Anda di halaman 1dari 30

NORAIDA FITRIANI

1948201110107
FAKULTAS FARMASI
PRODI S1 FARMASI

MATA KULIAH :
FITOKIMIA

DOSEN PENGAMPU :
APT. IRFAN ZAMZANI, M. FARM
2

TEMA F
➜ Persiapan Sampel Bahan Alam
➜ Destilasi Uap
➜ Identikasi Senyawa
PERSIAPAN SAMPEL
BAHAN ALAM
4
PENGERTIAN SIMPLISIA

Menurut Gunawan dan Mulyani


Menurut Departemen
(2004) menjelaskan bahwa
Kesehatan RI, pengertian
simplisia merupakan istilah yang
simplisia adalah bahan alami
dipakai untuk menyebut bahan-
yang digunakan untuk obat
bahan obat alam yang berada
dan belum mengalami
dalam wujud aslinya atau belum
perubahan proses apa pun,
mengalami perubahan bentuk.
dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang
telah dikeringkan.
5
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) Simplisia dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis nigri Fructus.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan/mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni, contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga.
6
Menurut Achmad (1995) proses pembuatan simplisia atau penyiapan sampel
memerlukan berbagai tahapan, yaitu :
1.Pengumpulan Bahan Baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan
baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain
tergantung pada :

a) Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda.
Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen berpengaruh pada kadar
senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama,
karena umur saat panen tidak sama.
b) Jenis (Spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan, sehingga
simplisia yang diperoleh tidak sama. Contoh pada Rasuk angin (Usnea sp.) bila
diperhatikan dapat dipisahkan menjadi 3 Usnea. Sering juga terjadi kekeliruan dalam
menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis tumbuhan dalam satu marga
(genus) sering mempunyai bentuk morfologis yang sama. Untuk itu pengumpul harus
merupakan seorang ahli atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan.
Perbedaan jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa
aktif, yang berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.
7

c) Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda seringkali


mengakibatkan perbedaan kadar kandungan senyawa aktif.
Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah
dan cuaca.
d) Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu
panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung
senyawa aktif dalam jumlah terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara
maksimal didalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.
Disamping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
diperhatikan pula simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik
dipanen di pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen
dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut : 8

➜ Biji
Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung (Parkia roxburgiii) pengambilan biji ditandai dengan telah
mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar,
yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misalnya
jarak (Ricinus communis).
➜ Buah
Tanaman yang pada saat dipanen diambil buahnya, waktu pengambilan
sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan
terjadinya perubahan pada buah, seperti perubahan tingkat kekerasan
misalnya labu merah (Cucurbita moschata). Perubahan warna, misalnya
asam (Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh
(Averrhoe belimbi), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), perubahan bentuk buah,
misalnya mentimun (Cucumis sativus),pare (Momordica charantia).
➜ Daun Pucuk 9
Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan
pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif.
Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi sehingga
mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil adalah pada pucuk
daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus).
➜ Daun
Tanaman yang pada saat dipanen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang atau
batang yang menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini misalnya
sembung ( Blumea balsamifera ).
➜ Kulit Batang
Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada
saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak menganggu
pertumbuhan sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan
pertumbuhan, antara lain menjelang musim kemarau.
➜ Umbi Lapis 10

Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan
pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian
atas, misalnya bawang merah (Allium cepa).
➜ Rimpang
Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan
pada musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam
keadaan ini rimpang dalam keadaan maksimum.

Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat maupun


menggunakan mesin. Dalam hal ini keterampilan pemetik diperlukan agar
diperoleh simplisa yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak
merusak tanaman induk.
11
2.Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih dari mata air atau
air sumur maupun PDAM. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah
mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri umum yang
terapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus,
Enterbacter dan Escherichia. Pada simplisia akar, batang dan buah dapat dilakukan pengupasan
kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut tidak
memerlukan pencucian apabila pengupasan dilakukan dengan cara yang tepat dan bersih.

3.Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
baan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
12
4.Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan
pada bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan lagsung
dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis
juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang
diinginkan.

5.Pengeringan
Pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
13

Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara :

1. Pengeringan Alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat
dilakukan dua cara pengeringan, yakni :

Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif
yang stabil. Pengeringan dengan sinar matahari banyak dipraktekkan di Indonesia, yang mana
merupakan salah satu cara dan upaya yang murah dan praktis. Pengeringan ini dilakuan dengan cara
membiarkan bahan yang dipotong di udara terbuka diatas tampah-tampah, tanpa kondisi yang
terkontrol, seperti suhu kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat
tergantung pada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya tepat dilakukan di daerah yang udaranya
panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat
memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberikan kesempatan pada kapang atau mikroba
lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering.

Dengan diangin-anginkan, tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini merupakan
cara utama yang digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun dan
lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang mudah menguap.
14

2. Pengeringan Buatan

 Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah
udara dipansakan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel,
udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan-bahan
yang akan dikeringkan yang telah disebarkan diatas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini
dapat diciptakan suatu alat pengering yang mudah, murah, sederhana dan praktis dengan
hasil yang cukup baik. Cara yang lain misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang
akan dikeringkan diatas pita atau ban berjalan dan melewatkannya melalui suatu lorong atau
ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur alirannya.

 Dengan menggunakan pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih
baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa
dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya kita membutuhkan waktu 2
sampai 3 hari untuk penjemuran dengan menggunakan sinar matahari sehingga diperoleh
simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 12 %, dengan menggunakan suatau alat
pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6-8
jam.
6.Sortasi Kering 15
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir dari pembutan simplisia.
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan tertinggal pada simplisia
kering.
Seperti halnya dengan sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan cara mekanik.
Pada simplisia berbentuk rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Dengan demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang tertinggal harus dibuang
sebelum simplisia disimpan.

7.Penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar maupun
dalam. Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia,
kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang
bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan
simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu
cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara
sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.
Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (150 - 300 C) ,
tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (50 – 150 C), atau tempat dingin (00 – 50 C ),
tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Kelembaban udara di ruang
penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah
terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam keranjang
bambu yang bagian dalamnya diberi lapisan pelepah daun pisang yang telah dikeringkan .
16


Parameter Nonspesifik

Menurut Saifuddin (2011) Aspek parameter


non spesifik difokuskan pada aspek kimiawi,
fisik, dan mikrobiologi yaitu yang berperan
dalam keamanan konsumen secara langsung.
Parameter non spesifik bertanggung jawab
atas kualitas dan keamanan suatu bahan alam.
17
Menurut Saifuddin (2011) adapun parameter non spesifik diantaranya
yaitu :
1. Susut pengeringan
Susut pengeringan berhubungan dengan kandungan air dalam suatu bahan alam atau
simplisia, yang ditetapkan dengan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105oC
menggunakan botol timbang yang berisi simplisia yang akan ditetapkan kadar susut
pengeringannya. Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan gambaran rentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
2. Bobot jenis
Bobot jenis terkait dengan kontaminasi atau kemurnian ekstrak. Tujuan dari penentuan
bobot jenis adalah untuk memberikan gambaran besarnya massa per satuan volume sebagai
parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat yang masih dapat dituang. Bobot jenis juga
terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.
3. Kadar abu
Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran terkait karakteristik sisa
kadar abu monorganik seteah pengabuan. Kadar abu juga dapat dijadikan sebagai pencirian
suatu spesies obat karena setiap tanaman memiliki sisa abu secara spesifik.
18
4. Kadar air
Parameter penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar residu air setelah
pengeringan atau proses pengentalan ekstrak. Kadar air menentukan kualitas dan stabilitas
ekstrak dalam bentuk sediaan selanjutanya. Kadar air yang cukup beresiko adalah di atas
10 %
5. Sisa pelarut organik
Tujuan dari penetapan sisa pelarut organik adalah untuk mengetahui sisa pelarut
etanol setelah pengeringan. Etanol dijadikan sebagai pelarut karena memiliki toksisitas
yang lebih rendah dibanding dengan pelarut lain seperti methanol, kloroform, heksan, dll.
Bahan alam yang aman dan berkualitas harus dipastikan di dalamnya tidak terdapat sisa
pelarut organik.
6. Cemaran mikroba
Aspek cemaran mikroba bertujuan untuk menentukan keberadaan mikroba yang
sifatnya dapat merusak ekstrak sehingga dapat dilakukan upaya untuk mencegah
kontaminasi atau menghilangkan kontaminasinya sesuai dengan persyaratan cemaran
mikroba yang diperbolehkan.
19

7. Cemaran logam berat


Parameter penetapan logam berat erat kaitannya dengan kualitas dan keamanan dari
suatu bahan obat alam atau simplisia. Pemeriksaan cemaran logam dapat menjamin suatu
bahan dan ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu seperti Cd, Hg, Pb, dan logam
berat lainnya.
DESTILASI UAP
21

PENGERTIAN DESTILASI UAP


Menurut Bahti (1998) Destilasi uap merupakan suatu
metode isolasi zat organik yang tidak larut dalam air dengan
mengalirkan uap air dengan prinsip penurunan titik didih
campuran. Umumnya destilasi uap digunakan untuk
memisahkan campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik
didih mencapai 200 C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati
100 C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau
air mendidih.
22

PRINSIP METODE DESTILASI UAP


Menurut Jayanuddin (2011) prinsip dasar destilasi uap adalah mendestilasi
campuran senyawa dibawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang
tidak larut dalam air disemua temperatur, tetapi dapat didestilasi dengan air. Hal
ini dilakukan dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga
bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih
rendah daripada dengan pemanasan langsung.

Menurut Bahti (1998) aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak
beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus
dari jeruk dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
23
KRITERIA PEMILIHAN LARUTAN UNTUK METODE
DESTILASI UAP
Menurut Cahyono (1991) kriteria larutan yang digunakan pada metode
destilasi uap, yaitu :
➜ Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini
dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap
atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi
campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.
Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air.
➜ Destilasi uap digunakan untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam
air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearrangement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap.
24
KELEBIHAN & KEKURANGAN METODE DESTILASI UAP

Kekurangan
Kelebihan
Destilasi uap dapat digunakan untuk Destilasi uap hanya dapat
menguapkan senyawa-senyawa dilakukan dengan larutan yang
dengan titik didih yang tinggi sebelum memiliki perbedaan titik didih
mencapai titik didihnya dengan yang rendah karena, jika perbedaan
menggunakan uap atau air mendidih. titik didih yang tinggi maka proses
Dengan destilasi uap ini senyawa yang pemisahan melalui destilasi uap
dimurnikan tidak dihawatirkan akan tidak berjalan dengan baik.
rusak karena senyawa tersebut
diuapkan sebelum mencapai titik
didihnya, berbeda dengan destilasi
yang lain.
IDENTIFIKASI SENYAWA

Sesuai Jurnal :
Modifikasi Deanstark Upaya Efisiensi Proses Distilasi
Uap Minyak Biji Pala dalam Praktikum Kimia
Organik
26

TAHAPAN IDENTIFIKASI SENYAWA METODE GC-MS


1. GCMS dinyalakan dan diatur seluruh komponen yang terkait hingga sampel
sebanyak 1 milimikron siap diinjeksikan dan siap running.
2. Tampilan analisis diatur.
3. Data sampel diisikan atau ditekan sample login pada monitor sambil menunggu GC
dan MS pada monitor pada kondisi siap.
4. Tombol start pada monitor ditekan, sehingga automatic injector membersihkan
syringe sesuai setting, kemudian sampel sebanyak 1 milimikron diinjeksikan ke
dalam autoinjector. Sampel dibawa ke terminal injektion sebagai tempat penguapan
sampel yang kemudian dibawa oleh gas pembawa
5. Gas pembawa dari tangki bertekanan tinggi akan mengalir melalui pengatur
tekanan yang mengatur kecepatan aliran gas kemudian melewati filter gas alat
injektion.
27
6. Sampel yang sudah menguap dibawa menuju kolom kapiler oleh gas pembawa.
Dimana penggunaan kolom bersifat spesifik tergantung pada bahannya yang
bersifat polar,semipolar dan nonpolar.
7. Kemudian sampel dibawa dalam kolom dibawa menuju alat MS.
8. Melewati spectra dimana pemancaran sinar alfa terjadi pada filament sehingga
terjadi fragmentasi senyawa yang dianalisis.
9. Selama setting waktu awal atau bila grafik sudah menunjukkan agak datar
analisis GC dapat dihentikan dengan menekan tombol stop pada monitor.
10.Puncak grafik diidentifikasi pada tiap waktu retensi dari puncak awal sampai
puncak akhir dan dicocokkan dengan references pada program GCMS tekan
similary search. Hasil identifikasi akan menunjukkan komponen yang paling
mirip dari beberapa komponen dari bobot molekul serta tinggi intens peaknya dan
yang teratas adalah yang paling mendekati dimana keluaran kromatogramnya
melalui komputer.
11.GC-MS dimatikan.
28
PRINSIP IDENTIFIKASI SENYAWA METODE GC-MS
➜ Kromatografi gas spektrofotometri massa adalah kombinasi dari dua
teknik analisis yang sangat baik. Kromatografi gas memisahkan
komponen dari campuran dalam waktu tertentu dan spektrofotometri
massa menghasilkan informasi yang membantu dalam identifikasi struktur
masing-masing komponen serta untuk mengetahui massa molekul relatif
(Mr) dari setiap puncak kromatogram (Kitson dkk., 1996).
➜ Prinsip kerjanya adalah sampel yang berupa cairan diinjeksikan kedalam
injektor kemudian diuapkan, sampel yang berbentuk uap akan dibawa
oleh gas pembawa melalui kolom dan komponennya akan terpisah di
dalam kolom. Setelah terpisah, masing-masing komponen akan keluar dan
diserang oleh elektron sehingga terjadi ionisasi kemudian fragmen-
fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh detektor dan dapat
langsung teridentifikasi oleh spektrometri massa (Gandjar and Rohman,
2007).
29
Daftar pustaka
 Buku

Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.


Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.
Achmad, dkk.1995. Obat Asli Indonesia Khusus dari Tumbuhan yang Ada di
Indonesia. Bandung
Saifuddin, Azis., Rahayu, Viesa., Teruna, Hilwan Yuda. 2011. Standardisasi Bahan
Obat Alam. Jakarta : Graha Ilmu.
Bahti., 1998, Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika, Universitas Padjajaran, Bandung.
Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang: UNDIP Press.
 Jurnal

Jayanuddin., 2011, Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh Dari Proses
Penyulingan Uap, Jurnal Teknik Kimia Indonesia., 10, 37-42.
Asfiyah, S. (2020). Modifikasi Deanstark Upaya Efisiensi Proses Distilasi Uap
Minyak Biji Pala Dalam Praktikum Kimia Organik. Indonesian Journal of
Laboratory, 2(1), 10.
30

SEKIAN DAN TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai