Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan
sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu
pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang
obat.
Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak
masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini
adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian dari masyarakat
memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang
farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai
obat-obatan.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia
khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-
jaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat
dijadikansebagai obat.
Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin
berkembang, mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia pada
daun.

1.2 Rumusan Masalah


Mengetahui suatu simplisia dari pengamatan secara makoskopik

1.3 Tujuan
Mengamati simplisia secara makroskopik meliputi bau, rasa, warna dan
bau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI
adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah .
2.1.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau
gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa
hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.

2.1.3 Cara Pembuatan Simplisia


1. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan
harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan
kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk
mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak
diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat
menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau
busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan
dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain)
tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk
dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan
diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang
berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan
hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
2. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen
terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan
alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil
panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik
serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk
memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan
tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal
setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama
proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan
dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti
masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini
untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu,
efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang
tinggi.
3. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen
dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau
bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan
nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran
pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi
jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
4. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran
dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada
bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen
karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian
menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau
PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba
pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-
nya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan
sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin
untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.
5. Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak
banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.
Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah
dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman
kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan
menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah
melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
6. Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang
kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang,
akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-
ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih
me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat
pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.
Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup
banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya
kandungan dalam bahan.
7. Penyikatan (Manual Maupun Oto-Matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap
jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat
sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di-
gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini
perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan.
Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan
teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan
pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat
menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-
ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko
kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri
atau mikro-organisme.
8. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah
proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan,
penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan
biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak
besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah
dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan
yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat
mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan.
Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama
dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah
ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang
temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur
3 – 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual
dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun
dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau
slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan
mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan
sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan
lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
9. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau
pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air,
sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah
rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam
proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan
akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan
yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah
antara 40 – 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan
adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian
pula de-ngan waktu pengeringan juga ber- variasi,
tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti
rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan
(khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari),
kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling
menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun
secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti
oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven,
blower dan fresh dryer pada suhu 30 – 500C. Pengeringan
pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif,
sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang
jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi
surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering
berkisar antara 36 – 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 –
53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi
dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung
maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan
dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan
terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam
sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci
kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas
matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah
terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat
penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang
berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak
atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-
gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat
dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 –
500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih
singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar
matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain
kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering
fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu
ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari
alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun
atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-
nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup
dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer
atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan
hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.
Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun
atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan
mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering
memiliki kadar air ± 8 – 10%. Dengan jumlah kadar air
tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam
pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.
10. Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan
benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya
akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.
Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan
simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah
penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen
hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
11. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang
sudah di-keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat
berupa plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis
kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat
melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan
tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk
dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang
isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan
yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
12. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa
(suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat
penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-
ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai
udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan
iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia
tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar
minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 – 6 bulan.
Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-
kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat
penyimpanan simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan
lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan
baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau
ke-mungkinan masuk air hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 300C.
d. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah
mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan
air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan
mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
e. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia
harus dicegah.
f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang
sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah.

2.2 Klasifikasi Simplisia


1. Temukunci ( Boesenbergiae Rhizoma )
Nama Tanaman Asal Boesenbergia pandurata (Roxb)
Keluarga Zingiberaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri, damar, pati
Penggunaan Antidiare

2. Daun Jambu biji ( Psidii Folium )


Nama Tanaman Asal Psidium guajava (L)
Keluarga Myrtaceae
Zat Berkhasiat / isi Zat penyamak 9% minyak atsiri
yang berwarna kehijauan
Penggunaan Antidiare, adstringensia

3. Daun Sirih ( Piperis Folium )


Nama Tanaman Asal Piper betle (L)
Keluarga Piperaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri yang mengandung
fenol
Penggunaan Antisariawan, anti batuk,
antiseptik, obat kumur

4. Buah Kemukus ( Cubebae Fructus )


Nama Tanaman Asal Piper cubeba (L)
Keluarga Piperaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri, asam kubeba,
kubebin, piperin, minyak lemak
Penggunaan Obat radang selaput lendir
saluran kemih

5. Buah Adas ( Foeniculi Fructus )


Nama Tanaman Asal Foeniculum vulgare (Mill)
Keluarga Apiaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri mengandung
anetol, fenkon, minyak lemak
Penggunaan Obat gosok anak,
karminativa(mengeluarkan angin
dalam tubuh), obat mulas

6. Buah Mahkotadewa ( Phaleriae Fructus )


Nama Tanaman Asal Phaleria macrocarpa
Keluarga Thymelaceceae
Zat Berkhasiat / isi Alkoloid, saponin, polifenol
Penggunaan Antihipertensi, asam urat,
diabetes

7. Kulit Kayu manis ( Cinnamomi Cortex )


Nama Tanaman Asal Cinnamomum zeylanicum (Bl)
Keluarga Lauraceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri yang mengandung
zat penyamak, pati, lendir
Penggunaan Karminativa(mengeluarkan
angin dalam tubuh),
menghangatkan lambung,
adstringensia(mengecilkan
selaput lendir)

8. Kulit Kayu rapat ( Parameriae Cortex )


Nama Tanaman Asal Parameria barbata
Keluarga Apocynaceae
Zat Berkhasiat / isi Tanin
Penggunaan Adstringensia (mengecilkan
selaput lendir)

9. Kulit Pule ( Alstoniae Cortex )


Nama Tanaman Asal Alstonia scholaris (L)
Keluarga Apocynaceae
Zat Berkhasiat / isi Alkoloid, ekitamina, alstonia
Penggunaan Antipiretik, antidiabetes,
abtimalaria

10. Kulit Kina ( Cinchonae Cortex )


Nama Tanaman Asal Cinchona succirubra
Keluarga Rubiaceae
Zat Berkhasiat / isi Asam kina, damar, malam, kina
tanat, kinidin
Penggunaan Antipiretika, antimalaria,
amara(penambah nafsu makan)

11. Kulit Buah delima ( Granati Cortex )


Nama Tanaman Asal Cinnamomum zeylanicum (Bl)
Keluarga Lauraceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri mengandung
egenol, zat penyamak, pati dan
lendir
Penggunaan Karminativa, menghangatkan
lambung, adstringensia

12. Kulit Kayu secang ( Sappan Lignum )


Nama Tanaman Asal Caesalpinia sappan (L)
Keluarga Caesalpiniaceae
Zat Berkhasiat / isi Asam galat, asam tanat, zat
warna merah sappan
Penggunaan adstringensia

13. Kulit Kayu krangean ( Litsea Cortex )


Nama Tanaman Asal Litsea cubeba (Lour)
Keluarga Lauraceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri mengandung sitrat,
limonen, sapinen, tanin, galat
Penggunaan Stomakika, spasmolitik,
karminativa

14. Akar Tapak dara ( Catharanthi Radix )


Nama Tanaman Asal Vinca rosea
Keluarga Apocynaceae
Zat Berkhasiat / isi Alkoloida, viblastin, vinkristin
Penggunaan Obat diabetes, obat kanker,
emegagoga(peluruh kemih)

15. Akar Tapak liman ( Elephantopi Radix )


Nama Tanaman Asal Elephantopus scaber
Keluarga Asteraceae
Zat Berkhasiat / isi Flafonoid glukosida
Penggunaan antidemam

16. Akar Manis ( Glycyrrhizae Radix )


Nama Tanaman Asal Glycyrrhiza glabra
Keluarga Papilionaceae
Zat Berkhasiat / isi Pati, gula, asparagin
Penggunaan Antitusiv

17. Akar Wangi (Vetiveriae Radix )


Nama Tanaman Asal Vetiveria zizanoides (Stapf)
Keluarga Poaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri, harsa dan zat pahit
Penggunaan Bahan pewangi dan
diaforetika(memperlancar
pembuangan air seni)

18. Akar Valerian ( Valerianae Radix )


Nama Tanaman Asal Valeriana officinalis
Keluarga Valerianaceae
Zat Berkhasiat / isi Minyak atsiri, valerianin, zat
penyamak
Penggunaan Sedaativa

19. Akar Pule pandak ( Rauwolfiae serpentinae Radix )


Nama Tanaman Asal Raouwolfia serpentina
Keluarga Apocynaceae
Zat Berkhasiat / isi Serpetina, reserpina, aymalin
Penggunaan Antihipertensi

20. Akar alang alang ( Imperatae Rhizoma )


Nama Tanaman Asal Imperata cylindrica (Beauv)
Keluarga Poaceae
Zat Berkhasiat / isi Asam kersik, damar, logam
alkali
Penggunaan Diuretik, antipiretika

2.3 Bahan Praktek


1. Temukunci
2. Daun jambu biji
3. Daun sirih
4. Buah kemukus
5. Buah adas
6. Daging buah mahkotadewa
7. Kulit kayu manis
8. Kulit kayu rapan
9. Kulit pule
10. Kulit kina
11. Kulit buah delima
12. Kulit kayu secang
13. Kulit kayu krangean
14. Akar tapak dara
15. Akar tapak liman
16. Akar manis
17. Akar wangi
18. Akar valerian
19. Akar pule pandak
20. Akar alang alang

2.4 Prosedur Percobaan


BAB III
HASIL
3.1 Tabel Hasil Praktek
1. Temukunci ( Boesenbergiae Rhizoma )
Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau Bau seperti kencur Bau seperti kencur
Rasa Seperti kencur dan Seperti kencur dan
menimbulkan baal menimbulkan baal
dilidah dilidah
warna Cream kekuningan Kream kekuningan
Bentuk Rimpang Serbuk kasar

2. Daun Jambu biji ( Psidii Folium )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau Bau khas daun bau khas daun jambu biji
jambu biji
Rasa - Sedikit sepat
warna Hijau armi Hijau armi
Bentuk Permukaan daun Serbuk kasar ada seperti
keras dan halus batang batangan kecil

3. Daun Sirih ( Piperis Folium )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau Bau khas daun sirih Bau hkas daun sirih
Rasa - Pahit
warna Hijau tosca Hijau tosca
Bentuk Permukaan daun Sedikit halus
lunak dan sedikit dibandingkan dengan
kasar daun jambu biji

4. Buah Kemukus ( Cubebae Fructus )


Uji Organoleptis Simplisia
Bau Seperti bau pala
Rasa -
warna Coklat tua
Bentuk Bulat dan ada batang pada bagian ujungnya
serta bagian luar buah bergaris

5. Buah Adas ( Foeniculi Fructus )


Uji Organoleptis Simplisia
Bau Bau seperti minyak kayu putih
Rasa Agak sedikit pedas dan baal dilidah
warna Cream
Bentuk Seperti padi

6. Buah Mahkotadewa ( Phaleriae Fructus )


Uji Organoleptis Simplisia
Bau Bau sedikit agak asam
Rasa Pahit
warna Coklat muda bagian daging buah, dan kulitnya
berwarna coklat tua
Bentuk Irisan berserat

7. Kulit Kayu manis ( Cinnamomi Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau Bau khas kulit kayu Bau khas kayu mankis
manis
Rasa - Manis
warna Coklat Coklat
Bentuk Seperti gulungan Serbuk halus
kayu yang tebal

8. Kulit Kayu rapat ( Parameriae Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau Bau tanah
Rasa -
warna Coklat
Bentuk Akar berserabut

9. Kulit Pule ( Alstoniae Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau
Rasa
warna
Bentuk

10. Kulit Kina ( Cinchonae Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau
Rasa
warna
Bentuk

11. Kulit Buah delima ( Granati Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau
Rasa
warna
Bentuk

12. Kulit Kayu secang ( Sappan Lignum )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau
Rasa
warna
Bentuk

13. Kulit Kayu krangean ( Litsea Cortex )


Uji Organoleptis Simplisia Serbuk
Bau
Rasa
warna
Bentuk

14. Akar Tapak dara ( Catharanthi Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk Akar tebal
Bau Bau pahit, dan bau khas daun dan bunga akar
tapak dara
Warna

15. Akar Tapak liman ( Elephantopi Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk Akar potongan kecil
Bau Bau tanah dan seperti bau kacang rebus
Warna Coklat lebih tua dibandingkan akar tapak dara

16. Akar Manis ( Glycyrrhizae Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk
Bau
Warna

17. Akar Wangi (Vetiveriae Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk Akar berserabut
Bau Wangi
Warna Cream

18. Akar Valerian ( Valerianae Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk
Bau
Warna

19. Akar Pule pandak ( Rauwolfiae serpentinae Radix )


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk
Bau
Warna

20. Akar alang alang


Uji Organoleptis Simplisia
Bentuk
Bau
Warna

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka

Adhyatma, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada


University Press., Yogyakarta

Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media


Pressindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai