Anda di halaman 1dari 13

PEMBERIAN OBAT

INJEKSI INTRAVENA DAN INJEKSI INTRAMUSKULAR

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Ayu Melani Putri (1802047)


2. Lola Herlina Fitri (1802056)
3. Nurhofifah Hidayati (1802064)
4. Sella Pebrianti (1802073)
5. Wiwit Sundari (1802078)

Dosen pembimbing :
Ns. Sandra Hardini, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas Praktek Keperawatan
Dasar tentang “Pemberian Obat Injeksi Intravena dan Injeksi Intramuskular” dalam
bentuk makalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Sandra Hardini, M. Kep.
selaku dosen pembimbing karena adanya tugas ini dapat menambah wawasan penulis.

Dalam Penulisan makalah ini kelompok merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki kelompok. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi
semua pihak di masa yang akan datang.

Padang, 4 Mei 2020

Kelompok 3

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Injekasi Intra Vena (IV)...................................................................................2

B. Intramuscular (IM)..........................................................................................5

BAB III PENUTUP.....................................................................................................9

A. Kesimpulan........................................................................................................9

B. Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan berdasarkan pada keilmuan dan kiat keperawatan. Keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif dan ditujukan
kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Perawat pada
dasarnya mempunyai fungsi keperawatan yaitu fungsi mandiri (independen), fungsi
ketergantungan (dependen), fungsi kolaboratif (interdependen) yang ditujukan untuk
memfokuskan pemberian pelayanan kesehatan yang profesional (Kozier, 1991 dikutip
Kusnanto, 2004) .
Fungsi perawat yang memiliki resiko dalam pelaksanaannya adalah
fungsi dependen,  hal ini dikarenakan fungsi dependen merupakan pengalihan tugas
dari dokter kepada perawat yang mana tanggung jawab akan kesalahan dipegang oleh
dokter, tetapi kesalahan dalam setiap tindakan dipegang oleh perawat.
Fungsi dependen  ini umumnya berupa tindakan yang bersifat invasif sehingga
kesalahan pada tindakan ini dapat menyebabkan kerugian bagi klien. Salah satu
contoh tindakan keperawatan dengan lingkup fungsi dependen adalah pemberian obat
secara parenteral. Menurut (Sanders, et.al.,  2012) pemberian obat secara parienteral
seperti pemberian obat melalui muscular (IM), vena (IV).

B. Rumusan Masalah
Tindakan keperawatan yang bersifat invasif cenderung memiliki resiko dalam
pelaksanaannya, sehingga rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Standar Operasional Prosedur pemberian obat intravena (IV) ?
2. Bagaimana Standar Operasional Prosedur pemberian obat intramuscular (IM) ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Standar Operasional Prosedur pemberian obat intravena (IV)
2. Mengetahui Standar Operasional Prosedur pemberian obat intramuscular (IM)

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Injekasi Intra Vena (IV)
1. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Menurut Sanders et al. (2012)
rute intarvena diberikan secara langsung kedalam aliran darah. Adapun waktu
pemberian obat intravena sampai mendapatkan efeknya yaitu sekitar 30-60 detik.

2. Lokasi
Memberikan obat atau injeksi melaui vena dapat secara langsung, di berikan
pada daerah berikut : vena medianan cubitus/cephalika (daerah lengan), vena
saphenous (tungkai), vena jugularis (leher) ,vena frontalis/temporalis di daerah
frontalis dan temporal dari kepala.

3. Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
a) Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat intravena
pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Sehingga memberikan efek lebih cepat dibandingkan memberikan obat oral.
b) Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam
darah jika dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik).
c) Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas).
d) Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
e) Klien dengan kejang-kejang.
f) Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar puncak obat dalam darah
perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan

2
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat
dalam darah tercapai.

4. Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat intravena dalah sebagai berikut :
a) Inflamasi atau infeksi di lokasi injeksi intravena.
b) Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V shunt) pada
tindakan hemodaliasis (cuci darah).
c) Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki).

5. Tujuan
a. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien
yang sedang gawat darurat .
b. Menghindari kerusakan jaringan.
c. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
6. Alat dan bahan
a. Spuit sesuai ukuran (Spuit : 2cc-5cc)
b. Obat sesuai kebutuhan
c. Pembendung vena (torniquet)
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Kapas alkohol atau Kasa steril
f. Plester
g. Perlak pengalas
h. Bak steril
i. Baki obat
j. Bengkok
k. Buku catatan pemberian obat

7. Prosedur

3
a. Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat pada
pasien)
b. Menyiapkan obat yang dibutuhkan
c. Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar
d. Identifikasi klien
e. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
f. Cuci tangan
g. Atur posisi klien dan pilih area penusukan
h. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah
yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup
buka atau ke ataskan.
i. Ambil obat dalam tepatnya dengan spuit sesuai dengan
takaran/dosis yang akan di berikan. Bila obat dalam sediaan bubuk
maka larutkan dengan cairan pelarut (aquadest steril). Tempatkan
obat yang telah diambil pada bak instrumen.
j. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
penyuntikan.
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
m. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( torniquet) pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas
vena yang akan dilakukan penyuntikan.
n. Ambil spuit yang berisi obat.
o. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas
dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut
penyuntikan 150 - 300
p. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet
pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.

4
q. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan
penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas, dan
spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
r. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke bengkok
s. Tanyakan perasaan klien setelah mendapatkan injeksi intravena.
t. Cuci tangan, bereskan peralatan yang telah digunakan dan
berpamitan dengan klien
u. Lakukan pendokumentasian Dokumentasi Catat hasil pemberian obat/ test
obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika
ada).

B.  Intramuscular (IM)

1. Pengertian
Injeksi intramuscular adalah memasukkan atau memberikan obat masuk pada
otot skeletal. Rute Intramuscular memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari
pada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot (Sanders et al.,
2012). Salah satu yang harus diperhatikan adalah pemilihan area suntik yang jauh dari
syaraf besar dan pembuluh darah besar.
Adapun waktu pemberian obat subcutan sampai mendapatkan efeknya yaitu
sekitar 10-20 menit. Sedangkan, Jarum untuk injeksi musculer berukuran 20 – 23 G
dan panjangnya 5/8 – 1 ½ inchi.

2.  Lokasi
Lokasi pemberian obat melalui muscular dapat diberikan pada daerah :
a. M. Deltoid , menentukan lokasi dengan palpasi batas bawah prosesus
akromium, yang membentuk basis sebuah segitiga yang sejajar dengan titik
tengah bagian lateral lengan atas. Tempat injeksi terletak dibagian tengah
segitiga sekitar 2.5 sampai 5 cm dibawah prosesus akromium atau dengan cara
menempatkan empat jari diatas otot deltoid, dengan jari teratas berada

5
disepanjang prosesus akromium. Hati-hati terhadap saraf radialis, ulnaris dan
arteri brakhialis terdapat didalam lengan atas disepanjang humerus.
b. M. Dorsogluteal yaitu tempat biasa digunakan injeksi IM, Daerah dorsogluteus
berada dibagian atas luar kuadran ata atas luar bokong, kira-kira 5 sampai 8 cm
dibawah Krista iliaka untuk menemukan lokasinya, palpasi spina iliaka
posterior dan superior dan trokhantor mayor femur. Sebuah garis khayal ditarik
diantara dua penanda anatomi. Tempat injeksi terletak diatas dan lateral
terhadap garis. Pada anak-anak hanya boleh digunakan jika usia lebih dari 3
tahun.
c. M. Ventrogluteal, menemukan lokasi ini dengan klien disuruh berbaring diatas
salah satu sisi tubuh dengan menekuk lutut, kemudian cari otot dengan
menempatkan telapak tangan diatas trokanter mayor dan jari telunjuk pada
spina iliaka superior anterior panggul. Tangan kanan digunakan untuk panggul
kiri dan tangan kiri digunakan untuk panggul kanan . Perawat menunjukan ibu
jarinya kearah lipat paha klien dan jari lain kearah kepala. Tempat injeksi
terpajan ketika perawat melebarkan jari tengah kebelakang sepanjang Krista
iliaka kearah bokong. Jari telunjuk, jari tengah, dan Krista iliaka membentuk
sebuah segitiga dan tempat injeksi berada ditengah segitiga tersebut.
d. M. Vastus Lateralis yaitu terletak di bagian lateral anterior paha, pada orang
dewasa membentang sepanjang satu tangan diatas lutut sampai sepanjang satu
tangan dibawah trokanter femur atau sepertiga tengah otot merupakan tempat
terbaik injeksi.

3. Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat melalui subcutan bisa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, pemberian vit.k pada bayi, lokasi injeksi yang sesuai
dengan obat yang diprogramkan, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan
tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila, 2014).

4.  Kontraindikasi

6
Kontraindikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi
kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya (Faradila,
2014).
5. Komplikasi
Komplikasi yang banyak terjadi akibat kesalahan pada injeksi intramuscular
adalah sebagai berikut: abses, necrosis, dan kulit mengelupas, kerusakan syaraf, nyeri
berkepanjangan, dan periositis.
6. Alat dan bahan
a. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan (Spuit :3cc)
b. Obat sesuai program terapi
c. Handscoon
d. Bak Instrumen
e. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
f. Perlak dan pengalas
g. Plester
h. Kasa steril
i. Bengkok
7. Prosedur
a. Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat pada
pasien)
b. Menyiapkan obat yang dibutuhkan
c. Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar
d. Identifikasi klien
e. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
f. Pasang sampiran terutama pada daerah injeksi yang bersifat privasi
g. Cuci tangan
h. Atur posisi klien dan pilih area penusukan
i. Memasang perlak
j. Pakai handscoon

7
k. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar
dari arah dalam ke luar diameter ±5cm)
l. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
m. Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
n. Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
o. Memasukkan obat yang telah disiapkan dan dimasukkan dalam bak
instrumen
p. Mencabut jarum dari tempat penusukan
q. Menekan daerah tusukan dengan kasa steril atau kapas
r. Membuang spuit ke dalam bengkok
s. Melepaskan handcoon dan memasukkan ke bengkok
t. Tanyakan perasaan klien setelah mendapatkan injeksi IM
u. Cuci tangan dan bereskan peralatan yang telah digunakan dan
berpamitan dengan klien
v. Lakukan pendokumentasian: hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawat Sebagai bagian pelayanan kesehatan yang profesional harus mampu
menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Tindakan perawatan dalam pemberian
obat baik secara Intra vena, intramuscular. Perawat dalam tindakannya dituntut
berpikir kritis yaitu dengan mempertimbangkan tujuan dari tindakan serta indikasi
dan kontraindikasi dari tindakan yang dilakukan.

Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan


pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam pemberian obat
baik melalui oral, topikal,intravena,dan laila-lain, seorang perawat perlu
memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak. Maka akan terjadi masalah
yang baru bagi pasien.

B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang
tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan
kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya
harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA
Faradila, W. (2014). Laporan Pendahuluan Injeksi Intramuscular. Nganjuk : Akbid
Wiyata Mitra Husada
Kusnanto. (2004). Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta :
EGC
Sanders et al., (2012). Mosby’s paramedic text book. USA : Ascend Learning
Company.
Syamsuni. (2006). Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Jakarta : EGC

10

Anda mungkin juga menyukai