Anda di halaman 1dari 9

Nama : Eche Ardika

NIM : 1802005
Prodi : S1 Farmasi Fakultas Kesehatan Unisbar
Mata Kuliah : Teknologi Farmasi Bahan Alam

SIMPLISIA

  Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral.

1. Jenis Simplisia

 Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman.
 Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau
zat zat berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
 Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan bahan pelican atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana.

A. PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM

1. BAHAN BAKU
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat
berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan
yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja
ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan
dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang
sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan
yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang
sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan
pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.
2. DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a.   Simplisia dibuat dengan cara pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi
dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan
mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu
yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu
diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan
tidak mengalami kerusakan.

b.   Simplisia dibuat dengan fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan
kearah yang tidak diinginkan.

c.    Simplisia dibuat dengan proses khusus.

Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan


sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa
pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d.   Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.

Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan
lain-lain.

3. TAHAP PEMBUATAN
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

A. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda beda tergantung pada :

1. Bagian tanaman yang digunakan.

2. Umur tanaman yang di gunakan.

3. Waktu panen.

4. Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian
tanaman yang di panen. Waktu panen tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung
senyawa aktif dalam jumlah yang banyak.

Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur
tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula 
terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pemben-

tukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai 
berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin 
meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai dalam  pucuk  tanaman pada saat tanaian
berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbualz  dan  niakin turun  ketika
buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak 
dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai 
pada  saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan
terkumpul dalam kayu tanaman  yang  telah  tua.

Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu  pengumpulan  secara  tepat 
memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan  dengan  umur,  perlu
diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang mengandung minyak atsiri 
lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk  menentukan  waktu  panen 
dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa  aktif  dalam 
simplisia  terhadap panas sinar matahari.

Secara garis besar, pedoman  panen  sebagai  berikut  :

1.      Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti 
kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah
mengeringnya  buah.  Sering pula  pemetikan  dilakukan sebelum kering benar, 
yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji  terlempar jauh,  misal jarak 
(Ricinus cornrnunis).

2.      Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan 
sering dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya
perubahan  pada  buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah
(Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica),
kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui
aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah,  misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus),
pare (Mornordica charantia).

3.   Tanaman  yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan 


dilakukan pada  saat  tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif 
ke  generatif. Pada saat itu penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi, 
sehingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun
pucuk  ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).

4.   Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang
diambil dipilih yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang
atau  batang yang menerima  sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi 
kegiatan  asimilasi  yang  sempurna. Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea
balsamifera).
5.   Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan 
pada saat  tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak
mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan
pertumbuhan antara  lain menjelang musim kemarau.

6.   Tanaman yang pada saat panen di ambil umbi lapis, pengambilan dilakukan
pada musim kering dengan tanda tanda mengeringnya bagian atas tanaman.

7.   Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan 


pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam
keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan
dengan  tangan,  menggunakan alat atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini
keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak
tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman  induk. Alat  atau
mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang 
terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila  diperkirakan  akan merusak 
senyawa aktif  siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya.

B. SORTASI BASAH

Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing 


lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar
suatu tanaman obat, bahan bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainya yang harus di buang.

C. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan  untuk  menghilangkan  tanah dan  pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian  dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air,
air sumur  atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang mengandung zat yang mudah larut di
dalam air yang mengalir, pencucian agar di lakukan dalam waktu yang se singkat
mungkin.  Menurut Frazier  (1978),  pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat
menghilangkan  25% dari jumlah mikroba awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak 
tiga  kali, jumlah mikroba yang  tertinggal hanya  42% dari jumlah  mikroba  awal. 
Pencucian tidak dapat membersihkan  simplisia  dari semua mikroba karena  air 
pencucian  yang  digunakan biasanya  mengandung juga  sejumlah mikroba. Cara  sortasi
dan pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba  awal simplisia.

D. PERAJANGAN

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan


bahan simplisia di lakukan untuk mudah memproses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan.

Tanaman yang baru di ambil jangan lansung dirajang tetapi di jemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, alat mesin perajang khusus
senhingga di peroleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang di inginkan.

Semakin tipis bahan yang di keringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang begitu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilang nya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempegaruhi komposisi bau dan rasa yang di inginkan.

E.  PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah 


rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Dengan mengurangi
kadar  air dan menghentikan  reaksi  enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu  dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam
bahan simplisia dengan etanol  70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung  bila  kadar 
air  dalam  simplisia  kurang dari  10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau 


menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak 
dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang
tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah
dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh
suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih
cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

F.  SORTASI KERING

     Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan 


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian 
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan 
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk  kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan  atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir,  besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.

G.   PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN

Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar
dan dalam, antara lain :

1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat


menimbulkan  perubahan kimia pada simplisia, misalnya
isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.

2.  Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat


mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara
terjadi  oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada
bentuk  simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah
menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.

3.  Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia


yang dapat  disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh
enzim,  polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.

4.  Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari


simplisia, maka  simplisia secara perlahan-lahan akan
kehilangan sebagian  airnya sehingga rnakin lama makin
mengecil (kisut).

5.  Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-


agar, bila  disimpan dalam wadah yang terbuka akan  menyerap
lengas  udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair.

6.  Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan


oleh berbagai  sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi
hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah)
dan fragmen wadah (karung goni).

7.  Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan


pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin
oleh bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran
serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang
telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong,
bekas kulit serangga dan sebagainya.

8.  Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka
simplisia  dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya
terbatas pada jaringan simplisia,

tetapi juga akan merusak  susunan kimia zat yang dikandung dan
malahan dari  kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat
mengganggu Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai