Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN STRESS PERAWATAN PALIATIF

Di Susun oleh :
RINGGA SENA PUTRA
1610090

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJAR 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
tentang MEDIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.1.1 Definisi kanker........................................................................................................
1.1.2 Tujuan Perawatan kanker........................................................................................
1.1.3 Definisi stress.........................................................................................................
1.1.4 Tahapan stress..........................................................................................................
1.1.5 Manajemen stress pada pasien kanker.....................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1. Definisi kanker
Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti
masyarakat, karena kanker sangat beresiko menyebabkan kematian (Baradero,
2007). Menurut Luwia (2009), kanker payudara merupakan kanker yang
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara. Ketika
sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak
terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Penyebaran kanker atau tumor
ganas ini dapat dicegah dengan beberapa cara penatalaksanaan.
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan cara serangkaian
pengobatan seperti pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi
imunologik. Pengobatan dengan kemoterapi dengan cara memberikan zat atau
obat yang berfungsi untuk membunuh sel kanker atau sebagai penghambat
kerja sel (Bassien, 1997). Menurut Lane (dikutip dalam Prayoga, 2006),
kemoterapi memiliki dua efek samping yaitu efek fisiologis dan psikologis.
Hasil penelitian Wijayanti (2007) tentang dampak psikologis pada penderita
kanker adalah ketidakberdayaan, kecemasan, malu, harga diri, stres, depresi,
marah, koping yang tidak adekuat. Penyakit kanker dan berbagai masalah yang
harus dihadapi penderita selama sakit serta pengobatannya dapat menimbulkan
stres bagi penderita (Azizah, 2008). Kehadiran stres akan rasa takut dengan
penyakit kronis yang dialaminya tidak dapat dipungkiri lagi.

1.1.2 Tujuan perawata. Kanker

Potter dan Perry (2005), menyatakan bahwa kanker merupakan


penyakit kronis yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan. Jika hal ini
luput dari pelayanan kesehatan maka yang akan terjadi adalah menolak
menerima pengobatan, tidak menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh,
mengurangi kontak sosial dan keputusasaan (Berman, Snyder, Kozier & Erb,
2008). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), banyak faktor yang
menimbulkan stres dan cemas pada individu yakni kehilangan kemandirian
sehingga mengalami kecenderungan dan memerlukan bantuan orang lain,
berpisah dengan pasangan dan keluarga serta masalah biaya. Hal ini dapat
mempengaruhi sistem imun dan memungkinkan kemampuan individu
menurun.
untuk melawan penyakitnya. Diagnosis ini dapat memperlambat kemampuan
individu untuk mempertahankan produktivitas dan individu merasa hanya
memiliki sedikit kendali bahkan tidak memiliki kendali sama sekali, sehingga
individu menjadi lebih rentan terhadap bahaya stres bahkan depresi.

1.1.3 Definisi stress

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian  antara


situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial
individu tersebut (Sarafino 2006).

Agolla dan Ongori (2009) juga mendifinisikan stres sebagai persepsi dari
kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk
memenuhinya.

Menurut Santrock (2003) stres merupakan respon individu terhadap keadaan


atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu
kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

1.1.4 Tahapan stress

Dampak stres yang ditimbulkan dibedakan menjadi dua yaitu dampak


positif, stres dinilai sebagai sebuah tantangan (positif) ditandai dengan stres
menjadi sumber motivasi dan stres dapat memacu kreativitas individu sehingga
membuat individu melakukan usaha dan ada pula sebagian wanita yang
menganggap stres ini adalah hal yang mengancam (negatif) dan
membahayakan, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh
stres tetapi membatasi dampak stres yang negatif (Priyoto, 2014). Upaya untuk
membatasi dampak negatif stres adalah melalui manajemen stres (Greenberg,
2002).

1.1.5 Manajemen stress

Menurut Greenberg (2002) manajemen stres merupakan suatu


intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak
menimbulkan efek yang negatif. Kerusakan yang ditimbulkan pada awalnya
berpengaruh pada individu, maka penyebab dan proses untuk mengatasi stres
bermula pada individu tersebut sendiri untuk mengenali gejala dan pola reaksi
stres yang dialami. Akibat jika manajemen stres yang tidak baik akan
menimbulkan depresi, tidak mau bersosialisasi, bahkan bunuh diri (Wijayanti,
2007). Hasil penelitian Azizah (2008) tentang peranan dukungan sosial dalam
manajemen stres wanita penderita kanker payudara di RS Polisi Pusat Sukanto
Jakarta, menunjukkan bahwa wanita yang menderita kanker payudara yang
menerima dukungan sosial dapat membantu dalam menjalankan manajemen
stres yang dilakukannya. Hasil penelitian Padoli (2011) tentang efek
Emotional Quality Management Stres dan persepsi positif wanita penderita
kanker payudara di Rumah Sakit Soetomo membuktikan bahwa pelatihan
Emotional Quality Management pada pasien kanker payudara menunjukkan
penurunan stres dan meningkatkan optimis. Berdasarkan wawancara awal
terhadap tiga informan di wilayah Kabupaten Kebumen didapatkan hasil
bahwa satu informan mengatakan bahwa setelah menjalani kemoterapi pertama
informan

ingin berhenti, karena efek kemoterapi yang tidak membuat nyaman


pada tubuhnya, akan tetapi informan selalu teringat bahwa beliau memiliki dua
orang anak yang masih kecil sehingga beliau berusaha untuk cepat sembuh,
beliau tahu bahwa penyakit ini harus diobati dan tetap selalu berfikir positif
bahwa beliau akan sembuh, sedangkan dua informan lainnya bisa cepat
beradaptasi dengan stresnya, kedua informan menganggap bahwa ini adalah
ujian dan memang harus diobati agar tidak menyebar.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati, L. (2013). Faktor Resiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal


Kesehatan Masyarakat. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ kemas
/article/ view/2635/2702. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul
08.00 WIB
Anggraini, Y. T. (2007). Skripsi. Kebutuhan Dukungan Sosial Wanita Kanker
Payudara Di RSU Pirngadi Medan.
AzizahAzizah, S. N. (2008). Peranan Dukungan Sosial Dalam Manajemen Stres
Wanita Penderita Kanker Payudara. Skripsi. http://repository.uinjkt.
ac.id/ dspace/ bitstream/ 123456789/ 16327/1/ SITI %20NUR %20
AZIZAH - PSI.pdf. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015 pukul 10.45
WIB.
Baradero, M., dkk. (2007). Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker Cetakan
Pertama. Jakarta : EGC
Bassien, K. V. (1997). High Dose Chemotheraty On Solid Tumors. Book of
proceeding of Jakarta International cancer conference’ 95 (pp. 11-40).
Jakarta: UI Press.
ChaplinChaplin,J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
ChusairiChusairi.
(2004). Media Psikologi : Health Seeking Behavior Pada Pasien
Poli Perawatan Paliatif Studi Eksploratif Terhadap Lima Pasien Poli
Perawatan Paliasif RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
CorwinCorwin, Elizabeth. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Davidson, Gerald C. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
DepkesDepkes. (2010). Pedoman Teknis Penanggulangan Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim. Jakarta: Depkes.
GreenbergGreenberg,
J. S. (2002). Compherensive Stres Management. Boston:
WCB McGraw-Hill.
HartatiHartati,
A. S. (2008). Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita
Kanker Payudara di Poli Bedah Onkologi RSU Pusat Haji Adam Malik
Medan. Sumatra: Fakultas Kedokteran Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai