Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN COVID-19 DI

INDONESIA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Kebijakan Kesehatan Nasional
yang dibina oleh Bapak Joko Wiyono, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

Kelompok 6
Tingkat 3A

Anggota :
1. Aimmah Diniyah P17211191023
2. Taysa Safarida P17211193032
3. Nimas Ayu Mutiara P17211193036
4. Bharanida Ramashiya A.J P17211193040
5. Ummatus Sholehah P17211193044
6. Azizah Ayu Prahasti P17211193047

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
dan tujuan dari pembuatan makalah

1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi


penyakit virus korona 2019 (Covid-19) yang saat ini juga berlangsung di
seluruh dunia. Pertama kali kasus positif yang tekonfirmasi di Indonesia
yaitu pada bulan Maret dan pasien pertama ini bukanlah seorang WNI
dengan infeksi virus SARS-CoV-2. Covid-19 atau Corona Virus Desease
2019 disebabkan oleh virus korona sindrom pernapasan akut berat (SARS-
CoV-2). Kematian yang terkonfimasi akibat Covid-19 yaitu pada tanggal
11 Maret 2020. Meskipun begitu, sebelum kasus pertama terkonfirmasi,
seorang karyawan Telkom meninggal dunia pada 3 Maret 2020 tetapi
dinyatakan positif Covid-19 baru pada tanggal 15 Maret yang juga
menulari istri dan anaknya. Dugaan lain tersebarnya kasus virus korona di
Indonesia yaitu adanya beberaa wisatawan yang datang berkunjung atau
transit di Bali kemudia dinyatakan positif SARS-CoV-2 setelah tak lama
mereka kembali ke Tiongkok, Jepang, Singapura, dan Selandia Baru.
DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah merupakan provinsi
yang paling terpapar SARS-CoV-2 di Indonesia. Tidak hanya itu, pada
tanggal 9 April 2020, pandemi sudah meyebar pada 34 proinsi di
Indonesia. Hingga tanggal 15 Oktober 2021, tercatat di Indonesia kasus
positif sejumlah 4.233.014 dengan Indonesia menduduki tempat pertama
di Asia Tenggara. Angka kematian yang teronfirmasi Covid-19 di Indonesi
menduduki perungkat terbanyak ketiga di Asia angka kematian 14.889
jiwa, namun perkiraan angka tersebut jauh lebih tinggi dari data karena
banyaknya kasus kematian Covid-19 yang terhitung degan gejal Covid-19
akut yang masih dites atau belum dikonfirmasi.
Demi menekan pertumbuhan kasus positif Covid-19, 4 Apri 2020
ditetapkan wilayah pembatasan sosial berskala besar di wilayah DKI
Jakarta oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah terus berupaya
dalam menekan angka penyebaran Covid hingga saat ini. Setelah
menetapkan kebijakan penggunaan PSBB, pemerintah kemudian
menetapkan kebijakan
Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali
sejak awal Januari 2021. Dengan adanya langkah ini, diharapkan bisa
menjadi momentum bagi munculnya aksi terpadu untuk mencegah
penularan Covid-19 antara pusat, daerah, dan antardaerah itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan


masalah yang dapat diambil yaitu:
1.2.1. Bagaimana sejarah adanya Pandemi Covid-19 di Indonesia?
1.2.2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menangani Pandemi
Covid-19 di Indonesia?
1.2.3. Apa itu kebijakan PPKM?
1.2.4. Bagaimana dampak dari penetapan kebijakan PPKM di
Indonesia?
1.2.5. Bagaimana mekanisme dan tingkatan pada kebijakan PPKM di
Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari


pembuatan makalah ini yaitu:
1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui program penanganan Covid-19 di


Indonesia
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui sejarah adanya Pandemi Covid-19 di
Indonesia
1.3.2.2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam
menangani Pandemi Covid-19 di Indonesia
1.3.2.3. Untuk mengetahui kebijakan PPKM
1.3.2.4. Untuk mengetahui dampak dari penetapan kebijakan
PPKM di Indonesia
1.3.2.5. Untuk mengetahui mekanisme dan tingkatan pada
kebijakan PPKM di Indonesia
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang tinjauan teori yang mencakup perjalanan COVID-
19 di Indonesia, dampak COVID-19, kebijakan pemerintah dalam menangani
COVID-19, level PPKM, dampak PPKM, dan ,mekanisme PPKM.

2.1 Perjalanan COVID-19 di Indonesia


Pada 1 Desember 2019, pertama kali dilaporkan adanya kasus
pneumonia misterius yang muncul disebuah pasar ikan di wilayah
Wuhan, Provinsi Hubei, China yang belum diketahui penyebabnya
(Purnama, 2021). Gejala dari pasien pada saat itu meliputi demam, malaise,
batuk kering, dan dispnea yang didiagnosis sebagai gejala infeksi virus
pneumonia (Genecraft labs, 2019). Karena gejala awal yang muncul serupa
dengan pneumonia, oleh karena itu pers menyebutnya dengan pneumonia
Wuhan (Genecraft labs, 2019). Pada tanggal 18 Desember hingga 29
Desember 2019, berdasarkan laporan terdapat lima pasien yang dirawat
dengan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) (Purnama, 2021).
Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat kiat
pesat yang ditandai dengan dilaporkannya 44 kasus (Purnama, 2021).
Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, penyakit ini telah menyebar di
berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.
Berdasarkan sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru
(Purnama, 2021).
Pada awalnya, penyakit ini diberi nama sementara sebagai 2019
novel coronavirus (2019-nCoV) (Purnama, K.V.S., 2021). Kemudian
WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus
Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SAR-CoV-2) yang dapat
ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas
di China dan lebih dari 190 negara dan wilayah lainnya (Purnama,
K.V.S., 2021). Hingga pada 12 Maret 2020, karena semakin
menyebarkan kasus ini, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai
pandemi global (Purnama, 2021).
Menurut Purnama, (2021), hingga tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif
COVID-19 dan 136 kasus kematian (Purnama, 2021).Sejak kasus pertama
di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan
memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020.
Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.
Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporka n dari berbagai negara
seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka,
Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina,
India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman. (Susilo,
2020:45 dalam Purnama, 2021).
Di Indonesia, COVID-19 ini muncul pertama kali pada 2 Maret 2020
dengan dua kasus positif Covid. Namun, Namun, Pakar Epidemiologi
Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyebutkan virus corona jenis
SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 itu sudah masuk ke Indonesia
sejak awal Januari (Pranita, 2020). Hanya saja, Pranita E, (2020),
menuliskan bahwa menurut identifikasi kasus pertama pada awal Maret itu
sudah merupakan transmisi lokal dan bukan penularan kasus impor.
Masuknya virus tersebut sangat mungkin terjadi melalui pintu-pintu
gerbang di beberapa wilayah Indonesia (Pranita, 2020). Hal ini berkaitan
dengan kondisi disaat dimana Corona jenis baru diumumkan dapat
menular dan telah menyebar ke berbagai negara, pemerintah Indonesia
tidak segera menutup akses penerbangan langsung dari dan menuju Wuhan
sehingga memperbesar kemungkinan masuknya virus tersebut ke
Indonesia (Pranita, 2020).
Pada saat itu, Pemerintah Indonesia merasa sudah cukup melakukan
langkah-langkah antisipasi antara lain dengan menggunakan Health Alert
Card atau Yellow Card, juga Thermal Scanner untuk mengecek suhu tubuh
diatas 38,5 derajat Celsius di pintu masuk dan keluar RI (Pranita, 2020).
Alhasil, menurut Pandu dalam Pranita, 2020, data laporan kumulatif kasus
konfirmasi positif Covid-19 yang setiap hari ditemukan oleh pemerintah
menunjukkan bahwa sejak Maret hingga April data grafik semakin
meningkat signifikan di wilayah Sumatera Utara, Bali, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

2.2 Dampak COVID-19


Menyebarnya COVID di Indonesia memberikan dampak yang besar
bagi seluruh aspek seperti kesehatan, ekonomi, politik, dan sosial.
Dampak-sampak tersebut diantaranya dirinci dalam poin-poin berikut:
A. Dampak kesehatan
1. Banyaknya tenaga kesehatan yang kelelahan akibat tingginya
angka covid di Indonesia
2. Penerapan 3M di lingkungan masyarakat meliputi menjaga
jarak, memakai masker, dan mencuci tangan
3. Dibentuknya rumah sakit darurat COVID-19 untuk
emnampung kelebihan pasien yang tidak dapat dirawat di
Rumah sakit
4. Tingginya resiko penularan covid pada pasien dengan resiko
tinggi yang dapat menyebabkan kematian
5. Langkanya tabung gas oksigen, obat-obatan, dan alat
kesehatan lain
B. Dampak ekonomi
1. pelaku industri atau penyedia barang dan jasa suka tidak suka
harus menderita kerugian yang cukup besar akibat penurunan
permintaan (demand).
2. para pelaku industri skala besar harus mengurangi atau bahkan
menghentikan kegiatan operasionalnya karena penurunan
permintaan
3. pemerintah harus merevisi APBN sebagai konsekuensi
berbagai langkah emerjensi yang diambil
4. realokasi anggaran untuk memperkuat sektor kesehatan dalam
penanganan COVID-19
5. berkurangnya kunjungan pada sector pariwisata yang
berpengaruh terhadap income daerah dan negara
C. Dampak politik
1. Perencanaan ulang pelaksanaan Pilkada serentak di Indonesia
2. Perencanaan ulang pemindahan ibukota berkaitan dengan krisis
ekonomi yang dihadapi negara terhadap defisit APBN
3. Perencanaan ulang pembahasan mengenangi rancangan
undang-undang dalam skema omnibus law
D. Dampak sosial
1. Pembatasan interaksi sosial di masyarakat untuk menghentikan
penyebaran COVID-19 melalui kebijakan sosial distancing,
PPKM, dan lain sebagainya.
2. Lebih ketatnya penerapan kebijakan penegakan hukum (law
enforcement) dengan mengerahkan aparatur negara seperti
polisi, TNI, dan perangkat pemerintah di daerah.
3. Pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal gelombang lanjutan
sebagai insentif agar para pemudik tidak memutuskan pulang
ke kampung halaman pada hari raya.
4. Pemerintah menyiapkan stimulus fiskal untuk menopang sektor
industri angkutan atau transportasi yang harus terdampak
karena larangan mudik.

2.3 Kebijakan Pemerintah dalam Menangani COVID-19


Dalam rangka penanggulangan pandemi COVID-19 yang bertujuan
untuk keselamatan rakyat, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui
konsistensi kepatuhan protocol kesehatan COVID-19 dan pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Selain pengaturan
pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, dihimbau agar setiap
daerah mengintensifkan kembali protokol kesehatan (menggunakan
masker yang baik dan benar, menjaga jarak dan mneghindari kerumunan
yang berpotensi menimbulkan penularan), disamping itu memperkuat
kemampuan tracking, sistem dan manajemen tracing, perbaikan treatment
termasuk meningkatkan fasilitas kesehatan. Pengaturan pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat terdiri dari:
a. membatasi tempat/kerja perkantoran dengan menerapkan work
from home (WFH) sebesar 75% dan work from office (WFO)
sebesar 25% dengan memberlakukan protokol kesehatan secara
lebih ketat.
b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring
c. Untuk sektor esensial yang berkaitan dengan kebutuhan pokok
masyarakat tetap dapat beroperasi 100% dengan pengaturan jam
operasional, kapasitas, dan penerapan protokol kesehatan secara
lebih ketat.
d. Melakukan pengaturan pemberlakuan pembatasan:
1. Kegiatan restoran makan/minum di tempat sebesar 25% dan untuk
layanan makanan melalui pesan antar/dibawa pulang tetap
diijinkan sesuai dengan jam operasional restoran
2. Pembatasan jam operasional untuk pusat perbelanjaan/mall sampai
dengan pukul 19.00 WIB.
e. Mengijinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100% dengan
penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.
f. Mengijinkan tempat ibadah untuk dilaksanakan dengan pengaturan
pembatasan kapasitas sebesar 50% dengan penerapan protokol
kesehatan secara lebih ketat.

Selain penerapan PPKM, pemerintah daerah diharapkan


melaksanakan pengetatan aktivitas dan edukasi dengan prinsip sebagai
berikut :
a. COVID-19 paling menular pada kondisi tetutup, pertemuan-
pertemuan panjang (lebih dari 15 menit), interaksi jarak dekat,
keramaian, aktivitas dengan bernapas kuat misalnya bernyanyi,
berbicara dan tertawa dan tidak memakai masker.
b. Penggunaan masker dengan benar dam komsisten adalah protokol
kesehatan paling minimal yang harus diterapkan setiap orang.
c. Mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer secara berulang
terutama setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain,
menyentuh daerah wajah dengan tangan perlu dihindari.
d. Jenis masker yang lebih baik, akan lebih melindungi. Saat ini,
penggunaan masker 2 lapis merupakan pilihan yang baik. Masker
sebaiknya perlu diganti setelah digunakan lebih dari 4 jam.
e. Penerapan protokol kesehatan dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor ventilasi udara, durasi, dan jarak
interaksi, untuk meminimalisir risiko penularan dalam
beraktivitas.
f. Pertimbangan jarak dapat diterapkan sebagai berikut:
1. Beraktivitas dari rumah saja, dan berinteraksi hanya dengan
orang-orang yang tinggal serumah.
2. Jika harus meninggalkan rumah, maka harus selalu
mengupayakan jarak minimal 2 meter dalam berinteraksi
dengan orang lain. Mengurangi/menghindari kontak dengan
orang lain yang tidak tinggal serumah
3. Mensosialisasikan berbagai petunjuk visual di tempat umum
terkait pencegahan dan penanganan COVID-19
g. Pertimbangan durasi dapat diterapkan sebagai berikut:
1. Jika harus berinteraksi dengan orang lain atau menghadiri
acara, dilakukan dengan durasi yang singkat untuk
mnegurangi resiko penularan.
2. Dalam perkantoran, penjadwalan dan rotasi dapat membantu
untuk mengurangi durasi interaksi.
h. Pertimbangan ventilasi dapat diterapkan sebagai berikut:
1. Berkegiatan di luar ruangan memiliki resiko penularan yang
jauh lebih rendah dibandingkan di dalam ruangan
2. Ruangan harus selalu diupayakan untuk memiliki ventilasi
udara yang baik.membuka pintu, jendela dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko penularan
i. Dalam kondisi penularan sudah meluas di komunitas, maka
intervensi yang lebih ketat dengan membatasi mobilitas
masyarakat secara signifikan.
j. Penguatan 3T(testing, tracing, treatment) perlu terus diterapkan.
k. Upaya percepatan vaksinasi harus terus dilakukan untuk
melindungi sebanyak mungkin orang dan upaya ini dilakukan
untuk menurunkan laju penularan serta mengutamakan
keselamatan kelompok rentan, mengingat kapasitas kesehatan
yang terbatas dan dampak jangka panjang dari infeksi COVID-19.

2.4 Level PPKM


Istilah PPKM darurat tidak lagi digunakan dalam menerapkan
kebijakan pembatasan kegiatan di wilayah Pulau Jawa dan Bali. PPKM
darurat berganti nama menjadi PPKM level 3-4. Perbedaan level PPKM
ini mengacu pada pedoman organisasi kesehatan dunia (WHO) yang
diterbitakan pada 2020. Dalam pedoman tersebut dinyatakan bahwa level
krisis suatu daerah dapat dilihat dari dua faktor yaitu laju penularan dan
kesiapan suatu wilayah. Aturan yang diberlakukan pada PPKM sesuai
dengan masing-masing level di daerah. Level ini ditetapkan berdasarkan
asesmen level situasi pandemic, yang merupakan indikator untuk
mengetatkan dan melonggarkan upaya pencegahan dan penanggulangan
pandemi COVID-19. Berikut aturan PPKM berdasarkan level
kriteria Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Pekerjaan non-
WFO 75% WFO 50% WFH 100% WFH 100%
esensial: WFO
(jika sudah
divaksin)
Pekerjaan esensial
100% 100% 100% 100%
dibagi 2 shift
(dengan prokes
ketat)
Toko atau pasar
Kapasitas 75%Kapasitas 75%
Kapasitas 50%
Kapasitas 50%
kebutuhan tutup pukul tutup pukul tutup pukul
sehari-hari 21.00 20.00 20.00
Pasar rakyat selain
Kapasitas 75%Kapasitas 75%
Kapasitas 50%
Kapasitas 25%
kebutuhan tutup pukul tutup pukul tutup pukul
sehari-hari 21.00 15.00 15.00
Mall/plaza Kapasitas 75%
Kapasitas 50%
Kapasitas 25%
Tutup, kecuali
tutup pukul tutup pukul tutup pukul apotek dan
21.00 20.00 17.00 toko obat
PKL, barbershop
Tutup pukul
Tutup pukul
Tutup pukul
Tutup pukul
dan sejenisnya 20.00 20.00 20.00 20.00
Warung makan,
Kapasitas 75%
Kapasitas 50%
Kapasitas 25%
Kapasitas
PKL, lapak tutup pukul tutup pukul tutup pukul maksimal 3
jajanan di ruang 21.00 20.00 20.00 orang, tutup
terbuka (makan pukul 20.00
di tempat 30
menit)
Restoran di ruang
Kapasitas 75%Kapasitas 50%Take away Take away
tertutup
Kegiatan belajar
50% daring
50% daring
100% daring 100% daring
mengajar 50% 50% tatap
tatapmuka muka
Tempat ibadah Kapasitas 50%Kapasitas 50%Kapasitas 25%

Indikator penetapan level wilayah PPKM memiliki ketentuan


sebagai berikut :
1. penurunan level kabupaten/kota dari level 3 menjadi level 2,
dengan capaian total vaksinasi dosis 1 sebesar 50% dan vaksinasi
dosis 1 lansia minimal 40%.
2. Penurunan level kabupaten/kota dari level 2 menjadi level 1,
dengan caaian total vaksinasi dosis 1 minimal 70% dan vaksinasi
dosis 1 lansia minimal 60%.
2.5 Dampak PPKM
2.5.1 Dampak PPKM pada UMKM

Masyarakat dihadapkan pada situasi yang semakin sulit


salah satunya ialah dampak yang terasa bagi pelaku Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adanya pembatasan jumlah
pelanggan yang datang ke tempat usaha, pembatasan waktu atau
jam usaha yakni hanya diperbolehkan melakukan operasional
dari pukul 8.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB  di setiap harinya,
sehingga tempat transaksi jual beli beroperasi tidak seperti
biasanya, yang terdampak seperti mal, toko, sampai ke pedagang
kecil sebagian besar tentu mengalami kerugian karena aturan
yang ada membuat daya beli masyarakat menjadi lesu.

Kegiatan produksi, distribusi, dan pemasaran yang biasanya


dapat memberikan keuntungan sehingga para pelaku UMKM
bisa menutupi anggaran untuk kebutuhan bahan baku hingga
penggajihan karyawan, secara drastis mengalami kemerosotan.
Tentunya ini menjadi ancaman bagi perekonomian nasional,
karena sebagaimana diketahui bahwa UMKM berkontribusi
besar dan krusial bagi perekonomi nasional.

Para pelaku UMKM mengalami penurunan omset


pendapatan yang cukup signifikan. Keadaan yang menjadi serba
sulit pun tidak dapat dihindarkan, tidak jarang para pelaku
UMKM yang tidak lagi mampu bertahan dengan terpaksa harus
gulung tikar atau beralih profesi.

2.5.2 Dampak PPKM pada Masyarakat Kecil

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi


sekaligus Koordinator PPKM Darurat, mengatakan PPKM
Darurat bukan pilihan mudah bagi pemerintah. Pemerintah
menyadari penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berdampak pada
pendapatan rakyat kecil. Karna di satu sisi harus menghentikan
penularan varian Delta dan di sisi lain dampak terhadap
ekonomi rakyat kecil cukup besar karena berpengaruh kepada
omset usaha atau pendapatan harian pedagang kecil. Jika PPKM
terus diperpanjang maka biaya ekonomi di masyarakat akan
semakin besar. Dampaknya kemiskinan akan bertambah dan
kesenjangan ekonomi akan melebar.

Sebagai upaya meringankan beban rakyat yang terdampak,


Presiden telah memerintahkan jajaran untuk memberikan
tambahan bantuan sosial senilai Rp39,19 triliun untuk
masyarakat, APBN akan diperkuat untuk merespons dampak
negatif peningkatan kasus Covid-19 kepada perekonomian dan
diperlukan akselerasi vaksinasi, efektivitas PPKM Darurat, dan
kesiapan sistem kesehatan, baik itu fasilitas kesehatan dan
tenaga kesehatan.

2.5.3 Dampak PPKM pada Sektor Pendidikan

Pemberlakuan PPKM memberikan pro dan kontra pada


sector pendidikan. Berikut ini adalah Dampak Negatif dari
pemberlakuan PPKM

1. Ancaman putus sekolah 

Anak berisiko putus sekolah lantaran terpaksa


bekerja demi membantu perekonomian keluarga.

2. Penurunan capaian belajar 

Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan


akses dan kualitas selama Pembelajaran Jarak Jauh.
Tidak hanya kualitas dan akses, jenjang pendidikan juga
punya permasalahan-permasalahan yang spesifik.
3. Tanpa sekolah, anak berpotensi menjadi korban
kekerasan rumah tangga yang tidak terdeteksi guru.

4. Keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas


penunjang belajar daring .

5. Anak berisiko kehilangan pembelajaran atau learning


loss.
Menurut Nahdiana, kegiatan belajar tatap muka di kelas
menghasilkan pencapaian akademik lebih baik
ketimbang Pembelajaran Jarak Jauh.

6. Anak kurang bersosialisasi.

Tidak hanya itu, kondisi belajar yang tidak dinamis,


kesepian, dan siswa mengalami depresi karena tidak
bertemu dengan teman-teman dan gurunya. Hal ini
berdampak pada kesehatan mental anak yang makin hari
makin menurun.

Adapun dampak positif Pembelajaran Jarak Jauh adalah:

1. Anak memiliki banyak waktu di rumah bersama


keluarga.

2. Metode belajar yang variatif.


Ketimbang anak hanya berada di dalam kelas, kini
mereka lebih fleksibel belajar dari rumah.

3. Anak peka dan beradaptasi dengan perubahan.

4. Mau atau tidak, anak pasti harus mengeksplorasi


teknologi.

5. Sebagian anak merasa nyaman belajar dari rumah karena


tak ada yang merisak.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Nadiem Makarim mengatakan semua aturan pembelajaran tatap
muka diatur dalam SKB empat Menteri dan mengedepankan
kehati-hatian dan kesehatan semua insan pendidikan.
Sebelumnya, SKB tersebut menyatakan pada tahun ajaran baru
2021-2022 yakni Juli, sekolah diberikan opsi untuk
melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas untuk
menghindari dampak-dampak negatif berkelanjutan pada peserta
didik.

2.5.4 Dampak PPKM pada Pariwisata


Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang
pendapatan negara, baik itu pemasukan dari wisatawan
mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus).
Selama pandemi Covid-19, Indonesia lebih banyak
mengandalkan kegiatan wisata para wisnus yang berlibur ke
tempat wisata antarkota/kabupaten atau antar pulau. Kendati
demikian, dibatasinya mobilitas masyarakat dan ditutupnya
sebagian besar tempat wisata tidak menguntungkan para pelaku
pariwisata.
Tahun ini parekraf masih berada di fase bertahan atau
survival dari pandemi. Sektor parekraf dinilai masih sulit
bangkit karena terganjal sejumlah pembatasan selama
pandemi, salah satunya pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) level 1-4.
Untuk mendukung pemulihan, sektor pariwisata harus
memerhatikan beberapa aspek di antaranya, aspek wisatawan,
aspek destinasi, aspek transportasi, dan aspek promosi,
pengunjung yang datang harus dipastikan memiliki risiko kecil
terpapar atau memaparkan virus. Selain itu, transportasi yang
digunakan perlu memiliki risiko paparan paling rendah, serta
adanya jaminan kesehatan yang jelas, seperti disediakannya
sentra vaksinasi di destinasi wisata atau adanya fasilitas layanan
kesehatan yang memadai

2.6 Mekanisme PPKM


Lonjakan kenaikan kasus Covid-19 tidak bisa dipungkiri semakin
menambah kekhawatiran masyarakat. Pemerintah memberlakukan berbagai
upaya seperti PSBB, PPKM Mikro, hingga PPKM darurat. Pada gelombang
kedua di masa pandemic, PPKM darurat berlaku dari tanggal 3 Juli sampai 20
Juli 2021 di wilayah Jawa dan Bali. Lalu seiring dengan lonjakan kasus
Covid-19 di Indonesia pemerintah telah memperpanjang kebijakan PPKM ini
sebanyak 4 kali. Di tengah upaya penekanan kenaikan kasus Covid-19,
masyarakat terombang-ambing dalam ketidakpastian akan berakhir sampai
kapan pemberlakuan PPKM darurat yang dirasa menyulitkan berbagai sektor
dalam kehidupan sehari-hari.

           PPKM diberlakukan untuk membendung laju kenaikan angka


positif virus corona atau Covid-19. Awalnya, PPKM diberlakukan di wilayah
Jawa dan Bali. Kemudian PPKM Darurat diperluas ke 15 daerah di luar Jawa-
Bali, meliputi kabupaten kota di sejumlah provinsi. Terdiri dari Kota Tanjung
Pinang dan Batam (Kepulauan Riau), Kota Singkawang dan Pontianak
(Kalimantan Barat), Kota Padang Panjang dan Bukittinggi (Sumatera Barat).
Lalu, Kota Bandar Lampung (Lampung), Kota Manokwari dan Sorong
(Papua Barat), Kota Bontang, Balikpapan, Kabupaten Berau (Kalimantan
Timur), Kota Padang (Sumatera Barat), Mataram (NTB), dan Kota Medan
(Sumatera Utara).

PPKM Darurat akan membatasi aktivitas masyarakat secara lebih ketat


dari aturan-aturan sebelumnya. Sebagai koordinator pelaksana kebijakan ini,
Jokowi telah menunjuk Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves). Dapatkan informasi, inspirasi
dan insight di email kamu.
Berikut 16 rincian atau poin aturan PPKM darurat :
1. Perkantoran di sektor yang non-esensial wajib menerapkan 100 persen
work from home (WHF) atau bekerja dari rumah.
2. Untuk sektor esensial, karyawan yang boleh work from office (WFO)
maksimal 50 persen dengan menerapkan protokol kesehatan yang
ketat. Sektor esensial ini mencakup bidang keuangan dan perbankan,
pasar modal, sistem pembayaran, teknologi informasi dan komunikasi,
perhotelan non penanganan karantina Covid-19, dan industri orientasi
ekspor.
3. Untuk sektor kritikal, karyawan diperbolehkan WFO dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sektor kritikal ini
mencakup bidang energi, kesehatan, keamanan, logistik dan
transportasi, industri makanan, minuman, dan penunjangnya,
petrokimia, semen, objek vital nasional, penanganan bencana, proyek
strategis nasional, konstruksi utilitas dasar, dan industri pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat.
4. Kegiatan belajar mengajar wajib online atau daring.
5. Jam operasional supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, dan
pasar swalayan dibatasi hingga pukul 20.00 dengan kapasitas
pengunjung maksimal 50 persen.
6. Jam operasional apotek dan toko obat diperbolehkan 24 jam.
7. Kegiatan di pusat perbelanjaan/mal/pusat perdagangan ditutup
sementara.
8. Restoran, rumah makan, kafe, pedagang kaki lama, lapak jajanan yang
berada di lokasi tersendiri maupun di pusat perbelanjaan/mal hanya
boleh menyediakan layanan antar dan take away, serta dilarang
menerima makan di tempat.
9. Kegiatan konstruksi di tempat konstruksi dan lokasi proyek boleh
beroperasi 100 persen dengan menerapkan protokol kesehatan yang
ketat.
10. Tempat ibadah, yakni masjid, musala, gereja, pura, vihara, kelenteng,
dan tempat umum lainnya yang difungsikan sebagai tempat ibadah
ditutup sementara.
11. Fasilitas umum yang mencakup area publik, taman umum, tempat
wisata, atau area publik lainnya ditutup.
12. Kegiatan seni/budaya, olahraga, dan sosial kemasyarakatan (lokasi
seni, budaya, sarana olahraga, dan kegiatan sosial) ditutup sementara.
13. Penumpang kendaraan umum, angkutan massal, taksi konvensional
dan online, serta kendaraan sewa dibatasi maksimal 70 persen dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
14. Resepsi pernikahan maksimal dihadiri 30 orang dengan menerapkan
protokol kesehatan yang ketat dan tidak menyediakan makan di tempat
resepsi. Penyediaan makanan hanya boleh dalam tempat tertutup untuk
dibawah pulang.
15. Pelaku perjalanan domestik yang menggunakan transportasi jarak jauh
(pesawat, bus, dan kereta api) harus menunjukkan kartu vaksin
minimal dosis pertama, serta tes PCR H-2 untuk pesawat dan antigen
H-1 untuk transportasi jarak jauh lainnya.
16. Masker tetap dipakai saat melakukan kegiatan di luar rumah. Tidak
diizinkan memakai face shield tanpa masker.
BAB III
KESIMPULAN

Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit


virus korona 2019 (Covid-19) yang saat ini juga berlangsung di seluruh dunia.
Pertama kali kasus positif yang tekonfirmasi di Indonesia yaitu pada bulan Maret.
Covid-19 atau Corona Virus Desease 2019 disebabkan oleh virus korona sindrom
pernapasan akut berat (SARS-CoV-2).
Corona virus banyak menyebabkan kerugian yang sangat dirasakan bagi
masyarakat, bukan hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, virus tersebut
juga berdampak pada berbagai sektor yaitu dari sektor ekonomi, politik, dan sosial
Corona virus telah mengakibatkan banyak kematian yang terjadi hingga
sampai saat ini, sehingga begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menanggulangi pandemi ini diantaranya yaitu dengan melakukan pembatasan
wilayah dan konsistensi kepatuhan terhadap protokol kesehatan covid-19. Upaya
yang dilakukan banyak mengandung pro dan kontra, terdapat dampak yang
dirasakan oleh masyarakat baik dari segi ekonomi maupun pendidikan, namun
selain menunjukkan dampak yang cukup dirasakan masyarakat, juga banyak
manfaat yang didapat yaitu dengan menurunnya kasus coronavirus hingga saat ini
DAFTAR PUSTAKA

Pranita, E. (20201). DIUMUMKAN AWAL MARET, AHLI: VIRUS


CORONA MASUK INDONESIA DARI JANUARI. Diakses pada 21 Oktober
2021 Melalui
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awal-
maret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-januari?page=all
Purnama, K. V. S. (2021). PERJALANAN COVID-19 DI INDONESIA
DAN KASUS YANG MUNCUL DIBALIKNYA DALAM PERSPEKTIF
HUKUM DAN HAM. Diakses pada 21 Oktober 2021 melalui
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JMPPPKn/article/view/401/271
Genecraftlabs.com. (2020). SEJARAH CORONAVIRUS : SELUK BELUK
SI PENYEBAB WABAH COVID-19. Diakses pada 21 Oktober 2021 melalui
https://genecraftlabs.com/id/sejarah-coronavirus-penyebab-wabah-covid-19/
Hanoatubun, S. (2020). DAMPAK COVID–19 TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA. Diakses pada 21 Oktober 2021 melalui
https://ummaspul.ejournal.id/Edupsycouns/article/view/423/240
Victoria, W. (2020). DAMPAK MULTIDIMENSI COVID-19. Diakses pada
21 Oktober 2021 melalui https://jakarta.ayoindonesia.com/netizen/pr-
76747857/Dampak-Multidimensi-COVID19?page=all
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk Pengendalian Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, dan Level 2
Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.
Mulyadi, Muhammad. 2021. Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) untuk Mengendalikan Laju Pandemi COVID-19. Info
Singkat Vol. XIII no. 16/II/Puslit. (Agustus 2021).
Aditya, Dwi. (2021). Dampak Perpanjangan PPKM Darurat, Kemiskinan Tak
Terbendung. Liputan6. Diakses pada 19 Oktober 2021 pada link
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4605697/dampak-perpanjangan-ppkm-
darurat-kemiskinan-tak-terbendung

Kurniawati, Endri. 2020. Dampak Negatif dan Positif Pembelajaran Jarak


Jauh Selama Pandemi Covid-19. Diakses pada 19 Oktober 2021 pada link
https://metro.tempo.co/read/1391861/dampak-negatif-dan-positif-pembelajaran-
jarak-jauh-selama-pandemi-covid-19/full&view=ok
Nyoman Wira, Ni. 2021.PPKM Darurat Sebabkan Pelaku Pariwisata Sulit
Bergerak. Diakses pada 21 Oktober 2021. Pada
link https://travel.kompas.com/read/2021/07/27/190900127/ppkm-darurat-
sebabkan-pelaku-pariwisata-sulit-bergerak?page=all
Idris, Muhammad. 2021. PPKM Adalah Singkatan dari Perberlakukan
Pembatasan Kegiatan. Diakses pada 21 Oktober 2021 pada
https://money.kompas.com/read/2021/07/10/092118826/ppkm-adalah-singkatan-
dari-perberlakukan-pembatasan-kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai