Tn.S dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan asuhan keperawatan Tn. S
mengalami perkembangan. Pengkajian yang diperoleh yaitu subjek mengalami jatuh dari
dipan dan pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk dibagian bawah pinggang. Dan
pasien mengatakan nyeri terasa saat berusaha duduk atau bergerak dan berkurang saat pasien
berbaring. Dari pengkajian tersebut dapat ditegakkan diagnose yaitu nyeri akut b.d agen
cedera fisik.
SARAN
Keluarga dan klien dapat lebih meningkatkan kerjasama dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih maksimal. Klien mampu
melakukan akitivitas minimal selama masa penyembuhan.