Anda di halaman 1dari 28

Farmakognosi Farmakognosi

Simplisia

Teori 1.
2.
Simplisia
Khasiat Farmakologinaya
3. Pengolahan simplisia
4. Ekstrak Simplisia
5. Pengujianya
Kelompok
1. Affara Zalqia Lazuardi (107120005)
2. Riska hestiara Sahrani (107120006)
3. Mayantika Rimadanti Rizki (107120017)
4. Irma Dwi Prasetya (107120018)
SIMPLISIA
RIMPANG
KUNYIT
Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica Val.)
dalam famili
Zingiberaceae. Yang di
gunakan sebagai bahan
baku dalam industri dan
obat di Indonesia karena
berkhasiat.
Khasiat rimpang
kunyit
Kunyit sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional
seperti :
- menyembuhkan luka,
-Antibakteri,
-Mengurangi motilitas usus,
-Menghilangkan bau badan,
-Obat demam
-Obat diare
-Obat sesak napas
Kandungan
Rimpang kunyit
Rimpang kunyit (Curcuma longa Linn) mengandung minyak atsiri
( felandren,sineol, borneol, zingiberene,
tirmeron),demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin( Winarto
dan Tim Lentera,2004)
Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia yaitu zat warna
kuning yang disebut kurkuminoid yang dapat bersifat sebagai
antioksidan dimana dapat mencegah kerusakan sel-sel yang
diakibatkan radikal bebas ,selain itu kurkuminoid juga dapat
menjadi anti inflamasi.
Pengolahan Simplisia Rimpang Kunyit
• Nama Latin : Curcuma domestica Val
• Bagian yang digunakan : Akar tinggal
• Nama Indonesia : Rimpang Kunyit
• Nama Simplisia : CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA (MMI)
• Tahapan Pengolahan Simplisia :
1. Pengumpulan Simplisia
 Bagian yang digunakan : Rimpang
 Zat berkhasiat : Minyak atsiri, zat warna kurkumin, pati, damar
 Waktu panen : Umur 10-12 bulan
 Periode panen : Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu
sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpu. Selain itu kandungan air dalam rimpang
sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringanya
2. Sortasi Basah
 Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa
tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam
wadah plastic untuk pencucian .

3. Pencucian
 Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air
bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.Hindari pencucian
yang terlau lama agar kualitas dan senyawa aktif yangterkandung di dalamnya tidak larut dalam air.
Setelah pencucian selesai, tiriskandalam tray/wadah yang berlubang – lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapatdipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

4. Perajangan
 Proses perajangan dilakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yangakan dirajang dengan
talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang denganketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah
perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan
secara manual atau denganmesin pemotong.
5. Pengeringan
 Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari ataualat pemanas/oven.
pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelahkadar airnya dibawah 8%.
• Dengan sinar matahari: pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatastikar atau rangka
pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak- balik kira-kira
setiap 4 jam sekali agar pengeringanmerata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yanglembab dan
dari bahan-bahan disekitarnya yang bisamengkontaminasi
• Dengan oven: Pengeringan dengan oven dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang akan
dikeringkan ditaruh di atastray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak salingmenumpuk. Setelah
pengeringan, timbang jumlahrimpang yang dihasilkan.

6. Sortasi Kering
 Sortasi kering pada kunyit dilakukan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing
seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Lalu timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini.
7. Pewadahan
 Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang
bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang.menjelaskan nama bahan, bagiandari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersihdan metode penyimpanannya.

8. Penyimpanan
 Kondisi tempat penyimpanan harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30°C dan
gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,terhindar dari kontaminasi bahan lain
yang dapat menurunkan kualitas bahan. Tempat penyimpanan juga harus memiliki penerangan yang
cukup (hindari dari sinar mataharilangsung), serta bersih dan terbebas dari hama.
9. Penyimpanan Mutu
 Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri:
a) Warna : kuning-jingga
b) Aroma : berbau khas kunyit
c) Rasa : rasa pahit dan khas pedas
d) Kadar air maks : 17 %
e) Kadar abu : 1,5%
f) Kadar pasir (kotoran) :1%
g) Kadar minyak atsiri (min) : 5%
Sediaan
Rimpang Kunyit

Poin 1 Poin 2
Ekstrak Simplisia

Serbuk simplisia rimpang kunyit sebanyak 250 gram


dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% dengan
perbandingan (1:10) selama 24 jam. Setelah 1 hari, toples
kaca dibuka kemudian maserat dan ampas dipisahkan.
Maserat disaring lalu dihitung volumenya. Ampas yang
diperoleh kemudian diremaserasi sebanyak 2 kali
menggunakan pelarut etanol 96%. Volume total maserat
yang diperolehkemudin dihitung. Ekstrak yang diperoleh
dari proses maserasi diuapkan pelarutnya dengan alat
rotary vacum evaporator pada suhu 40ᴼC hingga didapat
ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya
ditimbang dan dihitung persentasi rendemen yang
diperoleh terhadap bobot serbuk simplisia.
Uji fitokimia
Skrining dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam
ekstrak etanol rimpang kunyit. Pengujian terhadap dilakukan terhadap tanin,
fenol, triterpen, minyak atsiri, saponin dan flavonoid. Uji dilakukan secara
kualitatif.
- Pada uji tanin dan fenol, digunakan reagen FeCl3, dimana apabila warna
berubah menjadi ungu biru menandakan adanya fenol dan tanin.
-Pada uji triterpenoid dan steroid, digunakan reagen asam asetat anhidrat dan
H2SO4, dimana apabila terbentuk cincin kecoklatan menunjukkan adanya
triterpenoid, sedangkan apabila warna cincin biru menunjukkan adanya steroid.
-Pada Uji saponin, ekstrak dikocok selama 10 detik dan apabila mengandung
saponin terdapat busa yang stabil >10 menit setinggi 1-10 cm dan apabila
diteteskan 1 tetel HCl 2 N busa tidak hilang. (Depkes RI, 2008)
DAUN SIRIH
Manfaat
-Daun sirih untuk pemakaian dalam
digunakan untuk mengobati
batuk,bronchitis, gangguan lambung
(gastritis),reumatik,bengkak-bengkak,
menghilangkan bau badan dan keputihan
-Pemakaian luar daaun sirih berguna untuk
mengobati eczema,luka
bakar,koreng(pyoderma)kurap
kaki,bisul,mimisan,perdarahan
gizi,mengurangi produksi ASI(air susu ibu
),dan menghilangkan gatal.
kandungan
Komposisi utama dari daun sirih adalah minyak atsiri
yang mengandung beberapa senyawa seperti senyawa
alil benzena, chavibetol (sirih- fenol, 3-hidroksi-4-
methoxyallylbenzene), chavicol (P-allyl-fenol, 4-alil-
fenol), Estragole (p-alil- anisol; 4-metoksi-alilbenzena),
Eugenol (Allylguaiacol, 4-hydroxy-3-
methoxyallylbenzene; 2 - metoksi4-alil-fenol), metil
eugenol (Eugenol metil eter; 3,-dimetoksi-alilbenzena) dan
hydroxycatechol (2,4-dihidroksi-alilbenzena)
kandungan kimia dari daun sirih hijau: minyak Jurnal
Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014 134 atsiri dengan
komponen utama kavikol dan kavibetol (betelfenol),
metal eter eugenol, eugenol, kavebetol asetat,4-(2-
propenil)-1, 2-benzenadiol dan flavanoid.
Pengolahan Simplisia Daun Sirih
• Nama Latin : Piper betle L.
• Bagian yang digunakan : Daun
• Nama Indonesia : Daun sirih
• Nama Simplisia : PIPERIS FOLIUM
• Tahapan Pengolahan Simplisia :
1. Pengumpulan Simplisia
 Bagian yang digunakan : Daun
 Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut
betelfenol atau aseptol
 Waktu panen :Pengambilan sampel dilakukan pada saat daun tumbuhan telah
berwarna hijau sempurna
2. Sortasi Basah
 Daun yang telah dipetik dipisahkan dari zat pengotor yang menempel pada daun dan membuang
bagian-bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapat daun yang memiliki kualitas
yang bagus untuk digunakan, hal ini dilakukan dengan cara manual.

3. Pencucian
 Pencucian simplisia dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang masih melekat pada simplisia
setelah pelaksanaan sortilisasi basah. Pencucian dilakukan dengan air mengalir dan waktu yang
sesingkat mungkin bertujuan untuk menghilangkan mikroba dan pengotor, namun tidak
menghilangkan zat khasiat simplisia tersebut.

4. Perajangan
 Bertujuan untuk memperkecil ukuran dan memperluas permukaan simplisia agar mudah proses
ekstraksi lebih mudah dilakukan. dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran tertentu
5. Pengeringan
 Bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam
jangka waktu lebih lama Pengeringan matahari langsung pada suhu kamar. Pengeringan simplesia
dilakukan dengan cara diangin-anginkan atau tidak terkena cahaya matahari langsung pada suhu
kamar.

6. Sortasi Kering
 untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang
masih adaatau tertinggal pada simplisia kering.

7. Pewadahan
 Dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di keringkan ,jenis perwadaha berupa plastic

8. Penyimpanan
 Simplisia dapat dilakukan di ruang biasa(suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat
penyimpanan harus bersih , udaranya cukup kering, dan berventilasi . Ventilasi harus cukup baik
karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.
9. Penyimpanan Mutu
 Standard mutu daun sirih :
a) Warna : hijau pudar( hijau mengkilat)
b) Aroma : khas seperti simplisia
c) Rasa : berasa sepat
d) Kadar air maks : 6,9455% (<10%)
e) Kadar abu : 0,012(<0,05)
f) Kadar minyak atsiri (min) : 0,3 ml
Ekstrak Simplisia
• Pembuatan Ekstrak Kental
Ekstrak dibuat dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang sesuai. Gunakan
pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit skunder yang terkandung dalam serbuk simplisia. Jika
tidak dinyatakan lain gunakan etanol 70% P , Masukkan satu bagian serbuk kering simplisia kedalam maserator ,
tambahkan 10 bagian pelarut, rendam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan
selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara pengendapan, sentrifugasi, dekantasi atau filtrasi.

• Pembuatan Ekstrak Kering Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan dengan menambahkan laktosa : sama
banyak dengan berat ekstrak, 1,2 dari berat ekstrak dan 2x berat ekstrak. Kemudian digerus sampai homogen.
Pada serbuk kering ini tambahkan pelarut heksan ± 300 ml untuk setiap 100 g ekstrak, diaduk sempurna
beberapa kali selama 2 jam, biarkan mengendap dan enap tuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan
300 ml aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, keringkan ekstrak yang telah dicuci dengan heksan
tersebutpada suhu ± 70º C, timbang serbuk . Karakterisasi Ekstrak Kering Karakteristik Non-spesifik Susut
Pengeringan Ekstrak kering ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan kebotol timbang
dangkal tutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105° C selama 30 menit dan telah ditara.
Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga terdapat
lapisan setebal ± 5 mm sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan kedalam ruang pengeringan, buka tutupnya,
keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
Sediaan Daun Sirih

Tambah poin utama


Uraikan secara singkat hal
yang ingin Anda bahas.
Pengujian Simplisia • Rekapitulasi data hasil karakteristik daun sirih
Karakteristik daun sirih hijau ( Piper betle L) hijau
Daun sirih hijau (Piper betle L.) ditentukan parameter mutunya
di Laboratorium Penelitia STIFARM Padang. Parameter mutu No. Parameter yang hasil
daun sirih hijau (Piper betle L.) ditentukan berdasarkan standar . diuji
Farmakope Herbal indonesia (Departemen Kesehatan Republik 1 Susut pengeringan 7,2785 %
Indonesia, 2008) yang terdiri dari pemeriksaan makroskopik, 2 Kadar air 6,9455 %
mikroskopik, identifikasi, kadar abu total, kadar abu tidak larut
3 Kadar abu total 6,5750 %
asam, penetapan kadar minyak atsiri dan penetapan susut
pengeringan. 4 Kadar abu tidak 6,5750 %
larut asam
Dengan hasil yang diperoleh di jurnal
5 Kadar sari larut air 16,2740 %
Pemeriksaan Makroskopik
6 Kadar sari larut 4,9159 %
Bentuk makroskopik dari daun ini dapat dilihat dengan mata etanol
secara langsung yaitu: daun tunggal, bertangkai pendek,
7 Kadar minyak 4,6585 %
helaian daun berbentuk hati agak lonjong atau melebar,
atsiri
panjang 10-15 cm, lebar 5-7 cm, pinggir daun licin. Permukaan
atas berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah memiliki
warna hijau pudar dengan tulang daun 5-7 buah.
Pengujian simplisia
• Karakterisasi non – spesifik ekstrak daun sirih kering
• Susut pengeringan dengan penambahan laktosa 1 : 1 (3,4193 %), 1 : 11 2 (2,8241 %) dan 1 : 2
(2,1533 %). Dari data yang didapat dilakukan analisa menggunakan uji anova dua arah dan diperoleh
hasil perhitungan terhadap susut pengeringan untuk ketiga jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa
nilai F hitung = 3840.555 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang berarti Fariasi penambahan laktosa pada
ekstrak kering mempengaruhi susut pengeringan ekstrak. Semakin banyak penambahan laktosa
pada pembuatan ekstrak kering maka semakin kecil susut pengeringan ekstrak tersebut.
• Kadar air dengan penambahan laktosa 1 : 1 (3,1606%), 1 : 11 2 (2,2831 %) dan 1 : 2 (2,0196 %). Hasil
perhitungan Anova terhadap kadar air untuk ketiga jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa nilai F
hitung = 130515.207 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang berarti Fariasi penambahan laktosa pada
ekstrak kering mempengaruhi kadar air ekstrak. Semakin banyak penambahan laktosa pada
pembuatan ekstrak kering maka semakin kecil kadar air ekstrak tersebut.
Pengujian simplisia
• Bobot jenis nyata dengan penambahan laktosa 1 : 1 (0,5769 g/ml), 1 : 11 2 (0,4446 g/ml) dan 1 : 2
(0,5480 g/ml) dan bobot jenis mampat pada penambahan laktosa 1 : 1 (0,5882 g/ml), 1 : 11 2
(0,5557 g/ml) dan 1 : 2 (0,5560 g/ml). Dari data yang didapat dilakukan analisa menggunakan uji
anova dan diperoleh hasil perhitungan terhadap bobot jenis untuk ketiga jenis ekstrak kering
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 22,818 dengan Sig = 0,002 yang berarti Fariasi penambahan
laktosa pada ekstrak kering mempengaruhi bobot jenis ekstrak. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan tingkat kekeringan ekstrak pada saat pengujian bobot jenis karena perbedaan
penambahan laktosa sehingga berpengaruh pada sifat alir serbuk.

• Kadar abu total dengan penambahan laktosa 1 : 1 (0,6883 %), 1 : 11 2 (0,6568 %) dan 1 : 2 (0,5660
%). Hasil perhitungan Anova terhadap kadar abu total untuk ketiga jenis ekstrak kering
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 10.089 dengan Sig. = 0,012 (< 0,05), yang berarti Fariasi
penambahan laktosa pada ekstrak kering mempengaruhi kadar abu total ekstrak.
Pengujian simplisia
• Kadar abu tidak larut asam dengan penambahan
laktosa 1 : 1 (0,5469 %), 1 : 1 1 2 (0,6181 %) dan Jenis ekstrak
1 : 2 (0,5179 %). Hasil perhitungan Anova Parameter yang
No.. diuji dari ekstrak
terhadap kadar abu yang tidak larut asam untuk kering daun sirih
hijau 1:1 1:1½ 1:2
ketiga jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa
nilai F hitung = 2.163dengan Sig. = 0,196 (> 0,05),
yang berarti Fariasi penambahan laktosa pada 1 Oragnoleptis
ekstrak kering tidak mempengaruhi kadar abu Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk
tidak larut asam ekstrak. Warna Serbuk berwarna Serbuk berwarna Serbuk berwarna
cokelat tua coklat muda coklat kekuningan
Bau Khas seperti Khas seperti Khas seperti
• Karakterisasi spesifik ekstrak kering daun sirih simplisianya simplisianya simplisianya
hijau Rasa Sepat Sepat Sepat

• Uji organoleptis 2 Kadar senyawa 22.3646 % 22,5836 % 23,0699 %


larut air (%)
• Warna setiap serbuk berbeda, perbedaan warna 3 Kadar senyawa 4,8558 % 4, 9154 % 3, 8094 %
larut etanol
ini dipengaruhi oleh penambahan laktosa semakin
banyak laktosa yang ditambahkan maka warna
ekstrak akan semakin pudar di banding warna
ekstrak kentalnya. Sedangkan bentuk, warna, bau
dan rasa tidak berpengaruh besar dengan
penambahan laktosa.
Daftar pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008)
Farmakope Herbal Indonesia. (Edisi I).Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Prabowo, H, dkk. 2019. Standardisasi Spesifik Dan Non
Spesifik Simplisia Dan Ekstrak Etanol 96% Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica val.). Universitas Udayana. Bali
Harrizul Rivai, Putri Eka Nanda, Humaira Fadhilah.2014.
Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Sirih Hijau
( Piper betle L). Universitas Andalas. Padang.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai