Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TERAPI INTRAVENA
KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Desi Sriyani, S.Tr.Keb., M.Keb.

Disusun Oleh :
Gadis Riya Pratama (12110321006)
Heni Kiswati (12110321007)

SEMESTER II

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI
UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadrat Allah swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pati, 19 Mei 2022

Penyusun

2
Daftar Isi

Halaman Judul …………………………………………………………… 1


Kata Pengantar …………………………………………………………... 2
Daftar Isi .…………………………………………………………………. 3

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 4
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Prosedur Pemasangan Terapi
Intravena……………………………………………… 6
B. Komplikasi Pada Pemasangan Terapi Intravena..................................9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 11
B. Saran ……………………………………………………………… 11

Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat didefinisikan sebagai suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk
mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit.
Obat telah di gunakan manusia sejak peradapan kuno. Misalnya orang-orang Mesir
pada zaman dahulu telah menggunakan magnesium, soda, garam besi, dan sulfur
sebagai bahan obat.

Jalur vena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat bereaksi
dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukkan ke vena sehingga
obat langsung masuk sistem sirkulasi menyebabkan obat dapat beraksi lebih cepat
dibanding dengan cara enternal atau parental yang lain yang memerlukan waktu
absorbsi.

Pemberian obat intravena dilakukan dengan berbagai cara. Pada pasien yang tidak
dipasang infus, obat diinjeksikan langsung pada vena. Biasanya dicari vena besar
yaitu vena basilika atau vena sefalika pada lengan. Pada pasien yang dipasang infus,
obat dapat diberikan melalui botol infus atau melalui karet pada selang infus yang
dibuat untuk memasukkan obat.

Untuk memasukkan obat melalui vena, perawat harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Jangan lakukan
penusukan sebelum yakin mendapatkan vena yang mudah di tusuk. Pengulangan
tusukan dapat menyebabkan rasa sakit pada pasien.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut
1. Bagaimana prosedur pemasangan terapi intravena?
2. Apa saja komplikasi-komplikasi pada pemasangan terapi intravena?

C. Tujuan Penulisan

4
Adapun tujuan penulisan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prosedur pemasangan terapi intravena
2. Mengetahui komplikasi-komplikasi pada pemasangan terapi intravena

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Pemasangan Terapi Intravena


Peralatan
1. Alas plastik dan handuk kecil
2. Manset tangan; bisa juga digunakan manset sfigmomanometer
3. Kapas alkohol
4. Betadine (1-2% dalam air, 70% alkohol)
5. Kain kasa steril
6. Plester dan stiker kosong untuk menulis tanggal pemasangan infus
7. Set infus
8. Jarum infus (abbocath, wing needle/butterfly)
9. Cairan infus
10. Sarung tangan steril (jika memasang infus pada klien yang mengalami
penyakit menular, seperti; hepatitis B, HIV-B, AIDS, dll)

Prosedur Pemasangan Terapi Intravena


Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini
yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena
(infus).
Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena (Infus) menurut Susiati
(2008), adalah sebagai berikut :
1. Berikan penjelasan kepada pasien menggenai maksud pemasangan IV line,
untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya
dalam keadaan tenang, dalam kondisi baring atau duduk.
2. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang
kanulasi (bila memungkinkan, cari lengan yang tidak dominan).
3. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat.
4. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju
pasien agak ketat, maka lepaskan atau longgarkan baju dari lengan pasien.
5. Cuci tangan medikal.
6. Persiapkan set infus
7. Cek aliran infus

6
8. Dekatkan peralatan (yang telah disiapkan dalam troli injeksi) ke pasien.
9. Kenakan sarung tangan.
10. Letakkan perlak pada bagian bawah lengan.
11. Pasang tourniquet.
12. Identifikasi vena yang layak digunakan.
13. Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan
ditiup).
14. Gunakan kanula steril.
15. Masukkan kanula ke vena (kanulasi) dengan sudut 15-20 derajat.
16. Insersi kanula (IV insertion).
17. Buka tourniquet.
18. Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.
19. Setelah darah tampak keluar, sambungkan dengan IV line.
20. Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan
segera diserap.
21. Buang jarum kedalam sharp container.
22. Atur tetesan infus sesuai program terapi dokter.
23. Bersihkan daerah sekitar bekas penusukan dengan kasa steril.
24. Buang kasa kedalam tempatnya.
25. Tutup dengan plaster transparan.
26. Fiksasi dengan plester antialergi dengan cara jangkar.
27. Beri label pada :
Botol infus; cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai, dan selesai pemberian
infus)
Set infus; cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).
28. Rapikan alat seperti semula.
29. Cuci tangan
30. Dokumentasikan kedalam catatan perkembagan pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan (kewaspadaan)


1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan

7
5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester
dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
8. Mendokumentasikan waktu pemberian, jenis cairan dan tetesan, jumlah cairan
yang masuk, waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus), serta
reaksi klien (terhadap cairan yang telah masuk

Tempat/ lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus
Vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan
merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Vena-vena tersebut
diantaranya adalah :
1. Metakarpal
2. Sefalika
3. Basilika
4. Sefalika mediana
5. Basilika mediana
6. Antebrakial mediana

Pemilihan Vena
1. Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin
2. Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan
dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin
3. Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV
4. Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi dan
keinginan dokter
5. Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan
dokter ; sering dipilih pada bayi
6. Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang
7. Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau infus
cairan yang mengiritasi (hipertonik)

8
8. Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan vena
sentral. Contoh Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis
interna/eksterna, v. sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll.
9. Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral atau
memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava superior.
10. Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat tetapi dapat
digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP.
11. Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan vena
untuk dialisis ginjal
12. Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow ke
sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal
13. Fistula : anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side
untuk dialisis ginjal
14. Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonates

B. Komplikasi-Komplikasi pada Terapi Intravena


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang
kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh
darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Phlebitis, penggunaan infus juga bisa menyebabkan kondisi phlebitis atau
radang vena. Sama seperti infiltrasi, phlebitis bisa menimbulkan gejala berupa
tangan terasa hangat dan nyeri, serta pembengkakan pada area kulit yang
diinfus.
4. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
5. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan
pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam pemberian obat
baik melalui oral, topikal, intravena, dan lain lain, seorang bidan peru memperhatikan
aturan pemakaiannya. Karena jika tidak, maka akan terjadi masalah yang baru bagi
pasien. Yang terpenting adalah bidan mengerti dan paham dengan 5 prinsip benar
dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, dan
benar waktu.
Injeksi intravena adalah memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena (pembuluh darah yang balik ke jantung). Pemberian obat melalui intravena
sangat berguna untuk orang yang tidak sadarkan diri, mengalami gangguan oral, dll.
Pemberian obat intravena tidak boleh diberikan kepada penderita yang memiliki
permukaan kulit yang ada luka maupun pembengkaan karena akan menimbulkan luka
baru.Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan cara langsung dan
tidak langsung. Cara langsung yaitu spuit langsung ditusukkan pada vena. Secara
tidak langsung yaitu dimana spuit ditusukkan pada infus melalui wadah intravena
(wadah/kantong infus) dan melalui selang intravena (pada selang infus yang terbuat
dari karet).
Pada pemberian obat secara langsung, obat dalam darah diperoleh secara cepat,
tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Namun obat yang
disuntikkan tidak dapat ditarik kembali.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca khususnya pada Bidan setelah membaca tulisan ini
dapat benar-benar memahami prosedur pemberian obat yang benar, agar pasien
nyaman dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan.

10
Daftar Pustaka

http://wong-ndeso-asli.blogspot.com/2013/07/makalah-terapi-intrevena_4238.html?
m=1. Makalah Terapi Intravena. Diakses pada 21 Mei 2022, pukul 06.13.

11

Anda mungkin juga menyukai