Anda di halaman 1dari 129

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMASANGAN INFUS

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….
Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pemasangan infus adalah tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena
dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set dengan
tetap mempertahankan prinsip perawatan infus dilakukan dengan prinsip
aseptic (steril).

TUJUAN:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menggunung air,
elektrolit, vitamin, protein lrmak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen komponen darah
4. Memperbaikijalanmasukuntukpemberianobatobatankedalamtubuh
5. Memonitortekan vena central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

INDIKASI:
1. Pada pasien gawat,resusitasi jantung dan paru paru memungkinkan
pemberian obat secara langsung kedalam intravena
2. Untuk memberikan raespon yang cepat terhadap pemberian obat
3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah yang besar
4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )
b. Persiapan alat dan bahan
1. Standar infus
2. Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan
3. Jarum
4. Perlak dan torniket
5. Plester dan gunting
6. Bengkok
7. Sarung tangan bersih
8. Kasa steril
9. Bengkok
10. Kapas alcohol dan tempatnya
11. Bethadine dan tempatnya
12. Cucing

TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam
2. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
5. Menjelaskan kerahasiaan

TAHAP KERJA
1. atur posisi pasien senyaman mungkin
2. Pasang perlak pengalas
3. Pasang infus set ke botol infus dengan cara buka kemasan infus set,
tutup roller clamp pada selang infus , jaga sterilisasi ujung spike infus
4. Buka penutup botol , bila karet buka ring penutup botol dengan teknik
aseptik atauantiseptik , bila tutup botol adalah tutup unicap maka buka
top cap dengan sistemputar dan lakukan desinfeksi pada lubang
penusukan dengan alkohol
5. Buka penutup spike
6. Pegang leher botol dan tusukan spike infus dengan teknik aseptik
,posisi botol 45derajat
7. Isi air chamber dengan menekan chamber pada infus set agar air turun
ke chamber
Isi cairan hingga garis batas pada chamber
8. Naikkan ujung infus set dibuat sejajar dengan chamber
9. Buka roller clamp perlahan sampai cairan memenuhi selang
10. Pilih vena yang baik
11. Pasang torniket 4 sampai 6 inci diatas tempat penusukan
12. Pakai handscoon
13. Disenfeksii kulit tempat penusukan dengan gerakan melingkar dari
pusat keluar dengan alkohol swab
14. Pegang tangan atau pergelangan tangan pasien dengan tangan kiri
sambil fiksasi vena
15. Letakkan ibu jari diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk
menegangkan kulit melawan arah penusukan
16. Tusuk vena dengan bevel jarum menghadap keatas dengan sudut 30
sampai 40 ]derajat usukan searah aliran vena ( terlihat darah akan
mengisi tabung kateter vena)
17. Tangan kanan menahan atau memegang jarum infus
18. Tangan kiri mendorong sampai kateter masuk semua
19. Cabut jarum infus dan hubungkan kateter dengan infus set yang sudah
disiapkan
20. Lepaskan torniket
21. Alirkan cairan infus, cek lancer atau tidak, adakah tanda&tanda
bengkak
22. Fiksasi, atur tetesan infus
23. Beri label
24. Rapikan alat

TAHAP TERMINASI
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = Tidakdikerjakan

1 = Dikerjakantidaklengkap/tidaksempurna

2 = Dikerjakandenganbenar/sempurna

Penguji Praktik

(……………..……………..)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST MENGHITUNG TETESAN INFUS

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….
Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pengertian menghitung tetesan infus adalah pemberian cairan intravena
yaitu memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelim transfusi
darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa
makan dan minum melalui mulut.

TUJUAN:
1. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada
klien dehidrasi dan syok
2. Mencegah kelebihan cairan pada klien

INDIKASI:
Untuk pasien yang terpasang infus

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )

Persiapan alat dan bahan


1. Ketas dan pensil
2. Jam dengan jarum detik
TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam
2. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
5. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
1. Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk
memastikan larutan yang benar
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan millimeter dari set infus
(sesui petunjuk bungkus)
1. Tetes mikro (mikrodrip): 1 cc=60 tetes
2. Tetes makro (makrodrip): 1 cc = 15 tetes, 1 cc= 20 tetes
3. Memilih salah satu rumus berikut
a) Millimeter per jam
Jumlah total cairan infus (cc)
cc/jam= lama waktu penginfusan (jam)
b) Tetes per menit
Jumlah total cairan infus (cc)x faktor tetesan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 (𝑐𝑐)𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛
= 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠𝑎𝑛
4. Mencuci tangan
5. Memakai sarung tangan
6. Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada
bilik drip selama satu menit dengan jam, kemudian atur klien
pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infus
7. Memeriksa kecepatan ini setiap jam
8. Mendokumentasikan pada catatan perawat mengenai larutan dan
waktu
TAHAP TERMINASI
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :

0 = Tidakdikerjakan

1 = Dikerjakantidaklengkap/tidaksempurna

2 = Dikerjakandenganbenar/sempurna

Penguji Praktik

(……………..……………..)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Pemeriksaan fisik jantung adalah suatu metode dimana untuk mengetahui
adanya gejala-gejala kelainan yang terjadi di jantung.
Tujuan :
1. Mengetahui ketidaknormalan denyut jantung.
2. Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
3. Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal.
4. Mendeteksi gangguan kardiovaskular.
Tahap pre interaksi
a. Persiapan pasien :
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti keluarga dan klien.
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis,
serta tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7. Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respect selama berkomunikasi dan melakukan
tindakan.
9. Membuat kontrak (waktu, tempat, dan tindakan yang akan
dilakukan).
b. Persiapan alat :
1. Stetoskop
2. Spigomanometer
3. Alat tulis
4. Penggaris
5. Catatan kecil
6. Selimut
7. Jam tangan
c. Persiapan lingkungan
1. Sampiran
Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi.
2. Memperkenalkan nama perawat.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga.
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan.
Tahap kerja
1. Bawa alat ke dekat klien
2. Cuci tangan
Inspeksi dan palpasi
1. Posisikan klien telentang dengan pemeriksa berada di sebelah kanan
klien.
2. Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan mempalpasi sudut Louis
atau sudut sternal yang teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang
pada sternum ± 5 di bawah takik sterna.
3. Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum
untuk meraba iga kedua yang berdekatan.
4. Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukan area aorta
dan spasium interkostalis ke-2 kiri untuk area pulmonal.
5. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk
mengetahui ada/tidaknya pulsasi.
6. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
triskupidalis/ventricular. Amati adanya pulsasi.
7. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan secara lateral 5-7 cm ke garis
midklavikula kiri untuk menemukan area apical atau titik denyut
maksimal.
8. Inspeksi dan palpasi area apical tersebut untuk mengetahui pulsasi.
9. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada
area epigastrik tepat dibawah ujung sternum.
Perkusi
1. Buka area dan beri tahu klien.
2. Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas
kiri jantung.
3. Lakukan perkusi dari sisi kanan kekiri untuk mengetahui untuk
mengetahui batas kanan jantung.
4. Lakukan perkusi dari atas ke bawah untuk menentukan batas atas
jantung.
5. Suara redup menunjukan jantung di bawah area yang diperkusi.
Auskultasi
1. Anjurkan klien bernapas secara normal dan kemudian tahan nafas saat
ekspirasi.
2. Dengan suara jantung 1/s1 sambil palpasi nadi karotis, perhatikan
adanya splitting s1 (bunyi s1 ganda yang terjadi dalam waktu yang
sangat berhimpitan).
3. Pada awal sitole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya
bunyi tambahan atau murmur s1.
4. Pada periode diastole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui
adanya bunyi tambahan atau murmur.
5. Anjurkan klien bernafas normal, dengarkan s2 secara seksama untuk
mengetahui adanya splitting s2 saat inspirasi.
6. Periksa frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas
seperti “lup dup”, hitung setiap kombinasi s1 dan s2 sebagai satu
denyut jantung . hitung banyak denyut selama 1 menit.
7. Rapikan alat.
8. Cuci tangan.
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien .
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

Keterangan :
0 =tidak dikerjakan
1 =dikerjakan tapi tidak lengkap /tidak sempurna
2 =dikerjakan dengan sempurna

Penguji,

(.........................................)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMASANGAN EKG

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Definisi:
Elektrokardiogram merupakan alat diagnostik yang di gunakan untuk
merekam aktifitas listrik jantung.
Tujuan :
1. Mengetahui kelainan irama jantung pasien
2. Mengetahui kelainan Miokardium
3. Mengetahui Efek penggunaan obat jantung
4. Mengetahui terjadinya gangguan elektrolit
pada pasien
5. Mengetahui infeksi lapisan jantung
Indikasi :
1. Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.
2. Pasien dengan aritmia.
3. Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
4. Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
5. Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
6. Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator dan pacu
jantung
7. Sebagai monitoring pada sindroma koroner akut, aritmia dan
gangguan elektrolit paska terapi
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )
b. Persiapan alat dan bahan
a. Mesin Elektrokardiogram ( EKG )
b. Kertas EKG
c. Jelly
d. Tissu
e. Bengkok
f. Kapas alkohol
c. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Cuci tangan
2. Baca Orderan / instruksi pemasangan
3. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan
di lakukan
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien
5. Melonggarkan atau melepaskan pakaian bagian atas klien.
6. Mengoleskan jelly pada elektorde
7. Pasang elektroda pada Ekstermitas atas dan bawah untuk
merekam ektermitas lead
a. Merah pada ektermitas kanan atas
b. Kuning pada ekstermitas kiri atas
c. Hitam pada ekstermitas kanan bawah
d. Hijau pada ekstermitas kiri bawah
8. Pasang elektroda parakardial untuk merekam prekardial
lead.
a. Pasang V1 pada interkostal ke 4 garis sternum kanan
b. Pasang V2 pada interkostal ke 4 garis sternum kiri
c. Pasang V3 pada pertengahan V2 dan V4
d. Pasang V4 pada pada interkostal ke5 pada midklavikula
kiri
e. Pasang V5 pada garis axila anterior
f. Pasang V6 pada pertengahan axila sejajar V4
9. Hidupkan mesin Elektrokardiograam
10. Lakukan pencatatan indentitas klien pada EKG
11. Lakukan kalibrasi dengan kecepatan ml/detik
12. Lakuakn perekaman sesuai order
13. Matikan EKG dan lepaskan elektoda pada tubuh klien
14. Bantu klien memakai pakaian kembali.
15. Cuci tangan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(………………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
1 Pengertian :
Transfuse darah adalah memasukkan darah yang
berasal dari donor ke dalam tubuh klien melalui
vena.
2 Tujuan :
Untuk melaksanakan tindakan pengobatan dan
memenuhi kebutuhan klien terhadap darah sesuai
dengan program pengobatan.
3 Indikasi :
1. Untuk memberikan volume darah yang
adekuat
2. Mencegah syok hemoragik
3. Meningkatkan kapasitas pembawa
oksigen darah
4. Mengganti trombosit atau factor
pembeku darah untuk pertahankan
hemostatis.
Kontra indikasi :
1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien
yang tidak normal
2. Pasien yang memiliki tekanan darah
rendaah
3. Transfuse dengan golongan darah yang
berbeda
4. Transfuse dengan darah mengandung
penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B.
4 Persiapan Alat dan bahan:
1. Untuk transfuse darah lengkap
diperlukan darah merah pekat, darah
merah dicuci, plasma beku gunakan set
transfuse khusus dengan penyaring atau
filter.
2. Untuk transfuse trombosit gunakan infus
set khusus untuk trombosit
3. Kateter besar (18 atau 19 G)
4. Sarung tangan steril
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine
12. Manset tekanan darah
13. Stetoskop
14. Thermometer
15. Format persetujuan pemberiaan
transfuse darah
16. Bila tersedia dapat digunakan alat
pompa darah elektronik untuk transfuse
darah
17. Cairan Nacl 0,9%
18. Persiapan darah yang sesuai dengan
golongan darah klien, sesuai dengan
kebutuhan

5 Tahap Pre Interaksi :


1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
6 Tahap Orientasi:
1. Memberi salam, panggil klien dengan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
7 Tahap Kerja :
1. Tetapkan bahwa klien telah mendatangani
format persetujuan
2. Beri tahu dan jelaskan prosedur kepada
klien
3. Bawa alat ke dekat klien
4. Buat jalur intravena, gunakan selang infus
yang memiliki filter dengan tipe Y
5. Gantung wadah cairan norma salin 0,9%
yang akan diberikan setelah infus darah
6. Dapatkan riwayat transfuse klien
7. Periksa dengan tepat produk darah dank lien
yang mendapat komponen darah.
a. Periksa nama awal dan nama akhir klien
dengan meminta klien menyebutkan
namanya bila mampu
b. Periksa nomor identifikasi klien dan
tanggal lahir pada selang dan catatan
klien
c. Untuk darah lengkap, periksa golongan
ABO dan tipe Rh
d. Periksa ulang produk darah dengan
program dokter
e. Periksa tanggal kadaluwarsa pada
kantong darah
f. Lihat darah untuk adanya bekuan.
8. Ukur tanda vital darah klien dalam 30 menit
sebelum pemberian tranfusi, laporkan
adanya peningkatan suhu pada dokter
9. Minta klien untuk melakukan segera gejala
berikut : menggigil, sakit kepala, gatal
kemerhan, dan nyeri punggung.
10. Minta klien berkemih atau mengosongkan
wadah penampung urine
11. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
12. Buka set pemberian darah
13. Tusukkan kantong intra vena norma slain
0,9%
14. Isi selang dengan norma salin 0,9%
15. Ketika unit selesei, pertahankan kepatenan
vena dengan menginfuskan norma salin .
16. Buka klem pengatur pada selang Y yang
disambungkan ke kantong salin dan
lepaskan klem pengatur pada selang masuk
yang tidak dipakai sampai selang dari
kantong norma salin terisi.
17. Tutup klem pada selang yang tidak
digunakan
18. Peras tempat ruang tetesan, biarkan filter
terisi sebagian
19. Buka klem pengatur bawah dan biarka
selang infus terisi salin
20. Tutup klem pengatur bawah setelah selang
terisi salin
21. Balik kantong darah 1-2 kali dengan
perlahan untuk mendistribusikan sel secara
saksama, tusuk wadah darah, buka klem
pada selang masuk dan selang bawah,
kemudian isi selang secara saksama dengan
mengisi filter dengan darah.
22. Sambungkan selang tranfusi darah ke
kateter intra vena dengan mempertahankan
sterilisasi. Buka klem bawah
23. Pantau tanda vital klien
24. Atur infus sesuai pesanan dokter ( PRC
biasanya 1,5-2 jam, WBC diberikan 1-3
jam)
25. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang
dengan norma salin 0,9%
26. Buang semua bahan dengan tepat
27. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
28. Bereskan alat-alat
29. Catat golongan dan jumlah komponen darah
yang diberikan serta respon klien terhadap
terapi darah.

8 Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan
2. Menanyakan pada pasien apa yang
dirasakan setelah kegiatan dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya
4. Berikan informasi sesuai dengan
kemampuan klien
9 Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam
catatan keperawatan.
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna
Penguji Praktek

(………………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN


Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pemeriksaan fisik sistem pencernaan adalah salah satu teknik
pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan
kesehatan pada sistem pencernaan

TUJUAN:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data
yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis
keperawatan.
Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaannnya.
4. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
keperawatan.

INDIKASI:
1. Dilakukan pada pasien yang menglami masalah pada system
pencernaan seperti
2. Dilakukan pada pasien yang mengalami masalah pada
abdomen seperti pada hati, ginjal dan limpa

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
c. Persiapan Pasien
10. Mengucapkan salam terapeutik
11. Memperkenalkan diri
12. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
13. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
14. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
15. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
16. Privacy klien selama komunikasi dihargai
17. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
18. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan )
d. Persiapan alat dan bahan
1. Stetoskop
2. Sampiran/skerem
3. Anjurkan pasien untuk BAK terlebih dahulu
4. Bak instrument
5. Sarung tangan/handscoen
6. Kassa steril
7. Tissue
8. Ballpen
9. Bengkok
10. Penlight
11. Spatel
12. Lembar dokumentasi
13. Penggaris
e. Persiapan lingkungan
Tutup jendela/gorden atau pasang sampiran untuk menjaga
privasi klien, pastikan pencahayaan yang cukup

TAHAP ORIENTASI
6. Memberi salam
7. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
8. Memperkenalkan nama perawat
9. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
10. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
11. Minta persetujuan klien/keluarga (informed consent)

TAHAP KERJA
1. Cuci tangan
2. Atur berbaring pada posisi supine
3. Letakkan satu bantal dibawah kepala dan lutut
4. Buka abdomen dari prosesus xipoideus sampai atas simpisis
5. Berdiri disamping kana pasien
6. Lakukan pemeriksaan dengan urutan inspeksi, auskultasi,
perkusi, dan palpasi :
1. Inspeksi
a. Mulut
1) Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi sejajar dengan
anda
2) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan
congenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan
massa
3) Lanjutkan pada pengamatan gigi , anjurkan pasien untuk
membuka mulut
4) Atur pencahayaan yang memadai, bila perlu gunakan
penekan lidah agar gigi tampak jelas
5) Amati posisi, jarak gigi rahan atas dan bawah, ukuran,
warna, lesi, atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati
juga akar akar gigi dan gusi secara khusus
6) Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan
bawah serta anjurkan pasien memberitahu bila merasa
nyeri sewaktu giginya diketuk
7) Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya, minta pasien menjulurkan lidah dan
amati kelurusan , warna ulkus dan setiap ada kelainan
8) Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi,
peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput lendir
semua bagian mulut secara sistematis
9) Lanjutkan pada inspeksi faring, dengan menganjurkan
pasien membuka mulut dan menekan lidah pasien
kebawah sewaktu pasien berkata “ah” amati kesimetrisan
uvula faring
b. Abdomen (Kontur dan kesimetrisan)
1) Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk
dengan simpisis pubis (dengan posisi setinggi
mata/pemeriksa duduk atau berlutut)
2) Observasi kesimetrisan abdomen (berdiri disamping,
didepan kaki tempat tidur), bandingkan kiri dan kanan.
Perhatikan ada tonjolan atau distensi kandung kemih.
3) Abdomen rata, bundar dan menonjol, cekung adalah
normal jika simetris
c. Kulit
Perhatikan warna (konsisten dengan warna kulit), jaringan
parut, pola vena, dilatasi vena, lesi, striae, edema, kulit yang
menegang dan mengkilat (ascites), jaundice (penyakit
kuning), sianosis, luka operasi, ostomi.
d. Umbilikus
Apakah berada ditengah abdomen, inverted atau menonjol,
perhatikan kebersihan, adanya inflamasi, cairan, atau massa
e. Pergerakan dan pulsasi
1) Inspeksi adanya gerakan, pembatasan gerakan (nyeri),
normalnya pria bernapas dengan abdomen dan wanita
dengan kosta
2) Perhatikan adanya pergerakan peristaltic dan pulsasi
aorta
3) Pulsasi aorta abdomen dibawah px dan gelombang
peristaltic dapat terlihan pada indisidu dewasa yang
kurus.
2. Auskultasi
a. Peristaltik
1) Letakkan diafragma stetoskop pada keempat kuadran
2) Mulai auskultasi pada kuadaran kanan bawah
3) Identifikasi adanya suara bergemuruh ireguler/klik pelan
yang berlangsung sekitar ½ detik sampai beberapa detik.
4) Normalnya suara usus 5 – 35 kali per menit
5) Dibutuhkan 5 – 20 detik untuk mendengar satu suara
usus dan dibutuhkan 5 menit untuk menentukan bising
usus yang tidak ada
6) Peristaltic dideskripsikan sebagai normal, terdengar,
tidak ada, hiperaktif, atau hipoaktif
7) Tidak ada bising usus menunjukkan obstruksi, ileus
paralitik, atau peritonitis, post operasi dengan operasi
umum. Bising usus hiperaktif/bunyi mengeram
(borborygmi) menunjukkan peningkatan motilitas
gastrointestinal yang disebabkan radang usus,
kegelisahan, diare, perdarahan, laksatif berlebihan, dan
reaksi terhadap makanan.
b. Suara vaskuler (bruit) dan friction rub
1) Gunakan bel stetoskop
2) Bruit berupa bunyi seperti desiran, dengung, terhembus,
atau berisik
3) Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis,
iliaca, dan femoralis. Letakkan bel sejajar garis
midklavikula disamping aorta diatas umbilicus
4) Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi
pada dewasa muda dan kurus normal jika terdengar.
5) Friction rub dengarkan suara kasar dan mengganggu
pada daerah hepar dan limfa
6) Fiction rub disebabkan oleh dua organ yang
bersentuhan/bergesekan, atau organ dengan peritoneum.
Friction rub biasanya menunjukkan tumor, infeksi, atau
peritonitis.
3. Perkusi
a. Perkusi pada empat kuadran abdomen untuk menentukan
tingkat suara tympany dan dullness
b. Perkusi hepar
1) Untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi
hepar
2) Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilicus bergerak
keatas sepanjang garis midklavicula kanan
3) Suara pertama yang terdengar adalah tympany, bila suara
berubah menjadi dullness, itu adalah batas bawah hepar
(beri tanda)
4) Perkusi kearah bawah dari intercosta 4 sepanjang garis
mid klavikula kanan (suara pertama yang terdengar
seharusnya adalah resonance), lanjutkan perkusi
kebawah sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah
batas atas hepar (beri tanda)
5) Batas atas biasanya setinggi intercosta 6, jarak kedua titi
± 6 – 12 cm
6) Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang
sama seperti sebelumnya
c. Perkusi limfa
1) Menentukan ukuran dan lokasi limfa
2) Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis
midaksila kiri, splenic dullness biasanya terdengar dari
intercosta ke -6 sampai 10
d. Palpasi dan perkusi kandung kemih
1) Untuk mengetahui lokasi dan isinya
2) Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung
kemih, lalu lakukan perkusi
3) Perkusi dilakukan diatas region suprapubik, jika kandung
kemih penuh, akan terdengar suara redup (dullness)
4. Palpasi
 untuk menentukan ukuran dan letak organ, ketegangan otot,
massa, nyeri dan adanya cairan
 identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi (palpasi dilakukan
terakhir didaerah tersebut)
 tangan harus hangat, pasien se relax mungkin
 lakukan palpasi dangkal dan palpasi dalam
a. Palpasi mulut
1) Atur posisi duduk menghadap anda, anjurkan pasien
membuka mulut
2) Pegang pipi diantara ibu jari dan telunjuk. Palpasi pipi
secara sistematis dan perhatikan adanya tumor atau
pembengkakan, bila ada pembengkakan. Tentukan
menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah
sekitarnya, dan adanya nyeri
3) Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari telunjuk dan
rasakan adanya pembengkakan dan fisura
4) Palpasi dasar mulut dengan minta pasien mengucapkan
“el” kemudian lakukan palpasi pada dasar mulut secara
sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan, catat bila
ditemukan pembengkakan
5) Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan
lidah pegang lidah dengan kasa steril menggunakan
tangan kiri . dengan jari telunjuk tangan kanan. Lakukan
palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas batas
lidah
b. palpasi abdomen secara dangkal
1) letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen
2) tekan secara dangkal dengan menggunakan jari tangan
3) pindahkan tangan keseluruh area abdomen dengan cara
menganggkan dan meletakkan kembali (jangan
menggeser tangan)
c. palpasi abdomen dengan tekanan sedang
1) lalukan seperti langkah no 1
2) berikan penekanan abdomen ± 6 cm
3) untuk pasien yang gemuk lakukan secara bimanual
(jaritangan non dominan diatas tangan dominan)
4) identifikasi ukuran organ dibawahnya, apakah ada massa
dan nyeri
d. Palpasi hepar
1) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
2) Latakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan
pada tulang rusuk ke 11 dan 12 (pinggang), angkat
daerah tersebut
3) Instruksikan pasien untuk rileks
4) Letakkan tangan kanan pada abdomen kanan atas atau
dibawah hepar, kemudian tekan kedalam dan keatas
sepanjang batas lengkung tulang rusuk
5) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam, pada saat
inhalasi perawat meraba tepi hepar
6) Normalnya hepar tidak teraba keuali pada beberapa
pasien yang kurus. Jika teraba, maka tepi hepar harus
halus, tegas dan tidak nyeri
e. Palpasi limfa
1) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
2) Letakkan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah
kiri untuk memindahkan posisi limfa ke anterior
3) Tekan ujung jari-jari tangan kanan kedalam batas tulang
rusuk kiri kearah pasien
4) Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui
mulut, sehingga diafragma turun dan limfa bergerak
kearah ujung-ujung jari tangan kanan pemeriksa
5) Normalnya limfa tidak teraba
5. Rapikan kembali pasien, atur posisi yang nyaman
6. Cuci tangan (6 langkah)
TAHAP TERMINASI
5. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
6. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
7. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
8. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Referensi :
1. Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. (2009). Fundamental of Nursing.
(7th ed.). Vol.2. Mosby: Elsevier Inc.
2. Bagian DKKDFIK UI., 2001. Pelatihan Pemeriksaan Fisik Dasar Bagi
Perawat.

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna
Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST BOWEL TRAINING

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….
ASPEK YANG DINILAI Nilai

0 1 2
Definisi:
Bowel training adalah pelatihan usus membantu untuk
membangun kembali gerakan usus normal pada orang
yang menderita sembelit, diare, inkontinensia ketidak
teraturan, atau.Aktivitas usus yang sehat dianggap satu
atau dua gerakan ukuran sedang setiap hari.
Tujuan:
Melatih bowel secara rutin pada pasien yang mengalami
gangguan pola bowel.

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi:
Inkontinensia usus (tidak mampu mengontrol pengeluran
feses secara normal), membantu klien mendapatkan
defekasi yang normal dan rutin.

Kontraindikasi:
Klien dengan diare

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, pengenalan diri anda, dan
indentifiksi klien dengan memeriksa
identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
b. Persiapan alat dan bahan
1. Pot/pispot
2. Nierbekkan/ bengkok
3. Waskom/ baskom
4. 2 buah botol air cebok (air Lysol dan air
bersih)
5. Tissue
6. Perlak alas
7. Selimut mandi
8. Handuk kecil
9. Air panas dan air dingin dalam tempatnya
c. Persiapan Tempat
1. Bekerja sebaiknya disebelah kanan pasien.
2. Tempatkan alat agar mudah bekerja.
3. Meminta pengunjung atau keluarga
menunggu diluar.
4. Jaga privasi pasien dengan memasang
sampiran atau menutup tirai.

Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Alat-alat didekatkan
3. Pasang selimut mandi
4. Kemudian pasang perlak alas dibawah bokong
pasien
5. Pakaian pasien bagian bawah dibuka, kemudian
bagian badan yg terbuka ditutup dengan selimut
atau kain penutup
6. Atur posisi litotomi
7. Pispot dipasang
8. Pispot disorongkan sampai terletak di bawah
bokong pasien, jika pasien tidak dapat
melakukannya sendiri, petugas membantu
menekukkan lutut dan mengangkat pinggul pasien
dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan
petugas menyorongkan pispot sedemikian rupa
sehingga posisinya tepat dan nyaman
9. Masase daerah simfisis dengan lembut
10. Bila memungkinkan, perdengarkan kran air
mengalir, diharapkan pasien dapat terangsang
untuk BAB
11. Jika belum juga berhasil, apabila memugkinkan,
atur posisi pasien duduk jongkok (posisi BAB)
dan anjurkan untuk mengedan supaya terangsang
untuk BAB
12. Bila pasien sudah selesai BAB, cebok pasien
13. Rapikan pasien dan alat

Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien

Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktek
(………………..………)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
==================================================================
CEKLIST PEMBERIAN NUTRISI SECARA ENTERAL
Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek Yang Dinilai Nilai
0 1 2
Definisi:
Pemberian makan secara lngsung kedalam lambung lewat
selang yang dimasukkan ke dalam lambung atau
hidung(nasogtrik) atau mulut (orogastrik).

Tujuan :
1. Memberikan nutrisi yang adekuat kepada pasien yang
tidak dapat makn sendiri.
2. Memberikan obat
3. Memberikan nutrisi kepada pasien yang tidak dapat
diberi makan lewat mulut dengan keadaan tidak sadar
atau koma.

Indikasi :
1. Anoreksia nervosa berat
2. Obstruksi saluran cerna
3. Cedera kepala dan leher
4. Intake oral yang sulit

Kontra indikasi :
1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
2. Penderita operasi esofagus dan lambung

Alat dan bahan :


Persiapan alat dan bahan dalam pelaksanaan praktik ini
adalah
1. Handscon
2. Spuit besar dengan ukuran 20-50 cc
3. Bengkok
4. Steteskop
5. Makanan formula
6. Wadah ukur
7. Air dalam wadah
8. Nampan ginjal
9. handuk
10. perlak alas

Tahap Pre Interaksi


1. Persiapan diri dan persiapan alat
2. Cuci tangan

Tahap orientasi
1. Memberi salam terapeutik, panggil klien dengan
panggilan yang disenangi.
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang keharasiaan

Tahap kerja
1. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya pada
pasien bahwa proses memberi makan tersebut akan
memakan waktu 10-20 menit. Jelaskan pula pada
pasien akan merasa penuh setelah selesei makan.
2. Periksa apakah ada alergi makanan, waktu makan
terakhir, bising usus dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
3. Letakkan wadah berisi makanan dalam air hangat.
4. Bantu pasien untu berada dalam posisi fowler(45
derajat).
5. Cuci tangan
6. Buka handuk dan perlak di atas dada pasien.
7. Pasang sarung tangan dan tempelkan spuit pada
selang nasogastric.
8. Aspirasi lambung. Bila ada keraguan terhadap posisi
selang.
9. Jika sisa isi lambng berada dalam batas normal dan
posisi selang sudah dpastikan. Kembalikan isi
lambung kedalam lambng dengan menggunakan spuit
yang menggunakan gya gravitasi untuk mengatur
aliran.
10. Bila posisi selang sudah dipastikan dalam
lambung.cubit tekanan selang makan dan pasang
tabung spuit makan keselang.
11. Isi tabung spuit dengan air dan biarkan cairan megalir
masuk akibat gaya gravitasi dengan meninggikan
tabung diatas kepala pasien.
12. Tuangkan makanan kedalam tabung spuit dan biarkan
mengalir akibat daya gravitasi. Teruskan menuang
makanan ke dalam lambung. Bila sudah tigaperempat
kosong.cubit tekanan selang kapanpun diperlukan
untuk menghentikan aliran ketika sedang menuang.
13. Setelah selesei memberi makan, bilas selang dengan
paling sedikit 30ml air putih.
14. Setelah selang sudah selsei dibilas. Tutup ujung
selang.
15. Bilas peralatan dengan air hangat dan kerigkan
16. Cuci tangan
17. Catat jenis dan jumlah makanan, jumlah air yang
diberikan
18. Pantau suara napas, biing usus, distensi lambung,
diare, konstipasi serta masukan dan keluaran
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang akan dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien

Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah klien
tidak menelan obat dan apakah dapat diabsorbsi seluruhnya.

Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan( waktu pelaksanaan,
respon klien, hasil ).

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna
Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CHECKLIST PERAWATAN KOLOSTOMI


Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….
ASPEK YANG DINILAI NILAI
Definisi : 0 1 2
Menjaga higienitas dengan mengosongkan kantung
kolostomi dan membesihkan lokasi kolostomi secara
teratur
Tujuan :
1. Mencegah kebcoran
2. Mencegah ekskoriasi kulit dan stoma
3. Memantau stoma dan kulit sekitarnya
4. Mengajarkan pasien dan keluarganya mengenai
cara perawatan kolostomi dan kantong
penampungnya
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi :
1. Atresia Ani.
2. Penyakit peradangan usus akut
3. Tidak memiliki anus (imperforata anus)
4. Hirschsprung
Kontraindikasi :
1. Irritabable bowel syndrom.
2. Stoma pada kolon asenden dan transversum.
3. Stoma prolpas dan hernia peristoma.
4. Pasien dengan urostomi, ileotomi.
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
d. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, pengenalan diri anda, dan
indentifiksi klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien.
3. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
b. Persiapan Alat dan Bahan
1. Kantung kolostomi baru.
2. 1 set rawat luka (pinset, komkecil, gunting).
3. Waslap atau kasa.
4. Salep zinc oksida
5. Pispot dengan pentup
6. Pelapis kulit
7. Kasa steril, plester.
8. Bengkok dan perlak pengalas.
9. Sarung tangan.
10. Kantung plastik untuk sampah.
11. Baskom air hangat.
12. Sabun ringan (tanpa minyak, parfum, atau
krim).
c. Persiapan Tempat
1. Bekerja sebaiknya disebelah kanan pasien.
2. Tempatkan alat agar mudah bekerja.
3. Meminta pengunjung atau keluarga menunggu
diluar.
4. Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
atau menutup tirai.
Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur umum pada klien.dan jelaskan
bagaimana ia dapat bekerja sama.
R: Membantu mendapatkan kerja sama dari
pasien
3. Ambil semua peralatan yang diperlukan dan
letakkan didekat perawat
R: Pengaturan yang baik memudahkan
melakukan kerja.
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
R: Mencegah penyebaran mikroorganisme
5. Berikan privasi dan bantu pasien berada pada
posisi yang nyaman (fowler,semifowler,berdiri
atau duduk dikamar mandi.)
R: Posisi yang baik memungkinkan pasien untuk
melihat bagaimana prosedur dilakukan sebagai
persiapan belajar.
6. Kosongkan kantung yang sudah terisi sebagian ke
dalam pispot bila kantung tersebut mempunyai
saluran pembuangan.
R: Mengosongkan kantung sebelum melepas
kantung akan mencegah tumpahnya feses.
Kantung yang penuh dapat lepas dan bocor.
7. Lepas kantung secara perlahan mulai dari bagian
atas sambil mengencangkan kulit perut. Jika ada
tahanan, gunakan air hangat atau zat anti perekat
untuk memudahkan pelepasan
R: Pelepasan secara perlahan melindungi kulit
dibawahnya dari cedera dan meminimalisasi rasa
tidak nyaman pada pasien
8. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa
feses dari stoma. Tutup stoma dengan kasa
R: Kasa menyerap secret apapun yang keluar dari
stoma sambil membersihkan kulit.
9. Bersihkan dn keringkan stoam secara perlahan.
Sabun dan zat pembersih ringan dapat digunakan
sesuai peraturan institusi.
10. Periksa tampilan kulit disekitar stoma dan stoma
itu sendiri. Stoma berwarna pink kemerahan dan
agak basah dianggap normal.
R: Perubahan pada tampilan normal dapat
merupakan indikasi adanya anemia, gangguan
sirkulasi, dan harus dilaporkan pada dokter.
11. Oleskan pelindung kulit jenis pasta (zinc oksida )
jika diperlukan dan biarkan pasta mengering
selama 1-2 menit.
R: Membuat permukaan menjadi mulus untuk
penempelan pelapis kulit dan kantung.
12. Tempelkan pelindung kulit dan kantung secara
bersamaan
a. Pilih ukuran lubang stoma dengan memakai
panduan ukuran stoma.
b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada
bagian belakang tengah pelapis kulit.
c. Gunakan gunting untuk memotong lubang 6
mm atau 3 mm lebih besar dari stoma.
d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit untuk
memaparkan bagian yang lengket.
e. Angkat kasa yang menutupi stoma.
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung pada
stoma dan tekan ke kulit secara perlahan
sambil meratakan kerutan. Tahan kantung
pada tempatnya selama 5 menit.
R : Menempelkan pelapis kulit dan kantung
secara bersamaan pada stoma memudahkan
pemasangan bagian pasien. Penempelkan
kantung yang baik akan mencegah keluarnya
bau tidak sedap dan feses dari dalam kantung.
Tahap Terminasi
9. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
10. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
11. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
12. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna
Penguji Praktek

(…………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
==================================================================
CECKLIST PEMASANGAN NGT
Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Definisi :
NGT (nasogastric tube) adalah suatu tindakan memasukkan selang
melalui nasal kegaster ke lambung untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien
Tujuan :
1. Memasukkan makanan dan cair atau obat-obatan cair atau padat
yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam
lambung
3. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah
pembedahan atau trauma
5. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboraturium
6. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran
pencernaan (tujuan diagnostik)
Indikasi :
1. Pasien tidak sadar atau koma
2. Pasien dengan kesulitan menelan
3. Pasien yang keracunan
4. Pasien yang muntah darah
5. Pasien pra dan post operasi esophagus atau mulut
6. Pasien dengan masalah gangguan saluran pencernaan atas
7. Pasien pasca operasi pada mulut, faring atau esophagus
8. Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap

Kontra Indikasi :
1. Pasien dengan tumor di rongga hidung atau esophagus
2. Pasien yang mengalami cidera celebrospinal
3. Pasien trauma cervikal
4. Pasien dengan fraktur facialis
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Cuci tangan
2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Memvalidasi data pasien
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
6. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
7. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam
8. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
9. Privacy klien selama komunikasi dihargai
10. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan
tindakan
11. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )

b. Persiapan Alat
1. Bak instrumen berisi: kassa, spuit 10 cc, selang NGT (No.
5-7 u/bayi, No 8-14 untuk anak-anak, No 14-20 untuk
dewasa)
2. Jelly
3. Nierbekken/ bengkok 1 buah
4. perlak pengalas
5. Plester dan gunting
6. Air dalam kom kecil
7. Handuk kecil 1 buah
8. Stetoskop 1 buah
9. Arteri klem
10. Pinset anatomi
11. Handscoon
12. Tissu
13. senter
c. Persiapan Pasien :
1. Pasien dalam posisi semi fowler (pada anak2)
2. Dibedong (pada bayi)
d. Persiapan Lingkungan
1. Sampiran

Tahap Orientasi :
5. Beri salam dan memperkenalkan diri
6. Identifikasi nama pasien
7. Menjelaskan tujuan tindakan
8. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Dekatkan alat kesamping klien
2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Cuci tangan
4. Bantu klien pada posisi semi fowler/ fowler
5. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tissue wajah dalam
jangkauan klien
6. Gunting plester 10 cm
7. Memakai sarung tangan
8. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rilex dan
bernapas normal dengan menutup satu hidung kemudian
mengulanginnya dengan menutup hidung yang lain.
9. Mengukur panjang selang yang akan dimasukan dengan
menggunakan
 Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga
bawah dan ke prosesus xifoideus di sternum.
 Metode hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan
pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang
akan dimasukan pertengahan antara 50 cm dan tanda
tradisional.
10. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan
menggunakan plester.
11. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10 – 12 cm
12. Ingat kan klien untuk mengatur posisi kepala hiper ekstensi,
masukan selang melalui lubang hidung yang telah ditentukan
13. Lanjutkan memasukan selang sepanjang rongga hidung. Jika
terasa agak tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksa untuk
dimasukkan
14. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring .
setelah melewati nasofaring ( 3-4 cm). Anjurkan klien untuk
menekuk leher dan menelan
15. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air
minum ( jika perlu), tekankan pentingnya bernafas lewat mulut
16. Jangan memasakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan
atau klien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang.
Periksa posisi selang dibelakang tenggorokan dengan
menggunakan sudip lidah dan senter.
17. Jika telah selesei memasang NGT sampai ujung yang telah
ditentukan anjurkan klien rilex dan bernapas normal
18. Periksa letak selang dengan :
 Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian
diafragma steteskop pada perut dikuadran kiri atas klien
(lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara
bersamaan dengan auskultasi abdomen.
 Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung.
 Memasukan ujung bagian luar selang NGT kedalam
mangkuk yang berisi air. Jika terdapat gelembung
udara, selang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak
terdapat gelembung udara, selang masuk ke dalam
lambung.
19. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada
hidung.
 Potong 10 cm plester, belah menjadi 2 sepanjang 5 cm
pada salah satu ujungnya, memasang ujung yang tidak
dibelah pada batang hidung klien dan silang kan plester
pada selang yang keluar dari hidung.
 Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan
memasang plester pada ujungnya dan peniitikan pada
baju.
20. Evluasi klien setelah terpasang NGT
21. Rapikan alat-alat
22. Cuci tangan

Tahap Terminasi :
4. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan
keluhan pasien
5. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
6. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PERAWATAN TRAKEOSTOMI


Nama :
NIM :
ASPEK YANG DINILAI NILAI
Definisi : 0 1 2
Perawatan treakestomi meliputi mengganti selang
trakeostomi, membersihkan lokasi trakeostomi, dan
perban di sekitar trakeostomi.

Tujuan :
1. Mempertahankan patensi jalan napas
2. Mencegah infeksi pada lokasi trakeostomi
3. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan
mecegah ekskoriasi kulit disekitar lokasi
trakeostomi
4. Memberikan rasa nyaman
5. Memeriksa kondisi ostomi
Indikasi :
1. Gangguan saluran pernapasan congenital atau
bawaan lahir
2. Luka di saluran pernapasan akibat menghirup
bahan korosif
3. Penyakit paru obstruktifkronis (PPOK)
4. Disfungsi diafragma
5. Infeksi berat
6. Luka pada laring/laringe tomi
7. Luka di dinding dada
8. Luka bakar atau operasi besar pada wajah
9. Kondisi yang memerlukan bantuan pernapasan
atau ventilator yang berkepanjangan misalnya
lumpuh.
10. Penyumbatan saluran pernapasan oleh benda
asing atau tumor.
11. Apnea tidur, karena adanya sumbatan pada jalan
napas.
12. Syok anafilaktik
13. Kelumpuhan otot yang digunakan untuk
menelan
14. Koma
15. Cedera mulut atau leher yang parah
16. Kelumpuhan pita suara
17. Kanker leher
18. Edema karena trauma atau respon allergi.
19. Ketidak mampuan untuk membersihkan
skresitracheo bronchial.

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
a. PersiapanPasien
1. Berikan salam, pengenalan diri anda, dan
indentifiksi klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien.
3. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.

b. PersiapanAlatdanBahan
1. Pot kecil (3).
2. Duk steril.
3. Sikat nilon/ sikat selang steril.
4. Potongan persegi kasa steril.
5. Pita pengikat trakeostomi.
6. Kateter penghisap steril.
7. Hidrogen peroksida.
8. NaCl 0,9%.
9. Sarung tangan steril (2 pasang).
10. Gunting bersih.
11. Masker wajah dan pelindung mata (opsional).
12. Nampan.
13. Alas tidak tembus air.
14. Handuk steril.
15. Alat perlengkapan penghisap.

c. PersiapanTempat
1. Bekerja sebaiknya disebelah kanan pasien.
2. Tempatkan alat agar mudah bekerja.
3. Meminta pengunjung atau keluarga menunggu
diluar.
4. Jaga privasi pasien dengan memasang
sampiran atau menutup tirai.

TahapKerja
13. Periksa kondisi stoma: kemerahan, bengkak, ciri
secret, adanya nanah atau perdarahan.
14. Periksa leher untuk mengetahui ada tidaknya
emfisema subkutan yang ditandai oleh adanya
krepitasi di sekitar lokasi ostomi.
15. Jelaskan prosedur pada pasien dan ajarkan cara
berkomunikasi seperti mengedipkan mata atau
mengangkat jari untuk memberitahukan bila pasien
merasa nyeri atau sesak.
16. Bantu pasien berada dalam posisi semi-Fowler dan
letakkan alas tahan air pada dada.
17. Cuci tangan secara menyeluruh.
18. Kumpulkan peralatan:
1. Buka set trakeostomi steril, tuangkan hydrogen
peroksida dan NaCl 0,9% sterildalam pot kecil
yang terpisah.
2. Buka perlengkapan steril lainnya sesuai
kebutuhan termasuk aplikator.
3. Pakai masker wajah dan pelindung mata.
19. Pakai sarung tangan. Letakkan handuk steril pada
dada pasien.
20. Mengisap keseluruhan panjang selang trakeostomi
dan faring secara menyeluruh.
21. Cuci kateter pengisap dan buang.
22. Buka kanul dalam (bila ada) dan lepas dengan cara
menariknya keluar secara perlahan kearah Anda
segaris dengan garis kelengkungannya. Letakkan
kanul dalam pada mangkuk berisi larutan hydrogen
peroksida (juga bias untuk selang yang mempunyai
kanul dalam dan luar)
23. Lepaskan perban trakeostomi yang kotor, buang
perban dan sarung tangan.
24. Pakai sepasang sarung tangan steril yang kedua.
25. Bersihkan penahan selang menggunakan aplikator
steril atau kasa yang dibasahi dengan hydrogen
peroksida kemudian dengan NaCl. Gunakan setiap
aplikator hanya sekali.
26. Bersihkan area stoma dengan kasa
1. Dapat menggunakan hydrogen peroksida
setengah bagian (dicampurNaCl)
2. Bersihkan area secara menyeluruh
menggunakan kasa persegi yang dibasahi
NaCl.
27. Kerigkan stoma dengan kasa steril kering. Luka
yang terinfeksi dapat dibersihkan dengan kasa yang
dibasahi dengan larutan antiseptic, kemudian
keringkan.
28. Lapisan tipis salep antibiotic pada stoma
menggunakan kapas usap.
29. Bersihkan kanul dalam:
1. Angkat kanul dalam dari larutan perendam.
2. Bersihkaan lumen dan seluruh kanul secara
menyeluruh menggunakan sikat.
3. Bilas kanul yang sudah dibersihkan dengan
NaCl (mengocok kanul dalam wadah berisi
NaCl juga bias dilakukan untuk
membersihkannya).
4. Tepuk-tepuk kanul secara perlahan bagian
dalam wadah NaCl setelah dibilas.
30. Pasang kembali kanul dalam dan fiksasi pada
tempatnya:
1. Memasukkan kanul dalam dengan
menggenggam penahan luar dan
mendorongnya sesuai arah kelengkungannya.
2. Kunci kanul pada tempatnya dengan
mengembalikan posisi kunci (bila ada)
31. Pasang perban steril:
1. Buka dan lipat ulang kasa perban 4x4 menjadi
bentuk ‘V’ dan letakkan di bawah penahan
selang trakeostomi. Jangan memotong
potongan kasa.
2. Pastikan bahwa selang sudah difiksasi sambil
memasang perban.
3. Ganti tali trakeostomi:
1) Biarkan tali yang kotor pada tempatnya
sampai tali yang baru dipasang.
2) Potong tali dengan panjang dua kali lipat
lingkar leher ditambah 10 cm. potong
ujung tali secara diagonal.
3) Pasang tali yang baru.
a) Genggam ujung tali yang bersih dan
tarik melewati lubang pada satu sisi
selang trakeostomi.
b) Tarik ujung tali yang lain melewati
celah trakeostomi pada sisi yang
lainnya.
c) Ikat tali disamping leher dengan
menggunakan simpul mati.
d) Ubah simpul dari satu sisi kesisi yang
lain setiap kali tali diganti.
e) Ikatan harus cukup kuat untuk
memfiksasi selang pada stoma, dan
cukup longgar untuk memungkinkan
dua jari masuk diantara tali dan leher.
f) Lepaskan tali yang lama secara
perlahan.

TahapTerminasi
13. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
14. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
15. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
16. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien

TahapDokumentasi
Catat semua informasi yang relevan pada status pasien
1. Pengisapan yang dilakukan
2. Perawatan trakeostomi yang dilakukaan
3. Penggantian perban
4. Observasi

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktik

(……………..……………..)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST TERAPI NEBULISASI


Nama :
NIM :
Aspek Yang dinilai Nilai

0 1 2
Definisi :
Nebulisasi adalah Proses memencerkan obat cair
menjadi partikel-partikel mikroskopik (aerosol) dan
memasukkannya ke dalam paru-paru ketika pasien
melakukan inspirasi.

Tujuan :
1. Memberikan obat langsung ke saluran pernapasan
untuk mengeluarkan sputum
2. Mengurangi kesulitan mengeluarkan secret
pernapasan yang kental dan lengket
3. Meningkatkan kapasitas vital
4. Meringankan sesak napas.

Persiapan alat
1. Kompresor udara
2. Selang penghubung
3. Nebuliser
4. Obat-obat dan larutan NaCl
5. Air steril
6. Bola-bola kapas
7. Sungkup muka
8. Pot sputum dengan desinfektan
9. Tisu sekali pakai
10. Nampan ginjal

Cara Kerja :
1. Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan
rencana asuhan keperawatan
2. Pantau denyut jantung sebelum dan sesudah terapi
pada pasien yang memakai obat-obatan
bronkodilator
3. Jelaskan prosedur pada pasien. Terapi ini
bergantung pada usaha pasien.
4. Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman
atau posisi semi fowler
5. Tambahkan obat dan Nacl atau air steril sesuai
dosis yang diresepkan kedalam nebulizer.
Sambungkan selang ke kompresor. Akan keluar
uap halus yang keluar dari alat.
6. Pasang sugkup pada wajah pasien untuk menutupi
mulu dan hidungnya serta instruksikan pasien
untuk menrik napas kemudian menghembuskan
napas beberapa kali.
7. Amati pengembangan dada untuk memastikan
pasien menarik napas dalam
8. Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan
dalam sampai semua obatnya habis di nebulisasi
9. Setelah selesei terapi anjurkan pasien untuk batuk
setelah beberapa tarik napas dalam
10. Amati pasien apakah ada efek samping akibat
terapi tadi atau tidak
11. Catat obat-obat yang digunakan dan jelaskan secret
yang dikeluarkan
12. Bongkar dan bersihkan nebulizer setiap selesei
digunakan. Simpan alat dikamar pasien . selang
diganti 24 jam
13. Cuci tangan

Tahap terminasi:
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien

Tahap Dokumentasi:
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tapi tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan sempurna
Penguji Praktik

(……………..……………..)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CHEKLIST PERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG WSD


Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
DEFINISI :
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura,
rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.

TUJUAN :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga
pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga
dada

INDIKASI:
1. . Pneumothoraks:
a. pontan > 20% oleh karena rupture bleb
b. Luka tusuk tembus
c. Klem dada yang terlalu lama
d. Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2. Hemothoraks:
a. Robekan pleura
b. Kelebihan antikoagulan
c. Pasca beda thorak
3. Thorakotomy:
a. Lobektomy
b. Pneumoktomy
4. Efusi pleura: Post operasi jantung
5. Emfiema:
a. Penyakit paru serius
b. Kondisi inflamsi

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
f. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
9. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan)

g. Persipan alat
1. Troli
2. Tempat botol drainase dada
3. Botol drainase dada steril dengan penutup dua atau
tiga jalur
4. Selang panjang dan pendek (plastic/kaca)
5. Air steril/Nacl
6. Pengukur volume cairan yang steril (opsional)
7. Klem bersih 2 buah (ujungnya dibungkus karet)
8. Set perban steril
9. Sarung tangan steril
10. Masker bersih
11. Plester tahan air
12. Gunting
13. Wadah penampung bahan kotor sekali pakai

TAHAP ORIENTASI
12. Memberi salam
13. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
14. Memperkenalkan nama perawat
15. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
16. Menjelaskan kerahasiaan

TAHAP KERJA
a. Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan
keperawatan terkait instruksi khusus
b. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya kepada
pasien dan keluarganya
c. Pantau tanda vital
d. Kumpulkan peralatan
e. Berikan privasi
f. Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
g. Persiapkan botol drainase dada
a. Untuk system satu botol
1) Buka sebuah botol steril berlubang dan
masukkan air steril. Pastikan ujung distal
tabung panjang terendam dalam air sepanjang
2-3 cm.
2) Tandai ketinggian air pada botol.
3) Masukkan tabung panjang dan pendek lewat
penutup dua jalur masuk ke dalam botol
b. Untuk system dua botol
Pada pemakaian system dua botol, botol pertama
digunakan untuk menampung cairan dan udara dari
rongga pleura dan botol kedua berperan sebagai
ruang segel air.
Untuk mengganti botol-botol diperlukan:
1) Siapkan botol segel air seperti yang disebutkan
di atas
2) Siapkan botol dua lubang kosong yang steril
lainnya beserta dua tabung pendek.
3) Sambungkan kedua botol.
c. Untuk system tiga botol
Pada system tiga botol, botolmpertama digunakan
untuk menampung cairan dan udara dari rongga
pleura, botol kedua berperan sebagai ruang segel air,
dan botol ketiga untuk mengontrol jumlah
penghisapan.
1) Siapkan botol pertama dan kedua seperti pada
system dua botol
2) Masukkan 20 cm air steril pada botol steril
ketiga
3) Masukkan dua tabung pendek dan panjang
lewat penutup tiga jalur masukkan ke dalam
botol
4) Sambungkan semua botol.
h. Pastikan botol tersimpan dalam tempat botol
i. Posisikan pasien duduk secara nyaman
j. Jepit selang drainase interkosta dengan menggunakan
dua klem. Klem yang satu diposisikan 4 - 6,5 cm dari
lokasi penusukan dan klem kedua, diposisikan 2,5 cm
dibawahnya
k. Lepaskan sambungan botol/botol-botol lama dari
selang dada.
l. Sambungkan kembali botol/botol-botol baru
m. Posisikan botol-botol 0,5 – 1 m dibawah dada pasien.
n. Lepaskan jepitan selang dada
o. Amati adanya fluktuasi berulang, ketinggian air pada
ujung distal selang dada (naik turun).
p. Rekatkan secara longgar selang drainase dada pada
pakaian pasien
q. Posisikan kembali pasien secara nyaman diatas ranjang
r. Cuci dan keringkan tangan
s. Catat prosdurnya
t. Lanjutkan pemantauan pasien

TAHAP TERMINASI
17. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
18. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
19. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
20. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktik
(……………..……………..)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMASANGAN OKSIGEN MELALUI MASKER

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

ASPEK YANG DINILAI NILAI


Definisi : 0 1 2
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam
atmosphir lingkungan. Pada ketinggian air laut
konsentrasi oksigen dalam ruangan 21 % (Brunner &
Suddarth, 2002).
Tujuan :
1. Membantu menambah oksigen pada klien dalam
keadaan anoxia, hypoxia atau sesak nafas (sebagai
akibat dari fungsi paru terganggu atau sirkulasi
darah terganggu).
2. Membantu kelancaran metabolisme.
3. Sebagai terapi.
4. Mencegah hypoxia.

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi :
1. Gagal nafas.
2. Gangguan jantung (gagal jantung).
3. Kelumpuhan alat pernafasan.
4. Perubahan pola nafas.
5. Keadaan gawat (misalny koma).
6. Trauma paru.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar.
8. Post operasi. Keracunan karbon monoksida.

Kontraindikasi :
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru
Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan
maka pemasangan masker partial rebreathing dan
non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan
gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan
jenis masker reabreathing dan non reabreathing
dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi
yang tinggi yaitu sekitar 90 – 95%.
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang
mengalami muntah-muntah.
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari
pemakaian nasal kanul.

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
e. Persiapan Pasien
4. Berikan salam, pengenalan diri anda, dan
indentifiksi klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
5. Jelaskan tentang perosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan
klien.
6. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
d. Persiapan Alat dan Bahan
1. Tabung oksigen dengan manometer.
2. Pengukuran aliran (flow meter).
3. Humidifier berisi aquades sampai batas untuk
melembabkan udara.
4. Slang oksigen.
5. Masker oksigen.
6. Gunting dan plester.

e. Persiapan Tempat
5. Bekerja sebaiknya disebelah kanan pasien.
6. Tempatkan alat agar mudah bekerja.
7. Meminta pengunjung atau keluarga menunggu
diluar.
8. Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
atau menutup tirai.

Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Alat-alat didekatkan.
3. Klien diatur dalam posisi semi fowler.
4. Isi tabung diperiksa dan dicoba.
5. Slang oksigen dihubungkan dengan masker
oksigen.
6. Apabila menggunakan masker oksigen masker
dipasangkan/disungkupkan pada mulut dan
hidung, tali masker diikatkan dibelakang kepala.
Adapun macam masker oksigen dan
konsentrasinya:
7. Membuka flow meter untuk mengatur aliran
oksigen sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2 -3
liter/menit).
8. Klien ditanyakan apakah sesaknya berkurang.
9. Alat-alat yang tidak dipakai dikembalikan
ketempat semula.
10. Pemberian oksigen dapat secara continue, selang
seling atau dapat dihentikan, tergantung pada
program pemberian.
11. Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi,
nasal canule oksigen diangkat, saluran oksigen
ditutup.
12. Klien dirapikan dan alat-alat dibereskan.
13. Observasi tanda-tanda vital, khususnya respirasi.

Tahap Terminasi
21. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
22. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
23. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
24. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien

Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktik

(……………..……………..)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMBERIAN INHALASI / OKSIGEN MASKER


REABREATHING DAN NON REABREATHING
Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….
ASPEK YANG DINILAI NILAI
Definisi : 0 1 2
Pemberian inhalasi/oksigen merupakan cara pemberian ke
dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat oksigen.

Tujuan :
1. Mememnuhi kebutuhan oksigen (mempertahankan
PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %).
2. Mencegah terjadinya hipoksia.

Indikasi dan Kontraindikasi


 Indikasi masker reabreathing :
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan
sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat.
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 60%-80%.

 Kontraindikasi masker reabreathing :


Klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen
<60%.

 Indikasi masker non reabreathing :


1. Klien gagal jantung yang tidak sadar dan
membutuhkan oksigen >70%.
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dispnea,
sianosis,apnea.
3. Klien yang membutuhkan oksigen dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit dan konsentrasi
oksigen hingga 90%.

 Kontraindikasi masker non reabreathing


Klien PPOK dan mengalami muntah-muntah
Tahap Pre interaksi
b. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, pengenalan diri anda, dan
indentifiksi klien dengan memeriksa identitas klien
dengan cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman.
c. Persiapan Alat dan Bahan
1. Set oksigen (tabung oksigen, oksigen, flowmeter,
humidifier).
2. Air steril.
3. Plester non iritan.
4. Makser reabreathing atau non reabreathing (sesuai
kebutuhan dan ukuran).
5. Sarung tangan bersih.

Tahap Kerja
1. Ucapkan salam terapeutik.
2. Lakukan evaluasi/validasi.
3. Terangkan prosedur pada klien.
4. Cuci tangan.
5. Menggunakan sarung tangan bersih.
6. Hubungkan selang oksigen ke humidifier dengan
aliran rendah, selang tidak tertekuk dan sambungan
paten.
7. Ada gelombang udara pada humidifier.
8. Isi oksigen ke dalam kantung dengan cara menutup
lubang antara kantung dengan sungkup, terasa
oksigen keluar dari masker.
9. Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup
dengan rapat dan nyaman.
10. Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan
terisi saat ekspirasi dan hampir kuncup waktu
inspirasi.
11. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang
dari hidung ke bawah.
12. Lingkarkan karet sungkup pada klien agar sungkup
muka tidak lepas.
13. Alirkan oksigen (sesuai kebutuhan).
14. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam (sesuai
kondisi dan keadaan umum pasien).
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktik

(……………..……………..)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM
CHECKLIST PEMASANGAN SUCTION
Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Definisi :
Tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga
memungkinkkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.

Tujuan :
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).

Indikasi :
1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup
2. Pasien yang koma.
3. Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot
pernafasan.
4. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun.
5. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia
sendiri sulit untuk mengeluarkannya.

Kontra Indikasi :
1. Pasien dengan stridor.
2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal.
3. Pulmonary oedem.
4. Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru.

Persiapan Alat :
1. Kateter steril
2. Mesin Suction
3. Kom yang berisi larutan Nacl
4. Bengkok
5. Kasa atau handuk
6. Sarung tangan steril
7. Perlak pengalas
8. Masker
9. Pelumas
10. Tong spatel
11. Kom yang berisi Air desinfektan
12. Tissue
13. Baskom
Pelaksanaan
1. Persiapan Lingkungan :
Pasang sampiran
2. Persiapan Pasien :
1. Pada pasien sadar dengan refleks muntah fungsional untuk
penghisapan oral pada posisi semi fowler,dengan kepala
menoleh ke satu sisi,tempatkan klien tersebut untuk
penghisapan nassal.pada posisi semi fowler dengan leher
hiper ekstensi.
2. Pada pasien yang tidak sadar berbaring miring atau
menghadap perawat.

Tahap Pre Interaksi :


1. Siapkan alat-alat
2. Cuci tangan
3. Evaluasi kebutuhan klien

Tahap Orientasi :
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan

Tahap Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Kenakan sarung tangan yang tidak steril.
3. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin
penghisap dan ujung lain dengan kateter penghisap
yankauer. Isi mangkung dengan air.
4. Periksa apakah berfungsi dengan baik dengan menghisap
sejumlah air dimangkuk.
5. Pindahkan masker oksigen jika terpasang.
6. Masukkan kateter kedalam mulut sepanjanga garis gusi
kefaring. Gerakan kateter mengelilingi lubang mulut sampai
sekresi terangkat.
7. Dorong klien untuk batuk. Angkat makser oksigen.
8. Bersihkan kateter dengan air didalam mangkuk atau
waskom, sampai selang terhubung bersih dengan sekresi.
Matikan penghisap.
9. Kaji kembali status pernapasan klien.
10. Angkat handuk, letakkan dikantung kotor untuk dicuci.
Lepaskan sarung tangan dan buang diwadah.
11. Reposisikan klien; posisi sim mendorong drainase dan harus
digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat
kesadaran.
12. Buang air yang tersisa kedalam wadah yang tersedia.
13. Tempatkan selang penghubung didaerah kering dan bersih.
14. Cuci tangan.

Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.

Tahap Evaluasi :
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan.
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………….…….)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST FISIOTERAPI DADA


Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :………………………………………………………………….
Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi:
Metode yang memfasilitasi fungsi pernafasan dengan mengeluarkan
secret yang lengket, kental dari system pernafasan dengan
menggunakan teknik perkusi, vibrasi, dan drainase postural.

Tujuan :
Melepaskan sekret kental dari dinding bronkus pada keadaan –
keadaan seperti bronkiektasis dan bronckitis kronis.

Indikasi :
1. Pasien yang menghasilkan banyak sputum
2. Pasien dengan resiko atelektasis
Kontraindikasi :
1. Abses paru tanpa drainase
2. Tumor paru
3. Pneumotoraks
4. Penyakit dinding dada
5. Perdarahan paru/ hemoptisis
6. Kondisi dimana dada sangat nyeri, seperti pada efusi pleura
7. Tuberculosis
8. Osteoporosis
9. Tekanan intracranial yang meningkat
10. Cedera medulla spinalis
Persiapan alat :
1. Bantal
2. Pos sputum dengan desinfektan
3. Kertas tissue
4. Ranjang yang dapat disetel
5. Nampan ginjal
6. Stetoscop
7. Handuk
Tahap pra interaksi:
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap Orientasi :
9. Beri salam dan memperkenalkan diri
10. Identifikasi nama pasien
11. Menjelaskan tujuan tindakan
12. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan

Tahap kerja :
1. Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan rencana
asuhan keperawatan
2. Jelaskan prosedurnya pada pasien dan periksa kapan terakhir
kali pasien makan
3. Cuci tangan dan keringkan
4. Instruksikan pasien untuk melakukan pernafasan diafragmatik
5. Posisikan pasien pada posisi drainase postural yang
diinstruksikan setelah berkonsultasi dengan dokter
6. Tutup area tersebut dengan handuk
7. Perkusi.
Tepuk dinding dada dengan tangan tertangkup selama 1
sampai 2 menit pada setiap area paru dan biarkan pasien tetap
bernafas normal, perkusi dari :
a. Iga bawah sampai ke bahu belakang.
b. Iga bawah sampai dada atas depan
Hindari menepuk tulang belakang, Hati, ginjal, limfa
payudara, klavikula atau sternum
8. Vibrasi
Pindahkan handuk dan letakkan tangan, dengan telapak
tangan pada area dada yang akan didrainase dengan satu
tangan berada di atas tangan yang lainnya dan jari – jari
dirapatkan atau letakkan tangan saling bersebelahan.
9. Instruksikan pasien untuk menarik napas dalam
menghembuskan napas perlahan lewat bibir yang
dikerucutkan dan lakukan pernafasan perut
10. Tegangkan semua otot – otot tangan dan lengan serta
vibrasikan tangan khususnya bagian bawah telapak tangan
dengan tekanan sedang selama ekspirasi
11. Hentikan vibrasi dan lepaskan tekanan pada saat inspirasi
12. Lakukan vibrasi selama 5 ekshalasi pada setiap area paru –
paru yang sakit. Setelah 3-4 vibrasi, dorong pasien untuk
batuk atau meniup dengan kencang dan mengeluarkan sputum
ke dalam pot sputum
13. Biarkan pasien beristirahat selama beberapa menit
14. Auskultasi dengan stetoscop untuk mendeteksi perubahan
suara napas
15. Ulangi siklus perkusi dan vibrasi sesuai toleransi dan kondisi
klinis pasien, biasanya selama 10-15 menit
16. Cuci tangan
17. Bantu pasien kembali ke posisi nyaman
18. Bantu melakukan perawatan hygine oral. Memberikan
kenyamanan dengan menghilangkan bau tidak sedap di dalam
mulut
19. Catat prosedur dan respon pasien pada catatan perawat
Tahap Terminasi :
7. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan
keluhan pasien
8. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
9. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST DRAINASE POSTURAL


Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :………………………………………………………………….
Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi:
Drainase postural adalah pembersihan sekret dengan gaya gravitasi dari
bagian bronkus tertentu dengan menggunakan satu atau lebih dari sepuluh
posisi yang berbeda.
Tujuan :
menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh
akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual,
muntah dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
Indikasi :
1. Pasien yang memakai ventilasi
2. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
3. Pasien yang produksi sputum meningkat
4. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
Kontraindikasi :
1. Tekanan intrakranial yang meningkat
2. Ketidakstabilan kepala atau cedera leher
3. Perdarahan aktif dengan ketidakstabilan hemodinamik
4. Operasi atau cedera medula spinalis yang belum lama terjadi
5. Empiema
6. Fistula bronkopleura
7. Fraktur iga
8. Tumor paru
9. Penyakit dinding dada
10. Perdarahan pada saluran pernapasan
11. Kondisi dimana dada sangat nyeri
12. Tuberkulosis
13. Osteoporosis
Persiapan alat :
1. Tempat tidur
2. bantal
3. Satu gelas air
4. Tissue
5. Perlak alas
6. Pot sputum
Tahap pra interaksi:
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Indikasi pasien dan periksa instruksi dokter terkait instruksi
drainase postural
2. Periksa kemungkinan gangguan pada fungsi pembersihan jalan
nafas
3. Identifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
untuk melakukan drainase postural seperti kelainan pada rontgen
dada yang menunjukan adanya atelektasis, pneumonia,
bronkiektasis, proses batuk yang tidak efektif disertai sputum yang
lengket dan kental serta bunyi napas mengi, ronki, dan gemericik
4. Identifikasi segmen bronkus mana yang perlu didrainase dengan
melihat laporan foto rontgen dada. Auskultasi semua lapang paru-
paru untuk mendengar adanya mengi, ronki, dan gemericik, palpasi
semua lapang paru-paru untuk mengidentifikasi krepitasi, fremitus,
dan pengembangan dada
5. Cuci tangan
6. Pilih area yang terbendung yang akan didrainase berdasarkan
pemeriksaan semua lapang paru-paru, data klinis, dan data foto
rontgen dada
7. Posisikan pasien pada posisi untuk mendrainase area yang
terbendung. Area yang dipilih berbeda-beda antar pasien. Bantu
pasien untuk memposisikan tubuhnya sesuai kebutuhan. Ajarkan
pasien posisi tubuh, lengan dan tungkai yang benar dan letakan
bantal untuk menopang dan memberi kenyamanan
8. Instruksikan pasien untuk tetap berada dalam posisi tersebut selama
10-15 menit
9. Selama 10 sampai 15 menit drainase pada setiap posisi tubuh,
lakukan perkusi dan vibrasi dada pada area yang sedang didrainase
10. Setelah 10-15 menit drainase pada posisi pertama, posisikan pasien
duduk dan instruksikan pasien untuk batuk. Tampung sekret yang
dikeluarkan di dalam wadah yang bersih. Jika pasien tidak dapat
batuk, lakukan penyedotan.
11. Biarkan pasien beristirahat sebentar bila perlu
12. Berikan beberapa teguk air pada pasien
13. Ulangi prosedur sampai semua area terbendung yang dipilih sudah
didrainase. Setiap terapi tidak boleh melebihi 20-30 menit.
14. Cuci tangan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan keluhan
pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan pasien

Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(…………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST IRIGASI KATETER

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Membilas kandung kemih dengan menggunakan larutan khusus.

TUJUAN:
1. Membilas bekuan darah dan sedimen keluar dari kateter dan
kandung kemih
2. Memasukkan obat ke kandung kemig
3. Untuk mempertahan kan kepatenan kateter urine
4. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya
penyumbatan kateter urine, misalnya oleh darah dan pus
5. Untuk membersihkan kandung kemih
6. Untuk mengobati infeksi lokal

INDIKASI:
1. Kateter yang mengalami penyumbatan oleh darah, pus atau
sendimen yang terkumpul di dalam selang dan menyebabkan
distensi kandung kemihserta menyebabkan urin tetap berada
ditempatnya
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
h. Persiapan Pasien
19. Mengucapkan salam terapeutik
20. Memperkenalkan diri
21. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
22. Privacy klien selama komunikasi dihargai
23. Kaji program dokter dan asuhan keperawatan jenis,
jumlah dan kekuatan irigasi serta alasan irigasi
24. Kosongkan, ukur dan catat jumblah serta penampilan urin
dalam knatong urin
Rasional : mengosongkan kantung urin, memungkinkan
pengukuran pengeluaran urin yang lebih akurat setelah
iirigasi

i. Persiapan alat dan bahan


1. Sarung tangan sekali pakai
2. Perlak pengalas
3. Selang dan kantung drainase pada tempatnya
4. Kateter tiga jalur ukuran kecil
5. Swab antiseptik
6. Bak instrumen
7. Larutan irigasi steril yang dihangatkan atau memiliki suhu
rungan(sesuai yang diresepkan dokter)
a. Nacl 0,9
b.Aquades
c. Cairan yang diresepkan
8. Selang infus
9. Tiang infus
10. Bengkok
11. Pinset
12. Jelly
13. Baskom
14. Selimut mandi
15. Klem
j. Persiapan Lingkungan
1. Tutup sampiran

TAHAP ORIENTASI
17. Memberi salam
18. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
19. Memperkenalkan nama perawat
20. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
21. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
1. Kaji program dokter dan asuhan keperawatan jenis, jumlah
dan kekuatan irigasi serta alasan irigasi
2. Kosongkan, ukur dan catat jumblah serta penampilan urin
dalam knatong urin
Rasional : mengosongkan kantung urin, memungkinkan
pengukuran pengeluaran urin yang lebih akurat setelah
irigasi
3. Siapkan peralatan
4. Cuci tangan
Rasional: mencegah penyebaran mikroorganisme
5. Hubungkan selang infus ke larutan irigasi dan bilas selang
dengan larutan tersebut
Rasional: membilas selang bertujuan mengeluarkan dan
mencegah masuknya udara ke dalam kandung kemih
6. Hubungkan selang irigasi ke pintu saluran masuk kateter 3
jalur. Hubungkan kantung drainase dan selang ke pintu
saluran drainase urin jika sebelumnya tidak terpasang
7. Irigasi kandung kemih
b. Irigasi intermitten/terputus
1) Masukkan cairan irigasi sesuai dengan jumlah yang
diinstruksikan terkait jumlahnya, masukkan 150 ml
cairan irigasi
Rasional: kandung kemih umumnya terasa penuh bila
berisi 300 ml urin
2) Klem selang irigasi
Rasional: mencegah masuknya cairan irigasi lebih
lanjut
3) Jika dokter mengintruksikan cairan irigasi untuk tetap
berada dalam kandung kemih selama waktu tertentu,
klem selang drainasedan tunggu selama waktu yang
ditetentukan tersebut
Rasional: beberapa cairan irigasi mengandung obat
dan ditujukan untuk kontak dengan dinding kandung
kemih selama waktu tertentu
4) Buka selang drainase dan pantau keluarannya
kedalam kantung urin
Rasional: untuk menilai drainase volume, warna ,
kejernihan dana danya bekuan darah atau sedimen
c. Irigasi kandung kemih kontinyu
1) Atur klem pada selang irigasi untuk mengatur
kecepatan aliran cairan irigasi mengalir ke dalam
kateter dan kandung kemih
Rasional :mengatur jumlah cairan irigasi yang
mengalir masuk dan keluar dari kandung kemihuntuk
mencegah ketegangan dan cederapada lokasi operasi
apapun
2) Pantau warna, kejernihan, sedimen dan volume urine
saat mengalir ke kantung drainase
Rasional: menilai apakah ada perdarahan, bekuan,
sedimen sumbatan aliran urin atau komplikasinya
8. Rekatkan kateter pada paha dengan plester
Rasional: mencegah kateter keluar dari posisi
9. Periksa kondisi pasien serta toleransinya terhdap prosedur
10. Bungkus dan buang semua alat sekali pakai yang sudah
digunakan, bersihkan dan simpan kembali alat yang dapat
digunakan kembali
11. Cuci tangan
Rasional : mencegah penyebaran mikroorganisme
12. Catat prosedur dalam catatan perawat

TAHAP TERMINASI
25. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
26. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
27. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
28. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST IRIGASI KATETER

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Membilas kandung kemih dengan menggunakan larutan khusus.

TUJUAN:
7. Membilas bekuan darah dan sedimen keluar dari kateter dan
kandung kemih
8. Memasukkan obat ke kandung kemig
9. Untuk mempertahan kan kepatenan kateter urine
10. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya
penyumbatan kateter urine, misalnya oleh darah dan pus
11. Untuk membersihkan kandung kemih
12. Untuk mengobati infeksi lokal

INDIKASI:
2. Kateter yang mengalami penyumbatan oleh darah, pus atau
sendimen yang terkumpul di dalam selang dan menyebabkan
distensi kandung kemihserta menyebabkan urin tetap berada
ditempatnya
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
k. Persiapan Pasien
25. Mengucapkan salam terapeutik
26. Memperkenalkan diri
27. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
28. Privacy klien selama komunikasi dihargai
29. Kaji program dokter dan asuhan keperawatan jenis,
jumlah dan kekuatan irigasi serta alasan irigasi
30. Kosongkan, ukur dan catat jumblah serta penampilan urin
dalam knatong urin
Rasional : mengosongkan kantung urin, memungkinkan
pengukuran pengeluaran urin yang lebih akurat setelah
iirigasi

l. Persiapan alat dan bahan


16. Sarung tangan sekali pakai
17. Perlak pengalas
18. Selang dan kantung drainase pada tempatnya
19. Kateter tiga jalur ukuran kecil
20. Swab antiseptik
21. Bak instrumen
22. Larutan irigasi steril yang dihangatkan atau memiliki suhu
rungan(sesuai yang diresepkan dokter)
a. Nacl 0,9
b.Aquades
c. Cairan yang diresepkan
23. Selang infus
24. Tiang infus
25. Bengkok
26. Pinset
27. Jelly
28. Baskom
29. Selimut mandi
30. Klem
m. Persiapan Lingkungan
1. Tutup sampiran

TAHAP ORIENTASI
22. Memberi salam
23. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
24. Memperkenalkan nama perawat
25. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
26. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
13. Kaji program dokter dan asuhan keperawatan jenis, jumlah
dan kekuatan irigasi serta alasan irigasi
14. Kosongkan, ukur dan catat jumblah serta penampilan urin
dalam knatong urin
Rasional : mengosongkan kantung urin, memungkinkan
pengukuran pengeluaran urin yang lebih akurat setelah
irigasi
15. Siapkan peralatan
16. Cuci tangan
Rasional: mencegah penyebaran mikroorganisme
17. Hubungkan selang infus ke larutan irigasi dan bilas selang
dengan larutan tersebut
Rasional: membilas selang bertujuan mengeluarkan dan
mencegah masuknya udara ke dalam kandung kemih
18. Hubungkan selang irigasi ke pintu saluran masuk kateter 3
jalur. Hubungkan kantung drainase dan selang ke pintu
saluran drainase urin jika sebelumnya tidak terpasang
19. Irigasi kandung kemih
b. Irigasi intermitten/terputus
1) Masukkan cairan irigasi sesuai dengan jumlah yang
diinstruksikan terkait jumlahnya, masukkan 150 ml
cairan irigasi
Rasional: kandung kemih umumnya terasa penuh bila
berisi 300 ml urin
2) Klem selang irigasi
Rasional: mencegah masuknya cairan irigasi lebih
lanjut
3) Jika dokter mengintruksikan cairan irigasi untuk tetap
berada dalam kandung kemih selama waktu tertentu,
klem selang drainasedan tunggu selama waktu yang
ditetentukan tersebut
Rasional: beberapa cairan irigasi mengandung obat
dan ditujukan untuk kontak dengan dinding kandung
kemih selama waktu tertentu
4) Buka selang drainase dan pantau keluarannya
kedalam kantung urin
Rasional: untuk menilai drainase volume, warna ,
kejernihan dana danya bekuan darah atau sedimen
c. Irigasi kandung kemih kontinyu
1) Atur klem pada selang irigasi untuk mengatur
kecepatan aliran cairan irigasi mengalir ke dalam
kateter dan kandung kemih
Rasional :mengatur jumlah cairan irigasi yang
mengalir masuk dan keluar dari kandung kemihuntuk
mencegah ketegangan dan cederapada lokasi operasi
apapun
2) Pantau warna, kejernihan, sedimen dan volume urine
saat mengalir ke kantung drainase
Rasional: menilai apakah ada perdarahan, bekuan,
sedimen sumbatan aliran urin atau komplikasinya
20. Rekatkan kateter pada paha dengan plester
Rasional: mencegah kateter keluar dari posisi
21. Periksa kondisi pasien serta toleransinya terhdap prosedur
22. Bungkus dan buang semua alat sekali pakai yang sudah
digunakan, bersihkan dan simpan kembali alat yang dapat
digunakan kembali
23. Cuci tangan
Rasional : mencegah penyebaran mikroorganisme
24. Catat prosedur dalam catatan perawat

TAHAP TERMINASI
29. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
30. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
31. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
32. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMASANGAN KATETER

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

No Langkah 1 2
I Definisi :
Memasukan kateter kedalam kandung kemih lewat
uretra dengan menggunakan tekhnik aseptic.
II Tujuan :
Untuk mengosongkan kandung kemih
III indikasi :
1) Kateter Sementara
Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi
vesika urinaria. Pengambilan urine residu
setelah pengosongan urinaria.
2) Kateter tetap jangka pendek
a) Obstruksi saluran kemih (pembesaran
kelenjar prostat)
b) Pembedahan untuk memperbaiki organ
perkemihan.
c) Untuk memantau output urine

IV Kontra indikasi
1. Hematoris (keluarnya darah dari urine)
2. Robeknya atau rupture uretra akibat trauma.
V Tahap Pre Interaksi
A. Persiapan pasien
3. Validasi pasien
4. Persiapan diri dan persiapan alat
5. Cuci tangan
B. Alat dan bahan :
11. Senter
12. Baskom berisi air hangat
13. Sabuun
14. Waslap
15. Pispot
16. Handuk
17. Sarung tangan steril
18. Bengkok
19. Larutan aseptic
20. Nacl
21. Plester
22. Gunting plester
23. Pelumas atau jelly
24. Duk steril
25. Mangkuk kecil
26. Kapas usap
27. Kateter steril ( sesuai ukuran )
28. Spuit 20 ml
29. Pinset anatomi
30. Perlak pengalas
31. Urinal bag
C. Persiapan lingkungan
VI Tahap orientasi
5. Memberi salam terapeutik, panggil klien
dengan panggilan yang disenangi.
6. Memperkenalkan nama perawat
7. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien atau keluarga
8. Menjelaskan tentang keharasiaan
VII Tahap kerja
23. Jelaskan prosedur pada pasien dengan
penekanan apa yang harus dilakukan pasien
untuk dapat bekerjasama
24. Minta bantuan bila dibutuhkan untuk menjaga
posisi psien.
25. Cuci tangan
26. Naikkaan ranjang pada ketinggian sesuai
untuk bekerja.
27. Posisikan pasien :
a. Wanita : telentang dengan lutut diketuk,
dan paha dalam posisi rotasi eksternal.
b. Pria : posisi telentang dengan paha sedikit
diabduksi.
28. Pasang perlak / alas.
29. Gunakan sarung tangan steril.
30. Pasang duk steril.
Wanita :
31. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari
atas ke bawah (kurang lebih 3 kali hingga
bersih).
32. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam.
33. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung
kateter (kurang lebih 2,5 – 5 cm , lalu
masukan pelan-pelan sambil anjurkan pasien
untuk menarik napas, masukan ( 2,5 – 5 cm )
atau hingga urine keluar.
Pria :
34. Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu
preputinum ditarik sedikit ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat/ savion.
35. Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung
kateter (kurang lebih 12,5-17,5 cm), lalu
masukkan pelan-pelan (kurang lebih 17,5- 20
cm ) sambil anjurkan untuk menarik napas.
36. Jika menemukan hambatan putir kateter dan
tunggu sementara waktu untuk spinkter
berelaksasi. Instruksikan pasien untuk
berelaksasi.
37. Setelah selesai, isi balon dengan cairan
aquades atau sejenisnya menggunakan spuit
untuk yang dipasang tetap dan bila tidak
dipasang tetap tarik kembali sambil suruh
pasien untuk napas dalam.
38. Sambung kateter dengan urinal bag dan fiksasi
ke arah samping.
39. Rapikan alat.
Cuci tangan.
VIII Tahap terminasi
4. Menyimpulkan hasil prosedur yang akan
dilakukan
5. Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya
Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
IX Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah
klien tidak menelan obat dan apakah dapat diabsorbsi
seluruhnya.
X Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan( waktu
pelaksanaan, respon klien, hasil ).

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

==================================================================

CECKLIST PERAWATAN LUKA BAKAR

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Definisi :

Melakukan tindakan perawatan terhadap luka bakar dengan


mengganti balutan luka dan mengobati luka dengan obat
desinfektan

Tujuan :
1. Mencegah infeksi pada luka
2. Mempercepat penyembuhan pada luka
3. Melindungi luka dari trauma mekanik
4. Mencegah kontaminasi dari kotoran tubuh
5. Mengimobilisasi luka
6. Menghambat/ membunuh mikro organisme
7. Memberikan rasa aman bagi mental dan fisik pasien
8. Memberikan lingkungan psikologis yang sesuai untuk
penyembuhan luka
9. Mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
Indikasi :
9. Pasien luka bakar

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
e. Persiapan Perawat
12. Mencuci tangan
13. Mempersiapkan alat dan bahan
f. Persiapan Alat
 Bak instrumen yang berisi :
1. Pinset anatomis
2. Pinset sirurgis
3. Gunting debridement
4. Kasa steril
5. Kom 3 buah
 Peralatan lain terdiri dari :
1. Spuit 5 cc atau 10 cc
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Gunting plester
5. Plester atau perekat
6. Desinfektan
7. NaCl 0,9%
8. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektan
9. Verband
10. Obat luka sesuai kebutuhan atau yang diresepkan
11. Perlak pengalas
12. Selimut mandi
13. Korentang
14. Kapas alkohol
g. Persiapan pasien
1. Memvalidasi data pasien
2. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan )
h. Persiapan Lingkungan
1. Sampiran

Tahap Orientasi :
13. Beri salam dan memperkenalkan diri
14. Identifikasi nama pasien
15. Menjelaskan tujuan tindakan
16. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Dekatkan alat kesamping klien
2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Menjaga privasi klien
4. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
5. Mencuci tangan secara menyeluruh
6. Pasang perlak pengalas
7. Memakai sarung tangan sekali pakai dan lepaskan plester
8. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya
dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada
balutan (bila masih terdapat plester pada kulit, dapat
dibersihkan dengan kapas alkohol)
9. Dekatkan alat-alat steril
10. Lepas sarung tangan bersih, kemudian gunakan sarung
tangan steril
11. Membuka balutan dengan hati-hati dengan menggunakan
pinset, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%
12. Inspeksi kondisi luka: warna, adanya pus, jaringan nekrotik
13. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik (bila
ada bulla, jangan dipecah tapi dihisap dengan spuit steril)
14. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%
15. Mengeringkan luka dengan menggunakan kasa steril
16. Memberikan obat topical sesuai luka (supratur)
17. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang
verband dan plester
18. Rapikan alat dan bantu pasien pada posisi yang nyaman
19. Cuci tangan

Tahap Terminasi :
10. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
11. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
12. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempur na

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PERAWATAN RUANG ISOLASI

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Perawatan di ruang isolasi adalah
Memisahkan klien dan peralatan yang
diperlukan pada suatu tempat
tersendiri atau khusus . Perawatan di
ruang isolasi yaitu menjaga pasien
dengan kondisi medis tertentu yang
terpisah dari pasien lain saat mereka
menerima perawatan medis.
1. Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi petugas
medis, para medis, dan non-
medis dalam penanganan dan
deteksi dini, di mana pada
pelaksanaannya dilakukan
seminimal mungkin kontak
dengan penderita. Baik jumlah
tenaga medis maupun lamanya
waktu kontrak.
2. Tujuan Khusus
a. Menghindari penyebaran
dan penularan penyakit.
b. Memudahkan perawatan .
c. Memberikan ketenangan
dan rasa aman bagi klien.
Indikasi :
1. Klien yang mengidap penyakit
menular.
2. Klien yang dicurigai mengidap
penyakit menular.
3. Klien yang gelisah atau
mengganggu pasien lain.
4. Klien yang memerlukan
perawatan khusus.
5. Klien yang sedang sakratul
maut.
PELAKSANAAN
1. Persiapan Pasien
a. Memperkenalkan diri.
b. Bina hubungan saling
percaya.
c. Meminta pengunjung atau
keluarga meninggalkan
ruangan.
d. Menjelaskan tujuan.
e. Menjelaskan langkah
prosedur yang akan
dilakukan.
f. Menyepakati waktu yang
akan digunakan.
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Sarung tangan sebatas
pergelangan tangan.
b. Gaun luar / jas operasi.
c. Sarung tangan sebatas
lengan.
d. Masker.
e. Masker bedah.
f. Celemek plastik / apron.
g. Penutup kepala.
h. Kacamata / google.
i. Sepatu boot karet.
j. Safety box.
k. Masker N95
l. Botol Edta
3. Persiapan Pasien
a. Memberitahu klien.
b. Menyiapkan lingkungan
klien.
c. Mengatur posisi tidur
pasien.
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan.
2. Siapkan alat – alat.
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien
dengan panggilan yang
disenangi.
2. Memperkenalkan nama
perawat.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada klien atau
keluarga.
4. Menjelaskan tentang
kerahasiaan.
Tahap Kerja
1. Perhatikan instruksi dokter
untuk memastikan jenis isolasi
yang sesuai dengan penyakit
klien .
2. Perhatikan kebijakan dan
manual prosedur atau
kebijakan pengawasan infeksi
institusi sebagai langkah
kewaspadaan yang harus
diikuti.
3. Telaah hasil pemeriksaan
laboratorium untuk
menentukan jenis
mikroorganisme yang
menyebabkan klien di isolasi.
4. Pertimbangkan jenis tindakan
perawatan atau prosedur yang
akan dilakukan di ruangan
klien.
5. Siapkan semua peralatan dan
bahan yang diperlukan.
6. Cuci tangan.
7. Kenakan scort, masker, dan
sarung tangan dengan tepat.
a. Kenakan scort, pastikan
scort ini menutup semua
bagian luar pakaian. Tarik
lengan sampai ke
pergelangan tangan. Ikat
dengan aman pada leher
dan pinggang.
b. Kenakan sarung tangan
sekali pakai. Jika
digunakan dengan scort
masukkan tepi scort
kedalam lipatan sarung
tangan .
c. Gunakan masker bedah
sekitar mulut dan hidung
ikat dengan kuat.
8. Masuki ruangan klien. Atur
bahan dan peralatan. Jika
peralatan tidak akan dibuang
dari ruangan untuk
penggunaan ulang, bungkus
dengan handuk bersih.
9. Kaji tanda-tanda vital.
a. Letakkan kertas bersih
disamping tempat tidur.
Letakkan sehelai kertas
tambahan diatasnya.
b. Letakkan jam diatas
handuk agar mudah
dilihat.
c. Jika peralatan masih
dalam ruangan,
lanjutkan pengkajian
tanda-tanda vital
dengan prosedur rutin.
Hindari kontak
stetoskop atau manset
tekanan darah dengan
bahan terinfeksi.
d. Tuliskan hasil
pemeriksaan tanda-
tanda vital pada
selembar kertas.
e. Jika stetoskop akan
digunakan ulang
bersihkan diafragma
atau bel dengan
alcohol. Simpan
ditempat yang bersih.
10. Berikan obat.
a. Berikan obat oral dalam
pembungkus atau
mangkuk.
b. Buang pembungkus atau
mangkuk kedalam wadah
plastic.
c. Berikan injeksi saat
menggunakan sarung
tangan.
d. Buang spuit kedalam
wadah khusus.
11. Dorong hygiene.
a. Hindari jangan sampai
scort menjadi basah.
b. Bantu klien melepaskan
scort; buang dalam kantong
linen khusus.
c. Lepaskan linen dari tempat
tidur, jika terlalu kotor,
hindari kontak dengan
gaun anda. Buang dalam
kantong linen khusus.
d. Pasang kembali linen
tempat tidur yang bersih.
e. Ganti sarung tangan jika
terlalu kotor dan
diperlukan perawatan
lanjut.
12. Kumpulkan specimen.
a. Letakkan specimen darah
dan cairan tubuh dalam
wadah yang baik dengan
penutup yang kuat untuk
mencegah kebocoran
selama pengiriman.
b. Letakkan wadah specimen
pada kertas di kamar mandi
klien.
c. Kumpulkan specimen yang
diperlukan dengan tekhnik
yang tepat. Pindahkan
specimen ke wadah dengan
meminimalkan kontak pada
tangan yang menggunakan
sarung tangan dengan
permukaan luar wadah.
d. Periksa dan pastikan wadah
specimen telah tertutup
rapat dan permukaan
bagian luar wadah tidak
kotor. Pindahkan wadah ke
kantong plastic yang
bersih.
e. Beri label pada wadah
specimen dengan nama
klien. Kirim ke
laboratorium (harus
digunakan label perigatan,
bergantung pada kebijakan
rumah sakit).
13. Buang kantong lilin dan
sampah jika sudah penuh.
a. Gunakan kantong khusus
untuk menampung alat
kotor jika alat tersebut
tahan dan kuat terhadap
kelembaban.
b. Ikat kantong dengan kuat
pada bagian atas.
14. Sediakan kembali peralatan
yang dibutuhkan di ruangan
dengan meminta orang lain
memindahkan peralatan
tersebut dari pintu.
15. Tinggalkan ruang isolasi.
a. Lepaskan ikatan scort pada
pergelangan. Lepaskan
sarung tangan dengan
menggenggam ujung salah
satu sarung tangan dan
tarik, balikkan sarung
tangan bagian dalam
keluar. Lalu dengan tangan
yang tidak bersarung
tangan, susupkan tangan ke
bagian pergelangan tangan
yang masih bersarung
tangan, tarik, dan balik
bagian dalam keluar.
b. Lepaskan ikatan atau tarik
masker dari telinga anda
dan buang dalam wadah.
c. Lepaskan ikatan scort pada
leher, dan biarkan scort
jatuh dari bahu. Lepaskan
tangan dari lengan scort
tanpa menyentuh bagian
luar scort, pegang scort
bagian dalam pada bahu
dan lipat dari dalam keluar,
taruh pada kantong cucian.
d. Cuci tangan anda selama
minimum 10 detik.
e. Keluarkan kembali jam
tangan dan stetoskop, hati-
hati untuk tidak
menyentuhnya. Catat
tanda-tanda vital.
f. Beritahu klien kapan anda
kembali ke ruangan.
Tanyakan apakah klien
memerlukan alat perawatan
pribadi.
g. Tinggalkan ruangan, tutup
pintu dengan baik.
16. Catat tanda-tanda vital dan
prosedur lain sesuai pedoman
untuk setiap keterampilan pada
catatan perawat.
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur
yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk
tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai
dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang
dirasakan setelah dilakukan kegiatan.
Tahap dokumentasi
Catat tanda-tanda vital dan prosedur
lain sesuai pedoman untuk setiap
keterampilan pada catatan perawat.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan
1 = di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST TETES MATA


Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

ASPEK YANG DINILAI NILAI

Definisi : 0 1 2
Memberikan obat pada mata dalam
bentuk cairan.

Tujuan :
1. Mengobati gangguan mata.
2. Mendilatasikan pupil pada
pemeriksaan struktur internal
mata.
3. Melemahkan otot lensa mata
pada pengukuran refraksi
mata.
4. Mencegah kekeringan pada
mata.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi :
1. Mengobati gangguan mata.
2. Mendilatasikan pupil pada
pemeriksaan struktur internal
mata.
3. Melemahkan otot lensa mata
pada pengukuran refraksi
mata.
4. Mencegah kekeringan pada
mata.
Kontraindikasi :
Obat tetes mata yang mengandung
nafazolin hidroksida tidak boleh
digunakan para penderita glaucoma
atau penyakit mata lainnya yang
hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam
pengawasan dan nasehat dokter.

PELAKSANAAN

Tahap Pre interaksi


a. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, pengenalan
diri anda, dan indentifiksi
klien dengan memeriksa
identitas klien dengan
cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur
tindakan yang akan
dilakukan, berikan
kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Atur posisi klien sehingga
merasa aman dan nyaman.
b. Persiapan Alat dan Bahan
1. Botol obat dengan penetes
steril1(bergantung pada
jenis sediaan obat).
2. Buku obat.
3. Bola kapas kering steril
(stuppers).
4. Bola kapas basah steril
(salin normal).
5. Sarung tangan steril.
6. Baskom cuci dengan air
hangat.
7. Penutup mata (jika perlu).
c. Persiapan Tempat
1. Bekerja sebaiknya disebelah
kanan pasien.
2. Tempatkan alat agar mudah
bekerja.
3. Meminta pengunjung atau
keluarga menunggu diluar.
4. Jaga privasi pasien dengan
memasang sampiran atau
menutup tirai.
Tahap Kerja
1. Periksa order dokter untuk
memastikan nama obat, dosis,
waktu pemberian, dan rute.
Memastikan keamanan dan
keakuratan pemberian obat.
2. Cuci tangan.
Meminimalkan transfer
mikroorganisme.
3. Identifikasi klien dengan
tepat.
4. Jelaskan prosedur pengobatan
dengan tepat.
Mengurangi ansietas klien.
5. Atur klien pada posisi
terlentang atau duduk dengan
hiperekstensi leher.
Mempermudah akses ke mata
untuk pemberian obat tetes
mata, juga meminimalkan
drainase obat melalui duktus
air mata.
6. Pakai sarung tangan steril.
7. Dengan kapas basah steril,
bersihkan kelopak mata dari
dalam ke luar.
Mencegah kontaminasi pada
bagian mata yang lain dan
pada kelenjar lakrimal.
8. Minta klien untuk melihat ke
langit-langit.
Tindakan ini meretraksi
bagian kornea yang sensitif
ke atas dan menjauhi
konjungtiva serta mengurangi
rangsangan refleks berkedip.
9. Meneteskan obat tetes mata:
a. Dengan tangan dominan
Anda di dahi klien,
pegang penetes mata yang
terisi obat ± 1 – 2 cm (0,5
˗ 0,75 inci) di atas sakus
konjungtiva dan jari
tangan nondominan
menarik kelopak mata ke
bawah.
Membantu mencegah
kontak penetes mata
dengan struktur mata
sehingga mengurangi
resiko cedera mata dan
pemindahan infeksi ke
penetes obat.
b. Teteskan sejumlah obat
yang diresepkan ke dalam
sakus konjungtiva.
Sakus konjungtiva
normalnya menahan 1 – 2
tetes. Dengan meneteskan
obat tetes ke dalam sakus,
penyebaran obat akan
merata di seluruh mata.
c. Jika klien berkedip atau
menutup mata atau jika
tetesan jatuh ke pinggiran
luar kelopak mata, ulangi
prosedur.
Efek terapeutik obat
didapat bila tetesan
masuk ke dalam sakus
konjungtiva.
d. Setelah meneteskan obat
tetes, minta klien untuk
menutup mata dengan
perlahan.
Membantu
mendistribusikan obat.
Berkedip atau menggosok
mata mendorong obat
keluar dari sakus.
e. Berikan tekanan yang
lembut pada duktus
nasolakrimal klien selama
30 – 60 detik.
10. Jika terdapat kelebihan obat
pada kelopak mata, usap
dengan perlahan
menggunakan stuppers dari
bagian dalam ke luar kantus.
Meningkatkan kenyamanan
dan mencegah trauma mata.
11. Jika klien mempunyai
penutup mata, pasang
penutup mata yang bersih di
atas mata yang sakit sehingga
seluruh mata terlindungi.
Penutup mata bersih
mengurangi risiko infeksi.
12. Plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada
mata.
13. Rapikan alat.
14. Lepaskan sarung tangan.
15. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi
mikroorganisme.
16. Catat obat, konsentrasi,
jumlah tetesan, waktu
pemberian, dan mata (kiri,
kanan, atau keduanya) yang
diobati.
Tahap Terminasi
33. Menanyakan pada pasien apa
yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
34. Menyimpulkan hasil prosedur
yang dilakukan
35. Melakukan kontrak untuk
tindakan selanjutnya
36. Berikan reinforcement sesuai
dengan kemampuan klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam
catatan keperawatan

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktek

(…………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST TETES TELINGA

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

No Langkah Ya Tidak
1 Definisi :

2 Tujuan :
1. Melunakkan kotoran telinga agar dapat
di keluarkan
2. Mengurangi inflamasi local dan
menghancurkan organisme infektif pada
kanalis eksternal telinga.
3. Meredakan nyeri
4. Memudahkan pengeluaran benda asing
3 Kontra Indikasi :
1.
4 indikasi :
1.
5 Alat dan bahan :
1. Sarung tangan bersih
2. Cotton bud
3. Botol obat dengan pipet
4. Bola-bola kapas
5. Bengkok
6. Mangkuk dengan NACL 0,9%
6 Tahap Pre Interaksi
1. Validasi pasien
2. Persiapan diri dan persiapan alat
3. Cuci tangan
7 Tahap orientasi
1. Memberi salam terapeutik, panggil klien
dengan panggilan yang disenangi.
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang keharasiaan
8 Tahap kerja
20. Memberi salam
21. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang
akan dilakukan
22. Cuci tangan
23. Periksa :
a. Alergi terhadap obat
b. Kemerahan / abrasi pada pinna / meatus
c. Jenis dan jumlah secret
d. Keluhan rasa tidak nyaman
e. Kemampuan bekerjasama selama prosedur
dilakukan
f. Kerja obat yang spesifik dan efek samping
g. Pengetahuan psien mengenai obat yang
akan diberikan.
24. Periksa formulir permintaan obat terkait nama
obat, dosis, waktu, jumlah dan telinga mana
yang akan diterapi
25. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya,
tujuan pengobatan dan posisi selama dan
setelah penetesan obat.
26. Minta bantuan ketika menangani anak-anak
atau bayi untuk menahan mereka.
27. Bantu pasien untuk berada dalam posisi
berbaring miring dengan telinga yang akan
diterapi berada di atas.
28. Bersihkn meatus kanalis teliga dengan
menggunakan cotton bud memakai Nacl 0,9%
bila perlu.
29. Hangatkan wadah ditangan atau dengan
meletakkan sebentar di dalam air hangt
30. Isi sebagian pipet dengan obat
31. Luruskan kanalis auditorius. Untuk bayi dan
anak-anak dibawah 3 tahun, tarik pinna
kebawah dan belakang. Untuk pasien dewasa
atau anak-anak diatas 3 tahun.
32. Teteskan obat sesuai jumlah yang tepat
disepanjang kanal telinga dengan memegang
pipet satu sentimeter diatas kanal telinga.
33. Tekan tragus telinga secara lembut tetapi pasti
beberapa kali.
34. Instruksikan pasien untu tetap berada dalam
posisi miring selama 5 menit
35. Masukkan potongan kecil kapas secara longgar
kemeatus kanalis auditorius selama 15-20
menit
36. Periksa kenyamanan, respon pasien dan periksa
secret/ drainase yang keluar dari dalam telinga.
37. Simpan kembali obat dan peralatan lainnya.
38. Cuci tangan
39. Catat pemberian obat, nama obat, jumlah
tetesan yang diberikan dan respoon pasien.
9 Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang akan
dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
10 Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah
klien tidak menelan obat dan apakah dapat diabsorbsi
seluruhnya.
11 Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan( waktu
pelaksanaan, respon klien, hasil ).
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

==================================================================

CECKLIST MEMBERIKAN TETES HIDUNG

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
Definisi :

Penetesan obat pada hidung adalah proses dimana suatu cairan


dimasukkan ke dalam rongga hidung tetes demi tetes.

Tujuan :
10. Mengobati alergi
11. Mengobati infeksi sinus
12. Mengobati bendungan nasal
13. Memberikan anestesi lokal
Indikasi :
1. Pasien yang mengalami infeksi/ peradangan pada hidung
2. Pasien yang sesak nafas karena adanya sekresi pada sinus nasalis
Kontra Indikasi :
1. Pasien yang hipersensitif terhadap zat yang terkandung dalam
obat tetes yang diberikan
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
i. Persiapan Pasien
14. Mengucapkan salam terapeutik
15. Memperkenalkan diri
16. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
17. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien atau
keluarganya
18. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam
19. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
20. Privacy klien selama komunikasi dihargai
21. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan
tindakan
22. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )

j. Persiapan Alat
1. Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih
2. Senter pena
3. Sarung tangan bersih
4. Tissue
5. Bantal kecil (jika perlu)
6. Handuk kecil (jika perlu)
7. bengkok
8. kartu obat
k. Persiapan Lingkungan
2. Sampiran

Tahap Orientasi :
17. Beri salam dan memperkenalkan diri
18. Identifikasi nama pasien
19. Menjelaskan tujuan tindakan
20. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
Tahap ke
rja :
40. Identifikasi pasien
41. Lihat instruksi dokter
42. Tentukan sinus mana yang sakit dengan melihat rekam medis
43. Periksa riwayat pasien terkait hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, dan hipertiroid
44. Periksa apakah pasien mempunyai alergi terhadap obat tetes
hidung
45. Cuci tangan
46. Inspeksi kondisi hidung dan sinus dengan senter pena. Palpasi
sinus untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sinus
47. Jelaskan prosedur pada pasien termasuk posisi dan sensasi
yang timbul seperti rasa panas atau kesemutan pada mukosa
atau sensasi tersedak saat obat menetes ke tenggorokan
48. Atur peralatan dan obat pada tepi ranjang
49. Pakai sarung tangan jika pasien mengeluarkan sekret nasal
50. Instruksikan pasien untuk membersihkan atau menghembuskan
hidungnya secara perlahan kecuali bila ada kontraindikasi
(tekanan intrakranial meningkat atau perdarahan hidung)
51. Berikan tetes hidung
a. Bantu pasien untuk telentang
b. Posisikan kepala dengan benar
i. Untuk mendapatkan akses ke faring posterior,
dongakkan kepala pasien ke belakang
ii. Untuk mendapatkan akses ke sinus etmoid atau
sfenoid, dongakkan kepala ke belakang di atas
ujung ranjang atau letakkan bantal kecil di bawah
bahu pasien dan dongakkan kepala ke belakang
iii. Topang kepala pasien dengan tangan yang tidak
dominan
iv. Instruksikan pasien untuk bernafas lewat mulut
c. Pegang pipet 1 cm di atas lubang hidung dan teteskan
sesuai jumlah yang diinstruksikan ke arah garis tengah
tulang etmoid
d. Biarkan pasien tetap telentang selama 5 menit
e. Biarkan tissue wajah untuk mengelap cairan yang keluar
dari hidung, tetapi peringatkan pasien untuk tidak
mengembuskan hidungnya selama beberapa menit
52. Bantu pasien kembali ke posisi nyaman setelah obat diserap
53. Buang perlengkapan yang kotor pada tempat yang seharusnya
dan cuci tangan
54. Pantau pasien untuk melihat ada tidaknya efek samping 15-30
menit setelah pemberian obat

Tahap Terminasi :
13. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan
keluhan pasien
14. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
15. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMERIKSAAN FISIK THT (HIDUNG)


Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorok adalah adalah suatu
pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-
kelainan pada telinga, hidung, tenggorokan.

TUJUAN:
Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan
tenggorok yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan,
penghidu dan pengecapan

INDIKASI:

KONTRAINDIKASI
1.
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
n. Persiapan Pasien
31. Mengucapkan salam terapeutik
32. Memperkenalkan diri
33. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
34. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis
serta tidak mengancam
35. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
36. Privacy klien selama komunikasi dihargai
37. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
38. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )
o. Persiapan alat dan bahan
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar
3. Pinset bayonet
4. Hook untuk mengambil benda asing di hidung
5. Cairan : pemati rasa (Lidokain 2%), vasokonstriktor (Ephedrine)
6. Kapas untuk tampon
7. Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
8. Penekan lidah(tongue depressor, tongue spatula)
9. Lampu spiritus
10. Mangkuk bengkok (nearbeken)
11. Tampon Steril
TAHAP ORIENTASI
27. Memberi salam
28. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
29. Memperkenalkan nama perawat
30. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
31. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
2. Pemeriksaan hidung
a. Pemeriksaan rinoskopi anterior
Menggunakan spekulum nasal untuk menampilkan kavum nasi dan
septum
Urutan pemeriksaan :
a. Lakukan tamponade •} selama 5 menit dengan kapas yang
dibasahi larutan lidokain 2% & efedrin.
b. Angkat tampon hidung.
c. Lakukan inspeksi, mulai dari :
- Cuping hidung (vestibulum nasi)
- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada
pertumbuhan abnormal:
polip, tumor; ada benda asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana
deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen,
warna discharge, apakah berbau).
d. Fenomena Palatum Molle, cara memeriksa :
- Arahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang
nasopharynx secara tegak lurus. Normalnya, pemeriksa akan
melihat cahaya lampu yang terang benderang.
- Kemudian pasien diminta mengucapkan “iiiii”. Normalnya,
dinding belakang akan nampak lebih gelap akibat bayangan dari
palatum molle yang bergerak. Namun, bayangan gelap juga
dapat terjadi bila cahaya lampu tidak mengarah tegak lurus.
- Setelah pasien berhenti mengucap “iii”, bayangan gelap akan
menghilang, dan dinding belakang nasopharynx akan menjadi
terang kembali. - Bila ditemukan fenomena bayangan gelap saat
pasieen mengucap “iii”, dikatakan hasil pemeriksaan fenomena
palatum molle positif (+).
- Sedangkan fenomena palatum molle dikatakan negatif (-) bila
saat pasien mengucap ‘iii’, tidak ada gerakan dari palatum molle
sehingga dinding belakang nasopharynx tetap terlihat terang
benderang. Hal ini dapat kita temukan pada 4 keadaan yaitu :
i. Paralisis palatum molle pada post difteri
ii. Spasme palatum molle pada abses peritonsil
iii. Hipertrofi adenoid
iv. Tumor nasofaring : karsinoma nasofaring, abses retrofaring,
dan
adenoid
b. Pemeriksaan rinoskopi posterior
Urutan pemeriksaan :
1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain
spray 2%.
2) Tunggu beberapa menit.
3) Ambil kaca laring ukuran kecil.
4) Masukkan/pasang kaca laring pada daerah ismus fausium
arah kaca ke kranial.
5) Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior
(nasofaring).
6) Lihat bayangan di nasofaring :
• Fossa Rossenmuler
• Torus tubarius
• Muara tuba auditiva Eustachii
• Adenoid
• Konka superior
• Septum nasi posterior
• Choana
c. Pemeriksaan transiluminasi/diapanaskopi sinus
Jika didapatkannyeri tekan sinus atau gejala-gejala lain yang
menunjukkan sinusitis, pemeriksaan transiluminasi/
diapanaskopi sinus kadang dapat membantu diagnosis
meskipun kurang sensitif dan spesifik.
Prosedur pemeriksaan :
- Ruangan gelap
- Menggunakan sumber cahaya kuat dan terfokus, arahkan
sumber cahaya di pangkal hidung di bawah alis.
- Lindungi sumber cahaya dengan tangan kiri. Lihat bayangan
kemerahan di dahi karena sinar ditransmisikan melalui ruangan
udara dalam sinus frontalis ke dahi.
- Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas,
mintalah pasien untuk melepasnya. Minta pasien untuk sedikit
menengadahkan kepala dan membuka mulut lebar-lebar.
Arahkan sinar dari sudut mata bagian bawah dalam ke arah
bawah.
- Lihat bagian palatum durum di dalam mulut. Bayangan
kemerahan di palatum durum menunjukkan sinus maksilaris
normal yang terisi oleh udara. Bila sinus terisi cairan, bayangan
kemerahan tersebut meredup atau menghilang.
- Cara lain, sumber cahaya dimasukkan ke mulut diarahkan ke
mata dan diperhatikan keadaan pupilnya. Bila pupil midriasis
(anisokor), kemungkinan terdapat cairan/ massa pada sinus.
Bila pupil isokor, tidak terdapat cairan/ massa.

Transiluminasi sinus maksilaris

Transiluminasi sinus frontalis


Gambar 16. Palpasi sinus, (b) frontalis, (c) maksilaris

TAHAP TERMINASI
37. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
38. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
39. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
40. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMERIKSAAN FISIK THT (TENGGOROKAN)


Nama :…………………………………………………………………..

No. Mhs :…………………………………………………………………..

Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorok adalah adalah suatu
pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-
kelainan pada telinga, hidung, tenggorokan.

TUJUAN:
Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan
tenggorok yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan,
penghidu dan pengecapan

INDIKASI:

KONTRAINDIKASI
3.
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
p. Persiapan Pasien
39. Mengucapkan salam terapeutik
40. Memperkenalkan diri
41. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
42. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam
43. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
44. Privacy klien selama komunikasi dihargai
45. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
46. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan )
q. Persiapan alat dan bahan
1. Lampu kepala
2. Penekan lidah(tongue spatula)
3. Larutan pemati rasa lokal (Lidokain 2%)
4. Cunam untuk mengambil benda asing di tenggorok
5. Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
6. Lampu spiritus

TAHAP ORIENTASI
32. Memberi salam
33. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
34. Memperkenalkan nama perawat
35. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
36. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
3. PEMERIKSAAN TENGGOROKAN
a. PEMERIKSAAN BIBIR DAN RONGGA MULUT
Apakah ada kelainan di bibir dan rongga mulut :
• Bibir pecah-pecah
• Ulkus di bibir
• Drolling (ngiler)
• Tumor
• Sukar membuka mulut (trismus)
b. PEMERIKSAAN TONSIL
• Besar tonsil
• Permukaan :
- Halus/ berbenjol-benjol,
- Ulserasi,
- Detritus,
- Pelebaran kripte,
- Micro abses,
- Tonsil berlobus-lobus,
- Penebalan arcus,
- Besar tonsil kanan-kiri sama/ tidak,
- Disertai pembesaran kelenjar leher/ tidak.

Palpasi fossa tonsilaris dan basis lidah


c. PEMERIKSAAN LIDAH
• Ada gangguan perasa/tidak.
• Ada kelainan-kelainan pada lidah :
- Paresis/ paralisis lidah mengakibatkan deviasi ke salah satu sisi,
- Atrofi papila lidah,
- Abnormalitas warna mukosa lidah,
- Adanya ulcerasi,
- Tumor (berapa ukuran tumor, permukaan tumor licin atau
berbenjol-benjol kasar;
kenyal padat atau keras, rapuh/ mudah berdarah).
d. Pemeriksaan dasar lidah
• Ada ulkus
• Ada benjolan/tidak ranula
e. PEMERIKSAAN LEHER
a. Inspeksi leher : simetris/ asimetris; tortikolis; tumor;
limfadenopati
b. Palpasi leher :
- Ada tumor atau limfadenopati : single/ multiple, ukuran,
konsistensi (lunak,kistik, adat, keras), permukaan (licin, berbenjol-
benjol); fiksasi (mudah digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda
radang; sakit pada saat digerakkan/ tidak.
- Tiroid : membesar/ tidak; bila ada pembesaran tiroid, apakah
single/ multiple, berapa ukurannya, konsistensi (lunak, kistik,
padat, keras), permukaan (licin, berbenjol-benjol); fiksasi (mudah
digerakkan/ tidak); nyeri tekan; tanda radang; sakit pada saat
digerakkan/ tidak.disertai pembesaran limfonodi/ tidak; ikut
bergerak pada saat menelan/tidak; disertai suara serak/tidak, adanya
tanda gangguan hormon tiroid (hipertiroid/ hipotiroid).
f. PENILAIAN SUARA/ BICARA :
• Serak/ tidak,
• Sengau/ tidak,
• Cedal/ tidak

Gambar : Palpasi kelenjar thyroid dari arah depan.


Tangan kanan mendorong kelenjar thyroid ke arah kiri pasien, sementara telunjuk dan
ibu jari tangan kiri mempalpasi kelenjar thyroid dari bawah m.
Sternocleidomastoideus
Gambar : Kelenjar limfe leher

TAHAP TERMINASI
41. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
42. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
43. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
44. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST PEMASANGAN BIDAI / SPALK

Nama :…………………………………………………………………..
No.Mhs:………………………………………………………………….

ASPEK YANG DINILAI NILAI


Definisi : 0 1 2
Pemasangan bidai adalah suatu
tindakan untuk mengatasi atau
membantu pasien yang mengalami
patah tulang sehingga tidak terjadi
pergerakan / pergeseran sehingga
pasien tidak merasa sakit.
Tujuan :
5. Mencegah pergerakan bagian
tubuh yang cidera.
6. Menyangga luka.
7. Mengurangi atau mencegah
edema.
8. Mengamankan bidai dan
balutan.

Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi :
1. Adanya fraktur, baik terbuka
maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya
pergeseran sendi
3. Dislokasi persendian
Kontraindikasi :
Pembidaian baru boleh
dilaksanakan jika kondisi saluran
napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi.
Jika terdapat gangguan sirkulasi
dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah
fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya
penderita ke rumah sakit,
sebaiknya pembidaian tidak
perlu dilakukan.
PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
d. Persiapan Pasien
1. Berikan salam, pengenalan
diri anda, dan indentifiksi
klien dengan memeriksa
identitas klien dengan
cermat.
2. Jelaskan tentang perosedur
tindakan yang akan
dilakukan, berikan
kesempatan kepada klien
untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Atur posisi klien sehingga
merasa aman dan nyaman.

e. Persiapan Alat dan Bahan


1. Perban dengan ukuran
sesuai yang akan
digunakan. Lebar dan
nomor perban disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Kain mitela (sesuai
kebutuhan).
3. Spalk (sesuai kebutuhan).
4. Peniti pengaman (sesuai
kebutuhan).
5. Plester
Gunting Plester.
f. Persiapan Tempat
1. Bekerja sebaiknya disebelah
kanan pasien.
2. Tempatkan alat agar mudah
bekerja.
3. Meminta pengunjung atau
keluarga menunggu diluar.
4. Jaga privasi pasien dengan
memasang sampiran atau
menutup tirai.
Tahap Kerja
32. Mencuci tangan.
33. Alat-alat didekatkan.
34. Tutup pintu kamar atau
gorden.
35. Mengatur posisi pasien.
Bantu agar pasien mendapat
posisi yang nyaman dan benar
sesuai anatomik.
36. Periksa dan catat ada tidaknya
gangguan vaskuler pada
bagian distal yang mengalami
cedera sebelum dan sesudah
pembidaian.
37. Pasang spalk pada area yang
mengalami cidera
(disesuaikan).
38. Pegang gulungan perban
dengan tangan yang dominan
dan gunakan tangan yang
lainnya untuk memegang
permulaan perban pada
bagian distal tubuh. Teruslah
memindahkan gulungan ke
tangan yang dominan sampai
perban terpasang.
39. Pasang perban dari arah
bagian distal ke proksimal
dengan menggunakan
berbagai variasi pemasangan
untuk menutup sesuai dengan
bentuk tubuh.
40. Buka gulungan perban dan
regangkan sedikit. Lilitkan
perban di atas lilitan
sebelumnya.
41. Fiksasi perban pertama
sebelum memasang gulungan
perban tambahan.
42. Mengatur posisi pasien ke
posisi semula.
43. Evaluasi sirkulasi bagian
distal bila pemasangan perban
telah selesai dan lakukan
minimal 2 kali selama periode
8 jam.
44. Merapikan alat.
45. Mencuci tangan.
Tahap Terminasi
45. Menanyakan pada pasien apa
yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
46. Menyimpulkan hasil prosedur
yang dilakukan
47. Melakukan kontrak untuk
tindakan selanjutnya
48. Berikan reinforcement sesuai
dengan kemampuan klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam
catatan keperawatan
Keterangan :

0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktek

(…………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST INJEKSISI SUBKUTAN INSULIN

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :…………………………………………………………………..

Nilai
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI:
Pemberian obat subkutan adalah cara memberikan dengan
menyuntik di area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau
lemak bawah kulit .

TUJUAN:
5. Untuk mengontrol kadar gula darah
6. Memasukkan sebuah toksin atau obat untuk diabsorbs

INDIKASI:
3. Diabetes melitus tipe 1
4. Diabetes melitus tipe 2 dengan :
a. Infeksi
b. Hamil
c. Tidak terkontrol dengan obat anti-hiperglikemia
d. Gangguan hati dan ginjal
KONTRAINDIKASI
4. Alergi terhadap insulin

PELAKSANAAN
Tahap Pre interaksi
r. Persiapan Pasien
47. Mengucapkan salam terapeutik
48. Memperkenalkan diri
49. Periksa kembali order obat
50. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan
51. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam
52. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi
53. Privacy klien selama komunikasi dihargai
54. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan
55. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang
akan dilakukan )

s. Persiapan alat dan bahan


1. Catatan pemberian obat
2. Insulin (obat dalam tempatnya)
a) Mengenali informasi pada label botol insulin (tipe,
spesies, pabrik pembuat, konsentrasi, tanggal
kadaluwarsa)
b) Memeriksa penampakan insulin (jernih atau putih
susu, memeriksa penggumpalan atau bekuan)
3. Spuit insulin
a) Mengidentifikasi tanda konsentrasi (U-100) pada
spiut
b) Mengidentifikasi ukuran spuit (misalnya; 100-unit,
50-unit, 30-unit)
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Bengkok
6. Sarung tangan
7. Bak instrumen
8. Pengalas
9. Kom

TAHAP ORIENTASI
37. Memberi salam
38. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
39. Memperkenalkan nama perawat
40. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
41. Menjelaskan kerahasiaan
TAHAP KERJA
7. Cuci tangan
8. Pakai sarung tangan
9. Ambil obat sesuai dengan prosedur yang benar dari
menyiapkan obat ampul atau vial
 Aspirasi insulin dengan tipe dan jumlah yang tepat
 Campur dua tipe insulin dengan benar jika diperlukan
 Tusukkan jarum suntik dan masukkan larutan insulin
10. Berikan lokasi yang tepat sesuai dengan lokasi yang dipilih
(lengan atas bagian luar, bagian anterior paha duduk atau
berbaring dengan kaki rireks, abdomen posisi terlentang atau
semi recumbent, daerah scapula pasien telungkup atau
duduk)
11. Pasang perlak pengalas, dekatkan bengkok
12. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alkohol
13. Buka tutup jarum dengan tangan kiri
14. Cubit atau gerakkan daerah yang akan disuntikan
15. Pegang spuit dengan tangan kanan diantara ibu jari dan
telunjuk. Suntikan jarum dengan sudut 45-90 derajat
tergantung turgor jaringan dan panjang jarum.
16. Setelah jarum masuk, lepaskan jaringan yang dipegang, dan
gunakan tangan kiri untuk memegang ujung barel
17. Aspirasi untuk memastikan masuknya jarum.
18. Bila tidak ada darah suntikkan obat perlahan-lahan
19. Cabut jarum cepat sesuai dengan sudut waktu masuk, sambil
meletakkan kapas alkohol tepat di tempat suntikkan
20. Masase tempat suntikkan dengan perlahan kecuali pada
penyuntikan heparin
21. Buang spuit ditempat yang telah disediakan
22. Ambil pengalas dari pasien
23. Lepaskan sarung tangan
24. Pasien dirapikan dan atur posisi pasien dengn baik
25. Bereskan alat dan cuci tangan
26. Tulis tanggal dan waktu pemberian obat pada lembar catatan
perawat.

TAHAP TERMINASI
49. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
50. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
51. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
52. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna
Penguji Praktek

(……………………………)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST MENJAHIT LUKA

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :………………………………………………………………….

Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi:
Melakukan penjahitan luka pada penderita yang mengalami luka
robek
Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Membantu proses penyembuhan
Indikasi :
3. Saat pasien memiliki luka sobek yang harus di jahit
Persiapan alat :
8. Anti septic: betadin, alcohol
9. Obat untuk anestesi sesuai ketentuan misal lidokain 2%
10. Benang jahit, sesuai kebutuhan
11. Bengkok
12. Gunting plester
13. Plester
14. Tromol kasa. Korentang steril
15. Sarung tangan
16. Cairan pembersih luka: pz, h2o2 3%, savlon
17. Set jahit :
a. Nald voeder/ pembawa jarum
b. Arteri klem lurus/ bengkok
c. Pincet cirurgies
d. Gunting luka steril
e. Penjepit kain
f. Jarum jahit untuk otot
g. Doek steril/ kain penutup luka
h. Sarung tangan
18. Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan
19. Sufratul
Tahap pra interaksi:
3. Cuci tangan
4. Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi :
21. Beri salam dan memperkenalkan diri
22. Identifikasi nama pasien
23. Menjelaskan tujuan tindakan
24. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan

Tahap kerja :
20. Mencuci tangan
21. Membersihkan luka dengan cairan pz
22. Memberikan obat anestesi dengan injeksi disekitar luka
(secara IV)
23. Membersihkan luka dengan h2o2 3%, pz sampai bersih
24. Mendesinfeksi luka dan sekitarnya dengan betadine
25. Menggunakan sarung tangan steril
26. Memasang doek lubang
27. Menjahit luka :
a. Ketepatan jenis/nomor benang
b. Ketepatan nomer jarum
c. Kerapihan dan ketepatan menjahit
28. Memberikan betadine dan sufratul sesuai instruksi dokter
29. Melakukan teknik aseptic selama bekerja
30. Membalut luka sesuai kebutuhan
31. Membereskan alat-alat
32. Mencuci tangan
33. Menuliskan pada status pasien: jenis benang, jumlah
jahitan luar dan dalam
34. Menjelaskan pada penderita tentang perawatan luka di
rumah
Tahap Terminasi :
16. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
17. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
18. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan
pasien

Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek
(………………………)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MATARAM

CECKLIST MENGANGKAT JAHITAN

Nama :…………………………………………………………………..
No. Mhs :………………………………………………………………….

Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi:
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya dilakukan pada
hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi)
Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya korpus alenium
2. Mencegah tertinggalnya benang
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
Indikasi :
1. Luka jahitan yang sudah waktunya diangkat jahitannya
2. Luka jahitan yang infeksi
Persiapan alat :
1. Pinset anatomis 2 buah (steril)
2. Pinset chirurgis 2 buah (steril)
3. Gunting angkat jahit 1 buah (steril)
4. Kassa steril
5. Lidi kapas dalam bak instrumen
6. Mangkok kecil 3 buah (steril)
7. Sarung tangan steril
8. Gunting plester
9. Plester
10. Alkohol 70% dalam tempatnya
11. Betadine
12. Korentang
13. Bengkok 2 buah, 1 berisi cairan desinfektan
14. Kain pembalut atau verband secukupnya
Tahap pra interaksi:
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan

Tahap kerja :
1. Beritahu dan jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang
akan dilakukan
2. Dekatkan alat ke pasein
3. Bantu pasien mengatur posisi pasien sehingga luka mudah
dirawat
4. Cuci tangan
5. Letakkan set alat angakt jahit di dekat pasien atau daerah
yang mudah dijangkau
6. Membuka set angkat jahitan steril
7. Memakai sarung tangan
8. Membasahi plester dengan alcohol dan buka dengan
menggunakan pinset
9. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan
dimasukkan ke dalam kantong balutan kotor/ bengkok
10. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester dengan kapas
alcohol
11. Inspeksi kondisi luka dan jahitan guna melihat adanya
infeksi.
12. Desinfektan sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan
olesi luka operasi dengan betadine
13. Lepaskan jahitan satu persatu selang-seling dengan cara
mejepit simpul jahitan dengan pinset sirugis dan ditarik
sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat di
bawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi
lain yang tidak ada simpul
14. Olesi luka dan sekitarnya dengan betadine
15. Tutupi luka dengan kasa steril kering dan diplester
16. Rapikan pasien
17. Bersihkan alat-alat dan kembalikan pada tempatnya
18. Cuci tangan
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman) dan
keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcemenr sesuai dengan kemampuan pasien

Tahap Dokumentasi :
Catat sluruh hasil tindakan dalam tindakan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

Penguji Praktek

(………………………)

Anda mungkin juga menyukai