Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi Nyeri
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung
akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan
jaringan. Nyeri adalah sensasi penting bagi tubuh. Provokasi saraf- saraf sensorik
nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distres, atau penderitaan. Penilaian dan
pengukuran derajat nyeri sangatlah penting dalam proses diagnosis penyebab nyeri.
(Nanda International, 2017)
Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya berlangsung tidak lebih dari enam
bulan, awitannya gejalanya mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah
diketahui (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015)
Nyeri akut pada post sectio caesarea dirasakan setelah operasi selesai dan
pasien mulai sadar dan efek anastesi habis maka pasien akan merasakan nyeri pada
bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Banyak ibu yang mengalami nyeri pada
bagian luka bekas jahitan, keluhan tersebut wajar karena tubuh mengalami luka. Rasa
nyeri pada daerah sayatan yang membuat pasien terganggu dan merasa tidak nyaman.
Sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan, sehingga individu merasa
tersiksa yang akhirnya akan mengganggu aktifitas sehari- hari (Asmadi, 2012).
Dengan penilaian dan pengukuran derajat nyeri dapat dilakukan tata laksana
nyeri yang tepat, evaluasi serta perubahan tata laksana sesuai dengan respon pasien.
Nyeri harus diperiksa dalam suatu faktor fisiologis, psikologis serta lingkungan.
Penilaian nyeri meliputi : 1. Anamnesis umum
2. Pemeriksaan fisik
3. Anamnesis spesifik nyeri dan evaluasi ketidakmampuan ang ditimbulkan nyeri :
a) Lokasi nyeri
b) Keadaan yang berhubungan dengan timbulnya nyeri
c) Karakter nyeri
d) Intensitas nyeri
e) Gejala yang menyertai
f) Efek nyeri terhadap aktivitas
g) Tatalaksana yang sudah didapat
h) Riwayat penyakit yang relevan dengan rasa nyeri
i) Faktor lain yang akan mempengaruhi tatalaksana pasien
B. Tanda gejala nyeri akut
Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor sebagai
berikut (PPNI, 2016):
1) Tanda dan gejala mayor :
a) Secara subjektif pasien mengeluh nyeri.
b) Secara objektif pasien tampak meringis, bersikap protektif ( mis, waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
2) Tanda dan gejala minor :
a) Secara subjektif tidak ada gejala minor dari nyeri akut.
b) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat, pola napas berubah,
nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaphoresis.
C. Etiologi Nyeri Post Sectio Caesarea
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Dalam proses
pembedahan sectio caesarea akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga terputusnya jaringan ikat , pembuluh darah, dan sarafsaraf disekitar abdomen.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine, bradikinin, dan prostaglandin yang akan
menimbulkan nyeri akut. Selanjutnya akan merangsang reseptor nyeri pada ujung-ujung
saraf bebas dan nyeri di hantarkan ke dorsal spinal. Setelah impuls nyeri naik ke medulla
spinalis, thalamus menstransmisikan informasi ke pusat yang lebih tinggi ke otak
termasuk pembentukan jaringan system limbik, korteks, somatosensory dan gabungan
korteks sehingga nyeri di persepsikan. Maka untuk mengurangi rasa nyeri post sectio
caesarea dapat dilakukan dengan teknik farmakologis dan nonfarmakologis seperti teknik
distraksi dan relaksasi, sehingga akan menghasilkan hormone endorphin dari dalam
tubuh. Endorpin berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri yang memblok
transmisi impuls dalam otak dan medula spinalis. ri (Mubarak et al., 2015)

D. Penggolongan Nyeri
Nyeri dapat digolongkan dalam berbagai cara, yaitu:
a. Menurut jenisnya: nyeri nosiseptik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik
b. Menurut timbulnya nyeri: nyeri akut dan nyeri kronik
c. Menurut penyebabnya: nyeri onkologik dan nyeri non-onkologik
d. Menurut derajat nyerinya: nyeri ringan, sedang, dan berat Dengan penilaian nyeri
yang lengkap dapat dibedakan antara nyeri nosiseptik (somatik dan visera) dengan
nyeri neuropatik.
• Nyeri somatik dapat dideskripsikan Sebagian nyeri tajam, panas atau menyengat,
yang dapat ditunjukkan lokasinya serta diasosiasikan dengan nyeri tekan lokal di
sekitarnya.
• Nyeri visera dideskripsikan sebagai nyeri tumpul, kram atau kolik yang tidak
terlokalisir yang dapat disertai dengan nyeri tekan lokal, nyeri alih, mual, berkeringan
dan perubahan kardiovaskular.
• Nyeri neuropatik memiliki ciri khas:
1. Deskripsi nyeri seperti terbakar, tertembak, atau tertusuk
2. Nyeri terjadi secara paroksismal atau spontan serta tanpa terdapat faktor
presipitas
3. Terdapatnya diastesia (sensasi abnormal yang tidak menyenangkan yang
timbul spontan ataupun dispresipitasi), hiperalgesia (peningkatan derajat
respon terhadap stimulus nyeri normal), alodinia (nyeri yang dirasakan
akibat stimulus yang pada keadaan normal tidak menyebabkan nyeri), atau
adanya hipoestesia.
4. perubahan sistem otonom regional (perubahan warna, suhu, dan keringat)
serta phantom phenomena sangatlah penting untuk mengetahui tipe nyeri
yang diderita, karena durasi nyeri dan respon terhadap pemberian obat
analgesia beragam antar tipe nyeri.
E. Derajat Nyeri
Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat karena sangat
dipengaruhi oleh faktor subyektif seperti faktor fisiologis, psikologi, lingkungan.
Anamnesis berdasarkan pada pelaporan mandiri pasien yang bersifat sensitif dan
konsisten sangatlah penting.di mana tidak mungkin mendapatkan penilaian mandiri
pasien seperti pada keadaan gangguang kesadaran, gangguan kognitif, pasien
pediatrik, kegagalan komunikasi, tidak adanya kerjasama atau ansietas hebat
dibutuhkan cara pengukuran yang lain. Pada saat ini nyeri ditetapkan sebagai tanda
vital kelima yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan rasa nyeri dan
diharapkan dapat memperbaiki tatalaksana nyeri akut. Berbagai cara dipakai untuk
mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana dengan menentukan derajat nyeri secara
kualitatif sebagai berikut:
 Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu melakukan
aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur
 Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang hanya
hilang apabila penderita tidur.
 Nyeri berat adalah nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari,
penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu
tidur.
 Pengukuran Derajat Nyeri Mandiri
a. Numeric Rating Scale (NRS) Merupakan pengkajian yang dianggap
sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis kelamin, dan
perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut.
NRS, akan tetapi mempunyai kekurangan yaitu keterbatasan pilihan kata
untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan
tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar
kata yang menggambarkan efek analgesic.

Keterangan :
1) 0 : tidak nyeri
2) 1-3 : nyeri ringan ( secara objektif pasien mampu berkomunikasi
dengan baik)
3) 4-6 : nyeri sedang secara objektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan
dapat mengikuti perintah dengan baik
4) 7-9 : nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapinmasih respon terhadap tindakan dapat
menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan posisi alih napas panjang dan distrkasi.
5) 10 : Pasien sudah tidak mampu berkomunikasi, memukul.
F. Nyeri Post Sectio Caesarea Nyeri

a. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sectio caesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
depan perut atau vagina atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim. Tindakan operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah
kematian 12 janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau komplikasi yang
akan terjadi apabila ibu melahirkan secara SC (Marlina, 2014).
Sectio caesarea merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri. Nyeri biasanya terjadi pada 12 sampai 36 jam
setelah pembedahan, dan menurun pada hari ketiga (Kasdu, 2003).
b. Indikasi Menurut indikasi sectio caesarea terbagi menjadi (Putra dkk., 2021).
1) Panggul sempit dan dystocia mekanis; Disproporsi fetopelik, panggul sempit
atau jumlah janin terlampau besar, malposisi dan malpresentasi, disfungsi
uterus, dystosia jaringan lunak, neoplasma dan persalinan tidak maju
2) Pembedahan sebelumnya pada uterus; section caesarea, histerektomi,
miomektomi ekstensif dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan jahitan
cervical atau perbaikan ostium cervicis yang inkompeten dikerjakan sectio
caesarea. 3
Perdarahan; disebabkan plasenta previa atau abruptio pasenta.
3) Toxemia gravidarum; mencakup preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial
dan nephritis kronis.
4) Indikasi fetal; gawat janin, cacat, insufisiensi plasenta, prolapses funiculus
umbilicalis, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, post moterm
caesarean dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis.
c) Jenis-jenis sectio caesarea
Menurut Wiknjosastro (2007), sectio caesarea dapat diklasifikasikan menajdi 3 jenis, yaitu:
1) Sectio caesarea transperitonealis profunda Merupakan jenis pembedahan yang paling
banyak dilakukan dengan cara menginisiasi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa
keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang
tidak banyak bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus umumnya kuat
sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas
ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal Merupakan tindakan pembedahan
dengan pembuatan insisi pada bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm
dengan ujung bawah di atas batas plika vasio uterine. Tujuan inisiasi ini dibuat hanya
jika ada halangan untuk melakukan proses sectio caesarea Transperitonealis profunda,
misal karena uterus melekat dengan kuat pada dinding perut karena riwayat persalinan
sectio caesarea sebelumnya, inisiasi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari
perdarahan banyak yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta
previa. Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya resiko peritonitis
dan 4 kali lebih bahaya ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya
3) Sectio caesarea ekstraperitoneal Inisiasi pada dinding dan fasia abdomen dan
musculus rectus dipisahkan secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah
sedangkan lipatan peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen
bawah uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari infeksi
puerpureal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan terhadap infeksi,
pembedahan sectio caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan karena sulit
d) Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea menurut Jitowiyono (2010) yaitu :
1) Pada ibu a. Infeksi puerpereal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti
kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat
seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
2) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
3) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru dan sebagainya
sangat jarang terjadi.
4) . Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah sectio
caesarea secara klasik 2) Pada janin Seperti halnya dengan ibu, nasib anak
yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung drai keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara-
negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian
perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4-7 %.

G. Patofisiologi Nyeri Post Sectio Caesarea


Adanya hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
lahir secara normal misalnya, plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio Caesarea (SC). Dalam
proses operasi dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang akan ditutup dan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
H. Phatways

Plasenta previa
Panggul sempit Gawat janin Pre-eklamsia
totalis

Sercio caesarea

Post anestesi Luka post operasi

Penurunan Penurunan
Jaringan Jaringan
tonus otot v.u tonus otot
terputus terbuka

v
Proteksi
Penurunan Penurunan Penurun
kurang
kontraksi v.u kerja otot an kerja Meragsang
eliminasi otot pengeluaran
ekstremi
histamine dan
tas Resiko infeksi
Retensi urine prostaglandin
bawah
Penurunan
peristaltic
usus
Distensi
kandung Rangsangan
kemih saraf ujung
konstipasi
perifer

Gangguan
eliminasi Korteks
urine mempersepsika
n nyeri

Gangguan
Nyeri
pola tidur
I. .Diagnosa keperawatan Gangguan
1) Nyeri akut b.d pencedera fisik(luka sayatan) mobilitas fisik
2) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
3) Gangguan pola tidur b.d nyeri

J. Intervensi keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan  Setelah Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera dilakukan (SIKI, 2017)
fisik tindakan Observasi
keperawatan a. Identifikasi lokasi,
selama 3x24 karakteristik, durasi,
jam maka tingk frekuesi kualitas dan
nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria b. Identifikasi
hasil : .keluhan skalanyeri
nyeri dari dari c. Identifikasi faktor
meningkat yang memperberat
menjadi dan memperingan
menurun nyeri
 meringis dari Terapeutik
meningkat a. Berikan teknik
menjadi nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi
3.gelisah dari rasa nyeri
meningkat b. Kontrol
menjadi lingkungan
menurun yang memperberat
nyeri c.
Pertimbangkan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri Kolaborasi
a. Kolaborasi
pembberian analgetic
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan  Identifikasi
b.d nyeri dan kondisi perawatan 1x24 jam adanya nyeri
pasca operasi diharapkan pemenuhan atau keluhan
mobilitas fisik fisik lainnya,
terpenuhi dengan  Identifikasi
kriteria hasil: toleransi fisik
 Pergerakan melakukan
ekstremitas pergerakan.
meningkat,  Jelaskan
 Nyeri menurun tujuan dan
 Kecemasan prosedur
menurun  mobilisasi
 Kelemahan  Monitor
fisik menurun. keadaan
umum selama
melakukan
mobilisasi

 Libatkan
keluarga
untuk
membantu
klien dalam
meningkatkan
pergerakan
 Anjurkan
mobilisasi
dini (latihan
miring kanan
dan miring
kiri)
 Ajarkan
mobilisasi
sederhana
(duduk di
tempat tidur
 menganjurkan
klien berjalan
di sekitar
tempat tidur).
3 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Intervensi Utama
Tindakan asuhan Dukungan Tidur
keperawatan selama (I.05174)
…… Diharapkan pola  Indentifikasi
tidur klien membaik faktor
(L.05045) dengan pengganggu
kriteria hasil: tidur.
 Keluhan sulit  Jelaskan
tidur menurun. pentingnya
Keluhan tidur cukup
selama sakit.
 istirahat tidak  . Ajarkan
cukup faktor yang
menurun. berkontribusi
 . Pola tidur terhadap
membaik gangguan
tidur.

K. Implementasi keperatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi


Kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan  Identifikasi skala
dengan agen cedera fisik asuhan nyeri
keperawatan 3x24  Edukasi strategi
jam di harapkan nyeri
masalah teratasi  Monitor tanda-
dengan kriteria tanda vital kol
hasil : 1.Keluhan  aborasi pemberian
nyeri dari analgetic
menigkat menurun
2.meringis dari
meningkat menjadi
menurun
3.gelisah dari
menigkat menjadi
menurun

2 Gangguan mobilitaas fisik Setelah dilakukan  Identifikasi


berhubungan dengan nyeri asuhan adanya nyeri atau
keperawatan 3x24 keluhan fisik
jam di harapkan  Monitor kondisi
masalah teratasi umum selama
dengan kriteria melakukan
hasil : mobilisasi
1.pergerakan  Fasilitasi aktivitas
ekstremitas dari dengan alat bantu
menurun menjadi  Fasilitasi
meningkat melakukan
2.kekuatan otot pergerakan
dari menurun
menjadi meningkat
3.rentang gerak
dari menurun
menjadi meningkat
3. Gangguan pola tidur b.d Pola Tidur Dengan Dukungan Tidur
Nyeri post SC kriteria hasil : Observasi
 Keluhan  Identifikasi pola
sulit tidur aktivitas dan tidur
 Keluhan  Identifikasi faktor
sulit pengganggu tidur
terjaga (Fisik dan/atau
 Keluhan psikologis)
tidak puas  Identifikasi
tidur makanan dan
 Keluhan minuman yang
pola tidur mengganggu tidur
berubah (Mis : Kopi, teh,
 Keluhan alkohol, makan
istirahat mendekati waktu
tidak tidur, minum
cukup banyak air
 Kemampua sebelum tidur)
n  Identifikasi obat
beraktifitas tidur yang sering
dikonsumsi
Terapeutik
 Modifikasi
lingkungan
(Mis.pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan
tempat tidur)
 Batasi waktu tidur
siang, Jika perlu
 Fasilitasi
menghilangkan
strest sebelum
tidur
 Tetapkan jadwal
tidur rutin
 Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (Mis,
pijat, pengaturan
posisi, terapi,
akupresur)
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidurterjaga
Edukasi 11)
Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit 12) Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur

L. Evaluasi keperawatan

No Hari/taggal/jam Diagnose Evaluasi paraf


keperawatan
1 S (Subjektif) Data
Nyeri akut yang di peroleh dari
berhubungan dengan respon pasien secara
agen cedera verbal
fisik(luka sayatan)  Pasien
mengetahui
penyebab
dan tanda
nyeri
 Pasien
mengataka
n nyeri
berkurang
O: Pasien mampu
mengontrol
A:masalah teratasi
P:lanjutkan intervesi

2 Gangguan mobilitas S:pasien mengatakan


fisik b.d nyeri saat berjalan ke
kamar mandi dibantu
oleh keluarga masih
terasa nyeri tiba-tiba
karena terdapat luka
jahitan.
O: skala nyeri 4,
pasien mampu
melakukan tahap ke
3, mampu duduk di
atas tempat tidur
dan berjalan dibantu
oleh keluarga
A: gangguan
mobilitas fisik fisik
teratasi Sebagian
P: intervensi
dihentikan
3. Gangguan pola tidur S:pasien
b.d nyeri mengatakan kalua
kesulitan untuk
tidur
menurun,tidurnya
mulai membaik
O:
 Pasien tidak
menguap lagi
 Pasien
tampak rileks
 Kantong
mata pada
pasien
sedikit
berkurang
A:masalah teratasi
P:hentikan
intervensi
Daftar Pustaka
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/745
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=nyeri+akut+post+sectio+caesarea&oq=nyeri+akut+post+
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php/index.php?
p=show_detail&id=21151&keywords=

Anda mungkin juga menyukai