Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Bahan baku obat yang baik adalah bahan baku obat yang terstandarisasi

sehingga terjamin mutunya. Bahan baku obat yang berasal dari hewan, tumbuhan,
maupun mineral yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan
lain berupa bahan yang telah dikeringkan disebut simplisia.
Untuk mendapatkan simplisia atau bahan baku obat yang bermutu baik,
untuk keperluan analisis maupun produksi, harus ada metode-metode atau teknik
penyiapan sampel yang dilakukan.
Penyiapan sampel dapat berbeda untuk setiap bahan yang satu dengan
yang lain, namun beberapa langkah-langkah umum yang biasa dilakukan adalah
pengambilan sampel, sortasi basah, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering.
I.2.

Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara-cara penyiapan sampel dan

pembuatan simplisia herba Sambiloto (Andrographidis herba) dan Kayu Manis


(Cinnamomi caulix)
I.3.

Tujuan percobaan
1. Mengetahui dan memahami cara pengambilan sampel dan pengolahan
sampel
2. Mengetahui dan memahami tahap-tahap penyiapan sampel secara benar
dan tepat.

I.4

Prinsip Percobaan
Melakukakan penyiapan sampel dari herba Sambiloto (Andrographidis

herba) dan Kayu Manis (Cinnamomi caulix) mulai dari tahap pengambilan
sampel, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan
pengepakan atau pengemasan simplisia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain yaitu simplisia
kering (1).
Simplisia terdiri dari simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
mineral.
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya (1).
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zatzat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya Minyak Ikan (Oleum iecoris asselli) dan Madu (Mel depuratu) (1).
3. Simplisia mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (1).
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal dan untuk
memenuhi

persyaratan

minimal

tersebut,

ada

beberapa

faktor

yang

berpengaruh, antara lain :


a.
b.

bahan baku simplisia,


proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku

c.

simplisia, dan
cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (2).
Proses pembuatan simplisa atau penyiapan sampel memerlukan beberapa

tahapan, yaitu : (2)

1.

Pengumpulan Bahan Baku


Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan

baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, antara lain
tergantung pada :
a. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan
berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen
berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu simplisia
yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur saat panen tidak sama (2).
b. Jenis (spesies) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan,
sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Sering juga terjadi
kekeliruan dalam menetapkan suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis
tumbuhan dalam satu marga (genus) sering mempunyai bentuk morfologis
yang sama. Untuk itu pengumpulan harus merupakan seorang yang ahli
atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan
jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa
aktif, yang berarti mutu smplisia yang dihasilkan berbeda pula (2).
c. Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda seringkali mengakibatkan
perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan
dipengaruhi tinggi, tempat, serta keadaan tanah dan cuaca. (2)
d. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawaaktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada
saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah
terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal didalam didalam bagian
tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pada tanaman
Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar.
Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang
yang masih hijau. Pada tahun kedua, batang mulai mulai berlignin dan
kadar hiosiamina semakin meningkat. Kadar alkaloid hiosiamina tertinggi
dicapai dalam pucuk tanaman saat tanaman berbunga dan kadar alkaloid
menurun pada saat tanaman berbuah dan makin turun ketika buah semakin
tua. Contoh lain, pada tanaman Mentha piperita muda mengandung mentol
banyak dalam daunnya. Kadar Minyak atsiri dan Mentol tertinggi pada

daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada
Cinnamomum camphora, Kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman
yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu
pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Disampng waktu panen
yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula simplisia yang
mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen di pagi hari. Dengan
demikian

untuk

menentukan

waktu

panen

dalam

sehari

perlu

dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam


simplisia terhadap sinar matahari (6).
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :
a. Tanaman yang dipanen adalah bijinya yang telah tua seperti Kedawung
(Parkia roxburgiii) pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya
buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misalnya Jarak
(Ricinus communis).
b. Tanaman yang dipanen adalah buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan yang ditandai dengan terjadinya
perubahan pada buah, seperti perubahan tingkat kekerasan misalnya Labu
Merah (Cucurbita moschata). Perubahan warna, misalnya Asam
(Tamarindus indica), kadar air buah, misalnya Belimbing Wuluh
(Averrhoe belimbi), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), perubahan bentuk
buah, misalnya Mentimun (Cucumis sativus) dan Pare (Momordica
charantia).
c. Tanaman yang dipanen adalah daun pucuknya, pengambilan dilakukan
pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi
sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil
adalah pada pucuk daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus).
d. Tanaman yang dipanen adalah daun yang telah tua, daun yang diambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Contoh panenan ini
misalnya Sembung (Blumea balsamifera ).

e. Tanaman yang dipanen adalah kulit batang, pengambilan dilakukan pada


saat tanaman telah cukup umur. Hal ini dilakukan agar pada saat
pengambilan tidak menganggu pertumbuhan sebaiknya dilakukan pada
musim yang menguntungkan pertumbuhan, antara lain menjelang musim
kemarau.
f. Tanaman yang dipanen adalah umbi lapis, pengambilan dilakukan pada
saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian atas,
misalnya Bawang Merah (Allium cepa).
g. Tanaman yang dipanen adalah rimpangnya, pengambilan dilakukan pada
musim kering dengan tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam
keadaan ini rimpang dalam keadaan maksimum (6).
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih
dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan
dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang
tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan
garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, karung dan lainlain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak
rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak
terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya proses
fermentasi. Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus
dan binatang peliharaan) (3).

Tabel 1: Bagian tanaman, cara pengumpulan dan kadar air simplisia.

No.

Bagian
Tanaman

Kulit Batang

Batang

Kayu

Daun

Bunga

Pucuk

Akar

Rimpang

Buah

10

Biji

11

Kulit buah

12

Bulbus

Cara Pengumpulan
Dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu,
untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/
golongan senyawa fenol digunakan alat
pengelupas bukan logam.
Dari cabang dipotong-potong dengan panjang
tertentu dan diameter cabang tertentu.
Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau
diserut setelah dikelupas kulitnya.
Tua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan
tangan satu persatu.
Kuncup atau bunga mekar atau mahkota
bunga, dipetik dengan tangan.
Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan
(mengandung daun muda dan bunga).
Dari bawah permukaan tanah, dipotong
dengan ukuran tertentu.
Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.
Masak, hampir masak, dipetik dengan tangan.
Buah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan
pisau atau menggilas, kemudian biji
dikumpulkan dan dicuci.
Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan
dicuci.
Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun
dan akar dengan cara dipotong kemudian
dicuci.

Kadar Air
Simplisia

10%

10%
10%
5%
5%
8%
10%
8%
8%
10%
8%
-

(3).
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang
tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal (3).

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran


lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih dari mata air yang mengalir. Cara sortasi dan
pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba. Pada simplisia akar, batang dan buah dapat dilakukan pengupasan
kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar
jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut tidak memerlukan pencucian apabila pengupasan
dilakukan dengan cara yang tepat dan bersih (3).
4. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan pada bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejam satu hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan alat mesin perajang khusus dan pisau,
pisau yang digunakan sebaiknya bukan dari besi misalnya stainless steel.
Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena iu, bahan simplisia seperti Temulawak, Temu Giring, Jahe,
Kencur, dan bahan sejenis lainnya dihindari dari perajangan yang terlalu tipis
untuk mencegah kurangnya kadar minyak atsiri (3).
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghasilkan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara :


a. Pengeringan Alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan:
1) Sinar matahari langsung
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional.
Namun, pada umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini
dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras,
seperti kayu, kulit kayu, biji, dan sebagainya, dan mengandung senyawa
aktif yang relatif stabil. Merupakan cara yang paling mudah dan
biayanya relatif murah. Simplisia cukup disebar merata setipis mungkin
di atas alas plastik atau tikar dan dijemur di bawah sinar matahari
langsung, sambil sering dibalik agar keringnya merata. Aktivitas
pembalikan harus dilakukan secara teratur sehingga hasil tanaman benarbenar kering. Setelah batas kering yang dipersyaratkan tercapai,
penyimpanannya harus pada wadah yang kering dan steril (bersih).
Pengontrolan kualitas kering dapat dilakukan sebulan, sekuartal, dan
sesuai dengan keperluan dengan cara melakukan pengeringan kembali
apabila diperlukan (3).
Kerugian pengeringan dengan sinar matahari antara lain :
a) untuk mendapatkan hasil yang benar-benar kering memerlukan
waktu yang lama terlebih kalau cuaca kurang menguntungkan,
b) pengeringan akan sangat tergantung pada cuaca (sinar matahari),
apabila cuaca buruk untuk beberapa hari, kemungkinan besar
kerusakan endogen pada hasil tanaman telah mulai berlangsung,
c) pengeringannya memerlukan tempat yang luas dan beberapa orang
d) karena suhu dan waktu sukar diawasi atau diatur fluktuasinya, maka
kadang-kadang selama pengeringan dapat terjadi kerusakan akibat
mikroba, dan
e) kecepatan pengeringan akan sangat tergantung pada iklim. oleh
karena itu cara ini lebih banyak digunakan di daerah dengan udara
panas atau kelembaban rendah, serta tidak turun hujan (3).
2) Diangin-anginkan

Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman


yang lunak seperti bunga, daun dan sebagainya, dan mengandung
senyawa

mudah

menguap.

Kerugian

yang

didapatkan

dengan

menggunakan metode ini adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama


untuk melakukan proses pengeringan dan cukup rentan terjadi kerusakan
akibat mikroba (3).
b. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan
sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan
dan aliran udaranya dapat diatur (3).
Prinsip pengeringan buatan yaitu udara dipanaskan oleh suatu sumber
panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan
dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering, dengan prinsip
ini dapat diciptakan suatu alat pengering, yang sederhana, praktis dan murah,
dengan hasil yang cukup baik (3).
Apabila menggunakan cara pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata
dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan
cuaca.

Meskipun

demikian,

pengadaan

alat

atau

mesin

pengering

membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh
perusahaan jamu yang sudah cukup besar (3).
Bahan berupa tanaman hidup memiliki kandungan air yang tinggi. Daundaun berisi sekitar 60-90 % air, akar dan rimpang 70-85 % dan kayu 40-50 %.
Presentasi air yang paling rendah ditemukan di dalam biji yaitu tidak lebih
dari 5-10%. Tujuan dilakukan pengeringan adalah untuk mendapatkan
simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam waktu yang
relatif lama. Kekeringan suatu simplisia dapat di hitung kadarnya, kadar air
yang dikandungnya kira-kira 1%, dengan kadar air yang demikian ini
diharapkan dapat menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat

merusak zat aktif simplisia. Selain itu juga, dimaksudkan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan
hasil pemisahan yang sempurna pada ekstraksi (2).
6. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau
benda asing lainnya.

Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari

pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan


atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk
mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan (3).
II.2 Deskripsi Tanaman
1.

Sambiloto (Andrographidis herba)


Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti
kebun kopi, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan.
Merupakan daun yang berasa pahit dan dingin. Tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (4) .
Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan semusim, dengan tinggi
50-90 cm, batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi empat.
Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset,
pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun berwarna
hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-3
cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun, berbentuk tabung,
kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah kapsul berbentuk
jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila
masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil,
warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan biji
atau stek batang (4).

2.

Kayu Manis (Cinnamomi caulix)

Kayu manis biasanya diambil kulit kayunya, di daerah pegunungan


sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat
telur, warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu, dijual
dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan
digolongkan menurut panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) (5) .
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.
Panjangnya sekitar 912 cm dan lebar 3,45,4 cm, tergantung jenisnya.
Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya
berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil.
Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat
memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua
(5).
Menghasilkan produk kulit kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup
dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari
kulit luar, lalu dibelahbelah menjadi berukuran lebar 34 cm. Selanjutnya
kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 23 hari,
kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50% artinya,
kalau bobot sebelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis kering harus
berbobot 0,5 kg. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi,
kadar air tinggi diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran (5)
II.3. Klasifikasi Tanaman
1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Solanales

Famili

: Acanthaceae

Genus

: Andrographis

Spesies

: Andrographis paniculata (4).

2. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)


Kingdom

: Plantae

Divisi

: Gymnospermae

Subdivisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Policarpicae

Famili

: Lauraceae

Genus

: Cinnamomum

Spesies

: Cinnamomum burmannii (5).

II.4. Kandungan Kimia


1.

Sambiloto
Daun tumbuhan sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit,
dingin,

memiliki

kandungan

kimia

sebagai

berikut:

daun

dan

percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,


andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Terdapat juga flavonoid, alkana,
keton, aldehid, mineral (kalium, akarnya mengandung flavotioid, dimana
hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon, andrografin, panikulin,
mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter) (4).
Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena
mengandung senyawa yang disebut andrographolid yang merupakan
senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5 4,8 % dari
berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun
sambiloto yang juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti
kalium, natrium dan asam kersik (4).
2. Kayu Manis
Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah
cinnaldehida 6070 % ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida,

benzyl-benzoat, phelandrene dan lainlainnya. Kadar eugenol ratarata 6680 %. Dalam kulit masih banyak komponenkomponen kimiawi misalnya
damar, pelekat, tanin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis
insektisida cinnzelanin dan cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (5).
Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi,
serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu
manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin,
kalsium oksalat, damar dan zat penyamak (5).
II.5.

Khasiat

1. Sambiloto
Tumbuhan sambiloto berkhasiat sebagai obat amandel, obat asam
urat, obat batuk berdahak, obat diabetes melitus, obat hipertensi, hepatitis,
stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap serangan flu babi dan
flu burung. Daun tumbuhan sambiloto bermanfaat untuk menurunkan
demam tinggi dan malaria. Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat
untuk mengatasi:
a. hepatitis, infeksi saluran empedu,
b. disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel,
c. abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas,
d. bronkhitis, radang ginjal akut, radang telinga,
e. kencing nanah , kencing manis (diabetes melitus),
f. tumor trofoblas, serta tumor paru kanker,
g. batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), dan
h. darah tinggi (hipertensi),
Daun tumbuhan sambiloto juga dapat merusak sel trophocyt dan
trophoblast, berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor, pyknosis
dan menghancurkan inti sel. Daun tumbuhan sambiloto juga berkhasiat
sebagai obat luar untuk gatal-gatal dan untuk penawar bisa ular atau
gigitan serangga lainnya. Dan mempunyai sifat bakteriostatik dan
meningkatkan daya fagositosis sel darah putih (4).

2. Kayu Manis
Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme, membangkitkan selera makan atau menguatkan lambung
juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin. Selain itu minyaknya dapat
digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau
sabun, deterjen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan
makanan dan minuman minyak kayu manis digunakan sebagai pewangi
atau peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman
ringan, agaragar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup (5) .
Efek farmakologis yang dimiliki kayu manis diantaranys sebagai
peluruh kentut, peluruh keringat, antirematik, penambah nafsu makan dan
penghilang rasa sakit (5).

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah cutter, baskom, gunting, kertas, koran,
oven, pisau, pot sampel, dan timbangan.
III.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba) dan Kayu Manis (Cinnamomi caulix).
III.2. Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Disiapkan alat dan bahan.


Diambil sampel herba Sambiloto dan Kayu Manis.
Diakukan sortasi basah terhadap kedua sampel yang baru diambil.
Dicuci sampel dengan air mengalir.
Dilakukan perajangan terhadap sampel herba Sambiloto dan Kayu Manis.
Dikeringkan sampel menggunakan oven pada suhu 50oC.
Dilakukan sortasi kering terhadap sampel yang telah dikeringkan.
Dimasukkan kedua sampel ke dalam wadah (pot sampel).

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1

Tabel Pengamatan

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
No
Sampel
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1
2

Andrographidis herba
Cinnamomi caulix

IV.2

Gambar Pengamatan

FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
BobotLABORATORIUM
basah
Bobot kering
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
HASANUDDIN610 g
1300
g
510 g
490 g

IV.2.1 Herba Sambiloto

Gambar 1 : Sampel herba Sambiloto (Andrographidis


Gambarherba)
2 : Sortasi basah sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 3:

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Pencucian sampel herba Sambiloto (Andrographidis


Gambar 4 : herba)
Perajangan sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)

IV.2.2 Kayu Manis


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
LABORATORIUM
FAKULTAS
FARMASI FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS
FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 5 : Pengeringan sampel herba


Sambiloto
Gambar
(Andrographidis
6 : Sortasiherba)
kering sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)
Gambar 8 : Sampel Kayu Manis (Cinnamomi caulix)
Gambar 9: Perajangan sampel Kayu Manis
(Cinnamomi caulix)
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
LABORATORIUM
FAKULTAS
FARMASI FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTASHASANUDDIN
FARMASI
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 7: Pengepakan sampel herba Sambiloto (Andrographidis herba)


Gambar 10 : Pencucian sampel Kayu Manis
Gambar 11 : Pengeringan sampel Kayu Manis
(Cinnamomi caulix)
(Cinnamomi caulix)

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Gambar 12 : Sortasi kering sampel Kayu Manis


(Cinnamomi caulix)

Gambar 13 : Pengepakan sampel Kayu Manis


(Cinnamomi caulix)

IV.3 Perhitungan
IV.3.1 Perhitungan herba Sambiloto
a. Persen Rendamen
Bobot basah

= 1300 g

Bobot kering = 610 g


% Rendamen =

Bobot kering
Bobot basah

610
= 1300

100%

100%

= 46.92%
b. Kadar Air
Kadar Air

=
=

bobot basahBobot kering


Bobot basah
1300610
1300

=53,07%

100%

100%

IV.3.2 Perhitungan Kayu Manis


a. Persen Rendamen
Bobot basah

= 510 g

Bobot kering = 490 g


% Rendamen =

Bobot kering
Bobot basah

490
= 520

100%

100%

= 94,23%
b. Kadar Air
Kadar Air

=
=

bobot basahBobot kering


Bobot basah
510490
510

=3,92%

100%

100%

BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan proses penyiapan sampel simplisia melalui
tahap-tahap yang ada dalam prosedur yang telah ditetapkan. Tahap pertama yang
dilakukan untuk herba Sambiloto yaitu pengambilan herba dari tanah. Menurut
literatur, cara pengambilan sampel herba Sambiloto adalah mengambil seluruh
bagian tanaman yang bagus dan membuang yang kurang baik dan untuk Kayu
Manis

diambil batangnya yang tidak berjamur.

Selanjutnya

dilakukan

penimbangan sampel basah simplisia dan kemudian disortasi basah. Sortasi basah
ini dilakukan untuk memisahkan kotoran atau benda-benda asing seperti pasir,
tanah, debu, dan kotoran lainnya.
Setelah dilakukan sortasi basah dilanjutkan penyiapan sampel dengan
pencucian. Pencucian tujuannya hampir sama dengan sortasi basah yaitu untuk
memisahkan kotoran yang melekat pada sampel. Pencucian ini dilakukan dengan
menggunakan air mengalir agar kotoran terbawa bersama-sama dengan air yang
dialirkan. Setelah dilakukan pencucian sampel dilanjutkan dengan perajangan.
Tujuan perajangan adalah untuk mempermudah proses pengeringan dan
pengepakan.
Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air supaya simplisia
awet. Sebaiknya kadar air pada daun 5%, Batang 10 % dan Akar 10 %. Jika
kadar air dalam herba Sambiloto dan batang Kayu Manis masih belum sesuai
yang diinginkan maka ditakutkan akan terjadi reaksi enzimatis dan zat aktif akan
teurai disertai dengan pertumbuhan kapang, ataupun jasad renik dan simplisia
akan rusak dan menurun mutunya. Untuk menghindari hal-hal tersebut juga
diperlukan wadah yang memenuhi syarat yang diperlukan.
Adapun syarat-syarat wadah yang baik untuk penyimanan simplisia
adalah:

a.
b.
c.
d.

melindungi dari o2,


melindungi dari cahaya,
bersifat inert (tidak bereaksi dengan simplisia), dan
melindungi dari pengotor seperti serangga, kotoran, dll.
Setelah didapatkan simplisia melalui tahap-tahap diatas maka dilakukan

perhitungan persen randamen yakni sebesar 46,92% terhadap herba Sambiloto dan
untuk sampel Kayu Manis didapatkan persen rendamen sebesar 94,23%,
sedangkan untuk kadar air diperoleh kadar air untuk herba Sambiloto sebesar
53,07% dan sampel Kayu Manis sebesar 3,92%.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan simplisia yaitu:


cahaya,
oksigen,
reaksi kimia,
dehidrasi dan higroskopis,
kapang,
serangga, hewan pengerat, dan
pengotor.

BAB VI

PENUTUP
VI.1

Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyiapan
sampel herba Sambiloto dan batang Kayu Manis melalui beberapa tahap,
yaitu pencucian, sortasi basah, perajangan, pengeringan, perajangan dan
sortasi kering. Setelah didapatkan simplisia melalui tahap-tahap diatas
maka dilakukan perhitungan persen randamen yakni sebesar 46,92 %
terhadap herba Sambiloto dan untuk sampel Kayu Manis didapatkan persen
rendamen sebesar 94,23%.

VI.2

Saran

VI.2.1 Laboratorium
Untuk laboratorium Farmakognosi alat-alat seperti oven agar
diperbanyak agar praktikan tidak berdesak-desakan.
VI.2.2 Praktikan
Untuk praktikan agar lebih berhati-hati dalam bekerja.
VI.2.3 Asisten
Kami berharap agar asisten tetap selalu mendampingi praktikan
selama praktikum berlangsung agar praktikan tidak merasa kebingungan
sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.
2.

Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

3. Mufidah, dkk. 2013. Buku Ajar Farmakognosi Analitik. Makassar: Fakultas


Farmasi, Universitas Hasanuddin.
4. Widyawati, Tri. 2005. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis
paniculata

Nees). Sumatera Utara : Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.


5. Agustina, Wahyu, dkk. 2009. Minyak Atsiri dari Kulit Batang
Cinnamomum Burmannii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae Sebagai
Insektisida Alami, Antibakteri, dan Antioksidan. Surabaya: Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Achmad,dkk.1995. Obat Asli Indonesia khusus dari Tumbuhan yang ada
di Indonesia. Bandung: Balai Penerbit FKUI.

LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Pengambilan sampel

Sortasi basah

Pencucian sampel

Perajangan

Sortasi kering

Penngepakan dan Penyimpanan

Hitung % rendamen dan % kadar air

Anda mungkin juga menyukai