Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PEMASANGAN INFUS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Praktek Keperawatan Dasar

Oleh Kelompok 6:

1. Muhammad Al Kamal
2. Novita Mainurhaliza
3. Nurul Haliza Rachmi
4. Siti Nur Haslinda
5. Sukma Kemala Aprilia Yosalza

Dosen Pengampu : Ns. Sandra Hardini, S. Kep.

KEPERAWATAN 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Etika

Pemasangan Infus” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Praktek Keperawatan Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang Pemasangan Infus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Padang, 23 Mei 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I

DAFTAR ISI.................................................................................................................II

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1. Latar Belakang....................................................................................................1

2. Rumusan Masalah...............................................................................................1

3. Tujuan Makalah...................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

1. Pengertian............................................................................................................3

2. Indikasi................................................................................................................3

3. Kontraindikasi.....................................................................................................4

4. Jenis Cairan Infus................................................................................................5

5. Macam-Macam Ukuran Infus.............................................................................6

6. Persiapan Alat .....................................................................................................6

7. Prosedur ..............................................................................................................7

8. Pedoman Pemilihan Vena.................................................................................10

9. Tipe Vena yang perlu Dihindari........................................................................10

BAB III.........................................................................................................................11

PENUTUP....................................................................................................................11

1. Kesimpulan........................................................................................................11

2. Saran..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

II
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemasangan infus merupakan salah satu tindakan dasar dan pertama yang


dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat, sebagai awal dari rangkaian
kegiatan pengobatan dan perawatan terhadap hampir semua jenis kasus baik itu
gawat, darurat, kritis, ataupun sebagai tindakan profilaksis.

Karenanya, sebagai tenaga kesehatan, khususnya perawat, adalah sebuah


keharusan untuk bisa melakukan tindakan pemasangan infus yang baik dan
benar sesuai standar operasional prosedur yang berlaku agar hal-hal yang tidak
diinginkan dapat dihindari.

2. Rumusan Masalah

A. Apa yang tujuan dan maksud dari pemasangan infus


B. Apa indikasi dari pemasangan infus
C. Apa kontraindikasi pemasangan infus
D. Apa saja jenis cairan infus
E. Apa saja ukuran jarum infus
F. Bagaimana prosedur dan persiapan alat dari pemasangan infus
G. Vena apa saja yang bisa dipasang infus
H. Vena apa saja yang tidak bisa dipasang infus

3. Tujuan Makalah

A. Menjelaskan tujuan dan maksud dari pemasangan infus


B. Menjelaskan indikasi dari pemasangan infus
C. Menjelaskan kontraindikasi pemasangan infus
D. Menjelaskan saja jenis cairan infus

1
E. Menjelaskan saja ukuran jarum infus
F. Menjelaskan bagaimana prosedur dan persiapan alat dari pemasangan infus
G. Menjelaskan vena apa saja yang bisa dipasang infus
H. Menjelaskan vena apa saja yang tidak bisa dipasang infus

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien


dengan cara memasukkan cairan melalui intra vena (pembuluh balik) yaitu melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang
di sambungkan. Dan yang di maksud dengan pemberian cairan intravena adalah
memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah
dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. (Potter & Perry, 2005)

Pemasangan infus biasanya diberikan pada klien dengan dehidrasi, sebelum


transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta klien yang
sistem pencernaannya terganggu. Tujuan dari pemasangan infus
yaitu, mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipenuhi  melalui oral,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memperbaiki volume komponen-komponen
darah,  memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh,
memonitor tekan Vena Central (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem
pencernaan diistirahatkan. (Darwis, Aprisal, 2014)

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan


atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak
dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah
gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan
tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.

2. Indikasi

Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture. Hal ini
disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan infus, yaitu
termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)

3
a. Pemberian obat intravena pada keadaan emergency yang memungkinkan respon
yang cepat  terhadap pemberian obat.

b. Hidrasi intravena.

c. Transfusi darah atau komponen darah.

d. Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan. Misalnya Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur, misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat. Upaya profilaksis pada
pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya dengan risiko dehidrasi dan syok,
sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba) sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus. (Darwis, Aprisal, 2014)

3. Kontraindikasi

Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture. Hal ini
disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan infus, yaitu
termasuk: (Darwis, Aprisal, 2014)

a. Pemberian obat intravena pada keadaan emergency yang memungkinkan respon


yang cepat  terhadap pemberian obat.

b. Hidrasi intravena.

c. Transfusi darah atau komponen darah.

d. Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan. Misalnya Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur, misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat. Upaya profilaksis pada
pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya dengan risiko dehidrasi dan syok,
sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba) sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus. (Darwis, Aprisal, 2014)

4
4. Jenis Cairan Infus

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005) cairan intravena


(infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Cairan bersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati


serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki
risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

b. Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum


(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas 16 tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah
ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.

c. Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,


sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate.

5
5. Macam-Macam Ukuran Infus

Macam-macam Ukuran Abocath Menurut Potter (1999) ukuran jarum infus yang
biasa digunakan adalah :

a. Ukuran 16G warna abu-abu untuk dewasa, bedah mayor, trauma. Apabila
sejumlah besar cairan perlu diinfuskan. Pertimbangan perawat : Sakit pada
insersi, butuh vena besar

b. Ukuran 18G Warna hijau untuk anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya. Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, butuh vena
besar

c. Ukuran 20G Warna merah muda untuk anak dan dewasa. Sesuai untuk
kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya.
Pertimbangan Perawat : Umum dipakai

d. Ukuran 22G Warna biru untuk bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut).
Cocok untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan Perawat : Lebih mudah
untuk insersi ke  vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus
dipertahankan lambat, Sulit insersi melalui kulit yang keras

e. Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih untuk nenonatus, bayi, anak dewasa
(terutama usia lanjut). Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan
tetesan lebih lambat. Pertimbangan Perawat : Untuk vena yang sangat kecil, Sulit
insersi

6. Persiapan Alat 

Menurut Muchtar, Amrizal, 2015:

a. Sarung tangan 1 pasang

b. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)

c. Cairan parenteral sesuai program

d. Jarum intra vena (ukuran sesuai)

6
e. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)

f. Desinfektan

g. Torniquet/manset

h. Perlak dan pengalas

i. Bengkok 1 buah

j. Plester / hypafix

k. Kassa steril

l. Penunjuk waktu

m. Standard infus

7. Prosedur 

Menurut Muchtar, Amrizal, 2015:

A. Tahap PraInteraksi

1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada agar mengetahui kebenaran


data.

2) Mencuci tangan terlebih dahulu supaya dalam pemasangan infus tetap steril.

3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
dan agar lebih efektif dalam pemasangan infus.

B. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik terhadap pasien agar


pasien merasa dirinya dihargai.

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien agar


mengetahui tindakan yang akan dilakukan perawat.

3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan supaya kita


mengetahui bahwa pasien telah siap untuk dilakukan pemasangan infus dan

7
supaya memperlancar dalam pemasangan infus.

C. Tahap Kerja

1) Melakukan desinfeksi tutup botol cairan untuk mencegah kontaminasi pada


objek yang steril

2) Menutup saluran infus (klem) untuk mencegah penetesan cairan pada


klien,perawat, tempat tidur atau lantai

3) Menusukkan saluran infus dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dan
komplikasi dalam pemasangan infus

4) Menggantung botol cairan pada standard infuse

5) Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda

6) Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang supaya jalannya
cairan infus lancar dan udara tidak dapat menimbulkan emboli

7) Mengatur posisi pasien dan pilih vena

8) Memasang perlak dan alasnya supaya cairan tidak mengotori tempat tidur
dan supaya terjaga kebersihan

9) Membebaskan daerah yang akan di insersi

10) Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk

11) Memakai hand schoen supaya tangan kita tetap steril

12) Membersuhkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam keluar)

13) Mempertahankan vena pada posisi stabil

14) Memegang IV cateter dengan sudut 30°

15) Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap ke atas

16) Memastikan IV cateter masuk intra vena kemudian menarik Mandrin + 0,5
cm

17) Memasukkan IV cateter secara perlahan

8
18) Menarik mandrin dan menyambungkan dengan selang infuse
karena penghubungan cepat perangkat infuse mempertahankan perangkat
vena, kesterilan

19) Melepaskan toniquet agar memungkinkan aliran vena dan mengurangi aliran


balik darah

20) Mengalirkan cairan infuse supaya cairan bekerja didalam tubuh

21) Melakukan fiksasi IV cateter agar mencegah pelepasan kateter dari vena


secara tidak sengaja. Mencegah gerakan kedepan dan kebelakang yang dapat
mengititasi vena dan menyebabkan bakteri kulit masuk ke dalam vena

22) Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kassa


supaya mengurangi bakteri pada kulit dan menurukan resiko infeksi local dan
sistemi

23) Mengatur kecepatan aliran sampai tetesan tepat per menit untuk


mempertahankan kecepatan aliran IV yang tepat

D. Tahap Terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan untuk memastikan keberhasilan atau tidaknya


pemasangan infus

2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya supaya klien mengetahui


kejelasan asuhan keperawatan

3) Berpamitan dengan klien agar klien mengetahui tindakan telah selesai di


lakukan

4) Membereskan alat-alat supaya terjaganya kebersihan

5) Mencuci tangan supaya tangan tetap steril

6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan untuk data yang mungkin
akan digunakan lembar terapi khusus

8. Pedoman Pemilihan Vena

9
a. Gunakan vena distal terlebih dahulu

b. Gunakan tangan yang tidak dominan jika mungkin

c. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat

d. Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi prosedur atau pembedahan yang


direncanakan

e. Pastikan lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien

9. Tipe Vena yang perlu Dihindari

a. Vena yang telah digunakan sebelumnya

b. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis

c. Vena keras dan sklerotik

d. Vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi sering terjadi

e. Ekstremitas yang lumpuh

f. Vena yang dekat area terinfeksi

g. Vena pada jari, karena mudah terjadi komplikasi (flebitis, infiltrasi) dan
dekat dengan persyarafan

h. Vena yang terletak di bawah vena yang terjadi flebitis dan infiltrasi

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

10
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan
infus/pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam
tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.

Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tujuannya
tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan
medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

2. Saran

Agar pemasangan infus dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami etika pemasangan infus dengan sempurna dan pemasangan infus ini harus
dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dengan prosedur yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, Aprizal. (2014). Prosedur pemasangan infus. Diakses pada tanggal 23 Mei


2020 dari: http://www.abcmedika.com/2014/04/prosedur-pemasangan-infus.html

11
Muchtar, Amrizal. (2015). Pemasangan infus. Diakses pada 23 Mei 2020
dari : https://www.academia.edu/6658158/1_PEMASANGAN_INFUS

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai