Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Atresia Bilier

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Blok Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Ananda Idlal F Rifki Khaerun Nisa


Anggi Alvianita Siti Nurhasanah
Dede Siska Dwi Indriani
Devia Tri Lois
Fani Warleni
Firda Widiawati
Miftahuljanah Zia Noviani F

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ATRESIA BILIER”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna dan memberikan manfaat bagi setiap pihak terutama bagi para pembaca.

Penyusun, Oktober 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Metode Penulisan ......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN MATERI
2.1 Konsep Teori ................................................................................................. 3
a. Definisi ....................................................................................................... 3
b. Etiologi ........................................................................................................ 3
c. Tanda dan gejala .......................................................................................... 5
d. Anatomi Fisiologi ........................................................................................ 7
e. Patofisiologi................................................................................................. 9
f. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 10
g. Penatalaksanaan Medis ................................................................................ 11
h. Komplikasi .................................................................................................. 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan (NANDA NIC NOC) .................................... 15
a. Pengkajian .................................................................................................. 15
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan ............................................................. 20
c. Perencanaan ................................................................................................ 20
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus ........................................................................................................ 22
3.2. Pembahasan Kasus ....................................................................................... 22
I. Pengkajian ................................................................................................... 22
II. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 24
III. Intervensi Keperawatan .............................................................................. 25
IV. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 29
V. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 31
4.2 Saran ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia bilier (AB) merupakan sebuah peradangan kolangiopati pada bayi yang menghasilkan
fibrosis progresif dan obliterasi pada saluran empedu ekstra hepatik dengan penyebab pastinya
masih belum diketahui. Penyakit ini menjadi penyebab utama terjadinya kolestatis neonatus.
Apabila tidak ditangani, kelainan hati progresif yang disertai hipertensi portal, kegagalan hati, dan
sirosis hati dapat terjadi dan menyebabkan kematian dalam 2 tahun pertama kehidupan. Diagnosis
atresia bilier dapat dilakukan dengan mengenali tanda dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium,
ultrasonografi, kolangiografi intraoperatif, dan biopsi hati (Wildhaber, 2012).
Secara umum, atresia biliier diklasifikasikan dalam 2 bentuk utama yaitu sindrom AB (fetal
atau embrionik) dan non-sindrom AB (perinatal atau postnatal). Prosedur portoenterostomi
(Kasai) masih menjadi satu-satunya terapi yang dapat ditawarkan disamping transplantasi hati
dengan keefektifan bergantung pada diagnosis awal dengan intervensi intraoperatif yang tepat.
Keberhasilan prosedur ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah keadaan histologi
hati yang dapat menjadi prediktor prognosis perlu tidaknya dilakukan transplantasi hati
(Wildhaber, 2012)

1.2 Tujuan Penulisan


1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu sebagai calon perawat yang professional diharapkan mengerti dan
memahami penyakit Atresia Bilier pada anak, serta mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.
1.1.2 Tujuan Khusus
Bidang keperawatan mampu menerapkan tindakan pada pasien penyakit Atresia Bilier

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengkajian Atresia bilier pada anak?
2. Bagaimana intervensi Atresia bilier pada anak?
3. Bagaimana implementasi Atresia bilier pada anak?
4. Bagaimana evaluasi Atresia bilier pada anak?

1.4 Metode Penulisan


Metode Penulisan ini menggunakan metode kepustakaan dengan cara membaca tentang
penyakit dan mengambil referensi dari internet.

1.5 Manfaat Penulisan


Mahasiswa mampu untuk menjelaskan apa itu Atresia bilier dan mahasiwa mampu menerapkan
tindakankeperawatan pada pasien dengan penyakit Atresia bilier
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Konsep Teori
a. Definisi
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan suatu defek congenital yang merupakan
hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau
intrahepatik.
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran
(Lavanilate.2010.Askep Atresia Bilier).
Atresia biliaris adalah suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistim bilier
ekstra hepatik. Karakteristik dari atresia biliarias adalah tidak terdapatnya sebagian sistim
bilier antara duodenum dan hati sehingga terjadi hambatan aliran empedu dan menyebabkan
gangguan fungsi hati tapi tidak menyebabkan icterus karena hati masih tetap membentuk
konyugasi bilirubin dan tidak dapat menembus blood brain barier.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan
mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus.
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini
bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat fatal
Secara empiris Atresia Biliary dapat dikelompokkan dalam 2 tipe:
1) Tipe yang dapat dioperasi (yang dapat diperbaiki)
Jika kelainan/sumbatan terdapat dibagian distalnya
2) Tipe yang tidak dapat dioperasi
Jika kelainan atau sumbatan terdapat dibagian atas porta hepatic, tetapi akhir-akhir
ini dapat dipertimbangakan untuk suatu operasi porto enterostoma hati radikal.

b. Etiologi
Penyebab dari Atresia bilier tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme auto imun
mungkin merupakan sebagian penyebab terjadinya progresivitas dari Atresia bilier. Dua tipe
dari atresia biliaris adalah bentuk fetal dan terjadi selama masa fetus dan timbul ketika lahir,
serta bentuk perinatal lebih spesifik dan tidak terlihat pada minggu kedua sampai minggu
keempat kehidupan. Penelitian terbaru mengatakan infeksi virus pada bayi sangat sugestif
merupakan penyebab dari Atresia bilier. Kurang lebih 10 % dari Atresia bilier terutama
bentuk fetal bersama sama dengan kelainan kongenital lainnya seperti kelainan jantung
,limpa dan usus.
Atrsia biliaris bukan kelainan heriditer ini terlihat pada bayi kembar atresia bilier
tidak terjadi pada keda bayi tersebut. Atresia bilier terjadi selama periode fetus atau neonatal
kemungkinan triger nya adalah salah satu atau kombinasi faktor dibawah ini :
a) Infeksi virus atau bakteri
b) Masalah sistem imun
c) Komponen empedu yang abnormal
d) Gangguan pertumbuhan liver dan duktus biliaris

c. Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang lahir dengan atresia bilier biasanya lahir dengan berat badan yang
normal dan perkembangannya baik pada minggu pertama. Hepatomegali akan terlihat lebih
awal, splenomegali sering terjadi, dan biasanya berhubungan dengan progresivitas penyakit
sirosis hepatis dan hipertensi portal.
Terjadi ikterus karena peningkatan bilirubin, ikterus yang fisiologis sering disertai
peningkatan bilirubin yang terkonjugasi. Berikut manifestasi klinis atresia bilier yang lebih
rinci.
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
a) Air kemih bayi berwarna gelap
b) Tinja berwarna pucat
c) kulit berwarna kuning
d) berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
e) hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
a) Gangguan pertumbuhan
b) Gatal-gatal
c) Rewel
d) Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari
lambung, usus dan limpa ke hati).
e) Distensi abdomen
f) Varises esophagus
g) Hepetomegali
h) Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
i) Lemah
j) Pruritus

d. Anatomi Fisiologi Empedu


Sistem empedu terdiri dari organ-organ dan saluran (saluran empedu, kandung
empedu, dan struktur terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi empedu. Ketika
sel-sel hati mengeluarkan empedu, yang dikumpulkan oleh sistem saluran yang mengalir dari
hati melalui duktus hepatika kanan dan kiri.Saluran ini akhirnya mengalir ke duktus hepatik
umum.Duktus hepatika kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari kantong empedu
untuk membentuk saluran empedu umum, yang berlangsung dari hati ke duodenum (bagian
pertama dari usus kecil).Namun, tidak semua berjalan empedu langsung ke
duodenum. Sekitar 50 persen dari empedu yang dihasilkan oleh hati adalah pertama disimpan
di kantong empedu, organ berbentuk buah pir yang terletak tepat di bawah hati.
Kemudian, ketika makanan dimakan, kontrak kandung empedu dan melepaskan empedu ke
duodenum disimpan untuk membantu memecah lemak.
Fungsi utama sistem bilier yang meliputi:
 untuk mengeringkan produk limbah dari hati ke duodenum
 untuk membantu dalam pencernaan dengan pelepasan terkontrol empedu
Empedu merupakan cairan kehijauan-kuning (terdiri dari produk-produk limbah, kolesterol,
dan garam empedu) yang disekresikan oleh sel-sel hati untuk melakukan dua fungsi utama,
termasuk yang berikut:
 untuk membawa pergi limbah
 untuk memecah lemak selama pencernaan
Garam empedu adalah komponen aktual yang membantu memecah dan menyerap lemak.
Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran, adalah apa yang memberikan
kotoran warna gelapnya coklat (Tim Ohio State University.2011.Sistem
Bilier.Columbus:Medical center).

e. Patofisiologi
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu, dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus
bilier ekstrahepatik juga menyebabkan obstruksi aliran empedu. Obstruksi saluran bilier
ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria.
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat
disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah :
sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas,
karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan, edema,
degenerasi hati. Dan apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati.Bahkan hati
menjadi fibrosis dan cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal
sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal.
Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam aliran darah, yang dapat
mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning. Degerasi secara gradual
pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly.Karena tidak ada aliran empedu
dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan
vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan gagal tumbuh.Vitamin A, D, E, K larut
dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-
vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan
saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat
membuat anda keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan
masalah hati dan jantung

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Fungsi hati : bilirubin, aminotransferase (ALTAST) dan factor pembekuan protrhombin
time, partial thromboplastin time.
2. Pemeriksaan urine dan tinja.
3. Biopsy hati : Dengan jarum yang khusus dapat diambil bagian liver yang ti[is dan
dibawah mikroskop dapat dinilai obstruksi dari sistim bilier.
4. Imeging, terdiri dari :
a. USG (Ultrasonografi) : gambaran USG tergantung dari tipe dan berapa derajat
penyakit. Pada pemeriksaan USG terlihat hati yang membesar ataupun normal,
Kandung empedu tidak ada atau mengecil dengan panjang <1.5 cm . Kandung
empedu biasanya lebih kecil dari 1,9 cm,dinding yang tipis atau tidak terlihat
,ireguler dengan kontur yang lobuler(gall bladder ghost triad), kalau ada
gambaran ini dikatakan sensitivitas 97 % dan spesifisitas 100%. Gambaran
kandung empedu yang normal (panjang >1,5 cm dan lebar >4 cm ) dapat terlihat
sekitar 10 % kasus.
b. Kholangiografi : Berguna untuk menentukan letak atresia. Pada kholangiografi
terlihat gambaran atresia bilier bervariasi. Pengukuran dari hilus hepar jika
atresia dikoreksi secara pembedahan dengan menganastomosis duktus biliaris.
c. ERCP : untuk melihat kebocoran sistem bilier ekstra hepatal daerah porta
hepatis.
g. Penatalaksanaan Medis
Atresia bilier adalah keadaan penyakit yang serius dan dapat menyebabkan cirrhosis
hepatis ,hipertensi portal, karsinoma hepatoseluler, dan kematian terjadi sebelum umur 2
tahun. Nutrisi pada pasien Atresia bilier harus diperhatikan terutama untuk lemak,asam
lemak esensial yang mudah diabsorbsi dan pemberian protein dan kalori yang baik.
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke
usus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita. Untuk
melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan
pembedahan yang disebut prosedur kasai.
1. Terapi medikamentosa
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam empedu
(asamlitokolat), dengan memberikan :
 Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
 Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil transferase (untuk mengubah
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk); enzimsitokrom P-450 (untuk
oksigenisasi toksin), enzim Na+ K+ ATPase (menginduksi
aliranempedu). Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai jadwal
pemberian susu. Kolestiraminmemotong siklus enterohepatik asam empedu
sekunder
2. Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan : Asam ursodeoksikolat, 310
mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis, per oral. Asam ursodeoksikolat mempunyai daya ikat
kompetitif terhadap asam litokolat yang hepatotoksik.
3. Terapi nutrisi
Terapi yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan berkembang seoptimal
mungkin, yaitu :
 Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) untuk
mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat metabolisme. Disamping itu,
metabolisme yang dipercepat akan secara efisien segera dikonversi menjadi
energy untuk secepatnya dipakai oleh organ dan otot, ketimbang digunakan
sebagai lemak dalam tubuh. Makanan yang mengandung MCT antara lain seperti
lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya.
 Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Seperti vitamin A, D,
E, K
4. Terapi bedah
 Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu
keusus.Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita.Untuk
melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus,
dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai.Biasanya pembedahan ini
hanya merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan
pencangkokan hati.
 Pencangkokan atau Transplantasi Hati
Transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk atresia bilier
dan kemampuan hidup setelah operasi meningkat secara dramatis dalam beberapa
tahun terakhir. Karena hati adalah organ satu-satunya yang bisa bergenerasi secara
alami tanpa perlu obat dan fungsinya akan kembali normal dalam waktu 2 bulan.
Anak-anak dengan atresia bilier sekarang dapat hidup hingga dewasa, beberapa
bahkan telah mempunyai anak.Kemajuan dalam operasi transplantasi telah juga
meningkatkan kemungkianan untuk dilakukannya transplantasi pada anak-anak
dengan atresia bilier. Di masa lalu, hanya hati dari anak kecil yang dapat
digunakan untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok. Baru-baru ini, telah
dikembangkan untuk menggunakan bagian dari hati orang dewasa, yang
disebut"reduced size" atau "split liver" transplantasi, untuk transplantasi pada anak
dengan atresia bilier.

h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada atresia billiaris yaitu:
1. Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu keluar hati dan kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan, edema,
degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis. Dan hipertensi portal
sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
2. Progresif serosis hepatis terjadi jika aliran hanya dapat dibuka sebagian oleh prosedur
pembedahan, permasalahan dengan pendarahan dan penggumpalan.
3. Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegali.
4. Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat
diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal tumbuh.
5. Hipertensi portal
6. Pendarahan yang mengancam nyawa dari pembesaran vena yang lemah di esofagus dan
perut, dapat menyebabkan Varises Esophagus.
7. Asites merupakan akumulasi cairan dalam kapasitas abdomen yang disebabkan
penurunan produksi albumin dalam protein plasma.
8. Komplikasi pasca bedah yakni kolangitis menaik.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Terkait Kasus (Berbasis NANDA NIC NOC)
I. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya. Hal ini dilakukan
sebagai standar prosedur yang harus dilakukan untuk mengkaji keadaan pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama dalam penyakit Atresia Biliaris adalah Jaundice dalam 2 minggu sampai
2 bulan Jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit dan mata bayi yang baru
lahir. Jaundice terjadi karena darah bayi mengandung kelebihan bilirubin, pigmen
berwarna kuning pada sel darah merah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak dengan Atresia Biliaris mengalami Jaundice yang terjadi dalam 2 minggu atau 2
bulan lebih, apabila anak buang air besar tinja atau feses berwarna pucat. Anak juga
mengalami distensi abdomen, hepatomegali, lemah, pruritus. Anak tidak mau minum dan
kadang disertai letargi (kelemahan).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat Infeksi virus atau bakteri masalah dengan kekebalan
tubuh. Selain itu dapat juga terjadi obstruksi empedu ektrahepatik. yang akhirnya
menimbulkan masalah dan menjadi factor penyebab terjadinya Atresia Biliaris ini.
Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan
Polio.
5. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan atresia biliaris, diduga ibu dari anak pernah menderita infeksi
penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella
2) Intra natal:
Pada anak dengan atresia biliaris diduga saat proses kelahiran bayi terinfeksi virus
atau bakteri selama proses persalinan.
3) Post natal:
Pada anak dengan atresia diduga orang tua kurang memperhatikan personal hygiene
saat merawat atau bayinya. Selain itu kebersihan peralatan makan dan peralatan bayi
lainnya juga kurang diperhatikan oleh orang tua ibu.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan atresia biliaris diduga dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah
menderita penyakit terkait dengan imunitas HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
infeksi virus rubella. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat
menjadi lebih rentan terhadap penyakit atresia biliaris. Selain itu terdapat kemungkinan
adanya kelainan kongenital yang memicu terjadinya penyakit atresia biliaris ini.
7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar, motorik
halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien atresia biliaris dapat dikaji melalui
tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan atresia
biliaris, kebutuhan akan asupan nutrisinya menjadi kurang optimal karena terjadi
kelainan pada organ hati dan empedunya sehingga akan berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembangnya.
8. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Aktivitas/Istirahat : Pola aktivitas dan istirahat anak dengan atresia biliaris
terjadi gangguan yaitu ditandai dengan anak gelisah dan rewel yang gejalanya berupa
letargi atau kelemahan
2) Pola Sirkulasi : Pola sirkulasi pada anak dengan atresia biliaris adalah ditandai
dengan takikardia, berkeringat yang berlebih, ikterik pada sklera kulit dan membrane
mukosa.
3) Pola Eliminasi : Pola eliminasi pada anak dengan atresia biliaris yaitu terdapat
distensi abdomen dan asites yang ditandai dengan urine yang berwarna gelap dan
pekat. Feses berwarna dempul, steatorea. Diare dan konstipasi pada anak dengan
atresia biliaris dapat terjadi.
4) Pola Nutrisi : Pola nutrisi pada anak dengan atresia biliaris ditandai dengan
anoreksia,nafsu makan berkurang, mual-muntah, tidak toleran terhadap lemak dan
makanan pembentuk gas dan biasanya disertai regurgitasi berulang.
5) Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang tua terhadap
penyakit yang diderita klien
6) Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan
dan perawatan yang akan dilakukan.
7) Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat
dan mengobati anak dengan atresia biliaris.
8) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita atresia biliaris
biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
9) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi anak.
10) Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada
anaknya dapat sembuh dengan cepat.
9. Pemeriksaan Fisik
1. Air kemih bayi berwarna gelap
2. Tinja berwarna pucat
3. Kulit berwarna kuning
4. Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
5. Hati membesar.
6. Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
a) Gangguan pertumbuhan
b) Gatal-gatal
c) Rewel
d) Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah
dari lambung, usus dan limpa ke hati).
7. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah.
TTV : Tekanan Darah : terjadi peningkatan terutama pada vena porta
Suhu : Suhu tubuh dalam batas normal
Nadi : takikardi
RR : terjadi peningkatan RR akibat diafragma yang
tertekan (takipnea)
b) Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah : simetris
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : kemungkinan terdapat pernafasan cuping Hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa biibir kemungkinan terdapat ikterik
Lidah : normal
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
c) Dada
Inspeksi :asimetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan dan
tekanan pada otot diafragma akibat pembesaran hati
(hepatomegali).
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, terdapat nyeri tekan(-)
Perkusi Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
kemungkinan terdengar bunyi wheezing
d) Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen
Palpasi : dapat terjadi nyeri tekan ketika dipalpasi
Perkusi : sonor
Auskultasi : kemungkinan terjadi pada bising usus
e) Kulit
Turgor kurang, pucat, kulit berwarna kuning (jaundice)
f) Ekstremitas
Tidak terdapat odem pada pada extremitas
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Bilirubin direk dalam serum meninggi (nilai normal bilirubin total < 12
mg/dl) karena kerusakan parenkim hati akibat bendungan empedu yang luas.
b) Tidak ada urobilinogen dalam urine.
c) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase
(5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid
trigiliserol)
2. Pemeriksaan diagnostik
a) USG yaitu untuk mengetahui kelainan congenital penyebab kolestasis ekstra
hepatic (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu)
b) Memasukkan pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan duodenum
di aspirasi. Jika tidak ditemukan cairan empedu dapat berarti atresia empedu
terjadi
c) Sintigrafi radio kolop hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati
memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai
tercurah ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka
dapat berarti terjadi katresia intra hepatik
d) Biopsy hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler.
Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75% penderita tidak ditemukan
lumen yang jelas

II. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen Kekurangan
volume cairan b.d gangguan absorbsi nutrien, mual dan muntah
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan penurunan berat
badan.
3. Kerusakan integritas kulit b.d akumulasi garam empedu dalam jaringan yg ditandai
adanya pruritus

III. Perencanaan Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Status respirasi : Kepatenan Ventilasi mekanis :
efektif jalan nafas. - Memeriksa kelelahan otot pernafasan
Indikator Skala : - Memeriksa gangguan pada pernafasan
1. frekuensi napas normal. - Berkonsultasi dengan tenaga
2. irama napas normal kesehatan lain dalam meyeleksi jenis
3. tidak ada rasa tercekik ventilasi
4. tidak ada rasa cemas - Merencanakan dan mengaplikasikan
ventilator
Status respirasi : ventilasi. - Menginformasikan pada pasien dan
Indikator : keluarga mengenai perbandingan dan
1. Rata – rata pernafasan sensasi yang diharapkan dengan
dalam rentang yang menggunakan ventilator mekanik
diharapkan - Memeriksa ventilator secara rutin
2. Kedalaman pernafasan - Memeriksa penurunan volume
3. Ekspansi dada simetris penghembusan nafas dan peningkatan
4. Tidak ada nafas pendek tekanan pada pernafasan
- Pemberian cairan dan nutrisi yang
cukup
- Memberikan perawatan mulut secara
rutin
- Mengontrol efek buruk dari ventilasi
dengan menggunakan alat
Relaksasi otot progresif :
- Memilih ketenangan dan keadaan
yang nyaman.
- Menahan pencahayaan.
- Ambil tindakan pencegahan untuk
mencegah gangguan.
- Menempatkan pasien di kursi baring,
atau apapun yang membuat nyaman
- Ajarkan keluarga pasien memakai
pakaian yang nyaman, pakaian tidak
terbatas.
- Meneliti peningkatan tekanan
intrakarnial, kerapuhan kapiler,
kecenderungan pendarahan, berbagai
kesulitan berhubungan dengan jantung
akut kesulitan dengan hipertensi, atau
keadaan yang lain di mana kekuatan
otot mungkin menghasilkan luka-
luka/kerugian fisiologis lebih besar,
dan memodifikasi teknik itu, dengan
tepat.
2 Kekurangan volume Keseimbangan cairan Terapi intravena :
cairan b.d gangguan Indikator : - Periksa tipe, jumlah, expire date,
absorbsi nutrien, mual 1. Kesimbangan intake & karakter dari cairan dan kerusakan
dan muntah output (24jam) botol
2. Perubahan suara napas (-) - Tentukan dan persiapkan pompa
3. Kestabilan berat badan infuse IV
4. Asites (-) - Hubungkan botol dengan selang yang
5. Distensi vena leher (-) tepat
6. Edema Perifer (-) - Atur cairan IV sesuai suhu ruangan
7. Mata yang cekung (-) - Atur pemberian IV, sesuai resep, dan
8. Konfusi yang tidak tampak pantau hasilnya
9. Rasa haus abnormal(-) - Pantau jumlah tetes IV dan tempat
10. Hidrasi kulit infus intravena
- Pantau terjadinya kelebihan cairan dan
Hidrasi reaksi yang timbul
Indikator : - Pantau kepatenan IV sebelum
1. Hidrasi kulit pemberian medikasi intravena
2. Kelembaban membran Menejemen cairan :
mukosa - Timbang BB tiap hari
3. Oedem peripheral (-) - Hitung haluran
4. Asites (-)\ - Pertahankan intake yang akurat
5. Haus yang abormal (-) - Monitor status hidrasi (seperti
6. Perubahan suara napas (-) :kelebapan mukosa membrane, nadi)
7. Napas pendek (-) - Monitor status hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
- Monitor hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
- Monitor TTV
- Monitor perubahan BB klien sebelum
dan sesudah dialisa
- Monitor status nutrisi
- Kaji lokasi dan luas edem
- Distribusikan cairan > 24 jam
- Konsultasi dengan dokter, jika gejala
dan tanda kehilangan cairan makin
buruk
3 Kebutuhan nutrisi Status nutrisi Terapi nutrisi :
kurang dari Indikator : - Mengontrol penyerapan
kebutuhan tubuh b.d 1. Intake nutrisi adekuat makanan/cairan dan menghitung
anoreksia dan 2. Intake makanan dan cairan intake kalori harian
penurunan berat adekuat - Memantau ketepatan urutan makanan
badan. 3. Massa tubuh normal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Energi haria
- Menentukan jumlah kalori dan jenis
Status nutrisi : intake nutrisi zat makanan yang diperlukan untuk
Indikator : memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika
1. Intake kalori berkolaborasi dengan ahli makanan,
2. Intake vitamin - Memastikan bahwa makanan berupa
3. Intake protei makanan yang tinggi serat untuk
4. Intake karbohidrat mencegah konstipasi
5. Intake kalsium - Memberi pasien makanan dan
6. Intake mineral minuman tinggi protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang siap dikonsumsi,
jika diperlukan
- Membantu pasien untuk memilih
makanan lembut, lunak dan tidak asam
- Mengatur pemasukan makanan
- Menghentikan penggunaan saluran
makanan, jika intake oral dapat
dimaklumi
- Mengontrol cairan pencernaan, jika
diperlukan
Bantuan penambahan berat badan:
- Menunjukkan hasil diagnose untuk
menentukan penyebab penurunan
berat badan, jika diperlukan
- Menimbang berat badan pasien pada
jarak waktu tertentu, jika diperlukan
- Mendiskusikan kemungkinan
penyebab rendahnya berat badan
- Memantau mual dan muntah
- Menentukan penyebab mual dan/atau
muntah, dan pengobtan yang tepat
- Melakukan pengobatan untuk
mengurangi mual dan nyeri sebelum
makan, jika diperlukan
- Mengontrol konsumsi kalori harian
- Memantau jumlah serum albumin,
lymphocyte, dan elektrolit
- Menunjukkan bagaimana cara
meningkatkan intake kalori
- Memberi variasi nutrisi makanan yang
tinggi kalori
4 Kerusakan integritas Integritas jaringan : kulit Menejemen obat :
kulit b.d akumulasi dan membran mukosa - Menentukan obat apa yang dibutuhkan
garam empedu dalam Indikator : dan diberikan berdasarkan penulisan
jaringan yg ditandai 1. Temperatur jaringan normal resep oleh orang yang berwenang dan
adanya pruritus 2. Elestisitas kulit normal atau protocol
3. Hidrasi - Memonitor keefektifan administrasi
4. Pigmentasi obat, jika dipelukan
5. Warna - Memonitor tanda-tanda atau
6 Tekstur symptom-symptom dari keracunan
7. Ketebalan obat
8. Jaringan bebas lesi - Memantau efek buruk dari obat
9. Perfusi jaringan - Memonitor pengaruh ketidakefektifan
10. Kesehatan kulit obat
- Mengkaji kembali secara periodik
Penyembuhan luka dengan pasien dan/atau keluarga jenis
Indikator : dan jumlah yang diberikan
1. Perkiraan kerusakan kulit - Menentukan factor–factor yang
2. Resolusi drainase barair menghalangi pasien dari menerima
dari luka obat yang diresepkan
3. Resolusi drainase - Konsultasi dengan tim kesehatan
kemerahan dari luka professional yang lain untuk
4. Resolusi drainase serosa meminimalkan angka dan frekuensi
yang berdarah obat yang dibutuhkan untuk efek
5. Resolusi drainase yang terapeutik
kemerahan dari drain - Ajari pasien dan/atau anggota keluarga
tentang metode administrasi obat, jika
diperlukan
Perawatan kulit : pengobatan topikal :
- Menghindari penggunaan kasur linen
dengan tekstur kasar
- Membersihkan dengan sabun anti
bakteri
- Memakaikan pasien dengan pakaian
yang tidak membatasi
- Menaburkan bedak obat ke atas kulit
- Menggunakan popok dengan longgar
- Menempatkan bantal-bantal yang
lunak
- Memijat area disekitar yang sakit
- Menutupi tangan dengan kaos tangan
- Menggunakan bedak pengering untuk
lipatan kulit yang dalam
- Menggunakan antibiotik topical untuk
area yang sakit
- Menggunakan agen antiimflamasi
topical pada area yang sakit
- Menggunakan agen antijamur topical
untuk area yang sakit
- Memeriksa kulit sehari-hari untuk
memeriksa resiko kerusakan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 2 bulan di rawat di ruang anak sebuah rumah sakit di daerah
kuningan. Hasil wawancara di dapatkan keluarga mengeluh kulit anaknya sedikit demi sedikit
tampak berwarna kuning semenjak 1 bulan pasca kelahiran, demam sudah 5 hari, urine tampak
berwarna gelap , tinja berwarna pucat, perut membesar dan selalu rewel. Keluarga juga
mengatakan berat badan anak turun 9 ons dan anak tidak mau makan. Riwayat imunisasi
hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, polio oral diberikan
besamaan dengan DTP.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya hipertensi vena porta, kadar
bilirubin total 2,5 mg/dl , albumin 3,27 g/dl,terdapat pruritus di daerah pantat dan punggung
anak, hasil rontgen didapatkan adanya pembesaran hati dan pemeriksaan TTV didapatkan suhu
38,5°C. Nadi 103x/menit RR 35 x/menit, Saat ini klien mendapatkan obat Fenobarbital 5
mg/kgBB/hari.Saat ini pasien didiagnosa atresia bilier

3.2 Pembahasan Kasus


I. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : An. M
Usia : 2 bulan
Pendidikan :-
Alamat : Kuningan
Nama Ayah/Ibu : Tn D/ Ny.W
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta/IRT
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal masuk RS : 19 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2019
II. Keluhan Utama : ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4 °C)
III. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh demam , rewel, perut klien buncit, kulit
tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.
IV. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
-
V. Riwayat Tumbuh Kembang anak
o Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan
saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP
o Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan terutama
vitamin larut lemak (A,D,E,K)
o Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial :
Klien An. M mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan
minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
o Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual :

Klien An M. menujukkan karakter awal kepribadiannya dengan mengenali siapa


yang mengasuhnya. Klien menyukai saat digendong dan diayun-ayun Perilaku
kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dengan menggerakkan jari tangan,
menggenggam ibu jari ibu yang berhubungan emosi dengan orang tua, saudara
(sibling), dan orang lain.

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga:


 Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. M dalam
merawat klien.
 Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area
perindustrian kimia.
 Kultur dan kepercayaan : -
 Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
 Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

VII. Pemeriksaan Fisik


a. B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 °C), penggunaan otot
bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.
b. B2 (blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit
(tachicardi).
c. B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran sampai
koma
d. B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses
e. Urine : warna gelap, pekat
f. Feses : warna dempul, steatorea, diare
g. B5 (bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan
makanan pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan
berat badan BB/TB (5,1 Kg/ 62 cm), dehidrasi,
distensi abdomen, hepatomegali.
h. B6 (bone) : Letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran
kanan atas ditekan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal
(pruritus), kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin
K), oedem perifer, jaundice, kerusakan kulit.

VIII. Hasil Laboratorium

NO JENIS HASIL NILAI INTERPRETASI


PEMERIKSAAN NORMAL
1. Leukosit 21.000 sel/mm 5700-18.000 High
sel/mm
2. bilirubin 2,5 mg/dl 1 mg/dl High

3. Albumin 3,5 gr/dl 3,8-5,4 g/dL High

IX. Aktifitas Sehari-hari (ADL)


No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit
1. Oksigenasi
a. Pola nafas Normal Sesak
b. Frekuensi Normal
c. Batuk pilek Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan sesak Tidak ada Ada
e. Terpasang alat bantu Tidak ada Tidak ada
(oksigen)
2. Cairan (minum)
a. Frekuensi Tidak teratur Kurang
b. Jenis ASI ASI
c. Riwayat alergi Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan Tidak ada Ada
e. Terpasang alat bantu Tidak ada Tidak ada
(NGT/OGT)
3. Nutrisi
a. Frekuensi Tidak teratur Tidak teratur
b. Jenis ASI/PASI ASI/PASI
c. Riwayat alergi Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan Tidak ada Ada
e. Terpasang alat bantu Tidak ada Tidak ada
(pemasangan
infus/transfusi)
4. Eliminasi (BAB/BAK)
a. Frekuensi Tidak teratur Tidak teratur
b. Konsentrasi Menyengat Menyengat
c. Warna Kuning pucat
d. Bau Bau khas Bau khas
e. Keluhan Tidak ada ada

5. Aktivitas bermain
a. Frekuensi Tidak ada data Tidak ada data
b. Jenis Tidak ada data Tidak ada data
c. Alat permainan Dot Tidak ada
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
6. Istirahat Tidur
a. Frekuensi Tanpak nyenyak Tanpak kurang tidur
b. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
c. Waktu/lama tidur/hari 8 jam tidur siang, 8 jam Tidak tertentu
tidur malam
d. Keluhan Tidak ada Sulit tidur
7. Personal Higien
a. Oral care Tidak ada Tidak ada
b. Mandi 2X Sehari Waslap
c. Keramas 2X Sehari Tidak ada
d. Penampilan Umum Tanpak Segar Tanpak lemas

X. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Inflamasi yg progresif Hypertermi

 pasien menangis, rewel


DO: kerusakan
 Suhu tubuh meningkat progresif pada
(38°C) duktus bilier
 Takikardi (103x/menit) ekstrahepatik
 RR meningkat >24x/menit
Mekanisme tubuh untuk
meningkatkan suhu tubuh

Hypertermi
2 DS : cairan asam empedu balik Pola nafas tidak efektif
 pasien terlihat sesak. ke hati
DO :
 RR= 35x/menit Peradangan sel hati

 Penggunaan otot bantu


pernapasan Hepatomegali

 Napas pendek (pembesaran hepar)

distensi abdomen

menekan diafragma
peningkatan Komplain
paru

Kebutuhan oksigen
meningkat

Frekuensi napas
meningkat

3 DS: Obstruksi aliran dari hati Nutrisi kurang dari


 Tidak mau makan, rewel, ke dalam usus kebutuhan
mual/muntah.
gangguan penyerapan
Do: lemak dan vitamin larut
 Berat badan turun (6 kg lemak (A, D, E, dan K)
menjadi 5,1 kg) ,
 muntah, Nutrisi kurang dari
 konjungtiva anemis. kebutuhan
4 Ds:- cairan asam empedu balik Kerusakan integritas
Do: ke hati kulit
 Anak tampak tidak
nyaman dengan posisi itching dan akumulasi dari

tidunya toksik

 Terdapat pruritus di daerah


pantat & punggung anak tersebar ke dalam darah
dan kulit
 Albumin 3,27 g/dL (N:3,8-
5,4)
Pruiritis (gatal) pd kulit

I. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Hypertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktusbilier ekstrahepatik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan
konjungtiva anemis.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

II. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Hypertermi Setelah 1. Berikan kompres air Dapat membantu
mengurangi
berhubungan dilakukan biasa pada aksila,
-demam.
dengan tindakan 1x24 kening, leher dan
-Mengetahui
inflamasi jam diharapkan lipatan paha.
kemungkinan adanya
akibat Suhu akan 2. Pantau suhu minimal
kenaikan suhu secara
kerusakan kembali normal setiap 2 jam sekali,
mendadak
progresif pada dalam waktu 1x sesuai kebutuhan
duktusbilier 24 jam 3. Berikan pasien pakaian -Membantu
ekstrahepatik Kriteria tipis mengurangi panas di
hasil : 4. Manipulasi lingkungan tubuh
 suhu normal seperti penggunaan -Memberikan rasa
36,50 – AC/ kipas angin nyaman dengan
37,5 0C 5. Berikan obat anti mengurangi keadaan
Nadi dan piretik sesuai panas akibat suhu
pernapasan
kebutuhan pengaruh lingkungan
dalam rentan
normal (N= < -Digunakan untuk
160 x / menit ,
mengurangi demam
RR= 30-40
x/menit dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.
2. Pola nafas Setelah 1. Kaji distensi abdomen -dengan mengukur
tidak efektif dilakukan 2. Kaji RR, kedalaman, lilitan atau lingkar
berhubungan tindakan 1x24 dan kerja pernafasan. abdomen
dengan jam diharapkan 3. Waspadakan klien agar -Untuk mengetahui
peningkatan Menunjukkan leher tidak adanya gangguan
distensi pola nafas yang tertekuk/posisikan semi pernafasan pada
abdomen efektif dengan ekstensi atau eksensi pasien
Kriteria pada saat beristirahat -Menghindari
Hasil : 4. Berikan O2 1 liter penekanan pada
 RR= 30-40 jalan nafas untuk
napas/ menit meminimalkan
 Kedalaman penyempitan jalan
inspirasi dan nafas
kedalaman - Untuk mengrangi
bernafas sesak
 Tidak ada
penggunaan
otot bantu
nafas
3. Gangguan pe Setelah 1. Kaji distensi abdomen -Distensi abdomen
menuhan dilakukan merupakan tanda
nutrisi kurang tindakan 2. Pantau masukan nutrisi non verbal
dari kebutuhan keperawatan dan frekuensi muntah gangguan pencernaa
tubuh berhubu selama 2x24 n.
ngan dengan jam diharapkan 3. Timbang BB setiap -Mengidentifikasi
anoreksia dan polanutrisi hari. kekurangan /
gangguan adekuat. 4. Berikan makanan kebutuhan nutrisi
penyerapan Kriteria hasil : /minuman sedikit tapi dengan mengetahui
lemak, 1. BB sering. intake dan output
ditandai pasien 5. Konsul dengan ahli diet klien.
dengan stabil ⅟2 sesuai indikasi. -Mengawasi
berat badan (n+9)kg= keefektifan rencana
turun dan ½ 6. Berikan makanan yang diet
konjungtiva (2+9)kg= mengandung medium -Untuk menurunkan
anemis. 5,5 kg chain triglycerides rangsang
2. Konjungt (MCT) sesuai indikasi. mual/muntah.
iva -Mulut yang bersih
tidak ane 7. Monitor laboratorium; meningkatkan nafsu
mis albumin, protein makan.
sesuai program. -Berguna dalam
8. Berikan vitamin- memenuhikebutuhan
vitaminyang larut nutrisi
dalaam lemak (A, D, E individudengan diet
dan K) yang paling tepat.
-Memenuhi
kebutuhan nutrisidan
meminimalkan
rangsang pada
kantung empedu.
-Meningkatkan
pencernaan dan
absorbsi lemak serta
vitamin yang larut
dalam lemak.
-Memberi informasi
tentang keefektifan
terapi.
-Vitamin-vitamin
tersebut terganggu
penyerapannya.
4. Kerusakan Setelah 1. Kaji tanda- tanda - Untuk
integritas kulit kerusakkan kulit mengetahui
dilakukan 2. Merubah posisi anak apakah ada
berhubungan
dengan tindakan setiap 2 jam atau sesuai perubahan
akumulasi kondisi kulit atau
keperawatan 3. Menempatkan anak pada tidak
garam empedu
dalam jaringan selama 2x24 matras yang lembut - Agar tidak
4. Kolabaorasi dengan terjadi luka
jam diharapkan dokter untuk pemberian pada kulit
polanutrisi krim corticosteroid anak
- Agar kulit
adekuat. berpapasan
Kriteria hasil : langsung
dengan laken
1.Anak akan - Membantu
menunjukkan penyembuhan
keutuhan kulit pruritus
XI. Implementasi Keperawatan
NO Diagnosa Tanggal dan Implementasi Respon Pasien
Keperawatan waktu
1. kerusakan progresif Diharapkan
pada duktusbilier Suhu akan 1. Memberikan - Ibu pasien

ekstrahepatik kembali normal kompres air biasa bersedia

pada aksila, anaknya


dalam waktu 1x
untuk di
24 jam kening, leher dan
kompres
Kriteria lipatan paha.
- Ibu pasien
hasil :
bersedia
 suhu 2. memantau suhu
anaknya
normal minimal setiap 2 untuk
36,5 – 0 jam sekali, sesuai dipantu
37,5 0C kebutuhan suhu
Nadi dan 3. memberikan - Ibu bersedia

pernapasan pasien pakaian anaknya di

dalam rentan tipis pakaikan

4. Berkolaborasi pakaian
normal (N= <
tipis
160 x / menit , dengan dokter
- Ibu bersedia
RR= 30-40 dalam pemberian
anaknya
x/menit obat anti piretik
diberikan
sesuai kebutuhan
obat anti
piretik
2. Pola nafas tidak 1. mengkaji distensi - Ibu bersedia
efektif b.d abdomen anaknya untuk
peningkatan distensi 2. mengkaji RR, dikaji
abdomen kedalaman, dan kerja - Ibu bersedia
pernafasan. anaknya untuk
3. Memposisikan dikaji
padien dengan posisi - Ibu bersedia
semi ekstensi atau anaknya
eksensi pada saat diposisikan
beristirahat. dengan posisi
4. Memberikan O2 semi ekstensi
1liter - Ibu pasien
bersedia
anaknya
diberikan
oksigen

3. Gangguan pemenuhan 1. mengkaji distensi - ibu


nutrisi kurang dari abdomen bersedia
kebutuhan tubuh anaknya
berhubungan dengan
2. memantau untuk
anoreksia dan
masukan nutrisi dikaji
gangguan penyerapan
dan frekuensi - Ibu pasien
lemak, ditandai
muntah bersedia
dengan berat badan
3. menimbang BB anaknya
turun dan konjungtiva
anemis. setiap hari. utnuk di
4. memberikan pantau
makanan - Ibu pasien
/minuman sedikit bersedia
tapi sering. anaknya
5. memberikan untuk
makanan yang timbang
mengandung BB
medium chain - Ibu
triglycerides bersedia
(MCT) sesuai anknya
indikasi. diberikan
6. Memonitor makan/min
laboratorium; um sedikit
albumin, protein tetapi
sesuai program. sering
7. membeikan - Ibu
vitamin-vitamin bersedia
yang larut anaknya
dalaam diberikan
lemak (A, D, E makanan
dan K) yang
mengandu
ng MCT
- Ibu
bersedia
anaknya
untuk di
monitor
laboratoriu
m;
albumin,
protein
sesuai prog
ram
- Ibu
bersedia
anaknya
diberikan
vitamin
4. Kerusakan integritas 1. Mengkaji tanda- - Ibu pasien
tanda kerusakkan
kulit berhubungan kulit
bersedia
dengan akumulasi 2. Merubah posisi anakanya
anak setiap 2 jam
garam empedu atau sesuai kondisi untuk
dalam jaringan 3. Menempatkan dikaji
anak pada matras
yang lembut - Ibu pasien
4. Berkolaborasi bersedia
dengan dokter
dalam pemberian anaknya di
krim corticosteroid ubah
posisinya
setiap 2
jam
- Ibu pasien
bersedia
anaknya
ditempatka
n pada
matras
lembut
- Ibu
bersedia
anaknya
diberikan
krim
corticoster
oid

I. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi Par


dan af
Waktu
1. Hypertermi berhubungan S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
dengan inflamasi akibat tidak demam

kerusakan progresif pada O : TTV S: 36o C N : 103x/m RR : 35


x/m
duktusbilier ekstrahepatik
A : Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Pola nafas tidak efektif S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
berhubungan dengan bernafas dengan normal

peningkatan distensi O : tidak ada sesak


A : Masalah Teratasi
abdomen
P : Intervensi Dihentikan

3. Gangguan pemenuhan S : Ibu pasien mengatakan pemenuhan


nutrisi kurang nutrisi terpenuhi

dari kebutuhan O : Berat badan sudah dalam rentang


normal BB : 5,5 kg
tubuh berhubungan
A : Masalah Teratasi
dengan anoreksia dan
gangguan penyerapan P : Intervensi dihentikan
lemak, ditandai dengan
berat badan turun dan
konjungtiva anemis.
4. Kerusakan integritas kulit S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
berhubungan dengan tidak terlihat adanya pruritus

akumulasi garam empedu O : Sudah tidak ada pruritus di daerah


pantat dan punggung
dalam jaringan, ditandai
A : Masalah Teratasi
dengan adanya pruritis.
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Atresia Bilier adalah suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau
obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi dan Rita
Yulianni, 2006). Penyebab atresia bilier tidak diketahui dengan jelas, tetapi diduga akibat proses
inflamasi yang destruktif. Atresia biliar terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran
empedu ini tidak diketahui. Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga karena
kelainan kongenital, didapat dari proses-proses peradangan, atau kemungkinan infeksi virus dalam
intrauterine.Dalam hal ini pengobatan tidak memberikan efek yang terlalu besar. Satu-satunya terapi
yang memberikan harapan kesembuhan bagi atresia biliar adalah pembedahan. Secara historis,
berbagai operasi telah disusun, termasuk reseksi hepatik parsial dengan drainase luka permukaan,
penusukan hepar dengan tabung hampa, dan pengalihan duktus limfatik torasikus kedalam rongga
mulut. Dalam hal pencegahannya perawatdiharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada
orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran
empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine
berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000)
4.2 Saran

Saran bagi perawat, sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien atresia biliaris sesuai dengan indikasi penyakit, dan sebaiknya dengan baik dan benar sesuai
standar.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir yang
berkepanjangan. From : url :http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-bilier
waspadai-bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/
Attasaranya S, 2008. Choledocholithiasis, ascending cholangitis, and gallstone
pancreatitis.http://health.nytimes.com/health/guides/disease/cholangitis/overview.html. (diakses pada
tanggal 11 maret 2015 pukul 16.22)
Craft-Rosernberg, Martha & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna
Pustaka
Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI.

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.2006. Patofisiologi, Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit,
Volume 1, edisi 6.J akarta: EGC

Sarjadi, 2000. Patologi umum dan sistematik. Jakarta. EGC

Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M.2007. Buku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2012/05/pustaka_unpad_atresia_biliaris.pdf( diakses
tanggal 10 Maret 2015)

http://mka.fk.unand.ac.id/images/articles/No_2_2009/hal_190-195-isi.pdf (diakses tanggal 10 Maret


2015)

Jurnal

Anda mungkin juga menyukai