Kritis
Dosen Pengampu
Ns. Rycco Darmareja, S. Kep., M. Kep
Kelompok 4
Muhammad Helmy Maulani 1910711066
Angga Bhakti Samudra 1910711067
Rahma Dewi S 1910711072
Putri Widiana P 1910711076
Fadhia Syaharani A 1910711077
Mata Kuliah :
Keperawatan Kritis
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pengkajian dan Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan dan
Kebutuhan Mobilisasi Pada Pasien Kritis” ini ditulis guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis. Didalamnya, penulis akan membahas mengenai konsep dasar, pengkajian dan
pemenuhan kebutuhan kenyamanan dan kebutuhan mobilisasi pada pasien kritis.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat dan
ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.
Penulis
A. Konsep Dasar, Pengkajian dan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Kritis
1. Konsep Dasar Nutrisi
a. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,
zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
b. Nutrisi pada Pasien Kritis
Pasien kritis seringkali mengalami stress akibat trauma, cedera,
pembedahan, sepsis dan penyakitnya sehingga mengakibatkan peningkatan
metabolisme dan katabolisme yang berujung pada malnutrisi. Kondisi malnutrisi
dapat meningkatkan kematian dan komplikasi serta memperlama lama rawat,
biaya dan waktu penyembuhan. Malnutrisi berdampak pada emosional dan fisik
pasien, dampak fisik diantaranya kegagalan fungsi imun, penyembuhan luka yang
lama sedangkan dampak emosional yaitu perawatan yang lama dapat
meningkatnya biaya perawatan dan menjadi beban bagi pasien (Wright-Myrie
Donnete, 2013).
Hampir semua pasien kritis mengalami anoreksia atau ketidakmampuan
makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi, dan terintubasi. Pasien
yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat masukan
nutrisi melalui cara enteral dengan selang nasogastric (NGT) maupun selang
oralgastrik (OGT) atau cara parenteral (intravena) baik itu menggunakan vena
central maupun perifer.
c. Tujuan Pemberian Nutrisi pada Pasien Kritis
1) Memperoleh bantuan nutrisi yang sesuai dengan kondisi medik penderita,
status nutrisi dan cara pemberiannya.
2) Mencegah atau mengobati kekurangan atau defisiensi makro nutrien dan
mikro nutrien.
3) Memperoleh nutrien yang layak dengan adanya metabolisme
4) Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan tehnik pemberian diet
5) Meningkatkan outcome pasien; mengurangi morbiditas, mortalitas dan waktu
penyembuhan.
B. Indikasi
1. Disfagia berat akibat obstruksi atau disfungsi orofaring atau esophagus.
2. Penurunan kesadaran
3. Anoreksia persisten, mual, muntah
4. Obstruksi gaster atau usus halus
5. Fistula usus halus distal atau kolon
6. Malabsorpsi berat
7. Aspirasi berulang
8. Penyakit yang membutuhkan cairan khusus atau peningkatan kebutuhan
nutrisi yang tidak dapat di capai dengan oral
C. Kontraindikasi :
1. Potensial mengalami pneumonia aspirasi
2. Gangguan fungsi saluran cerna (misal perdarahan GIT berat, Vomitus
persisten, diare berat)
3. Peritonitis
4. Obstruksi saluran cerna leus paralitik
5. Perdarahan gastrointestinal
6. Intactable vomitus
D. Jenis makanan nutrisi enteral :
1. Formula rumah Sakit (blenderized)
Kandungan nutrien : terbatas untuk pemenuhan kalori, sedikit Vitamin dan
mineral Rasa kurang disukai oleh pasien. Osmolaritas tidak terukur, hanya
Via bolus.
2. Formula Komersial
Berupa bubuk yang siap dicairkan atau berupa cairan yang dapat segera
diberikan. Benis nutrisi enteral komersial yang ada di Indonesia antara lain:
a. Polimerik mengandung protein utuh untuk pasien dengan GIT normal
atau mendekati normal. Contoh: Panenteral, Fresubin
b. Pradigesti dalam bentuk susu elemental, yang banyak mengandung
asam amino/peptida dan lemak MCT (medium chain tryglyceride).
Digunakan pada pasien dengan gangguan GIT Contoh: Pepti 2000
c. Diet enteral khusus Sirosis (ex: Aminoleban EN, Falkamin) Diabetes
(ex : Diabetasol) ; Gagal ginjal (ex : Nefrisol) ; dan tinggi protein (ex :
Peptisol)
d. Diet enteral tinggi serat (ex: indovita)
B. Kontraindikasi
1) Pasien dengan GIT baik, mampu mengabsorpsi nutrient secara adekuat
2) Pasien kritis HemodGainamik (shock, dehidrasi yang belum terkoreksi)
3) Gagal napas butuh bantuan respirator
Skrining gizi, penilaian, dan intervensi pada pasien dengan kekurangan gizi
adalah komponen kunci dari perawatan gizi. Skrining gizi telah ditetapkan oleh
American Society for Parenteral dan Enteral Nutrition (ASPEN) sebagai “suatu
proses untuk mengidentifikasi seseorang yang kekurangan gizi atau yang berisiko
kekurangan gizi untuk menentukan apakah penilaian gizi yang rinci diindikasikan.”
Tujuan pengkajian gizi adalah untuk mengidentifikasi risiko gizi spesifik atau adanya
kekurangan gizi yang jelas. Penilaian nutrisi dapat mengarah pada rekomendasi untuk
meningkatkan status gizi (misalnya, beberapa intervensi seperti perubahan diet,
nutrisi enteral atau parenteral, atau penilaian medis lebih lanjut) atau rekomendasi
untuk penyaringan ulang. Penilaian gizi telah ditentukan oleh A.S.P.E.N. sebagai
“pendekatan komprehensif untuk mendiagnosis masalah gizi yang menggunakan
kombinasi dari yang berikut: riwayat medis, nutrisi, dan obat-obatan; pemeriksaan
fisik; pengukuran antropometrik, dan data laboratorium.
Para ahli mendefinisikan malnutrisi sebagai “keadaan gizi akut, subakut atau
kronis, di mana berbagai tingkat kekurangan gizi atau kurang gizi dengan atau tanpa
aktivitas inflamasi telah menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan fungsi yang
berkurang.” Parameter yang digunakan untuk mendiagnosis malnutrisi dalam proses
penyaringan dan penilaian mencerminkan asupan gizi dan tingkat keparahan serta
durasi penyakit. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan perubahan habitus tubuh dan
perubahan metabolisme yang terkait dengan hasil yang buruk. International
Consensus Guideline Committee telah mengusulkan pendekatan untuk mendiagnosis
malnutrisi pada orang dewasa berdasarkan etiologi, sehingga mengintegrasikan
pemahaman saat ini tentang respon inflamasi terhadap penyakit dan trauma. Komite
mengusulkan diagnosis gizi berikut: (1) kekurangan gizi terkait kelaparan, yaitu
kelaparan kronis tanpa peradangan, (2) kekurangan gizi terkait penyakit kronis, di
mana peradangan kronis dan ringan sampai sedang, dan (3) penyakit akut atau
malnutrisi terkait cedera, di mana peradangan akut dan parah.
B. Konsep Dasar, Pengkajian dan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Pada Pasien Kritis
1. Konsep Dasar
Ruang ICU merupakan sebuah ruangan yang digunakan untuk pasien yang akan
memerlukan pengawasan dan tindakan secara intensif. Pasien yang berada di ruang
ICU terdiri dari wanita dan pria dengan tingkat kesadaran penuh sampai pasien yang
mengalami gangguan kesadaran. Menurut hasil wawancara Penelitian dilakukan di
ruang ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan para pasien didapatkan
bahwa pasien sering mengalami gangguan tidur akibat keadaan lingkungan baik dari
segi pencahayaan, suara alat medis dan pemberian tindakan intervensi dari perawat
serta penyakit yang diderita dari pasien tersebut. Sebagian pasien mengalami stress
selama keoerawatan yang disebabkan beberapa hal diantaranya, ketakutan selama
perawatan, ketidakpastian tentang prognosis penyakit yang dialami, jam kunjungan
yang terbatas sehingga merasa terisolasi dari keluarga, adaptasi dengan lingkungan
yang baru,prosedur perawatan, serta ketidakstabilan psikologis yang selanjutnya akan
berdampak pada kualitas tidur yang dirasakan oleh pasien selama perawatan diruang
intensive care unit (Cho,Lee and Hur, 2017) dalam penelitian (Habibah, 2020)
2. Pengertian
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah berasantai untuk
menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan menyulitkan bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relative bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan
tetapi lebih merupaka suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas
yang minim memiliki kesadaran yang bervariasi. (Guyton, dalam buku Haswita,
2017)
1) Tidur REM
Tidur REM (Rapid Eye Movement) terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut
ditandai dengan tingginya aktivitas mental, dan fisik. Ciri-cirinya antara lain;
detak jantung, tekanan darah, dan cara bernapas sama dengan yang dialami saat
kita terbangun. Masa tidur REM kira-kira dua puluh menit dan terjadi selama
empat sampai lima kali dalam sehari.
2) Tidur N-REM
Tahap NREM (Non-Rapid Eye Movement) dikenal juga dengan tidur ayam. Istilah
ini sudah tidak asing. Tidur ayam adalah istilah yang menjelaskan kondisi tidur,
tetapi pikiran, mental, dan tubuh kamu berada di tengah-tengah antara tidur
terlelap dan setengah sadar.
4. Ritme Sirkardiann
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
(mis: cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme
yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jangtung, tekanan darah, temperature tubuh,
sekresi hormone, metabolism, dan penampilan serta perasaan individu bergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkornisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun
yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologisnya
dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut
paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, dalam buku Wahit, Nurul, 2007).
5. Tahap Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang tidak cepat
NREM (Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata yang cepat REM (Rapid
Eye Movement). Selama NREM seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui 4
tahap yang memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan,
tidur tahapan REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum
tidur berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini,
faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang
berbeda.
a) Tahap 1 NREM
b) Tahap 2 NREM
c) Tahap 3 NREM
d) Tahap 4 NREM
3. Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini.
e) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan
metabolisme meningkat.
7. Pola Tidur
Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan dengan
jumlah jam tidur itu sendiri. Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti
pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia.
9. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memebuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial, kesulitan untuk memulai tidur
b) Insomnia intermiten, kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c) Insomnia terminal, bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola tidur dan istirahat yang efektif melalui olahraga
rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum
tidur (mis: membaca, mendengarkan music), dan tidur jika benar-benar
mengantuk.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia anatara lain sering terjaga (mis: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun dan tidur (mis: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (mis: mimpi buruk), dan lainnya (mis: bruksisme).
c. Hypersomnia
Hypersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan utama
pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hypersomnia
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombnag kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetic system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur
REM. Alternative pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin
atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramine
hidroklorida.
e. Apnea
Saat Tidur Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas
secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk
berlebihan pada siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami
perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung. (Haswita, dkk,
2017).
Penilaian struktur tidur pada pasien tidak sadar yang di rawat di ICU
1. Polisimnografi
Polisomnografi (disebut juga oksimetri nokturnal) adalah pemeriksaan
yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan tidur. Polisomnografi akan
merekam gelombang otak, kadar oksigen dalam darah, denyut jantung dan
frekuensi pernapasan, begitu juga dengan pergerakan kaki dan mata selama
pemeriksaan ini dilakukan.
Pemeriksaan ini membutuhkan rawat inap karena pemeriksaan ini untuk
menilai aktivitas selama tidur di malam hari. Untuk mereka yang siklus
tidurnya berbeda, pemeriksaan dilakukan pada siang hari (menyesuaikan
dengan jadwal tidur). Polisomnografi akan menilai tahapan tidur dan
siklusnya untuk mengidentifikasi jika dan kapan pola tidur seseorang
terganggu dan penyebab terjadinya.
2. Indeks Bispectral (BIS)
Indeks bispektral (BIS) adalah salah satu dari beberapa teknologi yang
digunakan untuk memantau kedalaman anestesi. Monitor BIS digunakan
untuk melengkapi system klasifikasi Guedel untuk menentukan kedalaman
anestasi.
Mentitrasi agen anestesi ke indeks bispektrl tertentu selama anestesi
umum pada orang dewasa (dan anak-anak di atas usia 1 tahun)
memungkinkan ahli anstesi untuk menyesuaikan jumlah agen anestesu dengan
kebutuhan pasien, mungkin mengakibatkan munculnya leih cepat dari
anestesi. Penggunaan monitor BIS dapat mengurangi insiden kesadaran
intraoperative selama anestesi.
3. Actigraphy
Actigraphy adalah non - invasif metode pemantauan siklus istirahat /
aktivitas manusia. Unit actigraph kecil, juga disebut sensor actimetry, dipakai
selama seminggu atau lebih untuk mengukur aktivitas motorik kasar. Unit ini
biasanya dalam paket seperti jam tangan yang dikenakan di pergelangan
tangan. Pergerakan yang dialami unit actigraph terus direkam dan beberapa
unit juga mengukur paparan cahaya. Data tersebut nantinya dapat dibaca ke
komputer dan dianalisis secara offline; di beberapa merek sensor, data
ditransmisikan dan dianalisis secara real time.
Kurang kontrol
Edukasi aktivitas/istirahat:
tidur
1) Sediakan materi dan media
Kurang privasi pengaturan aktivitas dan
2) Jelaskan pentingnya
Ketiadaan teman
melakukan aktivitas
tidur
Tidak familiar fisik/berolahraga
dengan peralatan
3) Ajarkan cara
tidur
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. Kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
4) Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Hasil penelitian oleh Dameria pada tahun 2018 di ruang ICU RSUP Adam
Malik, membuktikan bahwa terapi foot massage memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kualitas tidur pasien ICU. Peneliti menjelaskan pemberian
foot massage bertujuan untuk memberikan rasa rileks kepada responden dan
mengakibatkan rasa mengantuk sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur
pasien.
Pemilihan foot massage sebagai intervensi yang digunakan pada pasien
kritis dikarenakan kaki mudah diakses, pasien tidak perlu dilakukan reposisi
sehingga tidak akan mempengaruhi peralatan yang digunakan oleh pasien,
mampu merangsang sirkulasi peredaran darah yang dapat membuat suasana
hati pasien menjadi nyaman, relaks, dan memiliki pengaruh yang positif
sehingga akan mempengaruhi kualitas tidur pasien (Oshvandi, Abdil,
Karampourian, Monghimbaghi, Homayonfar, 2014).
c) Terapi music
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Iman Waruwu dkk. pada tahun 2019
di ruang ICU RSU Royal Prima Medan, membuktikan bahwa terapi musik
suara alam memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur pasien kritis. Pasien
kritis diruangan ICU mengalami gangguan fisik dan psikis dalam menghadapi
penyakit yang sedang dia alami. Pasien kritis di ICU cenderung dengan
ketakutan dan merasakan sakit serta gangguan tidur dan sangat membutuhkan
terapi untuk membuat relaksasi.
Berdasarkan hasil penelitian Arina Merlianti dkk (2013) mengatakan juga
bahwa terdapat pengaruh terapi musik dalam meningkatkan kualitas tidur.
Menurut hasil penelitan Eka Yulia Fitri dan Dhona Andhini mengatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kualitas tidur pre-test-post-test
dalam mendengarkan terapi musik suara alam. Efek dari terapi suara alam
yang bersifat sedatif yang menyebabkan penurunan ketegangan, kecemasan,
rasa nyeri, relaksasi, dan pola nafas sehingga pasien dapat tidur dengan baik
tanpa gangguan tidur.
Hasil penelitian oleh Imardiani dkk. tahun 2019 di RS Islam Siti Khadijah
Palembang mengatakan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi zikir
terhadap peningkatan kualitas tidur pasien ICU. Oleh karena itu, terapi zikir
Asmaul Husna dapat menjadi salah satu pilihan terapi yang dapat digunakan
pada pasien di rumah sakit. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa dengan
distraksi dzikir menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dapat menurunkan masalah
gangguan tidur yang dialami individu, hasilnya menunjukkan bahwa orang
yang sering membaca atau mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an mengalami
penurunan gangguan tidur.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Kuswandari dan Afsah
(2016), secara fisiologis, dzikir akan menghasilkan beberapa efek medis dan
psikologis yaitu akan membuat seimbang kadar serotonin dan norepineprin di
dalam tubuh. Hal tersebut merupakan morfin alami yang bekerja di dalam otak
yang dapat membuat hati dan pikiran merasa tenang setelah berdzikir
(Hidayat, 2014). Secara fisiologis melafazkan atau mendengarkan Asmaul-
Husna ini otak akan bekerja memberikan rasa nyaman yaitu neuropeptida.
Setelah otak memproduksi zat tersebut maka, zat ini akan menyangkut dan
diserap di dalam tubuh yang kemudian akan memberi umpan balik berupa
kenikmatan dan kenyamanan (Al-Qidhiy, 2009).