Anda di halaman 1dari 20

Konsep teori nyeri akut

a. Definisi
Menurut SDKI (2017) nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusaakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Etiologi

Penyebab nyeri akut salah satunya adalah agen pencedera fisik (prosedur

operasi) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nyeri merupakan suatu kondisi

yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.

Nyeri bersifat subjektif dan individual (Potter & Perry, 2010). Nyeri juga

merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2001).

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi

bedah, dan memiliki awitan bedah yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi

(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan

menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang

rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur.

Klien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi

meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya

mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut

ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya

meningkatkan persepsi nyeri.


Teori Gate Control mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan

dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat.

Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia di dalam

kornu dorsalis pada medula spinalis, talamus, dan sistem limbik. Suatu

keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari

otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P

untuk menstransmisikan impuls melalui mekanisme petahanan. Neuron beta-A

yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter

penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka

akan menutup mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang dominan berasal

dari serabut delta- A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut

dan klien akan mempersepsikan nyeri. Saat impuls diantarkan ke otak, terdapat

pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur

saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu

pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromodulator ini menutup

mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P (Potter &

Perry, 2010).

Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan

reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf

perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari

beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di

medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf

inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau

ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi

kualitas nyeri dan memproses


informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi

kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri (Potter & Perry, 2010).

c. Manifestasi klinis

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
 
Objektif
1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

 
gejala dan Minor
Subjektif
Objektif
1. Tekanan darah meningkat

2. pola napas berubah

3. nafsu makan berubah

4. proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

Fisiologi nyeri

Nyeri dapat dirasakan jika reseptor menginduksi serabut

saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut A-

delta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi

yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas

nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil,

menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-


menerus. Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari
serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang

aktif terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang

keluar jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut

di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di bagian kornu

dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu dorsalis, neurotransmitter

seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu transmisi

sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya

informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter &

Perry, 2010).

1. Tipe dan Karakteristik Nyeri

Menurut Ningsih & Lukman (2009), nyeri terbagi menjadi beberapa


tipe yaitu:
a. Nyeri berdasarkan durasi
Tabel 1. Tipe nyeri berdasarkan durasi
No Nyeri Akut Nyeri Kronis
Peristiwa baru, tiba-tiba, durasi Pengalaman nyeri yang
1) singkat menetap/kontinu selama lebih
dari enam bulan
Berkaitan dengan penyakit Intensitas nyeri sukar
2) akut, seperti operasi, prosedur diturunkan
pengobatan, trauma
Sifat nyeri jelas dan besar Sifatnya kurang jelas dan
3) kemungkinan untuk hilang kecil kemungkinan untuk
sembuh dan hilang
Timbul akibat stimulus Rasa nyeri biasanya
langsung terhadap rangsang meningkat
4)
noksius, misalnya mekanik dan
inflamasi
Umumnya bersifat sementara, Dikategorikan sebagai :
yaitu sampai dengan a) Nyeri kronis maligna
5)
penyembuhan b) Nyeri kronis non-
maligna
Area nyeri dapat identifikasi, Area nyeri tidak mudak
6)
rasa nyeri ceoat berkurang diidentifikasi
Sumber : Ningsih, N. dan Wasliah S., 2008 dalam Ningsih &
Lukman (2009)
b. Berdasarkan intensitas

Nyeri digolongkan nyeri berat, sedang dan ringan. Untuk

mengukur intensitas nyeri yang dirasakan seseorang, dapat

digunakan alat bantu yaitu dengan skala nyeri.

c. Berdasarkan transmisi

1) Nyeri menjalar

Nyeri yang terjadi pada bidang yang luas.

2) Nyeri rujukan (Reffered Pain)

Nyeri yang bergerak dari suatu daerah ke daerah yang lain.

d. Berdasarkan sumber atau asal nyeri


Tabel 2. Tipe nyeri berdasarkan sumber
Jenis Nyeri
Somatis
Karakteristik Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, Tajam, Tajam,
menusuk, tumpul, dan tumpul,
dan terus nyeri tonus,
membakar menerus dan kejang
Lokalisasi baik jelek Jelek
Menjalar Tidak Tidak Ya

2. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Sendi

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri sendi adalah

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada lansia. Kebanyakan lansia hanya menganggap

nyeri yang dirasakan sebagai proses menua. Perbedaan

perkembangan antara kelompok usia lansia dan anak-anak dapat


mempengaruhi bagaimana mereka bereaksi terhadap nyeri

(Andarmoyo, 2013)

b. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Individu akan menilai nyeri dari sudut pandang masing-masing

(Andarmoyo,2013).

c. Beban Sendi Yang Berlebihan dan Berulang-ulang

Pemeliharaan struktur dan fungsi sendi yang normal dilakukan

melalui penggunaan sendi yang teratur dalam aktivitas sehari-

hari. Namun, beban berlebihan dan berulang-ulang dari sendi

yang normal dapat meningkatkan resiko kerusakan degeneratif

pada sendi (Asmarani,2011).

d. Keletihan

Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping lansia (Andarmoyo, 2013).

e. Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak berarti bahwa individu tersebut akan lebih

mudah menerima nyeri pada masa yang akan datang. Nyeri yang

dirasakan terdahulu hanya sebagai gambaran pada nyeri yang

dirasakan saat ini (Andarmoyo, 2013).


f. Dukungan keluarga dan social

Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan

nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun

nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan

meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid,

2016).

g. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sebelumnya dapat mempengaruhi nyeri sendi

yang dirasakan. Pasien degenerasi sendi yang berat dapat

merasakan nyeri yang minimal dan ruang gerak yang luas, dan

sebaliknya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk

membedakan riwayat klinis dan riwayat penyakit (Asmarani,

2011)

3. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas Nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa

parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

sujektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri 2007

dalam Wiarto 2017)


Menurut Wiarto (2017) pengukuran nyeri dapat dilakukan

dengan alat ukur yaitu :

a. Pasien dapat berkomunikasi

1) Numerical Rating Scale (NRS)

Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi

terukur dengan mengobjektifkan pendapat subjektif nyeri.

Skala numerik dari 0 hinga 10, nol(0) merupakan keadaan

tanpa nyeri atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) suatu

nyeri yang sangat hebat

Gambar 1. Numerical Rating Scale (NRS)


Sumber : Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)

2) Visual Descriptif Scale (VDS)

Skala berupa garis lurus, tanpa angka. Bisa

mengekspresikan nyeri, arah kiri menuju tidak sakit, arah

kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira kira nyeri

yang sedang.

3) Visual Analogue Scale (VAS)

Skala berupa garis lurus yang panjangnya biasanya

10cm dengan penggambaran verbal pada masing-masing

ujungnya seperti angka 0(tanpa nyeri) sampai angka 10(nyeri


terberat). Nilai VAS 0-3 = nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang,

dan 7-10=nyeri berat.

Gambar 2. Visual Analogue Scale (VAS) Sumber


: Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)

b. Pasien tidak dapat berkomunikasi

1) Face Pain Rating Scale

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga sedih, digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasa dipergunakan

mulai anak usia 3 tahun.

Gambar 3. Face Pain Rating Scale


Sumber : Smeltzer & Bare dalam Wiarto (2017)
2) Behavioral Pain Scale (BPS)

BPS merupakan skala yang terdiri dari tiga indikator

yaitu ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas atas dan

toleransi terhadap ventilasi mekanik.


Tabel 3. Behavioral Pain Scale (BPS)
Indikator Karakteristik Nilai
Ekspresi Tenang 1
wajah Tegang sebagian(dahi mengernyit) 2
Tegang seluruhnya ( kelopak mata
3
menutup)
Meringis/ menyeringai 4
Ekstremitas Tenang 1
atas Menekuk sebaian daerah siku 2
Menekuk seluruhnya dengan dahi
3
mengepal
Menekuk total terus menerus 4
Toleransi Dapat mengikuti pola ventilasi 1
terhadap Batuk, tetapi masih bisa mengikuti
2
ventilasi pola ventilasi
mekanik Melawan pola ventilasi 3
Pola ventilasi tidak dapat diikuti 4

Konsep asam urat

1. Definisi

Gout Arthritis merupakan Suatu sindrom yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut yang banyak pada pria daripada wanita (Helmi, 2011).
Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan terjadi kelainan
metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner
dan Suddarth, 2012).
Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadarasam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis
gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.
Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20
kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini terutama menyerang sendi
tangan dan bagian metatarsofangeal kaki. Penyakit ini bersifat multisistemik yang
disebabkan oleh hiperurisemia dan penimbunan kristal asam urat di dalam jaringan.
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Masalah akan timbul jika
terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan
sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai
serangan gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan yang
hebat pada sendi dan jaringan lunak.
2. Patofisiologi asam urat

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7

mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih

besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout

tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat

dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan

diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,

penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer

tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu

ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.

Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium

urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout

atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi

metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat

serangan akut. Dengan demikian, gout dapat timbul pada keadaan

asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk

timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur


lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan

mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut.

Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium urat pada

metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang

berulang-ulang pada daerah tersebut.

Pathway

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi

2, yaitu:
a. Gout primer

Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga


berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya

pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan terjadinya

gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih

belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah

gout dan hiperurisemia primer. Gout arthritis primer yang merupakan akibat

dari hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi

(80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-20%).

b. Gout sekunder

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang menyebabkan

peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP

atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.

Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan

karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan

enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage disease dan kelainan karena

kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob.

Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang

menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari

intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk

IMP atau purine nucleotide ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk

IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia

akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu

karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan

fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.


4. Gejala/Tanda

Penyebab utama penyakit asam urat atau gout adalah meningkatnya kadar asam urat

dalam darah atau hiperurisemia. Serangan gout pertama biasanya hanya mengenai satu sendi

dan berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya menghilang secara bertahap dan tidak

timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya (Bangun, 2008). Beberapa gejala dan tanda

dari penyakit asam urat yaitu:

a. Bengkak, merah dan kaku di bagian tertentu.

b. Terasa nyeri hebat pada sendi yang terkena penyakit dan terasa panas saat

bagian yang bengkak disentuh. Rasa nyeri ini terjadi karena kristal-kristal purin

yang bergesekan saat sendi bergerak.

c. Serangannya dapat terjadi sewaktu-waktu akibat mengkonsumsi makanan yang

kaya purin. Terkadang serangannya terjadi secara berulang-ulang. Jika

d. hanya pegal linu pada otot dan sendi tanpa nyeri hebat maka dapat dipastikan

bukan radang sendi.

e. Gejala asam urat menyebabkan bagian yang terserang berubah bentuk. Gejala ini

dapat terjadi di tempurung lutut, punggung lengan, tendon belakang,

pergelangan kaki, dan daun telinga. Gejala ini lebih banyak dialami oleh para pria

yang berusia lebih dari 30 tahun sekitar 90% dan pada wanita umumnya terjadi

saat mengalami masa menopause

Konsep asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien asam urat

1. Pengkajian

1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, Tgl MRS, No. Reg., dx medis.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluahan Utama
Nyeri disertai pembengkakan dan kemerahan dari sendi yang sakit
(terutama pada sendi )
b. Riwayat Penyakit Sekarang
P :  Provokatif / Pallatif / Penyebab
      Kaji penyebab
Q : Quantitas / Quantitas Nyeri
Kaji seberapa sering px menyerangiai, tindakan apa yang dapat
menyebabkan nyeri.
R : Regional / area yang sakit
Sering mengenai sendi dipangkal ibu jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan dan sikut.
S :  Severtity / Tingkat Keparahan
Kaji derajat nyeri px
- demam  - menggigil
T :  Time
Kapan keluhan dirasakan ?
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah
mengalami penyakit yang sama seperti saat ini ?
4. Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan klien ?
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang
lain seperti (HT, DM, TB, Pneumonia, dll.)
5. Riwayat Psikologis Spiritual
a. Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima
penyakit yang dideritanya ?
b. Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di
Rumah Sakit dan apakah klien bisa beradaptasi dengan klien yang lain ?
c. Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan
melaksanakan ibadahnya menurut agamanya ?
6. Pemenuhan Kebutuhan
a. Pola Nutrisi
Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit rendah
putin pantangan makanan kaya protan.
Minum: Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan
indikasi
b. Pola Eliminasi
BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.
BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna

c. Pola Aktivitas
Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas
mengalami keterbatasan tentang gerak, kontrktur / kelainan pada sendi.
d. Istirahat tidur
Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun di
rumah sakit.
e. Personal Hygiene
Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci
tangan, kebersihan rambut, dll.)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Kesadaran 
d. GCS
8. Pemeriksaan Persistem
a. Otot, Tulang, integumen
Otot, tulang
1) Mengalami atrofi pada otot.
2) Kontraktur / kelainan pada sendi.
Integumen
3) Kaji tumor kulit.
4) Kulit tampak merah, keunguan, kencang, licin, teraba hangat pada
waktu sendi membengkak.
b. Pulmonaile
1) Kaji bentuk dada, frekwensi pernafasan. Apakah ada nyeri tekan.
2) Dan apakah ada kelainan pada bunyi nafas.
c. Cardiofaskuler
1) Inspeksi : terjadi distensi vena
2) Palpasi : Takhikardi
3) Auskultasi : Apakah ada suara jantung normal S1 dan S2 tunggal
d. Abdomen
Pada penderita Gout Artritis biasanya terjadi anoreksia dan konstipasi.
e. Urologi
Hampir pada 20 % penderita Gout Artritis memiliki batu ginjal.
f. Muskuluskeletal
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
2) Tofi dengan gout kronik, ini temuan paling bermakna. Tofi adalah
pembesaran jaringan permanen diakibatkan dari deposit kristal urat
natrium, dapat terjadi dimana saja pada tubuh tetapi umum ditemukan
pada sendi sinovial, bursa alecranon dan vertebrate.
3) Laporan episode serangan gout adalah nyeri berdenyut, berat dan
tak dapat ditoleransi.
g. Reproduksi
Biasanya mengalami gangguan pada saat melakukan aktivitas sexual
akibat kekauan sendi.
2. Diagnosa
Nyeri akut b.d agen pencedara fisiologis d.d tampak meringis, bersikap protektif,
dan gelisah
3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Nyeri akut b.d agen pencedara Setelah dilakukan Observasi :
fisiologis d.d tampak meringis, tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi,
bersikap protektif, dan gelisah selama kurang lebih karakteristik, durasi,
2x24 jam tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
diharapkan : intensitas nyeri
a. Melaporkan - Identifikasi skala nyeri
nyeri terkontrol - Respons nyeri nonverbal
(5) - Identifikasi faktor yang
b. Kemampuan memperberat dan
mengenali onset memperingan nyeri
nyeri (5) - Identifikasi pengetahuan
c. Kemampuan dan keyakinan tentang
mengenali nyeri
penyebab nyeri - Identifikasi pengaruh
(5) budaya terhadap respon
d. Kemampuan nyeri
menggunakan - Identifikasi pengaruh nyeri
teknik non- pada kualitas hidup
farmakologis (5) - Monitor keberhasilan
e. Dukungan terapi komplementer yang
teman terdekat sudah diberikan
(5) Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik

4. Implementasi

a. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses

keperawatan yaitu katagori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaiakan. Dalam teori, implementasi dari

rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan

dari proses keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan

perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil

meningkatkan kondisi pasien (Potter & Perry, 2010). Evaluasi dibagi menjadi

2 macam :

1. Evaluasi proses (formatif)

2. Evaluasi hasil (sumatif)

Probolinggo,12 februari 2021


Mahasiswa
(INDAH DWI KUSUMA WARDANI)
NIM: P17211191008

Anda mungkin juga menyukai