Disusun Oleh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
Surakarta, 14 September2019
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................................... 5
BAB II.TINJAUANTEORI........................................................................................................... 6
A. Sejarah Teori Trajectory of Illness………….............................................................................. 6
B. Sumber Teoritis ....................................................................................................... 10
C. Konsep Utama dan Definisi.................................................................................................... 13
D. Asumsi Utama...................................................................................................... 13
E. Penegasan Teoritis..................................................................................................... 15
F . Penggunaan Bukti Empiris ................................................................................................... 16
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari transcultural nursing dan globalisasi dalam pelayanan
b. Untuk mengetahui tujuan penggunaan dan konsep transcultural nursing
c. Untuk mengetahui proses transcultural nursing
d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya terhadap pengobatan(etnofarmalogi)
e. Untuk mengetahui dampak globalisasi pada tatanan pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Dalam era desentralisasi ekonomi pada saat ini, berbagai macam bentuk tantangan
serta perubahan tentu akan dihadapi oleh jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena itu agar terus
dapat berkembang untuk kelangsungan hidup organisasi, manajemen pengelola jasa
pelayanan kesehatan perlu melakukan perubahan yang direncanakan sebelumnya guna
mengantisipasi perubahan yang pasti akan terjadi. Timbulnya perubahan struktur demografis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan
tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berobat, semuanya menuntut perubahan pola pelayanan
kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan dengan memenuhi
standar yang optimal dan maksimal. Jasa pelayanan kesehatan dinyatakan berhasil, tidak
hanya pada kelengkapan fasilitas yang diunggulkan, tetapi juga sikap dan layanan sumber
daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh terhadap pelayanan yang dihasilkan.
Dalam memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari, pelayanan prima menjadi utama dalam jaasa
pelayanan kesehatan.
Menurut Suhaji dkk, (2012) kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap
pentingnya kesehatan, merupakan salah satu alasan bahwa kebutuhan akan mutu pelayanan
kesehatan juga semakin meningkat. Selain itu pula masyarakat akan semakin pandai memilih
mana yang terbaik dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Strategi pelayanan prima
bahwa setiap penyedia pelayanan kesehatan harus melakukan pelayanan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui standar pelayanan minimal yang
berorientasi pada kepuasan pasien, agar pelayanan kesehatan tetap eksis, ditengah
pertumbuhan industri kesehatan yang semakin kuat.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya . Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir ,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing ;
a. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang
dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki oleh individu
yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut
ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia.
g. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya
setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang,
dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan
individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi
yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik
dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih
tinggi daripada kelompok lain.
Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam
konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang
ada yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors). Perawat pada tahap ini
harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew andBoyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu :
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien (GigerandDavidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu :
1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
(a) Cultural care preservation/maintenance 1) Identifikasi perbedaan konsep antara
klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi 2) Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien 3) Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
(b) Cultural care accomodation/negotiation1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 3) Apabila konflik
tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
(c) Cultural care repartening/reconstruction1) Beri kesempatan pada klien untuk
memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. 2) Tentukan tingkat
perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok 3) Gunakan pihak ketiga
bila perlu. 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga. 5) Berikan informasi pada klien
tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien
maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan
klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
1. Globalisasi kelompok jasa yang dapat dikonsumsi tanpa perlu mendatangi negara penghasil jasa
(across a border). Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang
termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan lebih banyak bersifat positif, yakni
makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Karena sesungguhnyalah
dengan terbukanya akses melakukan konsultasi dengan pelbagai sarana dan/atau tenaga
kesehatan di negara-negara yang telah maju tersebut, pengetahuan dan keterampilan tenaga
kesehatan yang ada di dalam negeri akan dapat lebih ditingkatkan.
2. Globalisasi kelompok jasa yang untuk mengkonsumsinya harus mendatangi negara penghasil
jasa (through consumption abroad). Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan kesehatan
yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang ditemukan lebih banyak bersifat negatif, yakni
terkurasnya devisa negara karena harus membiayai pelayanan yang dikonsumsi di luar negeri.
3. Globalisasi kelompok jasa yang diselenggarakan oleh suatu sarana asing yang didirikan di suatu
negara (through commercial presence) Apabila globalisasi hanya menyangkut jasa pelayanan
kesehatan yang termasuk kelompok ini, dampak yang ditemukan dapat bersifat negatif dan
positif. Dampak positif yang ditemukan antara lain:
a. Bertambahnya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pertambahan jumlah sarana ini tentu saja akan menguntungkan masyarakat, karena
masyarakat yang membutuhkan akan dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut.
b. Bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Penambahan ini tidak hanya
ditemukan di dalam negeri, yakni dengan makin banyaknya jumlah sarana pelayanan kesehatan
yang telah didirikan, tetapi juga ke luar negeri, yakni ke pelbagai sarana kesehatan asing, yang
dengan globalisasi telah membuka diri terhadap tenaga kesehatan asing.
c. Makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan. Meningkatan mutu pelayanan ini terkait
dengan makin banyak dipergunakan pelbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran serta
pelbagai peralatan kedokteran canggih, yang memang akan masuk bersamaan dengan makin
banyak didirikannya sarana kesehatan asing.
d. Pemakaian devisa negara akan lebih hemat, yakni karena masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan tidak perlu harus pergi keluar negeri, tetapi cukup dengan memanfaatkan
pelbagai sarana kesehatan asing yang didirikan di dalam negri. Sedangkan dampak negatif yang
ditemukan, sangat ditentukan oleh daya saing dan/ataupun karakteristik tatanan pelayanan
kesehatan yang akan dikembangkan. Untuk Indonesia dampak negatif yang dimaksud antara lain
adalah:
e. Berubahnya filosofi pelayanan kesehatan, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih
bersifat sosial, menjadi sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi pelayanan
kesehatan ini erat kaitannya dengan motif utama masuknya sarana kesehatan asing ke Indonesia.
Motif utama yang dimaksud bukan untuk menolong meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
Indonesia, melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
f. Makin meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Terjadinya
peningkatan biaya pelayanan kesehatan ini erat kaitannya dengan makin banyak dipergunakan
pelbagai teknologi kedokteran canggih, yang telah diketahui memang membutuhkan biaya
pengelolaan yang lebih tinggi.
g. Makin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan. Terjadinya kesulitan ini erat
kaitannya dengan keengganan sarana kesehatan asing untuk berkiprah di daerah-daeah terpencil.
Karena adanya motif untuk mencari keuntungan, sarana kesehatan asing tersebut akan lebih
senang berada di kota-kota besar, yakni yang daya beli masyarakatnya memang cukup tinggi.
h. Tidak sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
kesehatan masyarakat. Terjadinya ketidaksesuaian kebutuhan dan tuntutan ini erat kaitannya
dengan perbedaan sistem pengelolaan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan kesehatan masyarakat.
1. Globalisasi kelompok jasa yang diselenggarakan oleh tenaga kerja asing yang bekerja di suatu
negara (through the presence of people who are service provider). Apabila globalisasi hanya
menyangkut jasa pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok ini, dampak yang
ditemukan dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah:
a. Makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yakni melalui
kesempatan konsultasi dan/atau kerjasama secara langsung dengan tenaga kesehatan asing yang
bekerja di dalam negeri.
b. Makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan yang tersedia dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan masyarakat, yakni dengan masuknya pelbagai tenaga kesehatan asing yang
jenis dan keahliannya belum ditemukan di dalam negeri.
Sama halnya dengan sarana kesehatan asing, dampak negatif dari kehadiran tenaga kesehatan
asing sangat ditentukan oleh daya saing serta karakteristik tatanan kesehatan yang akan
dikembangkan. Untuk Indonesia dampak negatif yang dimaksud adalah:
1. Terjadinya persaingan yang makin ketat antar tenaga kesehatan. Persaingan yang dimaksud
tidak hanya antar tenaga kesehatan bangsa sendiri, tetapi juga dengan tenaga kesehatan asing.
2. Berubahnya filosofi pelayanan kesehatan, yang semula sepenuhnya dan/atau sebagian masih
bersifat sosial, menjadi sepenuhnya bersifat komersial. Terjadinya perubahan filosofi pelayanan
kesehatan ini erat kaitannya dengan motif utama masuknya tenaga kesehatan asing. Motif utama
yang dimaksud bukan untuk menolong meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, melainkan
untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
3. Makin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan. Terjadinya ketimpangan
pemerataan pelayanan kesehatan ini erat kaitannya dengan keengganan tenaga kesehatan asing
untuk berkiprah di daerah-daeah terpencil. Karena adanya motif untuk mencari keuntungan,
tenaga kesehatan asing tersebut akan lebih senang berada di kota-kota besar, yakni yang daya
beli masyarakatnya memang cukup tinggi.
4. Tidak sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan
kesehatan masyarakat. Terjadinya ketidaksesuaian kebutuhan dan tuntutan ini erat kaitannya
dengan perbedaan sistem pendidikan tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan masyarakat.
Untuk Indonesia, berkiprahnya sarana dan tenaga kesehatan asing pada era globalisasi
yang akan datang diduga akan cukup tinggi. Penyebabnya terkait dengan potensi pasar Indonesia
yang sangat menguntungkan. Pertama, karena jumlah penduduk Indonesia yang besar. Tercatat
sekitar 200 juta jiwa. Indonesia pada saat ini adalah negara keempat jumlah penduduknya
terbesar di didunia. Kedua, karena daya beli penduduk Indonesia yang cukup tinggi. Tercatat
tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 8%. Indonesia pada saat ini adalah salah satu negara yang
pertumbuhan ekonominya cukup mengagumkan di dunia.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. 7 th
Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
Afifah, Efy. “Ringkasan Materi Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural.Dalam
Keperawatan”.