Anda di halaman 1dari 15

KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

KELOMPOK 3
1. Anis Fitriani 8. Nana Trihandika
2. Destyana Wahyuwantari 9. Nia Ayu Puspitasari
3. Diyah Nurlatifah 10. Septiana Apriliasari
4. Endang Sunarti 11. Sri Mulyani
5. Eni Caswati 12. Sualistiarini
6. Jihan Sartika 13. Wafda Kamilah
7. Meigy Triapriani 14. Wega Sari Srimayanti
KODE ETIK KEPERAWATAN
Dalam profesi keperawatan, ada 8 prinsip etika keperawatan yang harus diketahui oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penerima layanan keperawatan, baik individu,
kelompok, keluarga/masyarakat.
8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan tersebut adalah :
1. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi juga diartikan sebagai
kemandirian dan kebebasan individu untuk menuntut perbedaan diri (Nasrullah, 2014).
2. Beneficence (Berbuat Baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian dan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang di sebabkan oleh diri sendiri dan
orang lain
3. Justice (Keadilan) Prinsip kadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
ornag lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Prinsip justice ini bearti bahwa setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dalam upaya
pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras, golongan dan kedudukan
social ekonomi.
4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan) Menurut Dalami (2010), prinsip etika keperawatan Non
Maleficienci Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
5. Veracity (Kejujuran) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti
6. Fidelity (Menepati Janji) Fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji.
Ketaatan dan kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan mengambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk
merahasiakan semua informasi tentang klien yang dirawatnya, dan perawat hanya akan
memberikan informasi tersebut pada orang yang tepat. Perawat menghindari pembicaraan
mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan
klien.
8. Accountability (Akuntabilitas) adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
1. Otonomi
KASUS:
Klien Ny. A umur 50 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarga dan salah seorang warga
setempat. Tampak ny. A kesakitan pada daerah lengan kanannya. Saat pengkajian, klien
mengatakan bahwa klien jatuh dari sepeda motor setengah jam yang lalu saat dibonceng oleh
saudaranya ketika akan menuju ke pasar. Motor tersebut terjatuh karena menghindari pejalan
kaki yang tiba-tiba lari menyebrang jalan, sehingga klien terjatuh kesebelah kanan dengan
posisi lengan menahan beban badan klien. Pada pemeriksaan fisik dtemukan tulang lengan
atas klien tampak menonjol, tampak memar dan lecet, tidak ada perdarahan diarea lengan.
Dokter menyarankan untuk dilakukan perawatan luka lecetnya dan pemeriksaan rontgen.
Setelah ada hasil rontgen dokter dan perawat menjelaskan pada klien dan keluarga, bahwa
klien mengalami fraktur tertutup di area lengan tersebut sehingga diperlukan operasi
pemasangan pen segera. Pemasangan pen yaitu prosedur bedah yang dilakukan dengan cara
menyambung dan menjaga posisi tulang yang patah dengan bantuan pen yang terdiri dari
pelat logam dan baut khusus. Melalui pemasangan pen, tulang yang patah akan dikembalikan
ke posisi semula dan ditahan dengan bantuan pen tersebut selama masa penyembuhan.
Selain dijelaskan tentang prosedur pemasangan pen dan perawatannya, klien dan keluarga
juga diberikan penjelasan tentang risiko tindakan, dan risiko jika tidak dilakukan tindakan
tersebut.
Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter dan perawat, keluarga dan klien meminta waktu
untuk berdiskusi. Beberapa saat setelah mereka berdiskusi, keluarga klien memanggil
perawat dan mengatakan bahwa klien dan keluarga menolak untuk dilakukan operasi dengan
alasan akan dibawa ke pengobatan alternatif. Perawat dan dokter berusaha untuk
memberikan edukasi ulang menengenai tindakan operasi pemasangan pen tersebut, namun
keluarga tetap dengan keputusannya menolak operasi dan akan membawa klien pulang.
Kemudian perawat menjelaskan prosedur penolakan tindakan, dimana klien diminta untuk
menandatangani surat penolakan tindakan dan keluarga menandatanganinya juga sebagai
saksi. Setelah surat penolakan tindakan diisi dan ditandatangi, perawat memastikan
kelengkapan pengisian serta memasukkannya ke dalam dokumen pasien
Pemecahan Masalah
Perawat berarti telah memberi kesempatan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri
dimana klien tersebut setuju atau tidak dengan tindakan yang akan dilakukan (DeLaune &
Ladner, 2011). Perawat wajib berempati dengan keadaan pasien. Perawat harus melibatkan
orang/ keluarga terdekat untuk membantu menjelaskan ke pasien bahwa tindakan ini sangat
penting sebagai tindak lanjut dari penanganan fraktur dan risiko yang akan terjadi bila operasi
pemasangan pen tidak dilakukan. Apabila pasien tetap menolak, perawat dan dokter harus
membuat surat penolakan tindakan medis yang ditandatangani oleh pasien (bila
memungkinkan) ataupun keluarga, minimal 1 orang anggota keluarga lainnya sebagai saksi.
 
2. Beneficient (Berbuat Baik)
KASUS
Seorang laki-laki dirawat karena kecelakaan lalu lintas dan mengalami fraktur cruris dextra.
Dokter merencanakan akan melakukan operasi pada pasien. Pasien dan keluarga tampak
bingung. Keluarga menyampaikan kepada perawat kalau ingin membawa pasien ke
pengobatan alternaf saja karena keterbatasan biaya.

Pemecah Masalah
Melakukan tindakan sepenuh hati tanpa paksaan dari siapapun. Dalam hal ini dokter
sudah merencanakan tindakan operasi yang akan dilakukan untuk membantu
mengangani masalah fraktur yang dialami pasien. Perawat harusnya bisa memberikan
saran lain untuk masalah pembiayaan operasi, dan tidak menyetujui pasien yang akan
dibawa ke pengobatan alternatif karena pengobatan alternatif bisa membuat kondisi
pasien bertambah parah, dalam hal ini tulang patah mungkin tidak bisa menyatu secara
sempurna dalam hal ini dokter sudah merencanakan tindakan operasi yang akan
dilakukan untuk membantu mengangani masalah pasien sehingga mendapatkan pelayanan
kesehatan.
3. Justice (Keadilan)
KASUS:
Tn. N dirawat di ruang perawatan dengan Fr. Femur Sinistra dan Fr. Humerus dex, Tn, N
merasa lemas, tidak bias melakukan apa-apa termasuk personal hygiene, Tn.N dirawat
dengan jaminan pemerintah, di ruangan tersebut ada pasien dengan keluhan serupa
dengan Tn. N pasien tersebut dirawat dengan jaminan asuransi swasta. Perawat di
ruangan tersebut membantu Tn. N dan pasien tersebut dalam hal personal hygiene
dengan tidak membedakan asuransi dari masing-masing pasien

Penyelesaian Masalah
Sebagai perawat, kita diwajibkan untuk berlaku adil kesemua pasien dengan tidak
membeda-bedakan perlakuan ke semua pasien walaupun dengan suku, agama, ras serta
kelas dan jaminan berbeda
4. Non maleficience ( Tidak Merugikan)
Kasus :
Tn. X usia 50 tahun dengan Fraktur tibia sinistra akan dilakukan tindakan operasi
pemasangan orif. Sebelum dilakukan operasi, perawat melkukan verifikasi ulang identias
pasien serta tindakan yang akan dilakukan serta lokasi operasi, verifikasi data tersebut
untuk memastikan lagi lokasi yang akan dilakukan tindakan operasi agar tidak terjadi
kesalahan dalam tindakan operasi

Penyelesaian masalah :
Sebagai perawat kita wajib memverifikasi identitas pasien setiap kali ingin melakukan
tindakan, dalam hal ini adalah tindakan operasi. Verifikasi tersebut diburtuhkan untuk
mencegah terjadinya kesalahan lokasi yang akan di lakukan operasi agar tidak merugikan
pasien
5. Veracity (Kejujuran)
KASUS:
An.S 7 tahun datang ke Rumah sakit di antar orangtuanya, pasien mengeluh kesakitan karena jatuh
ketika main bola di sekolah, tampak bengkak pada tangan lengan kiri bawah. Menurut informasi dari
orangtua, sebelum dibawa ke rumah sakit An.S sudah dibawa ke dukun pijat tulang. Dukun tersebut
menganjurkan untuk rontgen dulu sebelum di tangani oleh sang dukun.
Setelah dilakukan rontgen dokter menjelaskan hasilnya pada ayah pasien, bahwa anaknya mengalami
patah tulang lengan bawah (fraktur radius ulna 1/3 distal sinistra). Ayah An.S hanya mengangguk-angguk
seolah menyepelekan. Sebelum dokter menjelaskan tentang penanganan penyakit ayah An.S buru-buru
ingin cepat pergi dari rumah sakit untuk membawa anaknya pulang dan akan berobat ke dukun pijat
tulang.
3 bulan kemudian, An.S datang lagi ke Rumah Sakit dan mengeluh jari-jari tangan anaknya tidak bisa
ditekuk dan menggenggam, kaku dan tidak dapat memegang barang secara kuat. Kemudian dokter
menyarankan rontgen ulang dan dilakukan pemeriksaan. Kesimpulannya pasien mengalami
kompartement sindrom yang merupakan kondisi tekanan intertisial dalam kompartemen osteofasial
tertutup yang menyebabkan aliran darah berkurang sehingga terjadi kerusakan otot permanen. Dokter
menjelaskan hal ini akibat prosedur terapi yang kurang tepat. Dokter orthopedi tidak bisa menjanjikan
pengobatan apa-apa, karena kemungkinan jari tangan An.S sulit bisa digerakan kembali seperti semula.
Dokter memilih untuk merujuk ke Rumah Sakit dr.Soetomo Surabaya, karena kasus An.S cukup berat
dan membutuhkan penanganan tepat yang lebih berkompeten. Keluarga hanya bisa pasrah dan
menyesal membawa anaknya ke dukun pijat tulang.
PEMECAHAN MASALAH
 
Tim medis harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi An.S
beserta keluarganya mengenai penyakit dan pengobatannya. Karena hal ini
merupakan kewajiban dan tanggung jawab tim medis untuk memberikan informasi
penyakit yang diderita, alternative pengobatan dan efek yang akan di alami An.S jika
tidak segera dilakukan tindakan medis yang tepat.
Perawat memberikan edukasi (pengetahuan) kepada keluarga dan pasien mengenai
penanganan fraktur, bahwa pengobatan secara rasional lebih menjamin kesembuhan
dibandngkan dengan pengobatan irrasional (dukun).
 
6. Fidelity (Menepati Janji)
• Tn. R umur 56tahun dirawat diruang mahoni 2 dengan osteomielitis, tampak
balutan luka kotor dan terdapat rembesan sepanjang 15cm. Perawat N
sudah berjanji akan mengganti balutan luka kaki pasien Tn. R, tetapi sedikit
lagi pergantian jam dinas, perawat N belum juga menggantikan balutan
luka Tn.R dikarenakan saat bertugas hanya 2 perawat yang berjaga dan
ruangan sangat sibuk.
PEMECAHAN MASALAH
Perawat mengkomunikasikan kepada pasien atau keluarga Tn. R bahwa ia
tidak bisa mengganti balutan luka di jam yang telah disepakati karena
keadaan pasien lain yang sedang gawat darurat, dan perawat N berjanji akan
mengganti balutan luka saat ruangan sudah kondusif atau sekalipun sudah
pergantian jam dinas.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
KASUS:
Tn. A berusia 42 tahun, belum menikah dan tinggal sendirian pukul 10.00 dibawa kerumah
sakit oleh tetangganya karena mengalami mengalami mual dan muntah, otot melemah,
hilang keseimbangan 1 hari SMRS. Tim Dokter IGD mengkonsulkan ke Dokter Onkologi
karena dicurigai ada tumor di otak. Dokter onkologi pun merencakan untuk dilakukan
pemeriksaan CT Scan kepala untuk mendiagnosis penyakit Tn. A. Setelah Tn. A menyetujui
tindakan CT Scan kepala, Tn. A langsung diantar oleh perawat ke ruang radiologi untuk
dilakukan CT Scan kepala. Pukul 13.00 hasil pemeriksaan telah diterima dan Dokter. Dokter
Onkologi didampingi oleh perawat mengahampiri Bed Tn. A dan meminta kedua tetangga
yang mengatar Tn. A untuk meninggalkannya sementara. Dokter pun menjelaskan kondisi Tn.
A ke Tn. A bahwa Tn, A menderita tumor otak. Tn. A meminta Dokter dan Perawat untuk tidak
memberitahu siapa-siapa termasuk kedua tetangga yang mengantarkan Tn. A tentang
penyakitnya. Setelah menjelaskan kondisi ke Tn. A, dokter dan perawat pun meninggalkan Tn.
A dan tiba-tiba perawat dihampiri oleh kedua tetangga Tn. A untuk menanyakan tentang
penyakit yang diderita oleh Tn. A.
Pemecahan Masalah
Perawat harus berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu
menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala
sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien. Perawat
harus melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak
pasien terutama hak Tn. A untuk dijaga kerahasiaannya mengenai penyakitnya,
sehingga ketika kedua tetangga yang menghampiri perawat untuk menanyakan
penyakit Tn. A seharusnya perawat tidak memberikan penyakit Tn. A ke tetangganya
tanpa seizing Tn. A.
8. Accountability (Akuntabilitas)
• Tn. J umur 27 tahun dirawat diruang Mahoni 1 dirawat karena jatuh dari motor, hasil
pemeriksaan didapatkan fraktur cruris di 1/3 proksimal tibia, pasien mengeluh nyeri,
skala nyeri 8, nyeri seperti dipukul pada kaki kanan dan nyeri bertambah saat
digerakkan. Posisi pasien belum terpasang bidai. Saat bed akan dibersihkan dan
diganti laken oleh perawat, pasien disuruh banyak bergerak.

• PEMECAHAN MASALAH
Perawat harus bertanggung jawab penuh dalam memberikan perawatan pada Tn. J
dalam memberikan perawatan, dalam kasus ini niat perawat untuk membersihkan dan
mengganti laken pada bed pasien memeang baik, tetapi perawat tidak bertanggung
jawab atas kondisi pasien yang mengalami fraktur, dan malah menyuruh pasien untuk
banyak bergerak dengan kondisi yang tidak memungkinkan dan perawat juga tidak
menjaga keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai