Dosen Pembimbing:
Apt.DZUN HARYADI ITTIQO M.Se
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui formulasi dan prosedur pembuatan sirup dextromethorphan HBr
Mampu membuat sediaan sirup dengan baik dan menentukan hasil evalusi pada
sediaan sirup.
Mampu Membuat sediaan sirup dengan menggunakan Dextromethorphan sebagai
zat berkhasiat dalam kemasan botol 60 ml yang berjumlah 5 botol.
B. LANDASAN TEORI
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan
atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang
menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak
enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak
biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum obat (Ansel,
1989).
Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai pembawa
yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam
peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup
obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat. Sirup obat dalam
perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu dengan menggabungkan masing-
masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa,
bahan pewarna, bahan terapeutik dan bahan-bahan lain yang diperlukan dan diinginkan
(Anief, 1994).
Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat
ditambahkan Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan
maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur
sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan
gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri
(Anief,1994).
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa C12H22O11 tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari
66,0%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut: buat cairan
untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan
air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang
terjadi, serkai. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida
antrakinon, ditambahkan Natrium Karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali
dinyatakan lain pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan Metil
Pareben 0.25% b/v atau pengawet lain yang cocok (Farmakope III).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal
mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).
Komponen Sirup :
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori
yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori
rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa
sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Macam-macam Sirup :
Ada 3 macam sirup, yaitu:
- Sirup simpleks, mengandung 65% gula dalam larutan nivagin 0,25% b/v
- Sirup obat, mengandung satu atau lebihdengan atau tanpa zat tmbahan dan
digunakan untuk pengobatan
- Sirop pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak
enak dan bau obat yang tidak enak. (Ilmu Resep,2005)
Pembuatan Sirup :
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut:
- Buat campuran untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu dididihkan
hinggan larut tambahkn air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai (FI III, 1979)
- Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada
pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di tambahkan metil paraben 0,25%
b/v atau pengawet lain yang cocok. (FI III, 1979)
Keuntungan Sirup :
Adapun keuntungan dari bentuk sediaan sirup adalah:
- Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak -
anak).
- Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena
rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
- Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.
Kerugian Sirup :
Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan sirup adalah:
2. Evaluasi Sediaan
a. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur
sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria
tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung
prosentase masing-masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan
analisa statistik.
b. Homogenitas
Homogenitas sediaan sirup ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan
yang digunakan.
Dalam formula sirup, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata.
Cara pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan sirup pada objek glass
kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang tidak
terdispersi sempurna.
c. Evaluasi pH
Larutan sirup yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas ukur 20.
Melakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dengan mencelupkannya dalam
larutan sirup.
d. Volume Terpindahkan
• Botol 100 mL yang sebelumnya telah dikalibrasi
• Sediaan sirup yang telah jadi kemudian dimasukan ke dalam botol 100 ml
sampai batas kalibrasi
• Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume
terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi
e. Viskositas Cairan
• Viskometer dibersikan dan dikeringkan
• Cairan yang akan ditentukan kekentalanya di masukan melalui pipa a sampai
ruang r penuh terisi
• Cairan dihisap melalui pipa b sampai naik melewati garis m
• Cairan dibiarkan turun sampai garis n
• Catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari garis m ke n
• Lakukan 3 kali pengulangan data
f. Bobot Jenis
• Menggunakan piknometer yang kering dan bersih.
• Menimbang piknometer kosong di timbangan analitik.
• Aquadest dimasukkan kedalam pikometer dan ditimbang.
• Zat cair (sirup) dimasukkan ke dalam piknometer.
• Kelebihan zat uji ditimbang dan dibuang.
• Bobot piknometer kosong dikurangkan dari bobot piknometer yang telah diisi
➢ Zat Aktif
a. Penggunaan
Produk ini mengandung Dextromethorpan HBr sebagai zat aktif yang menunjukkan
sinergi antitusivum dan tidak menyebabkan ketergantungan. Dextromethorphan
HBr termasuk obat keras sehingga harus digunakan sesuai dosis yang telah tertera
pada etiket botol.
b. Farmakologi
Antitusif digunakan untuk pengobatan batuk kering (batuk non produktif).
Golongan obat ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat dengan cara menekan
rangsangan batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Obat golongan ini tidak
sesuai bila digunakan untuk batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak
menjadi kental dan susah dikeluarkan. Dextromethorpan juga tidak menyebabkan
ketergantungan pada penggunanya.
c. Dosis
1 sampai 4 kali sehari, 1 sampai 2 sendok makan (FORNAS edisi II hlm 100, tahun
1978)
C. . Preformulasi dan Permasalahan Farmasetika
1. Preformulasi Zat Aktif
a. Zat aktif
- Kelarutan : Larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P disertai pemisahan air, praktis dalam eter P.
b. Zat tambahan
- Sirupus Simplex (FI III hal 567)
- Sinonim : Sirup
- Pemerian : Jernih, tidak berwarna
- Pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan aquades
paraben 100% b/v hingga diperoleh 100 bagian sirup
- Titik didih : 1860C
- Bobot jenis : 1, 587 g/ mol
- Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
- Penyimpanan : Disimpan dalam tempat tertutup baik, di tempat
sejuk.
- Kegunaan : Zat tambahan, sebagai pemanis
2. Permasalahan Farmasetika
3. Penyelesaian Masalah
- Digunakan methyl paraben pada sediaan sirup
- Digunakan sirupus simplex untuk mengurangi rasa pahit pada sediaan
dirup
- Digunakan label kocok dahulu agar pengguna tidak mengalami overdosis
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
D. METODE
1. Formula
1) Zat aktif :
100 ml
Dextromethorpan HBr = 15 mg x = 300 mg ~0,3 gr
5 ml
2) Zat tambahan:
100 ml
Sirupus simplex = ad 5 ml x = 100 ml
5 ml
❖ Untuk 3 botol
1) Zat aktif:
300 ml
Dextromethorpan HBr = 15 mg x = 0,9 gr
5 ml
2) Zat tambahan:
300 ml
Sirupus simplex = ad 5 ml x =300 ml
5 ml
b. Penimbangan
Antitusivum
Dextromethorpan
1. (penekan pusat 0 ,9 gr
HBr
batuk)
c. Penyerahan:
Wadah = 100 ml
d. Evaluasi
a. Organoleptis
1. Bau : Bau sirupus simplex
3. Rasa : Pahit
b. Evaluasi PH
c. Homogenitas
Sediaan sirup yang kami buat tidak terdapat menggumpal pada bagian yang
sirup (homogen)
- - Cawan uap
- - Spatel logam
- - Gelas ukur
- - Waterbath
- - Wadah 20 g
- - Pipet tetes
- - Perkamen
- - Anak timbangan
- - Tabung Erlenmeyer
- - Botol 100 ml
b. Bahan
No. Nama bahan
1. Dextromethorpan HBr
2. Sirupus simplex
F. Prosedur Pembuatan
G. Penyerahan:
✓ Wadah = Botol 100 ml
H. HASIL
Hasil Evaluasi
a. Organoleptis
Bau : Bau sirupus simplex
Warna : Larutan kuning jernih
Rasa : Pahit
b. PH
Sirup I Sirup II Sirup III
7,46 7,00 6,86
c. Homogenitas
Sediaan sirup yang kami buat tidak terdapat menggumpal pada sirup
(homogen) .
d. Bobot Jenis (Densitas)
Sample (Sirup Dextromethorpan)
Bobot Pikno Kosong (W0) : 16,8 g
Bobot Pikno + Air (W1) : 26,6 g
Bobot Pikno + Sample (W2) : 26,9 g
Bobot Air : 26,6 g
Kerapatan Air (ρ) :
W 1−W 0 26,6−16,8 9,8
= = = 0,97 g/mol
W 2−W 0 26,9−16,8 10,1
Botol II
e. Vikositas
Menghitung vikositas dengan RPM
Botol I
Berat beban Waktu putaran /25 RPM
RPM
50 00:03:38 446,428
100 00: 02:58 520,833
150 00:02:32 657,894
200 00:02:26 675,67
Botol III
Berat beban Waktu putaran /25 RPM
RPM
50 00:03:05 500
100 00: 02:30 657,894
150 00:02:26 675,675
200 00:02:05 735,294
RPM botol 1
3,38 detik 25
50 = = 0,056 menit → = 446,428
60 menit 0,056
2,58 detik 25
100 = = 0,048 menit → = 520,833
60 menit 0,048
2,32detik 25
150= = 0,038 menit → = 657,894
60 menit 0,038
2,26 detik 25
200 = = 0,037 menit → = 675,67
60 menit 0,037
Rata rata waktu: 0,044 menit
RPM botol II
3,58 detik 25
50 = = 0,059 menit → = 423,728
60 menit 0,059
2,56 detik 25
100 = = 0,042 menit → = 595,238
60 menit 0,042
2,28 detik 25
150= = 0,038 menit → =657,894
60 menit 0,038
1,56 detik 25
200 = = 0,026 menit → =961,538
60 menit 0,026
Rata-rata waktu : 0,041 menit
RPM botol III
3,05 detik 25
50 = = 0,050 menit → = 500
60 menit 0,050
2,30 detik 25
100 = = 0,038 menit → = 657,894
60 menit 0,038
2,26 detik 25
150= = 0,037 menit → = 675,675
60 menit 0,037
2,05 detik 25
200 = = 0,034 menit → = 735,294
60 menit 0,034
Rata-rata waktu : 0,039 menit
Viskositas botol I
Volume vikno : 100 ml
Bobot vikno kosong : 16,8 gr
Bobot vikno + air : 26,6 gr
Bobot vikno + sampel : 26,9 gr
Bobot sampel : 26,9 – 16,8 = 10,1 gr
16,8 gr
(ρ)air = =0,168 gr /ml
100 ml
10,1 gr
(ρ)zat= =0,101 gr /ml
100 ml
d 1. t 1
Maka viskositas zat ηu=ηk .
d 2. t 2
gr
9,8 . 0,041menit
ml
ηu=0,89 cp . =81,26 cp
gr
0,101 .0,044 menit
ml
Botol II
gr
9,8 . 0,044 menit
ml
ηu=0,89 cp . =87,22 cp
gr
0,101 .0,044 menit
ml
Botol III
gr
9,8 . 0,039 menit
ml
ηu=0,89 cp . =77,30 cp
gr
0,101 .0,044 menit
ml
GRAFIK
Vikositas
1200
1000
800
600
400
200
0
50 100 150 200
I. Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui rancangan
formula, memproduksi, dan mengevaluasi sediaan sirup dextromethopan didapatkan
hasil sebagai berikut.
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar
sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Zat aktif yang digunakan
dalam praktikum pembuatan larutan adalah dextromethopan dan bahan tambahan
yang digunakan adalah sirupus simplex, dan aquadest.
Dalam praktikum kali ini ada beberapa uji untuk mengevaluasi hasil dari
sediaan yang telah dibuat, antara lain adalah :
1. Uji Organoleptis Merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.
Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu,
dalam hal ini yang dilihat adalah warna, bau, dan konsistensi sediaan akhir yang
telah dibuat (OOP Fisiologis, 2014) dan diperoleh hasil warna sirup
dextromithopan kuning jernih dengan aroma sirupus simlex.
2. Uji pH dalam uji kali ini menggunkan bantuan alat pH meter untuk mengukur
sediaan dalam suhu ruangan,dimana rentang pH yang diharapkan yaitu 4-7
(Anonim, 1995). Pengukuran pH ini untuk mengetahui apakah pH obat sudah
sesuai atau belum dengan apa yang diinginkan, dalam evaluasi sedian ini
diperoleh hasil yaitu dengan pH (7,46),(7,00),(6,86).
3. Uji Viskositas dilakukan pada masing-masing botol sediaan yang telah ditentukan,
bertujuan agar mengetahui kekentalan (viskositas) sediaan sirup. Nilai rata-rata
viskositas sirup berkisar antara 69,18-116,78 cP (Saragih, 2017). Pada percobaan
ini, didapat hasil viskositas pada sediaan sirup yaitu (81,26),(87,22), dan (77,3)
cP, maka hal ini sesuai dengan teori. Pada pemeriksaan viskositas didapatkan
(81,26),(87,22), dan (77,3) cP. Hasil viskositas sesuai dengan literatur
dikarenakan sirup simplex tidak encer dan tidak kental.
4. Uji Volume Terpindahkan Uji volume terpindahkan juga dilakukan pada
praktikum ini, uji ini dilakukan dengan cara menuang sediaan dari botol ke dalam
gelas ukur.Kemudian diamati volume yang tertera pada gelas ukur, dimana
diharapkan volume yang tertera dalam gelas ukur sama dengan volume sebelum
dipindahkan atau volume terpindahkan tidak boleh kurang dari 95% dari volume
awal (OOP Fisiologis, 2014). Setelah dilakukan pengujian hasilnya tetap sama
yaitu 100 mL.
5. Pemeriksaan BJ Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot jenis ini
dilakukan menggunakan piknometer. Uji bobot jenis dilakukan dengan cara
menimbang bobot piknometer kosong, kemudian piknometer diisi air dan
ditimbang kembali. Untuk uji bobot jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki
bobot jenis sebesar 1,198 g/mL (Ansel, 2014).Sementara hasil uji bobot jenis yang
dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai BJ 0,97 gr/moL. Perbedaan ini
kemungkinandisebabkan beberapa hal, seperti adanya cairan yang tumpah yang
membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih kecil dari hasil pada literatur yang
didapatkan.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Formula sediaan sirup dextromethopan adalah dextromethopan 15 mg/mL, sirupus
simplex 5mL.
2. Pembuatan yang dilakukan dalam memproduksi sediaan sirup dextromethopan
yaitu dibuatnya dengan pembuatan situpus simplex dengan standar sukrosa 65%
yang dilarutkan dengan aquades 100 ml.
3. Evaluasi dari sediaan sirup paracetamol yaitu :
a. Pada pemeriksaan organoleptis sediaan berwarna kuning jernih dengan aroma
sirupus simplex dan rasa yng pahit.
b. Uji pH didapatkan hasil sebesar 7,46, 7,00, 6,86.
c. Uji viskositas didapatkan hasil cPd.
d. Volume terpindahkan didapatkan hasil yang sama, yaitu 100 mLe.
e. Pemeriksaan BJ didapatkan BJ Sirup 0,9933 mg/mLf.
Voigt, R.1984.Buku Ajar Teknologi Farmasi edisi V, diterjemahkan oleh Soendani Noeroto.
Yogyakarta: UGM Press
http://riantysefrani21.blogspot.com/2013/12/sirup.html
http://delvina-vina.blogspot.com/2011/11/penentuan-kekentalan-cairan-dengan.html
LAMPIRAN
Vikositas
1200
1000
800
600
400
200
0
50 100 150 200