Anda di halaman 1dari 19

Pengendalian Pertumbuhan Mikroorganisme

BAB I

Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Pada abad ke-19, operasi sangat berisiko dan berbahaya, dan bahkan banyak pasien yang menjalani
operasi sangat beresiko tinggi terkena infeksi. Hal ini disebabakan karena operasi tidak dilakukan dalam
kondisi aseptik. Ruang operasi, tangan dokter bedah, dan instrumen bedah yang terkontaminasi dengan
mikroba menyebabkan tingginya tingkat infeksi dan kematian. 

Ahli bedah di pertengahan 1800-an sering melakukan praktek operasi mengenakan pakaian sehari-hari,
tanpa mencuci tangan. Para ahli bedah juga sering menggunakan benang jahit biasa untuk menjahit
luka, dan secara tidak sengaja jarum terkena kerah mantel  mereka ketika mengopersi pasien. Padahal
pakaian bedah mereka biasanya terbuat dari kapas atau rami yang tidak digunakan dari lantai pabrik
kapas. Hal inilah yang merupakan latar belakang ilmuwan Perancis Louis Pasteur menunjukkan bahwa
mikroba yang tidak terlihat dapat  menyebabkan penyakit.

Teman kerja Pasteur terpengaruh oleh ahli bedah Inggris Joseph Lister, yang menerapkan teori Pasteur
tentang kuman penyakit dalam operasi, sehingga mencipatakan operasi antiseptik modern. Untuk
desinfeksi, Lister menggunakan larutan asam karbol (fenol), yang disemprotkan di sekitar ruang operasi
dengan botol semprot. 

Teknik Lister efektif dalam meningkatkan tingkat operasi yang lebih aman, tetapi teori-teorinya dianggap
kontroversial karena banyak ahli bedah abad ke-19 tidak mau menerima sesuatu yang tidak bisa dilihat
oleh mereka. Juga mungkin alasan mereka sulit untuk menerima metode Lister adalah karena selama
operasi mereka harus bernapas dengan bau aerosol yang menjengkelkan dari fenol. 

B.     Permasalahan

Pengendalian pertumbuhan mikroba diperlukan dalam situasi praktis. Kemajuan yang signifikan di
bidang pertanian, kedokteran, dan ilmu makanan telah melalui dari pembahasan mikrobiologi.

Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah


pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal: (1) dengan
membunuh mikroorganisme atau (2) dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian
pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara kimia baik membunuh atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang membunuh sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang
menghambat pertumbuhan sel-sel (tanpa membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan
demikian, bakterisida berarti membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan
sel-sel bakteri. Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti membunuh jamur, dan
sebagainya.

Dalam mikrobiologi, istilah sterilisasi sangat erat berkaitan dengan pengendalian pertumbuhan


mikroorganisme yang merupakan penghancuran secara sempurna atau penghapusan semua organisme
yang terdapat di dalam atau pada suatu zat yang akan disterilkan. Prosedur Sterilisasi melibatkan
penggunaan panas, radiasi atau bahan kimia, dan juga penghancuran sel secara fisika. 

C.    Tujuan

Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba. Sehingga dengan


pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi
mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat
mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.  Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme
khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.
Pengendalian mikroorganisme juga merupakan praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah
dari infeksi dan menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan
beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika
atau bahan kimia.Dalam pengendalian mikroorganisme umumnya dikenal :

1.      Secara Fisika

1)   Pemanasan suhu tinggi

a.       Pendidihan

b.      Pasteurisasi

c.       Tyndalisasi

d.      Autoklaf

2)   Pendinginan dan pembekuan

3)   Pengeringan (pengangkatan H2O)

4)   Radiasi

a.       Radiasi Ultraviolet

b.      Cahaya Ultraviolet

c.       Radiasi sinar-X dan pengion lainnya


5)   Filtrasi

a.       Filter bakteriologis

b.      Filter udara

2.      Secara Kimia

1)      Antimikroba

a.       Antiseptik

b.      Desinfektan

2)      Pengawet

3)      Antibiotik

4)      Antimikrobal inhibisi

BAB II

Pembahasan

Ada beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah
sebagai berikut :

1.      Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada suatu
ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi
mikroba.

2.      Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau
lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya
berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

3.      Antiseptis

Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas
mikroba.

4.      Sterilisasi

Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan
dengan pengaplikasian udara

Namun secara umum dalam pengendalian mikroorganisme dibagi dalam teknologi fisika maupun kimia
yang banyak digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba (tertentu), walaupun mungkin
tidak sampai sempurna steril. Namun umumnya mencegah pembusukan makanan atau menyembuhkan
penyakit menular merupakan tujuan utama.

A.    Secara Fisika

Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan populasi mikroba. Misalnya seperti
temperatur tinggi dan radiasi ionisasi. Metode Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah teknik
mematikan mikroorganisme dengan tujuan menghilangkan semua mikroorganisme yang ada pada
bahan atau alat dengan proses dan sarana fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat dikendalikan,
yaitu dibasmi, dihambat atau ditiadakan dari suatu lingkungan.

1.         Pemanasan Suhu Tinggi

Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk membunuh
tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk yang dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf
merupakan instrumen yang digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme dengan panas,
umumnya digunakan dalam proses  pengalengan, pembotolan, dan prosedur pengemasan steril.

1)      Pendidihan

Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan (memerlukan


waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua mikroorganisme yang patogen maupun non
patogen kecuali beberapa endospora dan dapat menonaktifkan virus. Untuk keperluan air minum murni,
100 o selama lima menit adalah "standar" untuk di pegunungan "meskipun ada beberapa laporan yang
mengatakan Giardia kista dapat bertahan proses ini di Teluk namun waktu pendidihan yang lebih
panjang lebih direkomendasikan. Biasanya dapat dilakukan  pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik,
pipet, dll.

2)      Pasteurisasi 

Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen dengan berdasarkan  waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling
resisten untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu
tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang terdapat dalam susu yang
diinginkan. Misalnya, staphylococcus, streptococcus, Brucella abortus dan Mycobacterium
tuberculosis . Akan tetapi setelah pasteurisasi akan banyak terjadi pembusukan mikroorganisme yang
telah terbunuh, dan karenanya untuk meningkatkan kualitas susu harus pada suhu dingin (2 ° C). 

Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan
namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya.

Susu pasteurisasi dengan pemanasan biasanya pada suhu 63 ° C selama 30 menit (metode batch) atau
pada 71 ° C selama 15 detik (metode flash), untuk membunuh bakteri dan menjaga kualitas susu.

Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra high-temperature (UHT) pasteurisasi, susu


dipanaskan sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung, susu dikonttakkan langsung dengan uap pada
suhu 140 ° C selama satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu dimasukkan melalui sebuah kamar
tekanan uap tinggi, sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu didinginkan oleh dengan sedikit
vakum yang bertujuan ganda menghilangkan kelebihan air dalam susu dari kondensasi uap. Dalam
metode tidak langsung ultrapasteurisasi, susu dipanaskan dalam sebuah pelat penghantar panas. Butuh
beberapa detik untuk suhu susu mencapai 140 ° C, dan selama waktu itu susu yang terpapar panas. Jika
ultrapasteurisai ini dibarengi dengan kemasan aseptik, hasilnya adalah produk yang tahan lama tanpa
memerlukan pendinginan. 

3)      Tyndalisasi

Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh
sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-
turut.

4)      Autoklaf

Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang diatur. Autoklaf merupakan
ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu
serta yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan
disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai 20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci
persegi (kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat
disterilkan dengan melepaskan panas yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC
dan tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang
mengembun tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup utuk membunuh kuman.

Udara merupakan penghatar panas yang buruk, oleh sebab itu harus dikeluarkan dari ruangan otoklaf.
Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-benda yang akan disterilakan
supaya dapat terjadi aliran uap yang cukup baik. Autoklaf dipergunakan untuk mensterilkan
pembenihan, barang-barang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain. Kontrol sterilisasi : (1)
Bacillus sterothermophilus (II) Tabung Brownes (III) Pita otoklaf (IV) Thermocouple.
2.      Pendinginan dan pembekuan

Umumnya  mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali pada suhu
0 o C. Makanan akan tahan lama jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme (misalnya susu). Tetapi suhu rendah
tidak berarti bebas bakteri. Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan
penyebab pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan yang didinginkan. Meskipun beberapa
mikroba masih dapat tumbuh dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk kebanyakan
makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam freezer rumah tangga.

3.      Pengeringan (pengangkatan H 2 O)

Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan


air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-buahan,
biji-bijian, dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas, penguapan, beku-
pengeringan, dan penambahan garam atau gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat
mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan sejumlaah sel. Pada umumnya
lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Yaitu :

a.       Jenis mikroorgaanissme

b.      Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme

c.       Kesempurnaan proses pengeringan

d.      Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada organisme yaang dikeringkan.

Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun spora tidak terpengaruh oleh
pengeringan, karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.

4.      Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)

Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh oleh radiasi. Di beberapa negara bagian
Eropa, buah-buahan dan sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan hingga 500
persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber
cahaya ultraviolet intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia pribadi, perumahan
dan komersial untuk dapat digunakan dalam pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.

FDA telah menyetujui radiasi unggas dan daging babi untuk pengendalikan mikroba patogen, serta
makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian untuk pengendalikan serangga, rempah-rempah,
bumbu, dan enzim kering yang digunakan dalam pengolahan makanan untuk mengendalikan
mikroorganisme. Produk makanan diperlakukan dengan menurunkan populasi mikrobiologi untuk
radiasi dari sumber radioaktif, yang membunuh sejumlah besar serangga, bakteri patogen dan parasit. 

Macam-macam radiasi yang digunakan :

1)      Radiasi Ultraviolet

Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang meneyebabkan perubahan-
perubahan di dalam sel berupa :

a.       Denaturasi protein

b.      Kerusakan DNA

c.       Hambatan repikasi DNA

d.      Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan

e.       Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak penghambatnya di


dalam sitoplasma

2)      Cahaya Ultraviolet

Dipergunakan untuk :

a.       Membunuh mikrooganisme

b.      Membuat vaksin kuman dan virus


c.       Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan laboratorium
bakteriologis.

3)      Radiasi sinar-X dan pengion lainnya

Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-perubahan yang
mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang
bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.

Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa,
tekstur, atau penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa makanan
pada manusia umumnya telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia
dan American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan
oleh iradiasi meliputi Escherichia coli  dan spesies Salmonella. 

5.      Filtrasi

Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :

1)      Filter bakteriologis

Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya
menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri
yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari
asbes) dan seluosa.

2)      Filter udara

Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air
Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem
aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
B.     Secara  kimia

1.      Antimikroba 

Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang
digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari
sintetis atau berasal  dari alam, dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme. 

1)      Antiseptik

Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan
secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen.

2)      Desinfektan

Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora
mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada
benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga
berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku
bahan kimia yaang akan digunakan sebagai desinfektan. Ciri-ciri Desinfektan yang ideal :

a.       Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah kemampuan substansi untuk mematikan
mikroorganisme. Pada konsentrasi rendah, zat tersebut harus mempunyai aktivitas antimikrobial
dengaan spektrum luas.

b.      Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.

c.       Stabilitas

d.      Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan tumbuhan.

e.       Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam sehingga bahan aktifnya selalu
terdapat dalam setiap aplikasi
f.       Mempunyaai aktivitas antimikrobial pada suhu kamar.

g.      Kemampuan untuk menembus permukaan suatu barang.

h.      Tidak bergabung dengan bahan organik.

i.        Tidak menimbulkan karat dan warna.

j.        Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.

k.      Berkemampuan sebagai deterjen

Contoh-contoh desinfektan seperti Hipoklorit, senyawa klorin, senyawa alkali, tembaga sulfat, senyawa
amonium kuartener, formalin dan senyawa fenol.

a.       Formaldehida

Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk menginaktifkan toksin kuman tanpa
mempengaruhi sifat antigenitasnya. Larutan formaldehida dengan kosentrasi 5 sampai 10 persen di
dalam air akan membunuh sebagian besar kuman. Formaldehida bersifat bakterisidal, sporisidal, dan
juga dapat membunuh virus.

b.      Fenol

Dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman yang tercecer di
laboratorium. Larutan yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.

c.       Sabun dan deterjen

Bersifat bakterisidal dan bakteristatik terhadap kuman Gam negatif dan beberapa jenis kuman tahan
asam. Deterjen bekerja dengan cara berkumpul pada selaput sitoplasma kuman sehingga mengganggu
fungsi normalnya atau dengan denaturasi protein dan enzim

d.      Alkohol

Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada 100 persen. Namun tidak membunuh spora.

e.       Desinfektans dalam bentuk aerosol dan gas

Uap SO2, klor dan formalin dipergunakan sebagai desinfektan berupa gas, demikian juga propilen glikol
yang merupakan desinfektan yang kuat.

2.      Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling
sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam
tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat
dan belerang dioksida. 

3.      Antibiotik

Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :

1)      Antibiotik sintetik

Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya adalah
sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol. Perlu diperhatikan bahwa
definisi mikrobiologi mengenai antibiotik mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan
membunuh mikroba dan tidak digunakan untuk terapi terhadap penyakit yang tidak berasal dari
mikroba. Oleh karena itu, farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai "antibiotik
sintetik".

2)      Antibiotik Alami

Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia yang
berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan
digunakan untuk membunuh atau menghambat Bakteri menular. 

Antibiotik yang bermolekul rendah (non-protein) yaitu molekul diproduksi sebagai metabolit sekunder,
terutama oleh mikroorganisme yang hidup di tanah. Sebagian besar mikroorganisme ini membentuk
beberapa jenis spora atau sel dorman lainnya, dan ada dianggap ada hubungan (selain temporal) antara
produksi antibiotik dan proses sporulasi. Di antara produk antibiotik yang paling menonjol
adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber utama beta-laktam antibiotik
(penisilin dan turunannya). Dalam Bakteri, yang Actinomycetes, khususnya Streptomyces spesies,
menghasilkan berbagai jenis antibiotik termasuk aminoglikosida (misalnya streptomisin), macrolides
(misalnya eritromisin), dan tetrasiklin. Endospora Bacillus sp menghasilkan antibiotik polipeptida seperti
polimiksin dan bacitracin. 

3)      Antibiotik semisintetik

Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu  mikroba kemudian


dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut atau
membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi. 

Jenis-jenis Antibiotik berdasarkan cara kerjanya :

1)      Inhibitor pada sintesis dinding sel 

Antibiotik yang bekerja sebagai inhibitor sintesis dinding sel umumnya menghambat beberapa tahapan
dalam sintesis peptidoglikan bakteri. Umumnya antibiotik mengerahkan toksisitas selektif terhadap
Eubacteria  untuk mengurangi efek terhadap dinding sel manusia. Jenis-jenis antibiotik yang bekerja
sebagai inhibitor :

a.      Beta Laktam 

Kimiawi antibiotik yang mengandung beta laktam cincin beranggota-4. Antibiotik jenis ini adalah produk
dari dua kelompok jamur, Penicillium dan cetakan Cephalosporium, dan kemudian diwakili oleh penisilin
dan sefalosporin. Antibiotik beta laktam menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan,
akhir-silang antara antara rantai samping peptida, diperantarai oleh karboksipeptidase bakteri dan
enzim transpeptidase. Beta laktam dalam antibiotik ini biasanya bakterisida dan menunggu sel tumbuh
secara aktif untuk mengerahkan toksisitas mereka.

b.      Penisilin Ami

Seperti penisilin G atau penisilin V yang diproduksi oleh fermentasi Penicillium chrysogenum. Antibiotik


jenis ini efektif terhadap streptokokus, gonococcus dan staphylococcus, dan derivatnya telah
dikembangkan. Namun spektrumnya dianggap sempit karena tidak efektif terhadap Gram-negatif
batang.
c.       Semisintetik penisilin 

Pertama kali muncul pada tahun 1959. Cetakan A menghasilkan bagian utama dari molekul (-
aminopenisilanat asam 6) yang dapat dimodifikasi secara kimia dengan penambahan rantai
samping. Banyak dari senyawa ini telah dikembangkan untuk memiliki manfaat yang berbeda atau
keuntungan atas penisilin G, seperti spektrum meningkatnya aktivitas (misalnya efektivitas terhadap
batang Gram-negatif), merupakan derivat penisilin dan efektivitasnya jika diberikan secara
oral. Contohnya Amoxycillin dan Ampisilin yang  memperluas spektrum terhadap Gram -negatif dan
efektif secara oral.

d.      Asam Klavulanat 

Asam Klavulanat adalah bahan kimia yang kadang-kadang ditambahkan dalam penyiapan penisilin
semisintetik. Biasanya yang ditambah dengan amoksisilin klavulanat adalah
clavamox atau Augmentin. Klavulanat ini bukan merupakan antimikroba. Cara kerjanya adalah
menghambat enzim beta laktamase yang telah sensitif karena merupakan beta laktam-penisilinase.
Meskipun tidak beracun, penisilin kadang-kadang menyebabkan kematian bila diberikan kepada orang-
orang yang alergi. Di AS ada 300-500 kematian setiap tahunnya karena alergi penisilin. Pada individu
alergi beta laktam molekul menempel pada protein serum yang memulai suatu respon inflamasi
diperantarai-IgE.

e.       Cephalolsporins

Cephalolsporins adalah antibiotik beta laktam dengan modus serupa dengan penisilin yang dihasilkan
oleh spesies Cephalosporium. Memiliki toksisitas rendah dan spektrum yang agak lebih luas daripada
penisilin alami. Mereka sering digunakan sebagai pengganti penisilin terhadap bakteri Gram-negatif, dan
di profilaksis bedah. Mengalami degradasi oleh beberapa-beta laktamase bakteri, tetapi cenderung
resisten terhadap beta-laktamase dari S. Staphylococcus. 

f.       Bacitracin
Bacitracin adalah antibiotik polipeptida yang dihasilkan oleh spesies Bacillus. Hal ini mencegah
pertumbuhan dinding sel dengan menghambat pelepasan subunit muropeptide dari peptidoglikan dari
pembawa molekul lipid yang membawa subunit ke luar membran.  Sintesis asam pada mikroba yang
mengharuskan pembawa yang sama, juga terhambat. Bacitracin memiliki toksisitas tinggi sehingga tidak
boleh untuk penggunaan sistemik tersebut. Hal ini karena dalam banyak persiapan antibiotik topikal,
tidak diserap oleh usus, oleh karena itu diberikan untuk "mensterilkan" usus sebelum operasi.

2)      Inhibitor 

Inhibitor mengacaukan struktur membran sel  atau menghambat fungsi membran bakteri. Integritas dari
luar membran sitoplasma sangat penting untuk bakteri, dan senyawa yang mengacaukan membran
dengan cepat membunuh sel. Namun, karena kesamaan dalam fosfolipid dan eukariotik membran
bakteri, tindakan ini jarang cukup spesifik untuk memungkinkan senyawa-senyawa ini untuk digunakan
secara sistemik. Satu-satunya antibiotik antibakteri penting klinis yang bertindak dengan mekanisme ini
adalah Polymyxin, diproduksi oleh polymyxa Bacillus. Polimiksin efektif terutama terhadap bakteri
Gram-negatif dan biasanya terbatas pada penggunaan topikal. Mengikat Polymyxins untuk membran
fosfolipid dan dengan demikian mengganggu fungsi membran. Polimiksin kadang-kadang diberikan
untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Pseudomonas yang resisten gentamisin, karbenisilin
dan tobramycin. Keseimbangan antara efektifitas dan kerusakan pada ginjal dan organ lainnya sehingga
obat ini hanya diberikan di bawah pengawasan yang ketat di rumah sakit.

Umumnya Protein inhibitor sintesis merupakan terapi antibiotik yang berguna sebagai tindakan dalam


penghambatan beberapa langkah dalam proses kompleks penerjemahan. Cara kerjanya  pada proses
yang terjadi di ribosom dari tahap aktivasi asam amino atau cetakan ke tRNA tertentu. Kebanyakan
memiliki afinitas atau spesifisitas untuk 70S (sebagai lawan 80S) ribosom, dan mencapai toksisitas
selektif dengan cara ini. Contoh antibiotiknya adalah tetrasiklin, kloramfenikol,  macrolides (misalnya
eritromisin) dan aminoglikosida (misalnya streptomisin).

3)      Mempengaruhi pada Asam Nukleat

Beberapa antibiotik mempengaruhi sintesis DNA atau RNA, atau mengikat DNA atau RNA sehingga
pesan mereka tidak bisa dibaca. Dengan demikian tentu saja dapat menghambat pertumbuhan
sel. Sehingga penggunaan obat ini kurang benar, karena dapat mempengaruhi sel-sel hewan dan sel
bakteri sama sehingga  tidak memiliki aplikasi terapeutik. Dua kelas inhibitor sintesis asam nukleat yang
mempunyai aktivitas selektif terhadap procaryotes dan beberapa obat-obatan medis
seperti kuinolon dan rifamycins.

a.      Kuinolon 

Kuinolon adalah antibiotik yang memiliki spektrum yang luas dan cepat membunuh bakteri dan diserap
dengan baik setelah pemberian oral seperti nalidiksat. Asam ciprofloxacin termasuk dalam ke grup
kuinolon. Bertindak dengan menghambat aktivitas girase DNA bakteri, mencegah fungsi normal DNA.
Beberapa kuinolon menembus makrofag dan neutrofil sehingga  lebih baik daripada kebanyakan
antibiotik karena itu berguna dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh parasit
intraseluler. Namun, penggunaan utama dari asam nalidiksat pada kurang efektif pada infeksi saluran
kemih (ISK). Senyawa ini efektif terhadap beberapa jenis bakteri Gram-negatif seperti E. coli,
Enterobacter aerogenes, K. pneumoniae dan spesies yang umum penyebab ISK. Namun biasanya tidak
efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa, dan bakteri Gram-positif resisten. Namun, fluoroquinolone,
Ciprofloxacin (Cipro) baru-baru ini direkomendasikan sebagai obat pilihan untuk profilaksis dan
pengobatan anthrax.

b.      Rifamycins 

Rifamycins  adalah produk dari Streptomyces. Rifampicin merupakan turunan semisintetik dari rifamycin


yang aktif terhadap bakteri Gram-positif (termasuk Mycobacterium tuberculosis) dan beberapa bakteri
Gram-negatif. Rifampisin bertindak sangat khusus pada RNA polimerase eubacteria dan tidak aktif
terhadap polimerase RNA dari sel-sel hewan atau terhadap polimerase DNA. Mengikat antibiotik ke
subunit beta polimerase ketika masuknya nukleotida pertama yang diperlukan untuk mengaktifkan
polimerase, sehingga menghalangi sintesis mRNA. Telah dibuktikan memiliki efek bakterisidal yang lebih
besar terhadapM.tuberculosis dibandingkan obat anti-tuberkulosis lainnya, dan telah menggantikan
isoniazid sebagai salah satu obat lini depan yang digunakan untuk mengobati penyakit ini, terutama
ketika resistansi isoniazid terjadi. Hal ini efektif baik secara oral dan menembus ke dalam cairan
serebrospinal karena itu berguna untuk pengobatan meningitis tuberkulosis, serta meningitis yang
disebabkan oleh Neisseria meningitidis.  

4)      Inhibitor Kompetitif

Penghambat kompetitif merupakan daya kerja sebagian besar semua antibiotik sintetik. Kebanyakan
merupakan "analog faktor pertumbuhan", bahan kimia yang secara struktural mirip dengan faktor
pertumbuhan bakteri tetapi tidak memenuhi fungsi metabolisme dalam sel. Beberapa antibiotik jenis
merupakan bakteriostatik dan beberapa bakterisida. Contoh antibiotik jenis ini adalah sulfonamid.

Sulfonamid 

Diperkenalkan sebagai antibiotik oleh Domagk pada tahun 1935, yang menunjukkan bahwa salah satu
senyawa (prontosil) memiliki efek penyembuhan tikus dengan infeksi yang disebabkan oleh
streptokokus beta-hemolitik. Modifikasi kimia dari senyawa sulfanilamide memberikan senyawa dengan
aktivitas antibakteri yang lebih luas dan bahkan lebih tinggi. Parasulfonamid yang dihasilkan memiliki
aktivitas antibakteri yang sama luas, namun sangat berbeda dalam tindakan farmakologis. Bakteri yang
hampir selalu peka terhadap sulfonamid adalah Streptococcus pneumoniae, streptokokus beta-
hemolitik dan E. coli. Para sulfonamid sangat berguna dalam pengobatan ISK tanpa komplikasi yang
disebabkan oleh E. coli, dan dalam pengobatan meningitis meningokokus. Sulfonamid yang biasa
digunakan dalam pengobatan adalah sulfanilamide, Gantrisin dan trimetoprim.

Parasulfonamid adalah inhibitor dari enzim bakteri yang dibutuhkan untuk sintesis asam tetrahydrofolic
(THF), bentuk vitamin asam folat penting untuk transfer karbon reaksi-1. Sulfonamid secara struktural
mirip dengan para aminobenzoic acid (PABA), substrat untuk enzim pertama di jalur THF, dan kompetitif
menghambat langkah itu. Trimethoprim secara struktural mirip dengan dihydrofolate (DBD) dan
kompetitif menghambat langkah kedua dalam sintesis THF dimediasi oleh reduktase DBD. Sel hewan
tidak mensintesis asam folat sendiri tetapi mendapatkannya dengan cara mengubah sebagai
vitamin. Karena hewan tidak membuat asam folat, mereka tidak terpengaruh oleh obat-obatan
sulfonamid.

BAB III

Penutup

A.    Kesimpulan

Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi


mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat
mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.  Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme
khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.
Pengendalian mikroorganisme juga penting pada praktek medis modern dalam menurunkan
penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan
diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.

Pengendalian mikroorganisme juga merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan,
lingkungan dan keselamatannya. Manusia tidak akan pernah terlepas dengan mikroorganisme baik yang
patogen maupun dan non patogen. Namun ketika berhadapan dengan mikroorganisme patogen
pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk :

1.      Mencegah infeksi dan penularan penyakit berbahaya

2.      Menjaga kelangsungan hidup dari gangguan mikroorganisme yang patogen

3.      Memungkinkan untuk mengkonsumsi makan yang aman dan bebas dari mikroba yang berbahaya

4.      Pada kondisi tertentu manusia diharuskan hidup dalam lingkungan yang bebas gangguan dari
mikroorganisme.

5.      Dalam kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang harus higienis dan bersih, serta bebas daari
mikroorganisme yang merugikan.

6.      Pengendalian mikroorganisme memungkInkan kita untuk dapat mengobati pada serangan infeksi
mikroba tertentu.

7.      Terutama sebagai paramedis adalah kunci utama dalam pengendalian mikroorganisme sehingga
harus benar-benar menguasai dan dapat melakukan penanganan pengendalian mikroorganisme secara
tepat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.textbookofbacteriology.net/

http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/

Anda mungkin juga menyukai