TINJAUAN KASUS
3.1 Berikut identifikasi berbagai masalah yang biasa terjadi di dalam pelayanan keperawatan:
3.2 Kasus
Masalah : Perawat Salah Berikan Cairan Infus, Pasien Berusia 65 Tahun Ini Meninggal
Pemberian infus biasanya dilakukan agar kebutuhan cairan pasien tetap terpenuhi
meskipun sedang dalam perawatan rumah sakit. Namun tidak bagi Wang Huali (65), setelah
diberikan cairan infus yang salah oleh perawat, ia justru meninggal dunia.
Menurut laporan setempat, Wang Huali yang berasal dari Henan, China, ini meninggal akibat
reaksi buruk pada tubuhnya setelah menerima sebotol infus atau intravenous drip (IV) dari
seorang perawat.
Seperti dikutip dari Asia One, Rabu (2/10/2013), Wang Huali diketahui baru menjalani
operasi di Tiantan Hospital. Putri sulungnya, Wang Yun, mengatakan bahwa 12 hari pasca
operasi, ayahnya telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang baik di rumah sakit.
Sampai suatu hari seorang perawat datang dan melakukan penggantian botol infus seperti biasa.
Dari 2 botol infus sebelumnya, Wang Huali sama sekali tidak menunjukkan adanya efek
samping. Namun ketika botol ketiga diberikan, tangan Wang Huali mulai berubah menjadi ungu
dalam waktu kurang dari 5 menit. Kaget melihat perubahan pada ayahnya, Wang Yun kemudian
memanggil dokter.
Keluarga yang sedang berduka kemudian pulang. Namun dalam perjalanan pulang, salah
seorang anggota keluarga menemukan sebuah botol infus yang masih melekat pada tubuh Wang
Huali dan memiliki nama pasien lain di labelnya. Bingung atas penemuan tersebut, mereka
kemudian kembali ke rumah sakit untuk meminta penjelasan.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh staf, kepala perawat mengakui bahwa seorang perawat di
bangsal tersebut secara tak sengaja salah memberikan cairan infus pada Wang Huali. Hingga kini
masih kasus ini masih diperiksa kembali.
Contoh kasus di atas, salah satu bentuk kelalaian perawat terhadap pasien. Pemberian infus
biasanya dilakukan agar kebutuhan cairan pasien tetap terpenuhi meskipun sedang dalam
perawatan rumah sakit. Seharusnya perawat memberikan rasa nyaman dan aman kepada pasien,
berbeda dengan pasien Wang Huali (65 tahun) yang setelah diberikan cairan infus justru
meninggal dunia.
Pada kasus diatas, menunjukkan bahwa perawat dalam hal ini salah memberikan cairan infus
terhadap pasien. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal. Satu, perawaat tidak mengecek
gelang identitas yang ada pada pergelangan tangan pasien sehingga bisa memberikan cairan infus
pada pasien yang seharusnya tidak diberikan cairan infus tersebut. Kedua, kurangnya komunikasi
dengan tenaga medis lain, perawat tersebut tudak menjalankan perannya sebagai kolaborator
yaitu perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter dll, berupaya
mengindetifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasu diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan pelayanan selanjutnya.
Bila dilihat dari hubungan perawat-pasien terlihat bentuk pelayanan praktek keperawatan. Pada
praktek keperawatan, perawat dituntut untuk bertanggung jawab, baik etik, disiplin dan hukum.
Pada dasarnya dalam melakukan praktek keprawatan, perawat harus memperhatikan beberapa
hal yaitu: Otonomi (Autonomy), berbuat baik (Beneficience), keadilan (Justice), tidak merugikan
(Nonmaleficince), kebebasan (Freedom), kejujuran (Veracity), menepati janji (Fidelty),
kerahasiaan (Confidentially), Akuntabilitas (Accountability).
Kelalaian diatas dapat dilihat dari segi etik dan hukum. Apabila dari segi etik, penyelesaiannya
dapat diserahkan oleh profesinya sendiri yang ada di organisasi profesi, dan bila penyelesaiannya
dari segi hukum harus diliat termasuk dalam pelanggaran apa dan ini membutuhkan pakar dalam
bidang hukum atau pihak yang berkompeten dalam bidang hukum.
Sumber:
Purba, A. V., Soleha, M., & Sari, I. D. (2007). Kesalahan dalam pelayanan obat (medication
error) dan usaha pencegahannya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 10(1 Jan).