Anda di halaman 1dari 7

SIMPLISIA

A. Tujuan Praktikum
1. Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan
serbuk dari simplisia.
2. Sebelum melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan sudah mengetahui
definisi dan ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam mengamati haksel.
B. Tinjauan Pustaka
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 60ᵒC (BPOM, 2014). Serbuk adalah sediaan obat
tradisional berupa butiran homogen dengan deraiat halus yang cocok; bahan
bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya (DepKes RI, 1994).
Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran homogen dengan
derajat halus yang sesuai, terbuat dari simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang
cara penggunaannya diseduh dengan air panas (BPOM, 2014).

Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:

1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.

2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10

3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10


4. Mikroba patogen. Negatif.

5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.

Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan bahan baku
simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpanan untuk
serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar,
ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari (DepKes RI, 1994).
Haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen, atau utuh
yang biasanya didapat dalam ramuan atau persediaan. Perlu ditegaskan di sini
bahwa haksel tidak berbentuk serbuk. Pemerian merupakan uraian tentang bentuk,
bau, rasa, dan warna simplisia, jadi merupakan informasi yang diperlukan pada
pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa bagian tanaman ( kulit, daun,
akar dan sebagainya). Sedangkan pertelaan atau pemerian didiskripsikan dalam
praktikum ini meliputi tanaman atau tumbuhan asal, suku atau famili, bentuk
sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri khas (bila ada), ukuran (bila perlu)
seta gambar haksel tersebut.

C. Tata Nama Simplisia :

D. Penggolongan Simplisia
            Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a.    Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
 b.    Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c.    Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga
( Dep.Kes RI,1989).
E. Cara Pembuatan Simplisia
a.    Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih
dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak
diperlukan.  Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau
cangkul.  Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. 
Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh
terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam
waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang
berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. 
b.    Penanganan Pasca Panen
              Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk
membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik
serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.  Tujuan dari pasca panen ini
untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi 
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
c.    Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan
yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.  Bahan nabati
yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut
terbawa dalam bahan.
d.    Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan
setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan
air bersih seperti air dari mata air, sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor
menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan
bertambah. 
e. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya
seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. 
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan
tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan
tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif 
yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan
kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
e.    Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat
terhambat.  Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. 
Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 – 600C dan hasil yang baik
dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. 
Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar
matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti
oven, rak pengering, blower ataupun dengan  fresh dryer.
f.     Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang
terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda
asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan
simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan
lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen
hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
g.   Pengemasan
  Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan. 
Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap
kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman
bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
h.    Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya
cukup kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup baik karena hama
menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar
gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat
mengkontaminasi simplisia tanaman obat.
F. Cara Kerja
Pembuatan Simplisia :
1. Tanaman segar diambil dan dilakukan sortasi basah dengan cara dicuci dengan
air mengalir serta dihilangkan pengotor yang ada.
2. Tanaman dilakukan perajangan untuk bahan yang ukurannya agak besar dan
tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. 
3. Tanaman dikeringkan dengan cara dikeringanginkan terhindar dari cahaya
matahari langsung.
4. Simplisia yang telah kering dilakukan sortasi kering, dihilangkan pengotor
yang masih melekat pada simplisia.
5. Simplisia dimasukkan ke dalam wadah dan diberi label.
Pembuatan Haksel :
1. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah.
2. Simplisia yang telah kering lalu di sortasi kering untuk menghilangkan kotoran
yang masih ada.
3. Simplisia dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam wadah serta diberi
label.
Pembuatan Serbuk Simplisia :
1. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah.
2. Simplisia yang telah kering lalu di sortasi kering untuk menghilangkan kotoran
yang masih ada.
3. Simplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat
penyerbuk hingga halus.
4. Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam
wadah, diberi label.
Cara Kerja saat Praktikum :
1. Ambil contoh yang mewakili (representatif) simplisia tersebut sebutkan
tanaman asal dan suku (familia),
2. Kemudian deskripsikan wujudnya secara umum, ciri khas (jika ada),
3. Gambarlah contoh tersebut, lakukan secara organoleptik (warna, bau, dan rasa)
jika perlu dirobek, dipatahkan atau diremuk.

Anda mungkin juga menyukai