Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)

SALAM (Syzygium polyanthum)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6 :

1.NUR JANNAH (2100084)

2.OCTA DAMAYANI HASIBUAN (2100086)

3.RAHMADINI (2100088)

4.SALSABILA AURA MEILIA YUWIRMA (2100090)

5.SHAFFANA TASBITHA (2100091)

DOSEN PENGAMPU : apt. HAIYUL FADHLI, M.Si

ASISTEN DOSEN :

1.FIRSTIO ANFASA

2.M.YUNUS

3.VENNY FAJRIATI

4.WEWI ALFAREZI

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)

I.TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu melakukan penyiapan simplisia daun dari beberapa


sumber tumbuhan dengan melakukan proses pengolahan simplisia yang
benar
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi secara makroskopis, mikroskopis
dan beberapa parameter standar lainnya
3. Mahasiswa mendokumentasikan dan melaporkan hasil praktikum yang
diperoleh

II.TINJAUAN PUSTAKA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang


belummengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses
setengahjadi, seperti pengeringan(Prasetyo dan Entang,2013)

Simplisia dibedakan menjadi : (Depkes RI,1985)

1.Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,bagian


tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yangsecara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengajadikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-
bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi
daritanamannya.

2.Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Meldepuratum).

3.Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikanatau


mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana danbelum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan


maupunkegunaanya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk
dapatmemenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruhantara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara
pengepakan danpenyimpanan (Agoes, 2007).

Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah


sebagai berikut: (Laksana,2007)

1.Pengolahan bahan baku

2.Sortasi basah

3.Pencucian

4.Perajangan

5.Pengeringan

6.Sortasi kering

7.Pengepakan dan penyimpanan.

Teknik pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut : (Prasetyo


dan Entang,2013)

1.Sortasi basah, yaitu pemisahan dan pembuangan bahan organic asing atau
tumbuhan lain yang terikut.

2.Pencucian bahan, dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran


menggunakan air bersih. Simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam
air mengalir, agar pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.

3.Perajangan, dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan


dan penggilingan

4.Pengeringan, tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang


tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.

5.Sortasi kering, dilakukan setelah proses pengeringan dan sebenarnya merupakan


tahap akhir dari pembuatan simplisia.

6.Pengepakan dan penyimpanan, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan


beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia yaitu cara
pengepakan, pembungkusan, pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara
sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya

Tanaman Salam merupakan tanaman berkayu yang biasanya dimanfaatkan


daunnya. Daun salam sudah dikenal sejak lama sebagai bumbu masakan, dalam
perkembangannya dibidang medis, daun salam dapat dimanfaatkan sebagai
ramuan obat tradisional. Daun salam memiliki khasiat pengobatan yang luar biasa
digunakan untuk terapi hipertensi, diabetes melitus, asam urat, diare, katarak,
mabuk akibat alkohol, sakit gigi, kudis dan gatal-gatal karena memiliki banyak
sifat kimia yang berguna dalam bidang medis. (Sudirman, 2014).

Secara ilmiah, tanaman salam diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotylidoneae

Sub Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium polyanthum w. (Samudra, 2014)

Kandungan tanaman salam adalah saponin, triterpenoid, flavonoid,


alkaloid, tanin, dan minyak atsiri, yang terdiri dari sequiterpen, lakton, dan fenol
(Samudra, 2014).

Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat, permukaan licin, bertajuk


rambun dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang tangkai
daun 0,5-1 cm. Helaian berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda,
panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk
tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya
harum. Biji bulat, diameter sekitar 1 cm berwarna coklat, setelah masak menjadi
merah gelap, rasanya agak sepat (Samudra, 2014).

Secara empiris daun salam digunakan untuk obat pada penyakit diabetes,
jantung koroner, hipertensi, sakit maag dan diare. (Dalimartha, 2003).

Beguna juga sebagai antioksidan yang mampu menghilangkan,


membersihkan, menahan pembentukan ataupun meniadakan efek radikal bebas.
(Dalimartha,2003).
III.ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan meliputi pisau, blender, wadah plastik (baskom),


lumpang dan stamfer, talenan, penggaris, timbangan, mikroskop,
aluminium foil, ayakan, desikator, oven, furnace, kurs porselen dan spatel.

b. Bahan yang digunakan meliputi daun dari berbagai sumber tumbuhan,


aquadest, etanol P (etilalkohol 95%) dan air jenuh kloroform (2,5 ml
dalam 1 liter).

IV.CARA KERJA

a. Penyiapan simplisia daun (folium)

1. Siapkan sebanyak 500 g daun, dibersihkan dari kotoran, kemudian dan


dicuci
2. bersih dengan air mengalir.
3. Lakukan pengeringan menggunakan metoda yang ditetapkan
4. Simplisia yang sudah kering kemudian ditimbang, hitung persen
rendemennya
5. Lanjutkan dengan proses evaluasi simplisia

b. Evaluasi Simplisia

1. Evaluasi organoleptis

a. Ambil secukupnya simplisia daun yang sudah disiapkan


b. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa
c. Catat hasil pengamatan yang diperoleh

2. Analisis mikroskopis

a. Ambil secukupnya simplisia daun yang sudah dihaluskan menggunakan


lumpang dan stanfer
b. Lakukan pengamatan bentuk mikroskopis daun menggunakan mikroskop
c. Gambarkan hasil pengamatan yang diperoleh

3. Penetapan kadar air

a. Timbang kurs porselen, catat beratnya


b. Masukkan kurs porselen ke dalam oven dengan suhu 100-105 0C selama 2
jam. Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang
kembali. Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia serbuk daun di dalam kurs porselen,
panaskan di dalam oven dengan suhu 100-105 0C selama 5 jam. Setelah
itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat
beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan
d. Hitung kadar air dari simplisia daun.
Syarat : (Tidak lebih dari 10 %)

4. Penetapan kadar abu

a. Timbang kurs porselen, catat beratnya


b. Masukkan kurs porselen ke dalam oven dengan suhu 100-105 0C selama 2
jam. Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkannkemudian ditimbang
kembali. Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia daun di dalam kurs porselen,
panaskan di dalam furnace dengan suhu 800 0C selama 6 jam. Setelah itu,
keluarkan dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat beratnya.
Lakukan pemanasan sampai berat konstan
d. Hitung kadar abu dari simplisia daun
Syarat : (Tidak lebih dari 2,5%)
e. Lakukan penetapan kadar abu dari kedua daun dengan metoda
pengeringan yang berbeda, bandingkan kadar abu yang diperoleh

5. Kadar sari larut air

a. Timbang sebanyak 5 g serbuk simplisia, masukkan ke dalam Erlenmeyer


bertutup
b. Tambahkan 100 ml air jenuh kloroform, kocok berkali kali selama 6 jam
dan kemudian biarkan selama 18 jam.
c. Saring dan ambil 20 ml filtrat untuk diuapkan dalam cawan penguap pada
suhu 105 0C sampai bobot tetap.
d. Hitung kadar sari larut air simplisia tersebut
Syarat : (Tidak kurang dari 14,8%)

6. Kadar sari larut etanol

a. Timbang sebanyak 5 g serbuk simplisia, masukkan ke dalam Erlenmeyer


bertutup
b. Tambahkan 100 ml etanol P, kocok berkali kali selama 6 jam dan
kemudian biarkan selama 18 jam.
c. Saring dengan cepat dan ambil 20 ml filtrat untuk diuapkan dalam cawan
penguap pada suhu 105 0C sampai bobot tetap.
d. Hitung kadar sari larut etanol simplisia tersebut
Syarat : (Tidak kurang dari 19,9%)
V.HASIL

No Evaluasi Hasil

1 Rendemen Berat akhir simplisia


Rumus : x 100 %
Berat awal simplisia

Diketahui :
Berat awal simplisia = 600 gram
Berat akhir simplisia = 150 gram

150 gram
% Rendemen = x 100 %
600 gram

= 25%
2 Organoleptis  Bentuk : Serbuk hablur sedikit halus berserat
 Warna : Hijau
 Bau : Aromatik lemah
 Rasa : Tidak berasa
3 Mikroskopis  Perbesaran 10 x 10 dengan aquadest
2

Keterangan :
1.Sklerenkim
2.Epidermis bawah dengan stomata

 Perbesaran 10 x 40 dengan aquadest

2
1

Keterangan :
1.Kristal kalsium oksalat bentuk prisma
2.Epidermis bawah dengan stomata

 Perbesaran 10 x 10 dengan KI
1

3
2

Keterangan :
1.Epidermis bawah dengan stomata
2.Unsur xilem dengan noktah
3.Kristal kalsium oksalat bentuk prisma

 Perbesaran 10 x 40 dengan KI

Keterangan :
1.epidermis bawah dengan stomata
2.Kristal kalsium oksalat brntuk prisma
3.Sklerenkim
4 Penetapan kadar M 1−M 2
Rumus : x 100 %
air M1

Keterangan :
M1 : Kurs kosong + sampel
M2 : Kurs kosong + sampel setelah dioven

Diketahui : M1 : 65,391 gram


M2 : 65,167 gram

65,391 g−65,167 g
% Kadar air = x 100 %
65,391 g
= 0,34 % (Memenuhi syarat,
Yaitu tidak lebih dari 10%)

5 Penetapan kadar M 1−M 2


Rumus : X 100 %
abu Berat sampel

Keterangan :
M1 : Kurs kosng + sampel
M2 : Kurs kosong + sampel setelah difournance

Diketahui : M1 : 56,3769 gram


M2 : 61,5597 gram
Berat sampel : 2,0209 gram

56,3769 g−61,5597 g
%Kadar abu = x 100 %
2,0209 g
= -256,50% (Memenuhi syarat,
Yaitu tidak lebih dari 2,5%)
6 Kadar sari larut  Bobot sari dalam 20 ml
air =(Bobot cawan + sari)-(Bobot cawan kosong)
=50,1990 gram – 50,0641 gram
=0,1349 gram

 Bobot sari total


Vol bobot awal
= x bobot sari
Vol yang diambil
100 ml
= x 0,1349 gram
20 ml
=0,6745 gram

 %Rendemen
Bobot sari total
= x 100 %
Bobot simplisia
0,6745 gram
= x 100 %
5,0759 gram
=13,2882 (Tidak memenuhi syarat, karena kurang dari
14,8%)
7 Sari larut etanol  Bobot sari dalam 20 ml
=(Bobot cawan + sari)-(Bobot cawan kosong)
=60,9938 gram – 60,7749 gram
=0,2189 gram

 Bobot sari total


Vol bobot awal
= x bobot sari
Vol yang diambil
100 ml
= x 0,2189 gram
20 ml
=1,0945 gram

 %Rendemen
Bobot sari total
= x 100 %
Bobot simplisia
1,0945 gram
= x 100 %
5,0082
=21,8541 (Memenuhi syarat, yaitu tidak kurang dari
19,92%)
VI.PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan penyiapan dan evaluasi simplisia
daun (Folium), Yang yang bertujuan agar kami sebagai praktikan mampu
menyiapkan simpilisia pati dari beberapa sumber tumbuhan dengan melakukan
proses pengolahan simpilisia pati yang benar, mampu melakukan evaluasi secara
mikroskopis,makroskopis dan beberapa parameter standar lainnya, dan mampu
mendokumentasi dan melaporkan hasil kerja yang dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. Adapun sampel yang kami gunakan yaitu daun salam
dengan nama latin Syzygium polyanthum.

Mula-mula kami menyiapkan 600 gram daun salam, kemudian dibersihkan


dari kotoran dan dicuci pada air mengalir. Selanjutnya daunnya sudah bersih tadi
kami rajang, perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air yang
dikandung, sehingga mempercepat waktu pengeringan. namun irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya senyawa yang mudah menguap
seperti minyak atsiri, sehingga kadarnya akan berkurang, jadi untuk besar
rajangannya itu tidak boleh terlalu besar dan terlalu kecil. Selanjutnya lakukan
pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan, kami menggunakan
metode kering oven, dengan suhu 50°c. Daun yang sudah kering, dihaluskan
menggunakan blender dan disaring untuk selanjutnya dihitung % rendemennya
dengan berat akhir simplisia adalah 150 gram, dan berat awal simplisia sebelum
dilakukan pengeringan dan penghalusan adalah 600 gram, diperleh hasil bahwa %
rendemennya adalah 25% dan selanjutnya dilakukan evaluasi.

Evaluasi yang pertama kali dilakukan yaitu evaluasi organoleptis dengan


menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.
Setelah dilakukan pengamatan diperoleh hasil bahwa daun salam (Syzygium
polyanthum) memiliki bentuk serbuk hablur sedikit halus berserat, berwarna hijau,
berbau aromatik lemah dan tidak berasa.

Selanjutnya dilakukan evaluasi mikroskopis dengan menggunakan


mikroskop pada perbesaran 10x10 dan 10x40, setelah dilakukan pengamatan
terlihat bahwa adanya sklerenkim, epidermis bawah dengan stomata, Kristal
kalsium oksalat bentuk prisma dan unsur xilem dengan noktah pada simplisia
daun salam tersebut.

Selanjutnya dilakukan penetapan parameter standar simplisia dilakukan


untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,
maka simplisia tersebut harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk dapat
memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain
adalah bahan baku simplisia, proses dalam pembuatan simplisia yautu cara
penyimpanan bahan baku simplisia dan cara penyimpanan simplisia yang sudah
jadi. Penetapan parameter standar ini meliputi penetapan kadar air, kadar abu
total, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol.

Kadar air merupakan salah satu parameter uji yang sangat penting dalam
menentukan mutu suatu simplisia, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur dan cita rasa pada simplisia. Kadar air yang berlebih pada suatu simplisia
berpotensi menyebabkan peningkatan nilai cemaran mikroba dan juga cenderung
menurunkan kualitas mutu simplisia. setelah dilakukan evaluasi diperoleh berat
kurs kosong tambah sampel adalah 65,391 gram dan berat kurs kosong ditambah
sampel setelah dioven adalah 65,167 gram, setelah dilakukan perhitungan
menggunakan rumus yang telah ditetapkan diperoleh kadar air dalam simplisia
daun salam yaitu 0,34% yang berarti memenuhi syarat menurut Farmakope
Herbal Indonesia yaitu tidak lebih dari 10%.

Selanjutnya dilakukan evaluasi penetapan kadar abu dengan menggunakan


pemanasan didalam fournance pada suhu 800°c, yang bertujuan untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Di mana berat kurs kosong ditambah
sampel adalah 56,3769 gram dan barat kurs kosong ditambah sampel setelah di
fournance adalah 61,5597 gram, setelah dilakukan perhitungan menggunakan
rumus yang telah ditetapkan diperoleh kadar abu dalam simplisia daun salam yaitu
-256,50% yang berarti memenuhi syarat yang ada di Farmakope Herbal Indonesia
yaitu tidak lebih dari 2,5%.

Selanjutnya dilakukan evaluasi penetapan kadar Sari larut air yang


bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa yang dapat terlarut di dalam air.
setelah dilakukan evaluasi diperoleh Bobot sari dalam 20 ml, adalah 0,1349 gram,
Bobot sari total adalah 0,6745 gram dan dengan pesan rendemen 13,2882%, yang
berarti tidak memenuhi syarat yang ada di Farmakope Herbal Indonesia yaitu
tidak kurang dari 14,8%.Besar kecilnya hasil penetapan kadar sari dipengaruhi
oleh faktor biologi diantaranya adalah lokasi tumbuhan, periode pemanenan dan
umur tumbuhan. Penyimpanan dan pemanenan yang tidak pada waktunya juga
dapat mempengaruhi kandungan senyawa kimia.

Selanjutnya dilakukan penetapan kadar Sari larut etanol yang bertujuan


untuk mengetahui kadar senyawa yang dapat terlarut di dalam etanol. Setelah
dilakukan evaluasi diperoleh Bobot sari dalam 20 ml adalah 0,2189 gram,
Bobotsari total adalah 1,0945 gram, dan dengan pesan rendemen 21,8541%, yang
berarti memenuhi syarat yang ada di Farmakope Herbal Indonesia yaitu tidak
kurang dari 19,9%.
VII.KESIMPULAN

1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses
setengah jadi, seperti pengeringan
2. Sampel yang kami gunakan adalah daun salam (Syzygium polyanthum)
yang memiliki bentuk serbuk halus sedikit halus berserat, berwarna hijau,
berbau aromatik lemah dan tidak berasa
3. Pada evaluasi mikroskopis menggunakan mikroskop terlihat sklerenkim,
epidermis bawah dengan stomata, kristal kalsium oksalat bentuk prisma,
unsur xilem dengan noxtah pada simplisia daun salam.
4. Kadar air dan kadar abu pada simplisia daun salam memenuhi persyaratan
yang ada di FHI, dimana kadar air adalah 0,34% yang syaratnya tidak
lebih dari 10% dan kadar abu adalah -256, 50 yang syaratnya tidak lebih
dari 2,5%
5. Kadar Sari larut air adalah 13,2882% tidak memenuhi syarat yang ada di
FHI yaitu tidak kurang dari 14,8% dan kadar sari larut etanol adalah
21,8541%, yang berarti memenuhi syarat yang ada di FHI yaitu tidak
kurang dari 19,9%.

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obaat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Puspa


Swara

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Jendral


Pengawasan Obat Dan Makanan

Laksana, Toga, dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia.


Yogyakarta : UGM

Prasetyo dan Entang Inorah. 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan


(Bahaan Simplisia). Gedung Fakultas Pertanian UNIB, Badan Penerbitan
Fakultas Pertanian UNIB

Samudra, A. 2014. Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium


Polyanthum (Wight) walp) dari Tiga Tempat Tumbuh Diindonesia. Jakarta
: Fakultas Kedoktera Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Sudirman, T, A. 20014. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Salam ( Eugenia polyantha)


Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aereus Secara In Vitro. Makassar :
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
IX.LAMPIRAN

1.Daun salam yang sudah dibersihkan 2.Perajangan daun salam

3.Pengeringan daun salam 4.Daun salam yang sudah

Didalam oven kering

5.Menghaluskan daun salam 6.Daun salam yang sudah

Menggunakan blender halus


7.Kurs porselen + sampel daun 8.Kurs porselen + sampel daun

Dimasukkan kedalan oven selama dimasukkan kedalam fournance

5 jam, Untuk dilakukan perhitungan dengan suhu 800°C selama 6 jam,

Penetapan kadar air simplisia untuk dilakukan perhitungan

penetapan kadar abu simplisia

9.Sampel daun yang sudah dikocok 10.Penyaringan sampel untuk

dengan kloroform dan sebelahnya diambil filtratnya 20 ml

dengan etanol setelah didiamkan

selama 18 jam

11.Penguapan sampel diatas waterbatch sampai didapatkan bobot tetap dan


dihitung berapa kadar sari laru air dan kadar sari larut etanol simplisia
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai