0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan3 halaman
Parameter standar ekstrak tumbuhan obat terdiri dari parameter spesifik dan non-spesifik. Parameter non-spesifik meliputi susut pengeringan, kadar air, bobot jenis, kadar abu, cemaran logam berat, cemaran aflatoksin, cemaran mikroba, sisa pelarut, dan residu pestisida. Tujuannya adalah memastikan ekstrak memenuhi standar mutu, aman, dan stabil.
Parameter standar ekstrak tumbuhan obat terdiri dari parameter spesifik dan non-spesifik. Parameter non-spesifik meliputi susut pengeringan, kadar air, bobot jenis, kadar abu, cemaran logam berat, cemaran aflatoksin, cemaran mikroba, sisa pelarut, dan residu pestisida. Tujuannya adalah memastikan ekstrak memenuhi standar mutu, aman, dan stabil.
Parameter standar ekstrak tumbuhan obat terdiri dari parameter spesifik dan non-spesifik. Parameter non-spesifik meliputi susut pengeringan, kadar air, bobot jenis, kadar abu, cemaran logam berat, cemaran aflatoksin, cemaran mikroba, sisa pelarut, dan residu pestisida. Tujuannya adalah memastikan ekstrak memenuhi standar mutu, aman, dan stabil.
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat digunakan sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Oleh karena itu ekstrak harus distandarisasi. Standardisasi adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam arti memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Tujuan dari dilakukan standarisasi ini yaitu agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat. Kegunaan standarisasi ekstrak yaitu ekstrak obat terstandar antara lain mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif, batch yang diproduksi, dan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak. Parameter yang ditetapkan dalam standardisasi ekstrak antara lain parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yaitu identitas, organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar serta profil kromatografi. Sedangkan parameter non spesifik yaitu susut pengeringan dan bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pelarut, dan residu pestisida.
2.2. Pengertian Parameter Non Spesifik
Parameter non-spesifk adalah segala aspek yang tidak terkait dengan aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan dan stabilitas ekstrak dan sediaan yang dihasilkan. Parameter non-spesifik terdiri dari: a) Parameter Susut Kering Yaitu pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai Berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Tujuannya memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. b) Parameter Kadar Air Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan. Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang tepat yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dari parameter ini adalah memberikan batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. c) Parameter Bobot jenis Adalah massa per satuan Volume pada suhu kamar tertentu (25 oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuannya memberikan batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak (air sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. d) Parameter Kadar abu Bahan yang dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdekstruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan organik. Tujuan dari parameter ini adalah memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. e) Parameter Cemaran Logam Berat Parameter cemaran logam berat adalah menetukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid. Tujuan dari parameter ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cu dll.) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan. f) Parameter Cemaran Aflatoksin Parameter cemaran aflatoksin merupakan parameter yang menetukan adanya aflatoksin dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tujuan dari parameter ini adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflotoksin yang berbahaya bagi kesehatan. g) Parameter Cemaran Mikroba Parameter cemaran mikroba digunakan untuk menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis. Tujuan dari parameter ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan. h) Parameter Sisa Pelarut Menentukan kandungan sisa pelarut yang secara umum dengan kromatograf gas. Tujuannya memberikan, jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada, sedangkan untuk ekstrak (air menunjukkan, jumlah pelarut (alcohol) sesuai dengan yang ditetapkan. i) Parameter Residu Pestisida Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkotaminasi pada bahan simplisia pembuatan eksrak. Tujuannya memberikan, jaminan bahha ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan.
DAPUS: Depkes Republik Indonesia. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.