Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL FIMOSIS

RESUME

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak

dosen pengampu Agus Hendra, S.Kp., M.Kep

Oleh :

Ajeng Nuraeni Safitri (218087)

Anita Hidayat Putri (218090)

Deri Cahya Ramdani (218093)

Dita Sakila Tiwi (218096)

Erisa Paujiah Yusup (218099)

Krisna Rizaldi (218105)

Nadia Khofifah (218108)

Nur Shofa Salsabila (218112)

Rezkya Zalsabila (218115)

Sabar Nurhayati S. (218118)

Tasya Tasharofa (218122)

Winia Noviyanti (218126)

ZIhan Maulida Nashriyah (218128)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN 2-C

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya dapat terselesaikannya makalah yang berjudul ANALISIS
JURNAL FIMOSIS..

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi terutama disebabkan
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun disadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi. Terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKEP PPNI JABAR. Diharapkan saran dan
kritik yang bersifat positif guna perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang.

Bandung, 26 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………

BAB II HASIL ANALIS JURNAL

2.1 Jurnal Pertama …………………………………………………………………………………………

2.2 Jurnal ke dua …………………………………………………………………………………………..

2.3 jurnal ke tiga…………………………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis,
sedangkan parafimosis adalah kondisi dimana prepusium yang diretraksikan ke arah glans penis
tidak dapat dikembalikan seperti semula. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai
7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Di antara laki-laki yang tidak disirkumsisi,
insiden fimosis antara 8% hingga 23%. Apabila tidak ditangani, fimosis sering menyebabkan
komplikasi berupa infeksi saluran kemih, parafimosis, dan balanitis berulang. Balanoposthitis
adalah peradangan yang sering terjadi pada 4-11% lakilaki yang tidak disirkumsisi.

Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang terlalu
sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat mengganggu perfusi permukaan
prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan risiko terjadinya
nekrosis. Di negara Amerika Serikat, parafimosis terjadi pada 1% pria diatas usia 16 tahun dan
pada pria tua dapat terjadi akibat kateterisasi yang lama dan riwayat kebersihan yang buruk atau
infeksi bakteri. Komplikasi para fimosis yang diakibatkan antara lain kematian jaringan karena
kehilangan aliran darah dan terjadinya autoamputasi spontan.

Banyak penelitian kemudian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat
mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai
penyakit menular seksual, Fimosis merupakan penyempitan atau perlengketan kulup penis
sehingga kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan
smegma (kotoran hasil skresi kelenjar kulup/sebaesa yang berisi sel epitel yang mengelupas
yang ditemukan dibawah prepusium) penumpukan spegma tersebut dapat mendukung
penyebaran bakteri.
BAB II

HASIL ANALIS JURNAL

2.1 Jurnal 1

Penanganan fimosis

Penanganan fimosis dibutuhkan untuk mengatasi gangguan kulup penis yang mengetat dan tidak
bisa ditarik. Fimosis ini dapat terjadi pada bayi, anak-anak, maupun pria dewasa pasalnya fimosis
umumnya terjadi akibat tidak sunat. Sunat atau khitan merupakan hal yang biasa dilakukan pria karena
antibi budaya maupun agama, namun belakangan ini telah banyak yang menjalani khitan untuk antibio
kesehatan. Khitan memang memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan alat kelamin, salah
satunya yaitu mencegah bahkan merupakan salah satu bentuk penanganan fimosis. Mengalami fimosis
saat masih kecil itu wajar, karena kulup penis memang menjadi lebih elastis seiring bertambahnya usia.
Namun, jika setelah berusia 17 tahun , kulupnya masih elastis maka hal tersebut merupakan salah satu
gejala fimosis.

Gejala Fimosis Pada Pria Dewasa

Beda halnya dengan fimosis yang terjadi pada pria dewasa yang dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan buang air kecil dan masalah alat kesehatan lainnya. Berikut ada beberapa
gejala yang menunjukkan kemungkinan Anda terkena fimosis:

1. Penis berwarna merah.


2. Nyeri pada penis akibat bengkak.
3. Kulit penis menjadi pecah-pecah.
4. Kurang bisa merasakan sensasi ketika berhubungan seksual.

Gangguan buang air kecil dan saat berhubungan seksual biasanya mulai dirasakan jika fimosis telah
parah.

Penyebab Terjadinya Fimosis

Fimosis biasanya terjadi akibat adanya beberapa penyebab berikut ini:

1. Bawaan lahir.
2. Usia.
Kelenturan kulup penis semakin berkurang seiring bertambahnya usia, hal tersebut dapat
menyebabkan adanya gangguan fimosis.
3. Peregangan terlalu keras yang dilakukan pada kulup penis dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya fimosis maupun peradangan pada penis.
4. Gangguan kesehatan
Adanya gangguan pada kulit seperti psoriasis, lichen planus, lichen sclerosus, hingga eksim
biasanya dapat memicu terjadinya fimosis.

Cara Mencegah Fimosis

Fimosis pada pria dewasa dapat menyebabkan berbagai gangguan buang air kecil maupun
gangguan ketika berhubungan seksual. Untuk menghindari adanya gangguan fimosis tersebut, maka
lakukan hal berikut ini:

1. Khitan
Selain mencegah fimosis, khitan memang dapat memberikan manfaat kesehatan terutama yang
berkaitan dengan masalah fungsi penis baik untuk aktivitas buang air kecil maupun berhubungan
seksual.
2. Menjaga kebersihan penis
Kebersihan penis yang kurang terjaga dapat memicu adanya infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada kelamin, termasuk fimosis.
3. Menggunakan sabun pembersih kemaluan dengan bahan yang aman juga dapat mencegah
adanya iritasi pada kelamin yang dapat menyebabkan fimosis.

Metode Penanganan Fimosis

Untuk menghindari iritasinya semakin parah dan adanya infeksi penyakit lain yang mungkin muncul,
maka penanganan fimosis harus segera dilakukan. Bentuk penanganan yang dapat digunakan
diantaranya:

1. Khitan.
2. Obat 6ntibiotic.
3. Krim untuk anti jamur. Penanganan fimosis yang digunakan tentunya harus disesuaikan dengan
penyebab fimosis yang dialami oleh penderita. Untuk mengetahui penyebab fimosisnya, dapat
dilakukan pemeriksaan dengan dokter
2.2 JURNAL 2

FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS

Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis,
sedangkan parafimosis adalah kondisi dimana prepusium yang diretraksikan ke arah glans penis tidak
dapat dikembalikan seperti semula. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan
1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Di antara laki-laki yang tidak disirkumsisi, insiden fimosis
antara 8% hingga 23%. Apabila tidak ditangani, fimosis sering menyebabkan komplikasi berupa infeksi
saluran kemih, parafimosis, dan balanitis berulang. Balanoposthitis adalah peradangan yang sering
terjadi pada 4-11% lakilaki yang tidak disirkumsisi. Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat
karena retraksi prepusium yang terlalu sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat
mengganggu perfusi permukaan prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan
risiko terjadinya nekrosis. Di negara Amerika Serikat, parafimosis terjadi pada 1% pria diatas usia 16
tahun dan pada pria tua dapat terjadi akibat kateterisasi yang lama dan riwayat kebersihan yang buruk
atau infeksi bakteri. Komplikasi para fimosis yang diakibatkan antara lain kematian jaringan karena
kehilangan aliran darah dan terjadinya autoamputasi spontan.

Diagnosis

Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau menjadi cincin
konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga adanya disproporsi antara lebar
kulit prepusium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit prepusium, terdapat perlengketan antara
permukaan dalam prepusium dengan epitel glandular dan atau frenulum breve. Frenulum breve dapat
menimbulkan deviasi glans ke ventral saat kulit prepusium diretraksi. Diagnosis parafimosis dibuat
berdasarkan pemeriksaan fisik.

Terapi

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi
plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi
saluran kemih berulang atau balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan
tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit
prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat
yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat
frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi lokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi
konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak
dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk
usia sekitar tiga tahun. Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti
dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal ,
perlu dilakukan insisi dorsal cincin konstriksi.

Rekomendasi

1. Pada phimosis primer, terapi konservatif dengan salf atau krim kortikosteroid merupakan terapi lini
pertama dengan angka keberhasilan > 90%.

2. Pada phimosis primer, balanoposthitis berulang dan infeksi saluran kemih berulang pada pasien
dengan kelainan anatomi merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan.

3. Phimosis sekunder merupakan indikasi mutlak untuk sirkumsisi 4. Paraphimosis merupakan keadaan
darurat dan terapi tidak boleh ditunda. Jika reposisi manual gagal, dorsal incisi dari cincin penjerat
diperlukan. 5. Sirkumsisi rutin pada neonatus untuk pencegahan kanker penis tidak diindikasikan
2.3 JURNAL 3

EFEKTIVITAS EXTRACT ALUE VERA GEL DALAM PENYEMBUHAN LUKA SIRKUMSISI DENGAN
FIMOSIS DI BALAI PENGOBATAN WALISONGO KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN
GROBOGAN
Oleh;
Purhadi1) , Nurulistyawan Tri Purnanto2)

Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk
membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang
masih ada preputiumnya.
Banyak penelitian kemudian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat
mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit
menular seksual, Fimosis merupakan penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis
tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran hasil skresi
kelenjar kulup/sebaesa yang berisi sel epitel yang mengelupas yang ditemukan dibawah prepusium)
penumpukan spegma tersebut dapat mendukung penyebaran bakteri.
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang sudah
dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk
perawatan kulit. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah
buaya berkembang sebagai bahan baku industri 13 farmasi. Lidah buaya biasa dipergunakan sebagai
kegunaan luar untuk merawat berbagai-bagai keadaan kulit, seperti luka, luka terbakar, dan ekzema.
Lidah Buaya dikatakan dapat mengurangi kesakitan dan mengurangi peradangan.
Lidah buaya jika dipotong atau dipatahkan didalamnya terdapat cairan bening seperti jeli, yang
mengandung anti bakteri, anti inflamasi, anti jamur dan salisilat yang dapat menyembuhkan luka, maka
dari itu lidah buaya diyakini mempunyai kemampuan menyembuhkan luka, meredam rasa sakit dan anti
bengkak atau dapat mengurangi pembengkakan (Santoso 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanganan fimosis dibutuhkan untuk mengatasi gangguan kulup penis yang mengetat
dan tidak bisa ditarik. Fimosis ini dapat terjadi pada bayi, anak-anak, maupun pria dewasa
pasalnya fimosis umumnya terjadi akibat tidak sunat. Sunat atau khitan merupakan hal yang
biasa dilakukan pria karena faktor budaya maupun agama, Khitan memang memiliki beberapa
manfaat yang baik untuk kesehatan alat kelamin, salah satunya yaitu mencegah bahkan
merupakan salah satu bentuk penanganan fimosis. Mengalami fimosis saat masih kecil itu wajar,
karena kulup penis memang menjadi lebih elastis seiring bertambahnya usia. Namun, jika setelah
berusia 17 tahun , kulupnya masih elastis maka hal tersebut merupakan salah satu gejala
fimosis.

Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans
penis, sedangkan parafimosis adalah kondisi dimana prepusium yang diretraksikan ke arah glans
penis tidak dapat dikembalikan seperti semula. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6
sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Apabila tidak ditangani, fimosis
sering menyebabkan komplikasi berupa infeksi saluran kemih, parafimosis, dan balanitis
berulang. Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Tujuan sirkumsisi plastik adalah
untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit
prepusium secara kosmetik. Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang
edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans
penis.

Setelah melalui tahap tahap pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan
dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Tidak terdapat perbedaan lamanya waktu
penyembuhan luka dengan fimosis pada kelompok intervensi yang diberikan ektract alue vera gel
dengan kelompok kontrol yang diberikan bioplasenton. Ditunjukan dengan nilai t hitung (1.050) <
t tabel (2.093) dengan Df (Degree Of Fredom) 19 dan didapatkan nilai Sig. (2 tailed) = 0.307 > α
0.05. Tidak terdapat perbedaan proses penyembuhan luka dengan fimosis pada kelompok
intervensi yang diberikan ektract alue vera gel dengan kelompok kontrol yang diberikan
bioplasenton. Ditunjukan dengan nilai t hitung (0,079) < t tabel (2.093) dengan Df (Degree Of
Fredom) 19 dan didapatkan nilai Sig. (2 tailed) = 0.938 > α 0.05.
Daftar Pustaka

Arnold santosa PENANGANAN FIMOSIS https://works.bepress.com/arnold-sentosa/12/ Winter July 3,


2019, tanggal akses 26 maret 2020
Daryanto Besut. 2016. Fimosis dan Parafimosis. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://103.139.98.4/iaui/Guideline
%2520Pediatrik.pdf&ved=2ahUKEwjZ3erAo7foAhXRV30KHRItCHoQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw0Hg
XzvHyypgGA0rz7isqYh. Diakses pada tanggal 26 Maret 2020.
Purhadi, P., & Purnanto, N. T. (2016). EFEKTIVITAS EXTRACT ALUE VERA GEL DALAM
PENYEMBUHAN LUKA SIRKUMSISI DENGAN FIMOSIS DI BALAI PENGOBATAN WALISONGO
KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN. The Shine Cahaya Dunia Ners, 1

Anda mungkin juga menyukai