Dosen Pembimbing :
Etry Yanti,S.Kp, M.Biomed
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kamia
tekuni.kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Anatomi dan Fisiologi..............................................................................................................2
B. Definisi......................................................................................................................................3
C. Klasifikasi.................................................................................................................................3
D. Etiologi......................................................................................................................................4
E. Patofisiologi..............................................................................................................................5
F. Manifestasi Klinis....................................................................................................................5
G. Komplikasi...............................................................................................................................6
H. Penatalaksanaan Medis...........................................................................................................6
I. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................10
A. Pengkajian..............................................................................................................................10
B. Pemeriksaan fisik...................................................................................................................11
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian kasus di Indonesia sekitar 90%.didapatkan data kasus atresia ani di
Jawa Tengah, khususnya di Semarang yaitu sekitar 50% dalam kurun waktu tahun 2007-
2009, di RS Dr. Kariadi Semarang terdapat 20% pasien dengan kasus atresia ani, Menyikapi
kasus yang demikian serius akibat dari komplikasi penyakit atresia ani, maka penulis
mengangkat kasus atresia ani untuk lebih memahami perawatan pada pasien dengan atresia
Di indonesia atresia ani merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar.
Dari berbagai penelitian yang ada frekuensi penderita atresia ani berkisar antara 5-25%.
Penelitian dari berbagai daerah di indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah Bagaimana Cara Pelaksanaan Asuhan
C. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang Asuhan keperawatan pada klien
2. Mengetahui pengkajian keperawatan yang tepat pada klien dengan atresia ani.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur dan fungsi Anatomi fisiologi Anus. Feses akan didorong oleh otot-otot polos
di sekitarnya menuju ke anus dan tertimbun di situ dan akhirnya menyebabkan seseorang
merasa ingin buang air besar. Proses buang air besar ini disebut defekasi. Otot-otot di sekitar
anus berkontraksi sehingga anus membuka dan mengeluarkan feses dari anus. Feses yang
dihasilkan dari organ pembuangan dipengaruhi oleh jenis makanan. Makanan yang banyak
mengandung serat tumbuhan lebih banyak menghasilkan feses, karena sulit dicerna. Makanan
yang lain umumnya 95% dapat diserap oleh usus halus dan 5% menjadi kotoran dalam
bentuk feses. Sekitar 75% kandungan feses terdiri dari air. Sisanya adalah berupa zat.
2
B. Definisi
Importa anus (atresia ani) adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus
(anus ) atau tertutupnya anus secara abnormal (suriadi 2006). Atresia Ani adalah kelainan
kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Harjono, RM.2000.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur.
Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam macam jarak
dari peritoneum
C. Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
3
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
D. Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.
4. Rektum berupa kelainan letak tengah di daerah anus seharusnya terbentuk secara lazim
terdapat lekukan anus (analdimple) yang cukup dalam. Namun, pada kelainan yang jarang
ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang menghubungkan rektum yang buntu
5. Kelainan letak tinggi Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki,
sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada perempuan
dapat ditemukan fistula -and kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula rektovagina.
Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula yaitu fistula ektourinaria dan
fistula rektoperineum. Fistula ini menghubungkan rektum dengan kandung kemih pada
daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat
kecil, sedangkan fistula dapat mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika
berukuran cukup besar. Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai
fistula. Kelainan bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi.
Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital. (Mansjoer, A.2002).
4
E. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur, Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga
bulan, Berkaitan dengan sindrom down, Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
urinarius. Prince A Sylvia.2006.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
7. Perut kembung.
5
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
1. Asidosis hiperkioremia.
H. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan
kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini
dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas
dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
6
harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal
2) Pengobatan
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
3) Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra,
dilatasi hegar,atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan
dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yangdilakukan selama 6 bulan sampai daerah
dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan
yang lain.
Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto
Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.
7
Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).
Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut. Perlu
dilakukan pemeriksaan dengan NGT untuk mencari ada tidaknya atresia pada bayi baru lahir
terutama dengan faktor resiko ibu yang memiliki polihidramnion ataupun tanda dari bayi
seperti mulut berbuih, air liur yang terus keluar, batuk dan sesak nafas, ataupun kembung.
Dalam perujukan, perlu dilakukan tindakan khusus saat pemindahan, yaitu untuk mencegah
hipotermia, sumbatan jalan nafas dan aspirasi dengan suction berulang, dan gangguan
sirkulasi seperti dehidrasi, hipoglikemia dan gangguan elektrolit dengan pemberian cairan
intravena.
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat
Menghindari alcohol
1) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
2) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah
8
5) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm
tersebut.
- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
sigmoid, kolon/rectum.
- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto
daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat
diukur.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat keperawatan
c. BB lahir abnormal
d. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh
karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami
10
m. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
q. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
(Mediana,1998).
B. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah,
usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui
anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. (Doengoes Merillyn, E. 2000.)
C. Diagnosa Keperawatan
Dx Pre Operasi
11
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Dx Post Operasi
kolostomi.
3. Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih
6. Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
7) Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak
terkontrol.
NO DX NOC NIC
1 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Lakukan enema atau irigasi
berhubungan asuhan keperawatan rectal sesuai order
dengan diharapkan hasil Klien mampu Kaji bising usus dan abdomen
aganglion. mempertahankan pola setiap 4 jam
eliminasi BAB dengan teratur. Ukur lingkar abdomen
KH : Berikan posisi yang nyaman
Penurunan distensi pada pasien
abdomen.
Meningkatnya
kenyamanan
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan Monitor intake – output cairan
kekurangan asuhan keperawatan Lakukan pemasangan infus
12
volume cairan diharapkan hasil Klien dapat dan berikan cairan IV
berhubungan mempertahankan Pantau TTV
dengan keseimbangan cairan Ukur dan catat BB klien
menurunnya Kriteria Hasil : Berikan cairan sedikit tapi
intake, muntah sering
Output urin 1-2 ml/kg/jam Berikan perawatan mulut dan
Capillary refill 3-5 detik bibir dengan sering
Turgor kulit baik Observasi membrane mukosa
dan turgor kulit
Membrane mukosa lembab Jelaskan agar menghindar
makanan yang berbau dan
merangsang mual.
3 Ansietas orang Setelah dilakukan tindakan Jelaskan dengan istilah yang
tua asuhan keperawatan dimengerti oleh orang tua
berhubungan diharapkan hasil, Kecemasan tentang anatomi dan fisiologi
dengan kurang orang tua dapat berkurang saluran pencernaan
pengetahuan Kriteria Hasil : normal. Gunakan alay, media
tentang dan gambar
penyakit dan Klien tidak lemas Beri jadwal studi diagnosa
prosedur pada orang tua
perawatan. Beri informasi pada orang tua
tentang operasi kolostomi
Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan, berikan kesempatan
untuk bertanya dan jawab
dengan jujur.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tresia ani merupakan suatu penyakit dimana tidak ada lubang anus pada tempat yang
seharusnya. Penyakit ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir. atresia ani ini dapat disebabkan
oleh kelainan genetic dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya atresia ani ini dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan kepada keluarga khususnya ibu hamilmengenai
informasi kesehatan ibu hamil, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan,
promosi kesehatan mengenai sanitasi lingkungan, dan menjauhkan ibu hamil dari bahan
beracun seperti asap rokok, nikotin, dan zat yang berbahaya lainnya. Bntuk penanganannya
dapat dilakukan dengan kolostomi ,yaitu pembuatan lubang pada abdomen yang fungsinya
sebagai pengganti anus.
B. Saran
Untuk mencegah penyakit atresia ani ini sebaiknya keluarga dengan ibu hamil
memperbaiki pola nutrisi saat kehamilan, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan
bagi perawat, sebaiknya dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional
14
DAFTAR PUSTAKA
15