Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR LYSIS SYNDROME PADA ANAK

KEPERAWATAN ANAK

oleh :

Kevin Syam Ferdyansyah NIM 152310101206


Khoirotin Anisa NIM 172310101207
Ferita Elsa Wihandari NIM 172310101214

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR LYSIS SYNDROME PADA ANAK

KEPERAWATAN ANAK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Dosen pengampu : Ns. Nuning Dwi Merina, S,Kep., M.Kep

oleh :

Kevin Syam Ferdyansyah NIM 152310101206


Khoirotin Anisa NIM 172310101207
Ferita Elsa Wihandari NIM 172310101214

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Tumor
Lysis Syndrome pada Anak”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas
Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Ira Rahmawati, S.Kep., M. Kep., Sp.Kep.An selaku dosen penanggung
jawab mata kuliah Keperawatan Anak,
2. Ns. Nuning Dwi Merina, S,Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik,
3. Kelompok dan semua pihak yang secara tidak langsung membantu
terciptanya makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 8 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN ISI .................................................................................................................. 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 4
BAB 1. Pendahuluan........................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 5
1.3 Manfaat ............................................................................................................... 5
BAB 2. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 7
2.1 Definisi ................................................................................................................ 7
2.2 Klasifikasi ........................................................................................................... 7
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................ 8
2.4 Penatalaksanaan .................................................................................................. 9
BAB 3. Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 11
3.1 Kasus ................................................................................................................. 11
3.2 Pengkajian Data ................................................................................................ 11
3.3 Analisis data ...................................................................................................... 17
3.5 Intervensi........................................................................................................... 18
3.6 Pendidikan Kesehatan ....................................................................................... 23
BAB 4. Pathway................................................................................................................ 24
BAB 5. Penutup ................................................................................................................ 25
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26
BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tumor lysis syndrome(TLS) atau sindrom tumor lisis adalah salah satu
kegawatdaruratan onkologi. Sindrom ini terjadi saat sel kanker melepas
metabolitnya ke dalam aliran darah secara spontan maupun sebagai respon
terhadap terapi, yang kemudian mengakibatkan hiperurisemia, hiperkalemia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan gangguan ginjal akut. Kelainan elektrolit dan
metabolik ini dapat berkembang menjadi klinis toksik seperti aritmia jantung,
kejang, insufisiensi ginjal, bahkan kematian akibat kegagalan multiorgan.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut
dalam sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Tumor Lysis
Syndrome pada Anak”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada masalah keperawatan anak
dengan tumor lysis syndrome.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut,
a. Menjelaskan definisi tumor lysis syndrome pada anak
b. Menjelaskan klasifikasi tumor lysis syndrome pada anak
c. Menjelaskan patofisiologi tumor lysis syndrome pada anak
d. Menjelaskan penatalaksanaan tumor lysis syndrome pada anak
e. Mengidentifikasi asuhan keperawatan tumor lysis syndrome pada anak

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan
pada masalah keperawatan anak dengan tumor lysis syndrome.
1.3.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada tindakan keperawatan
pada masalah keperawatan anak dengan tumor lysis syndrome.
1.3.3 Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada masyarakat sehingga dapat mengetahui tindakan
keperawatan pada masalah keperawatan anak dengan tumor lysis
syndrome.
BAB 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Sindrom lisis tumor (SLT) pertama kali dijelaskan oleh Bedrna dan Polcàk
(1929) pada pasien dengan leukemia kronis setelah terapi radioterapi, yang
mengalami hiperuresemia dan gagal ginjal akut sesudahnya. Secara luas SLT
didefinisikan sebagai kumpulan kelainan metabolik yaitu adanya hiperurikemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hipokalsemia sekunder. SLT disebabkan oleh
pelepasan berlebihan asam nukleat, protein dan metabolit intraseluler dari sel
tumor, yang mengacaukan mekanisme kontrol homeostatik yang normal
sehingga menyebabkan peningkatan plasma asam urat, fosfat, kalium dan
pengurangan plasma kalsium. SLT sangat mungkin terjadi selama kemoterapi
induksi pada tumor dengan ukuran besar dan sel tumor yang memiliki tingkat
proliferasi sangat tinggi dan sensitivitas tinggi terhadap agen sitotoksik. Faktor-
faktor lain juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya SLT, termasuk
tingkat serum lactate dehydrogenase (LDH), penyakit ginjal yang sudah ada
sebelumnya atau berkurangnya produksi urin.

2.2 Klasifikasi
Dalam sistem klasifikasi Cairo dan Bishop, sindrom tumor lisis (tumor
lysis syndrome/TLS) diklasifikasikan dalam sindrom tumor lisis laboratorium
(laboratorium tumor lysis syndrome/LTLS) dan sindrom tumor lisis klinis
(clinical tumor lysis syndrome/CTLS).
Disebut LTLS apabila terdapat dua atau lebih kelainan dalam 3 hari
sebelum atau 7 hari setelah dimulainya kemoterapi. Kelainan dari LTLS adalah
sebagai penurunan 25% nilai normal dari kalsium serum, dan peningkatan 25%
nilai dasar asam urat, kalium, atau fosfat. Sedangkan CTLS didefinisikan jika
terdapat LTLS disertai satu atau lebih manifestasi klinis seperti aritmia jantung,
kematian, kejang, atau gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) dengan
peningkatan kreatinin serum 1,5 kali batas atas nilai normal. Semua manifestasi
klinis tidak disebabkan langsung oleh agen terapeutik.
Berikut ini adalah perbedaan LTLS dan CTLS berdasarkan abnormalitas
metabolik:
Abnormalitas Sindrom Tumor Lisis Sindrom Tumor Lisis
Metabolik Laboratoris (LTLS) Klinis(CTLS)

Hiperurisemia Asam urat >8,0 mg/dL


(475.8 μmol/L) pada
dewasa atau di atas
rentang batas atas normal
pada anak
Hiperfosfatemia Fostat >4,5 mg/dL (1,5
mmol/L) pada dewasa
atau >6,5 mg/dL (2,1
mmol/L) pada anak
Hiperkalemia Potassium >6,0 mmol/L Disritmia jantung atau
mati mendadak ( sudden
death) karena
hiperkalemia
Hipokalsemia Koreksi kalsium Disritmia jantung, mati
mendadak (sudden
death), kejang, iritabilitas
neuromuskular (tetani,
parestesia, kedutan otot,
spasme karpopedal,
trousseau's sign,
chovstek's sign,
laringospasme, atau
bronkospasme),
hipotensi, atau gagal
jantung karena
hipokalsemia
Gangguan ginjal akut Peningkatan level serum
(Acute Kidney kreatinin 0,3 mg/dL (26,5
Injury/AKI) μmol/L) (atau >1,5x nilai
normal batas atas) atau
adanya oliguria (urine
output

2.3 Patofisiologi
Pada saat sel kanker lisis, terjadi pelepasan kalium, fosfat, dan asam
nukleat yang selanjutnya dimetabolisme menjadi hipoxanthine, kemudian
xanthine, dan akhirnya menjadi asam urat. Hiperkalemia dapat menyebabkan
disritmia. Hiperfosfatemia dapat menyebabkan hipokalsemia sekunder yang
akan mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler (tetani), disritmia, kejang, dan
dapat mengendap sebagai kristal kalsium fosfat di berbagai organ seperti ginjal,
yang nantinya akan menyebabkan gangguan ginjal akut (AKI). Pada kondisi
dengan asam urat juga dapat memicu terjadinya AKI tidak hanya dengan cara
kristalisasi intrarenal, tetapi juga dengan vasokonstriksi renal, gangguan
autoregulasi, penurunan aliran darah pada ginjal, oksidasi, dan inflamasi.
Kondisi lisis tumor juga menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin yang memicu
sindrom respons inflamasi sistemik dan kegagalan multiorgan (Melyda, 2018).

Manifestasi klinis

Pada hiperurikemia, gejala yang tampak biasanya asimptomatis sampai


terjadi oliguria atau anuria. Pada pasien leukemia biasanya terjadi artritis akut.
Gejala mual, muntah, dan letargi biasanya timbul pada kadar asam urat 10-15
mg/dl. Selain itu, terdapat nyeri pinggang atau hematuria, dan pada analisis urin
ditemukan banyak kristal asam urat. Namun jika tidak ditemukan kristal asam
urat pada urin pasien, bukan tidak mungkin sudah terjadi hiperurisemia, karena
kristaluria dan hematuria hanya timbul selama fase akut. Kadar ureum dan
kreatinin darah dapat meningkat. Pada hiperkalemia, terjadi aritmia jantung
seperti asistol, takikardi ventrikular atau fibrilasi, dan henti jantung. Tanda dan
gejala lainnya, yaitu gangguan neuromuskular seperti kelemahan otot, parestesia,
spasme otot, dan paralisis flaksid asenden, serta mual, muntah, diare, dan
anoreksia. Pada hiperfosfatemia dan hipokalsemia, tanda dan gejalanya yaitu
berupa spasme karpopedal, tetani, kejang, dan pada kasus yang ekstrim dapat
terjadi henti jantung.

2.4 Penatalaksanaan
Beberapa hal yang dilakukan dalam pencegahan adalah: 1).Hidrasi
intravena. Hidrasi agresif intravena adalah landasan mencegah SLT.
Rekomendasi cairan intravena adalah sebanyak 2 sampai 3 L per 24 jam.
Produksi urine harus dipertahankan dalam kisaran 80 sampai 100 ml/m2 per
jam; 2).Alkalinisasi urine. Peran alkalinisasi urin di SLT masih kontroversial.
Penggunaan natrium bikarbonat hanya diindikasikan pada pasien dengan
asidosis metabolik berat. Beberapa data menunjukkan bahwa alkalinisasi urine
memiliki efektivitas yang sama dengan hidrasi intravena didalam meminimalkan
pengendapan asam urat, dan memainkan peran kecil dalam pencegahan. 3).
Allopurinol. Allopurinol harus dimulai pada pasien dengan risiko menengah
untuk SLT (100- 300 mg oral setiap 8 jam, maximal 800 mg per hari) selain
hidrasi dan pemantauan terus menerus untuk SLT dan komplikasi SLT.
Allopurinol diberikan 1-2 hari sebelum kemoterapi dan sampai 7 hari setelah
kemoterapi dan dapat diberikan secara oral atau intravena.
BAB 3. Asuhan Keperawatan

3.1 Kasus
An. S, usia 14 tahun, suku Bali, seorang pelajar. Dirawat di RSUP
Sanglah karena acute lymphoblastic leukemia (ALL). Hari pertama
setelah inisiasi kemoterapi regimen Larson (vincristin 2,2 mg,
dounorubicin 43,5 mg, dexametason 20 mg) pasien mengalami keluhan
utama mual muntah. Pasien mengeluh muntah tiga kali per hari dengan
volume 100-200 cc berisi cairan campur makanan sejak ± 12 jam setelah
kemoterapi disertai diare tiga kali, cair kekuningan, volume 100-200
cc/kali, tanpa lendir dan darah. Pasien juga dengan kelemahan umum dan
nafsu makan menurun. Urine output 1,8 cc/kgbb/jam. Pemeriksaan fisik:
GCS E4V5M6 TD 110/70, N 82 kali/menit, R 20 kali/menit, Tax 36,6 C.
Limfadenopati di regio cervicalis dan ingunalis kanan kiri. Lien schuffner
3. Hasil laboratorium setelah kemoterapi hari pertama menunjukan adanya
hiperkalemia 5,6 mmol/l, natrium normal 135 mmol/l dan peningkatan
BUN 55 mg/dl SC 1,4 mg/dl. WBC 2,92x103 /ul, neu 0,84x103
/ul(28,9%), lym 1,76x103 /ul (60,4%), mon 0,07x103 /ul (2,3%), eos
0,03x103 /ul(1,1%), Hb 9,2 gr/dl, HCT 25,7 MCV 81,7 fL MCH 29,2 pg
PLT 11x103 /ul. EKG normal sinus rhytm 80 kali/menit. Diagnosis : ALL
post kemoterapi fase induksi H1+ suspect SLT+Chemotherapy Induced
Nausea And Vomiting (CINV) + Gastroenteritis Acute (GEA) ec suspect
kemoterapi induced dd/viral dd/bakterial+AKI st I ec suspect prerenal
dd/renal. Dengan terapi IVFD NaCl 0,9% 40 tpm, diet TKTP rendah
kalium, ondasentron 4 mg (IV) setiap 8 jam, oralit ad libitum.

3.2 Pengkajian Data


Ruangan : Mawar

Tgl. / Jam MRS : 10 Oktober 2019 / 16.00 WIB

Dx. Medis :

No. Reg. : 19551010

TGL/Jam Pengkajian : 10 Oktober 2019/ 17.00 WIB


A. IDENTITAS KLIEN

1. Nama : (An. GWA)

Nama Panggilan : (An. G)

Umur / Tgl. Lahir : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

2. Identitas orang Tua

B. KELUHAN UTAMA

- Mual Muntah

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Setelah dilakukan kemoterapi pasien mengeluh muntah tiga kali per hari
dengan volume 100-200 cc berisi cairan campur makanan sejak ± 12 jam
setelah kemoterapi disertai diare tiga kali, cair kekuningan, volume 100-
200 cc/kali, tanpa lendir dan darah.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Pasien telah dinyatakan menderita ALL sejak 26 Juni 2014

E. RIWAYAT PERINATAL

F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

- Tidak ditemukan adanya riwayat keganasan darah di keluarga.


G. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1. Perkembangan

a. Adaptasi sosial

- Ibu S mengatakan jika An. S bermain dengan temannya apabila terdapat


waktu luang, dan terkadang pergi sekolah bersama teman-temannya

b. Motorik halus

- Ketika pasien diminta mengingat dan menulis apa yang diminta perawat,
pasien dapat melakukannya dengan benar.

c. Motorik kasar

- An. S mampu mengingat beberapa kalimat yang dicontohkan oleh


perawat.

d. Bahasa

- Ketika ditanya perawat, An. S berespon dan mampu menjawab


pertanyaan.

H. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit

- Ibu S mengatakan bahwa keluarganya tinggal di daerah perumahan

I. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Pola Nutrisi & Metabolisme

- Nafsu makan menurun.

2. Pola eliminasi

- BAB sebanyak 3 kali sehari, cair kekuningan volume 100-200 cc/kali,


tanpa lendir dan darah dan BAK sebanyak 1,8 cc/kgbb/jam.

3. Pola aktifitas / bermain (termasuk kebersihan diri)

4. Pola Istirahat tidur


5. Pola kognitif dan persepsi sensori

6. Pola konsep diri

7. Pola Hubungan – Peran

8. Pola Seksual – seksualitas

- An. G berjenis kelamin Laki – laki.

9. Pola Mekanisme Koping

10. Personal Nilai dan kepercayaan

J. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status kesehatan Umum

Keadaan Umum

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg Suhu : 36,6 ºC

Nadi : 82 x/mnt RR : 20 x/mnt

Tinggi badan : - cm

Berat badan : - kg

2. Kepala

a. Kepala rambut

I : Bentuk kepala normochepal, simetris, rambut tipis, warna rambut hitam,


distribusi rambut merata, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, tidak ada
jejas pada kulit kepala, kulit kepala tampak bersih.

P : Rambut tidak mudah rontok, rambat teraba lembut, dan kering, tidak
teraba fontanel.
b. Mata

I : Tidak ada odema palpebra, konjungtiva berwarna merah muda (tidak


anemis) pupil isokor, gerakan bola mata normal, reflek cahaya mata kanan
dan kiri positif, dan distribusi bulu mata merata.

P : Tidak teraba benjolan pada mata.

c. Hidung

I : Bentuk lubang hidung simetris, tidak ada sekret yang keluar dari
hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak ada polip hidung.

P : Tidak teraba adanya benjolan

d. Telinga

I : tidak terdapat serumen, telinga luar tampak bersih

P : Tidak teraba adanya benjolan pada daun telinga

e. Mulut dan bibir

I : Bentuk bibir simetris, bibir kering, mukosa bibir tidak kering, lidah
tampak bersih, gusi berwarna merah muda, tidak ada kelainan konginetal
seperti labiopalatoskisis

P : Tidak ada nyeri tekan pada bibir

3. Leher :

I : Terlihat akumulasi lemak, tidak terdapat pembesaran vena jugularis


dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada luka ataupun
jejas.

P : Tidak teraba masa, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ada kaku kuduk.

4. Thorax / dada :

a. Paru
I : Bentuk dada simestris dengan perkembangan dada seimbang antara
kanan dan kiri, tidak ada etraksi dada dan tidak penggunaan otot bantu
pernapasan.

P : Tidak ada massa, fokal fremitur tidak terkaji.

P : Sonor pada lapang paru ICS 2 hingga ICS 4 paru sinistra dan pada
paru sinistra ICS 2 hingga ICS 5 paru-paru dextra

A : Suara napas bronkial

b. Jantung

I : Bentuk dada simetris, tidak tampak iktus kordis, tidak terdapat luka
atau jejas. P : Iktus kordis tidak teraba di ICS V midclavicula sinistra.

P : Pekak pada jantung di mulai dari ICS V.

A : BJ I BJ II terdengar jelas dan tidak ada suara jantung tambahan.

5. Abdomen :

I : membuncit, umbilikus simetris, tidak tampak asites.

A : Bising usus 10x/menit

P : Bunyi timpani disemua lapang abdomen kecuali hepar pekak

P : Tidak terdapat massa, abdomen supel, batas hepar tidak teraba.

6. Keadaan punggung:

I : Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk seperti skoliosis maupun


lordosis.

P : Tidak teraba adanya spina bifida.

7. Ekstremitas :

L : Tidak ada deformitas, odem, tidak ada luka, pergerakan ekstremitas


atas dan bawah maksimal, tidak ada polidaktil ataupun sindaktil, terpasang
infus pada tangan kiri, dan terpasang klip warna kuning pada gelang
identitas pasien.

F : Tidak benjolan, tidak ada massa, CRT < 2 detik, akral hangat.

M : Pergerakan bebas, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 4 baik


kanan maupun kiri

8. Genetalia & Anus :

Penis : tidak ada kelainan konginetal seperti hipospadia, epispadia,


ataupun fimosi Anus : tidak terdapat atresia ani

K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

Hb : 9,2 mg/dL

Trombosit : 11x103/ul

Leukosit : 2,92x103/ul

Hematokrit : 25,7%

Urea nitrogen : 55 mg/dL

Hiperkalemia :5,6 mmol/L

L. Terapi

- Kemoterapi

3.3 Analisis data


3.4 Diagnosa
1. Obesitas b.d rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
2. Ketidakefektifan pola napas b.d obesitas
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan gaya hidup kurang gerak
3.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Tanda Tangan
Keperawatan dan Nama
Terang
1. Obesitas b.d rata-rata Tujuan : Setelah dilakukan tindakan £
aktivitas fisik harian keperawatan selama 1x24 jam, kriteria Ns. Nisa
kurang dari yang hasil yang diharapkan :
dianjurkan 1. Perilaku Patuh: Diet yang
Disarankan
a. Memilihn makanan dan
cairan yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
ditingkatkan dari skala 2 ke
skala 4
b. Memilih porsi yang sesuai
dengan diet yang ditentukan
ditingkatkan dari skala 2 ke
skala 4
c. Menghindari makanan dan
minuman yang tidak
diperbolehkan dalam diet
ditingkatkan dari skala 1 ke
skala 3
2. Perilaku Patuh: Aktifitas yang
Disarankan
a. Membahas aktivitas
rekomendasi dengan
professional kesehatan
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
b. Mengidentifikasi
hambatan melaksanakan
aktivitas fisik yang
ditentukan ditingkatkan
dari skala 2 ke skala 4
c. Memantau tingkat
pernafasan ditingkatkan
dari skala 1 ke skala 3
3. Perilaku Mengurangi Berat
Badan
a. Mengontrol keasyikan
dengan makanan
ditingkatkan dari skala 1
ke skala 3
b. Berkomitmen dengan
rencana makan yang sehat
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
c. Menetapkan latihan rutin
ditingkatkan dari skala 1
ke skala 3
a.

2. Ketidakefektifan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan £


pola napas b.d keperawatan selama 2x24 jam, kriteria Ns. Nisa
hasil yang diharapkan :
obesitas 1. Status Pernafasan
a. Frekuensi pernafasan
ditingkatkan dari skala 3
ke skala 5
b. Perasaan kurang istirahat
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
c. Kedalaman inspirasi
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
2. Berat Badan: Massa Tubuh
a. Berat badan ditingkatkan
dari skala 1 ke skala 3
b. Presentase lemak tubuh
ditingkatkan dari skala 1
ke skala 3
c. Presentil berat badan
ditingkatkan dari skala 1
ke skala 3
3. Tingkat Kelelahan
a. Kegiatan sehari-hari
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
b. Keseimbangan antara
kegiatan dan istirahat
ditingkatkan dari skala 2
ke skala 4
c. Performa gaya hidup
ditingkatkan dari skala 1
ke skala 3
3.6 Pendidikan Kesehatan
3.5.1 Leaflet

3.5.2 SAP

(SAP terlampir)
BAB 4. Pathway

Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/suplemen

Pola makan yg adekuat

BB meningkat Intake dan output tidak seimbang Akumulasi lemak pada abdomen

Tekanan pd otot difragma


mudah lelah
Ketidakseimbangan Nutrisi: lebih
dari kebutuhan

Mengganggu jalan nafas


aktifitas
terganggu

Pola napas tidak efektif Sesak napas


intoleransi
aktivitas
BAB 5. Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Rekomendasi isu menrik


DAFTAR PUSTAKA

Hariweni, T. (2005). Pengaruh Metabolit Tumor Akibat Sindrom Tumor Lisis


pada Terjadinya Gagal Ginjal Akut Serta pada Anak, 7(2), 93–96.
Melyda. (2018). Tumor Lysis Syndrome, 45(2), 105–110.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi Pertama. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: DPP PPNI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPERAWATAN ANAK

Oleh :
Kevin Syam Ferdyansyah NIM 172310101206
Khoirotin Annisa NIM 172310101207
Ferita Elsa Wihandari NIM 172310101214

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN PEMBELAJARAN

Topik : Pencegahan Obesitas Pada Anak


Sasaran : Orang tua dengan anak obesitas di Desa Panti Kecamatan
Panti Kabupaten Jember
Hari/ Tanggal : Minggu, 6 Oktober 2019
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 30 Menit
Tempat : Gedung Aula Kecamatan Panti
Penyuluh : Khoirotin Annisa, Kevin Syam Ferdyansyah, dan Ferita
Elsa Wihandari

I. Analisa Data
A. Latar Belakang
Obesitas adalah keadaan berat tubuh seseorang yang melebihi berat
badan relatif yang merupakan akibat adanya penumpukan zat gizi terutama
karbohidrat, lemak, dan protein. Kegemukan dan obesitas terjadi akibat
asupan energi dan lemak lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan,
seperti kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup yang tidak baik
(Surudarma, 2017).
Obesitas saat ini merupakan permasalahan yang mendunia. Di
Indonesia, masalah obesitas mulai muncul pada awal tahun 1990-an.
Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi
tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola
makan dan pola aktivitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah
penderita kegemukan dan obesitas. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak (6-12
tahun) sebesar 9,2%. Secara nasional masalah gemuk pada anak (5-
12tahun) masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen
dan obesitas 8,0 persen (Ayu, 2015).
Dari data Riskesdas yang menunjukkan tingginya prevalensi obestias,
perlu dilakukan penyuluhan tentang pencegahan obesitas pada anak, agar
masyarakat khususnya orangtua yang memiliki anak dengan obesitas,
supaya lebih memahami tentang obesitas, seperti pencegahan, dan
penanganannya.
B. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, masyarakat RT 10/RW 10
Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember kurang peduli terhadap
kejadian obesitas yang dialami beberapa warganya. Mereka menganggap
obesitas bukan penyakit yang berbahaya sehingga tidak ada tindakan
penanganan dan pencegahan terhadap warganya yang mengalami obesitas.
C. Karakteristik Peserta Didik
Masyarakat Desa Panti RT 10/RW 10 rata-rata ibu rumah tangga dan
petani dengan pendidikan terakhir yaitu rata-rata SD dan SMP.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat RT
10/RW 10 Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember memahami materi
yang diberikan oleh penyuluh serta dapat menerapkan materi tersebut.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat RT 10/RW 10
Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember dapat memahami beberapa hal
berikut:
1. Memahami mengenai obesitas
2. Memahami cara pencegahan maupun penatalaksanaan obesitas
3. Memahami dan mempraktekkan mengenai Diary TERATAS
IV. Materi (Terlampir)
1. Menjelaskan definisi serta jenis obesitas
2. Menyebutkan faktor risiko obesitas
3. Menyebutkan penyebab obesitas
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan obesitas
5. Menjelaskan tentang Diary TERATAS serta petunjuk penggunaannya
V. Strategi Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Materi SAP
VI. Media
1. Leafleat
2. Materi SAP
VII. Pelaksanaan Kegiatan
N Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
O u
1 3 Pembukaan :
menit - Memberi Salam - Menjawab Salam
- Memperkenalkan Diri - Mengenal petugas
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
pembelajaran/penyuluhan - Mendengarkan dan
- Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan
disampaikan.
- Menjelaskan Kontrak Waktu

2 15 Pelaksanaan :
Menit - Menjelaskan materi - Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur. - Mengemukakan
Materi: pendapat
1. Menggali pengetahuan - Mendengarkan dan
orang tua tentang obesitas. memahami serta
2. Menggali pengetahuan menyimak
orang tua tentang penyebab penjelasan.
obesitas
3. Cara dan tahapan mengenai
pengaturan gizi dan aktivitas
fisik untuk pencegahan
obesitas pada anak
4. Menjelaskan faktor risiko
yang dapat disebabkan oleh
obesitas
5. Menjelaskan Diary
TERATAS

3 5 Evaluasi:
Menit Meminta salah satu - Menjawab
masyarakat untuk pertanyaan dan
menjelaskan kembali menjelaskan
tentang : materi penyuluhan
a. Obesitas yang telah
b. Faktor risiko yang diberikan.
dapat disebabkan
oleh obesitas
c. Penyebab obesitas
d. Cara dan tahapan
mengenai
pengaturan gizi dan
aktivitas fisik untuk
pencegahan obesitas
pada anak melalui
Diary TERATAS
4 7 Penutup:
Menit - Memberikan reinforcement - Mendengarkan
- Meminta peserta untuk - Memberikan
memberikan pertanyaan atas pertanyaan
penjelasan yang tidak - Menyimpulkan
dipahami bersama
- Menjawab pertanyaan yang - Menjawab salam
diajukan
- Menyimpulkan kegiatan
- Salam Penutup.

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Apakah setting tempat sesuai dengan yang direncakanan
a. Tempat
b. Pengorganisasian
2. Evaluasi Proses
Apakah proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dari awal
sampai akhir acara penyuluhan
a. Strategi Penyuluh
b. Kontrak waktu yang diberikan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian dari obesitas
2. Menjelaskan penyebab dari obesitas
3. Dapat memahami dan mempraktekkan mengenai pengaturan gizi
dan aktivitas fisik pada anak untuk mencegah obesitas
4. Dapat mengetahui faktor risiko yang dapat ditimbulkan dari
obesitas
MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah keadaan berat tubuh seseorang yang melebihi berat
badan relatif yang merupakan akibat adanya penumpukan zat gizi
terutama karbohidrat, lemak, dan protein. Kegemukan dan obesitas
terjadi akibat asupan energi dan lemak lebih tinggi daripada energi
yang dikeluarkan, seperti kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup
yang tidak baik (Surudarma, 2017).
II. Tipe Obesitas

Berdasarkan kondisi selnya, obesitas digolongkan dalam beberapa


tipe,yaitu (Ayu, 2015):

1. Tipe Hiperplastik, merupakan obesitas yang terjadi karena jumlah


sel lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-
selnya sesuai dengan ukuran sel normal. Tipe obesitas ini sering
terjadi pada masa anak-anak.
2. Tipe Hipertropik, merupakan obesitas yang terjadi karena ukuran
sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Obesitas tipe
ini terjadi pada usia dewasa.
3. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik, merupakan obesitas karena
jumlah dan ukuran sel melebihi batas normal. Obesitas tipe ini
dimulai pada masa anak-anak dan terus berlangsung sampai setelah
dewasa.
III. Faktor Penyebab Obesitas
Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Ayu, 2015):
1. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan salah satu pengeluaran energi.
Tingkat aktivitas fisik yang rendah dapat menurunkan
pengeluaran energi sehingga energi akan disimpan dalam
jaringan lemak. Rendahnya aktivitas fisik dan tingginya
perilaku menetap berhubungan dapat mempengaruhi tingginya
persentil indeks masa tubuh. Anak yang kurang aktif dalam
melakukan aktifitas fisik cenderung mengalami obesitas. Anak
yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas cenderung
memiliki level aktivitas fisik yang rendah dan diikuti dengan
peningkatan level perilaku menetap.
2. Kebiasaan Makan
Pola makan anak seperti sering mengkonsumsi makanan yang
tinggi kalori dan rendah nutrien memiliki hubungan dengan
terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Peningkatan
konsumsi camilan pada anak seperti karbohidrat olahan (gula,
tepung putih, dan lemak jenuh) meningkatkan terjadinya
obesitas dan penyakit kronik lainnya.
3. Faktor Psikologis
Beberapa anak mempunyai kebiasaan makan terlalu banyak
sebagai bentuk pelampiasan bila ada masalah, terutama
masalah emosi seperti stress atau kebosanan. Orangtua dari
anak-anak sperti ini biasanya akan memiliki kecenderungan
yang sama.
4. Faktor Keluarga/Sosial
Orangtua adalah orang yang bertanggung jawab menyediakan
makanan sehat di dapur dan meninggalkan makanan yang tidak
sehat di dalam lemari. Peran orangtua berperan dalam pola
pemberian makanan dalam keluarga. Kesibukan orangtua
menyebabkan kurangnya perhatian yang diberikan kepada
anaknya, sehingga untuk membayar rasa bersalah tersebut,
pada umumnya orangtua menyediakan makanan berlebih yang
mengandung banyak gula dan lemak.
5. Faktor Genetik
Orang tua dengan obesitas dapat berpeluang menyebabkan
obesitas pada keturunannya, dengan kemungkinan tiga kali
lebih besar mengalami kelebihan berat badan atau obesitas
daripada orang tua yang tidak mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas.
IV. Komplikasi Obesitas
Anak yang menderita obesitas akan berisiko mengalami banyak
masalah dan gangguan kesehatan yang umumnya berakibat buruk
sampai usia remaja dan dewasa. Anak dengan obesitas dapat
mengakibatkan berbagai dampak, yaitu (Ayu, 2015):
1. Berisiko meningkatkan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2
2. Meningkatnya kejadian penyakit jantung akibat kolesterol
darah yang tinggi dan tekanan darah yang tinggi
3. Meningkatnya kejadian berhenti napas waktu tidur atau sleep
apnea
4. Gangguan tulang dan otot rangka
5. Penyakit hati dan penyakit asma
V. Penatalaksanaan

Masalah gizi obesitas lebih disebabkan oleh pemasukan energi


berlebihan dibandingkan dengan keluaran energi. Penatalaksanaannya
adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui
pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta
menghindari tekanan hidup/stress. Penyeimbangan masukan energi
dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak, jenis
makanan serta latihan fisik yang baik, baik jenis maupun kuantitas
latihan (Ayu, 2015). Terdapat beberapa cara penanggulangan obesitas,
antara lain (Ayu, 2015):

1. Pengaturan makanan (Diet)


Pengaturan makanan/diet perlu diperhatikan melalui makanan
sehari-hari harus mengandung susunan menu sehat dan
seimbang yang terdiri atas:
a. Makanan sumber energy seperti karbohidrat dan lemak,
b. Sumber zat pembangun seperti protein, sumber zat
pengatur seperti vitamin dan mineral.
2. Melakukan aktivitas fisik
Diet tanpa disertai peningkatan aktifitas fisik tidak berarti,
dikarenakan otot tubuh akan mengecil lalu mengakibatkan
penurunan metabolisme sehingga akan menghambat penurunan
berat badan. Di samping untuk menurunkan berat badan,
olahraga yang dilakukan secara benar dan rutin juga
bermanfaat untuk:
a. Menguatkan otot dan tulang
b.Melancarkan aliran darah
c. Memperlancar kerja organ tubuh seperti jantung, paru-paru
dan pembuluh darah
d.Mengencangkan kulit
e. Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
f. Meningkatkan daya tahan dan kesehatan tubuh
g.Mengurangi depresi dan membuat tubuh lebih rileks
h.Memudahkan seseorang tidur nyenyak

Terdapat beberapa olahraga untuk penderita obesitas, yaitu:

a. Berjalan kaki
b. Jalan cepat
c. Berjalan diselingi jogging
d. Naik tangga
e. Latihan kekuatan dan kelenturan otot
f. Senam aerobic irama biasa
g. Berenang dengan jarak agak jauh
h. Berjalan di dalam kolam setinggi pinggang
i. Bersepeda
j. Penggunaan produk penurun dan pengontrol berat badan

Orangtua harus membantu anak mempertahankan berat


badan agar tetap ideal, dengan cara:

1. Memberikan dukungan dan perhatian pada anak yang


menderita obesitas
2. Mengatur jadwal penggunaan waktu anak untuk menonton
televisi dan main game
3. Merekomendasikan aktivitas fisik yang disukai anak
4. Makan bersama keluarga di meja makan dengan tujuan agar
orang tua dapat memantau asupan nutrisi anak
5. Tidak memberi makanan sebagai hadiah atau hukuman
6. Melibatkan anak sewaktu memilih makanan di mall atau toko
grosir makanan
7. Mengajari anak untuk memilih makanan kecil yang sehat dan
memberikan alasan-alasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, D. S. 2015. Pengaruh Media Diary Teratas (Terapi Anak Obesitas)
Dalam Perubahan Perilaku Gizi Siswa Sekolah Dasar. Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
Surudarma, I. W. 2017. Obesitas Pada Anak. Denpasar. Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai