Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No.

2,
2014
PENGARUH CARA PENGERINGAN DENGAN OVEN, KERING ANGIN
DAN CAHAYA MATAHARI LANGSUNG TERHADAP MUTU SIMPLISIA
HERBA SAMBILOTO

Rina Wahyuni2,,Guswandi2, Harrizul Rivai1


1Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND)

2Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT

The influence of drying method to the quality of sambiloto’s herbal crude had been

done. The drying methode that used are oven drying at 45o C, direct sunlight drying and wind
drying. The results showed that oven drying gave the best result with drying shrinkage value
of 9.1147%, 9.3339% total ash value, acid insoluble ash content of 0.7768%, the levels of
water-soluble extract 19.3226% and levels of 17.5160% ethanol- soluble extract.

Keywords: Sambiloto Herba, Drying Methode, Quality

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh cara pengeringan terhadap mutu


simplisia herba sambiloto. Metoda pengeringan yang digunakan adalah pengeringan dengan

oven pada suhu 45o C , pengeringan sinar matahari lagsung dan kering angin. Hasil
menunjukkan bahwa pengeringan dengan menggunakan oven memberikan hasil yang terbaik
dengan nilai susut pengeringan 9,1147%, kadar abu total 9,3339%, kadar abu tidak larut asam
0,7768%, kadar sari larut air 19,3226% dan kadar sari larut etanol 17,5160%.
Kata Kunci: Herbal Sambiloto, Metode Kering, Kualitas

Pendahuluan potensi yang besar sebagai sumber hayati


untuk keperluaan biopharmaceutical industry,
Sambiloto merupakan salah satu tumbuhan serta dapatdikembangkan sebagai industri
yang banyak digunakan dalam pengobatan fitofarmaka (Manoi, 2006), seperti pengobatan
tradisional. Tumbuhan ini mempunyai darah tinggi, demam, diare, radang saluran
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2,
2014
nafas, radang paru, disentri, faringitis, dibubuhkan ke tempat yang sakit seperti
sakit gigi dan kencing manis (Pratama & digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul
Ramadhan, 2013). (Dalimartha,1999).

Sambiloto (Andrographis paniculata Dalam skala industri, bahan tumbuhan


Nees.) mengandung andrografolid sebagai yang digunakan dalam bentuk simplisia,
unsur utama yang memberi rasa pahit dari yaitu bahan yang belum mengalami
tumbuhan ini. Unsur lainnya termasuk 14- perubahan apapun kecuali bahan alam
deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, 14- yang dikeringkan.Simplisia dapat berupa
deoksiandrografolid (Anju, et al., 2012). simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau
Untuk pengobatan kanker, digunakan mineral(Agoes, 2007).Simplisia nabati
dalam bentuk cairan infus, injeksi, atau adalah simplisia berupa tanaman utuh dan
tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar bagian tanaman.Simplisia hewani yaitu
direbus lalu airnya digunakan untuk simplisia yang dapat berupa hewan utuh,
mencuci atau digiling halus dan bagian dari hewan atau zat berguna yang
dihasilkan hewan, tetapi bukan berupa zat
kimia murni.Simplisia pelikan atau
mineral yaitu simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah secara sederhana belum
berupa zat kimia murni(DepKes RI, 1979
& Agoes, 2007).

Kandungan bahan aktif yang terdapat pada


tumbuhan sangat dipengaruhi oleh proses
pengeringan. Setiap tanaman menpunyai

respon yang berbeda, ada beberapa peneliti mengembangkan pengaruh cara


tanaman yang peka terhadap penyinaran pengeringan terhadap mutu simplisia herba
matahari langsung serta suhu yang terlalu sambiloto (Andrographis paniculata Nees.)
tinggi. Pengeringan yang tepat akan dan melakukan karakterisasi terhadap simplisia
menghasilkan mutu simplisia yang tahan yang dibuat.
disimpan lama dan tidak terjadi perubahan
bahan aktif yang dikandungnya (Manoi, METODE PENELITIAN
2006). Berdasarkan uraian tersebut, maka
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2,
2014
Alat 1. Pengumpulan Herba Sambiloto.

Alat-alat yang digunakan adalah Alat-alat Tumbuhan akan diambil secara


yang digunakan adalah leaf area meter manual, diambil semua bagian dari
(Vicon®) cawan penguap, botol timbang, tumbuhan sambiloto (Andrographis
krus porselen, erlenmeyer, labu ukur,oven paniculata Nees.) yang ada di atas
(Memmer®), desikator, beaker glass, permukaan tanah. Tumbuhan herba
timbangan analitik (Ohaus®), spatel, sambiloto diambil di daerah Limau Manis,
lampu UV 254 nm. kota Padang, Sumatera Barat.

Bahan 2. Sortasi Basah.

Bahan yang digunakan adalah herba Dilakukan untuk memisahkan


sambiloto (Andrographis paniculata kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
Nees.), aquadest, etanol 95%, kloroform, lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian
larutan HCl encer, metanol, NH4Cl. dengan cara membuang bagian-bagian
yang tidak perlu sebelum pengeringan,
Prosedur Penelitian sehingga didapatkan herba yang layak
Determinasi Herba untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan
Sambiloto secara manual.
Herba sambiloto telah dideterminasi di
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), 3. Pencucian.
jurusan Biologi FMIPA Universitas
Andalas, Padang, Sumatera Barat. Dilakukan untuk menghilangkan tanah
dan pengotor lainnya yang melekat pada
Penyiapan Simplisia
tumbuhan. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, misalnya air dari mata air, air
Pada umumnya pembuatan simplisia
sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan
melalui tahapan seperti berikut :
sesingkat mungkin agar tidak
Pengumpulan simplisia, sortasi basah,
menghilangkan zat berkhasiat dari
pencucian, perajangan, pengeringan,
tumbuhan tersebut.
sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan (DepKes RI, 1985).
4. Perajangan.
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2,
2014
Perajangan dilakukan untuk dikehendaki.
mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. 5. Pengeringan (Manoi, 2006).
Sebelum dirajang tumbuhan dijemur
dalam keadaan utuh selama 1 hari. Dilakukan pengeringan dengan 3 cara
Perajangan dapat dilakukan dengan yaitu:
pisau, dengan alat mesin perajang a. Dikering anginkan
khusus sehingga diperoleh irisan tipis b. Terpapar cahaya matahari langsung
atau potongan dengan ukuran yang

c. Dengan menggunakan Oven atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan
Pengeringan ini berlangsung hingga sebagainya. Penyimpanan simplisia kering
diperolehkadar air≤ 10%.
biasanya dilakukan pada suhu kamar (150 C

6. Sortasi Kering. sampai 300 C).

Dilakukan untuk memisahkan benda-


benda asing seperti bagian-bagian tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tidak diinginkan dan pengotoran- Hasil
pengotoran lain yang masih ada dan
Setelah herba sambiloto tersebut menjadi
tertinggal pada simplisia kering. Proses ini
simplisia maka dilakukan penelitian mengenai
dilakukan secara manual.
karakterisasi non spesifik dan spesifik,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
7. Pengepakan dan Penyimpanan.

Selama penyimpanan ada


kemungkinan terjadi kerusakan pada
simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang
bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isinya sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta
penyimpangan warna, bau, rasa dan
sebagainya pada simplisia. Untuk simplisia
yang tidak tahan panas diperlukan wadah
yang melindungi simplisia terhadap
cahaya, misalnya aluminium foil, plastik
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2,
2014
Hasil Karakterisasi Simplisia
Herba Sambiloto

1. Pemeriksaan Makroskopik

Bagian yang
Panjang Lebar
diukur
0,94 ±
Daun 5,2 ± 0,9566
0,0894
0,160 ±
Ruas batang 1,96 ± 0,1517
0,0548
0,240 ±
Biji 1,6 ± 0,1000
0,0548

2. Pemeriksaan
Mikroskopik Bentuk
:
simplisia
Bau : tidak berbau
Warna : hijau
Rasa : pahit

3. Pola Kromatografi menggunakan KLT

Jarak
Jarak Nilai
noda
Perlakuan No pelarut Rf
sampel
(cm) sampel
(cm)
1 0,9 7 0,13
Kering 2 3,4 7 0,49
anginkan 3 5,3 7 0,76
∑ 9,6 21 1,38
1 3,1 7 0,44
Matahari 2 4,5 7 0,64
3 5,8 7 0,83
∑ 13,4 21 1,91
1 1,7 7 0,24
Oven 2 3,2 7 0,46
3 5,1 7 0,73
∑ 10 21 1,43
4. Pemeriksaan karakterisasi non spesifik dan spesifik

Pemeriksaan Kering angin Matahari Oven


9,4368% ± 9,2102% ± 9,1147% ±
Susut Pengeringan
0,1236% 0,1090% 0,1839%
9,9187% ± 9,6762% ± 9,3339% ±
Kadar abu total
0,1346% 0,1652% 0,2730%
Kadar abu tidak 1,2722% ± 0,9599% ± 0,7768% ±
larut asam 0,1144% 0,0342% 0,0354%
19,1639% ± 16,8745% ± 19,3226% ±
Kadar sari larut air
0,0850 0,3630% 0,4941%
Kadar sari larut 14,7844% ± 15,1286% ± 17,5160% ±
etanol 0,0099% 0,2588 0,3942%

Pembahasan dan memenuhi standarisasi Farmakope Herbal


Indonesia Edisi I (2008):
Sampel yang digunakan adalah
Andrographis paniculata Nees. yang
1. Pemeriksaan Makroskopik.
diambil di daerah Padang, Sumatera Barat
yang telah dilakukan uji identifikasi di
Berupa campuran daun, batang dan
Herbarium Universitas Andalas (ANDA),
buah kering, warna hijau, tidak berbau dan rasa
jurusan biologi FMIPA Universitas
sangat pahit. Sesuai dengan standarisasi yang
Andalas Kampus Limau Manis, Padang,
terdapat dalam Farmakope Herba Indonesia
Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen
Edisi I.
Andrographis paniculata Nees. (famili :
Acanthaceae).
Setelah tumbuhan dipanen, dilakukan
sortasi basah, pencucian dengan air
mengalir, pengeringan dengan tiga cara
yaitu dikering anginkan, cahaya matahari
langsung dan menggunakan oven.
Kemudian dilakukan sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian
simplisia yang bertujuan untuk
mendapatkan simplisia yang bermutu baik
2. Pemeriksaan Mikroskopik. pengeringan yang telah dilakukan dengan
tiga cara pengeringan yaitu dikering
Dari hasil yang didapat yaitu anginkan (9,4368%), matahari (9,2102%),
epidermis atas dengan sisik kelenjar, oven (9,1147%) dan berdasarkan hasil
epidermis atas, epidermis atas dengan perhitungan anova terhadap susut
sistolit, rambut penutup, berkas
pengangkut dan kelopak bunga
dengan tonjolan papila yang sesuai
dengan Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I.

3. Pola Kromatografi.

Menggunakan KLT dengan


pengeringan yang dilakukan dengan
cara dikeringanginkan memiliki nilai
Rf yaitu Rf 1 = 0,13, Rf 2 =
0,49, Rf 3 = 0,76, pengeringan
dengan matahari memiliki nilai Rf
yaitu Rf 1 = 0,44, Rf 2 = 0,64, Rf 3
= 0,83, pengeringan dengan oven
memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,24, Rf
2 = 0,46, Rf 3 = 0,73 mendekati nilai
Rf dari pembanding yang terdapat
dalam Farmakope Herbal Indonesia
Edisi I, noda sampel untuk simplisia
yang terlihat pada plat terdapat 3
noda, hal tersebut mungkin
dikarenakan faktor pembuatan fase
gerak atau hal lain.

4. Susut pengeringan.

Berdasarkan hasil penelitian susut


pengeringan untuk ketiga cara pengeringan rendah. Beberapa enzim perusak kandungan

menunjukkan bahwa nilai F hitung = 7,123 kimia antara lain adalah hidrolase, oksidase

dengan Sig. =0,026 (<0,05), yang berarti Ho dan polymerase (Manoi, 2006). Dan susut
pengeringan pada simplisia herba sambiloto
ditolak atau rata-rata susut pengeringan
sesuai dengan standar Farmakope Herbal
untuk ketiga cara pengeringan itu adalah
Indonesia Edisi I (2008) yaitu< dari 10%.
berbeda nyata. Hal ini terlihat bahwa cara
pengeringan simplisia herba sambiloto
5. Kadar abu total.
memberikan pengaruh terhadap susut
pengeringan simplisia herba sambiloto.
Berdasarkan hasil penelitian kadar abu
totalyang telah dilakukan dengan tiga cara
Berdasarkan hasil Uji Duncan,
pengeringan yaitu dikering anginkan
dapat disimpulkan bahwa hasil susut
(9,9187%), matahari (9,6762%), oven
pengeringan pada simplisia yang
(9,3339%) dan hasil perhitungan Anova
dikeringkan dengan matahari
terhadap kadar abu total untuk ketiga cara
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
dengan simplisia yang dikeringkan dengan
cara dikeringanginkan, sedangkan dengan
simplisia yang dikeringkan dengan oven
tidak berbeda nyata. Hasil susut
pengeringan juga tidak berbeda nyata
antara simplisia yang dikeringkan dengan
oven dan yang dikeringanginkan.Kadar air
simplisia sebaiknya lebih kecil dari 10%.
Apabila kadar air lebih besar dari 10%
akan menyebabkan terjadinya proses
enzimatik dan kerusakan oleh mikroba
(Manoi, 2006). Simplisia yang disimpan
dalam waktu yang lama, enzim akan
merubah kandungan kimia yang telah
terbentuk menjadi produk lain yang
mungkin tidak lagi memiliki efek
farmakologi seperti senyawa asalnya. Hal
ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah
dikeringkan mempunyai kadar air yang
pengeringan menunjukkan nilai F simplisia.

hitung = 6,478 dengan Sig.= 0,032 (<


0,05) yang berarti H0 ditolak atau 6. Kadar abu tidak larut asam.

rata-rata kadar abu total untuk ketiga


Berdasarkan hasil penelitian kadar
simplisia itu adalah berbeda nyata.
abu tidak larut asam yang telah dilakukan
Berarti perbedaan cara pengeringan
dengan tiga cara pengeringan yaitu
dalam pembuatan simplisia
dikering anginkan (1,2722%), matahari
memberikan pengaruh terhadap nilai
(0,9599%), oven (0,7768%). Dan
kadar abu totalnya.
berdasarkan hasil perhitungan Anova
terhadap kadar abu yang tidak larut asam
Berdasarkan hasil uji Duncan,
untuk ketiga cara pengeringan
dapat disimpulkan bahwa hasil kadar
menunjukkan bahwa nilai F hitung =
abu total pada simplisia yang
36,430 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang
dikeringkan dengan oven
berarti Ho ditolak atau rata-rata kadar abu
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
yang tidak larut asam untuk ketiga cara
dengan simplisia yang
pengeringan itu adalah berbeda nyata.
dikeringanginkan, sedangkan
Berarti perbedaan cara pengeringan dalam
simplisia yang dikeringkan dengan
pembuatan simplisia memberikan
matahari tidak berbeda nyata. Hasil
pengaruh terhadap nilai kadar abu tidak
kadar abu total juga tidak berbeda
larut asam.
nyata antara simplisia yang
dikeringkan dengan matahari dan simplisia yang

dikeringanginkan. Kadar abu tertinggi Berdasarka dikeringkan dengan

terdapat pada perlakuan cara n hasil uji Duncan, matahari, demikian

pengeringan dengan dapat disimpulkan juga dengan

dikeringanginkan. Dilihat dari standar bahwa hasil kadar simplisia yang

mutu semua perlakuan masih abu tidak larut dikeringkan dengan

memenuhi standar mutu Farmakope asam pada cara

Herbal Indonesia edisi I yaitu di simplisia yang dikeringanginkan

bawah 10,2%. Kadar abu terbentuk dikeringkan memberikan hasil

pada simplisia selain disebabkan oleh dengan oven yang berbeda nyata.

faktor budidaya juga disebabkan oleh menunjukkan hasil Hasil kadar abu

faktor pengeringan dimana terjadi yang berbeda tidak tidak larut

perubahan fisik maupun kimia nyata dengan asam juga berbeda


nyata antara yaitu dikering kadar senyawa yang
simplisia yang anginkan larut air. dikeringkan
dikeringanginka (19,1639%), dengan oven
n matahari Berdasarka dan yang
(16,8745%), oven n hasil uji Duncan, dikeringkan dengan
dengan (19,3226%), dan dapat disimpulkan cara
matahari. berdasarkan hasil bahwa hasil kadar dikeringanginka
Dilihat dari perhitungan anova senyawa larut air n. Dilihat dari
standar mutu terhadap kadar pada simplisia standar mutu
semua perlakuan senyawa larut yang dikeringkan semua
masih dalam air untuk dengan matahari perlakuan masih
memenuhi ketiga cara menunjukkan hasil memenuhi
standar mutu pengeringan yang berbeda standar mutu
Farmakope simplisia nyata dengan Farmakope
Herbal menunjukkan simplisia yang Herbal
Indonesia Edisi bahwa nilai F dikeringkan Indonesia Edisi
I (2008) yaitu hitung = 44,080 dengan oven, I (2008) yaitu
tidak lebih dari dengan Sig. = begitu juga tidak kurang
1,7%. 0,000 (< 0,05), simplisia yang dari 15,7%.
yang berarti Ho dikeringkan
7. Kadar ditolak atau rata dengan cara 8. Kadar
senyawa kadar senyawa dikeringanginkan senyawa larut
larut larut dalam air juga memberikan dalam etanol.
dalam untuk ketiga cara hasil yang berbeda
air. pengeringan itu nyata. Hasil kadar Berdasar
adalah berbeda senyawa larut kan hasil
Berdasar nyata. Berarti dalam airtidak penelitian kadar
kan hasil perbedaan cara berbeda nyata senyawa larut
penelitian kadar pengeringan pada antara simplisia dalam etanol
senyawa larut pembuatan yang telah
dalam airyang simplisia herba dilakukandenga
telah dilakukan sambiloto n tiga cara
dengan tiga cara memberikan pengeringan
pengeringan pengaruh terhadap yaitu dikering
anginkan pengeringan berbeda nyata semua
(14,7844%), itu adalah dengan perlakuan masih
matahari berbeda simplisia yang memenuhi
(15,1286%), nyata. Berarti dikeringkan standar mutu
oven perbedaan dengan oven, Farmakope
(17,5160%), cara sedangkan Herbal
dan pengeringan dengan Indonesia Edisi
berdasarkan dalam simplisia yang I (2008) yaitu
hasil pembuatan dikeringkan tidak kurang
perhitungan simplisia dengan dari 9,2%.
Anova herba matahari tidak
terhadap sambiloto berbeda nyata. Faktor
kadar memberikan Hasil kadar utama yang
senyawa pengaruh senyawa larut menentukan
larut dalam terhadap nilai dalam etanol mutu simplisia
etanol untuk senyawa larut juga berbeda adalah kadar
ketiga cara etanol. nyata antara sari air dan
pengeringan simplisia yang kadar sari etanol
menunjukka Berdas dikeringkan yang
n bahwa arkan hasil uji dengan menunjukkan
nilai F Duncan, dapat matahari dan adanya
hitung = disimpulkan yang kandungan zat
159,097 bahwa hasil dikeringkan yang berkhasiat
dengan Sig. kadar dengan oven. dalam simplisia.
= 0,000 senyawa larut Dilihat dari Kadar sari air
(< 0,05), dalam etanol standar mutu dan etanol
yang berarti pada simplisia cukup tinggi ini pengeringan.
Ho ditolak yang menunjukkan
atau rata- dikeringkan bahan aktif yang Pengeringan
rata kadar dengan cara terkandung dalam dengan matahari
dikeringangin simplisia tidak langsung merupakan
senyawa
kan banyak yang proses pengeringan
larut dalam
menunjukkan hilang selama yang paling
etanol untuk
hasil yang proses ekonomis dan paling
ketiga cara
mudah terlampau tinggi karakteristik mutu DAFTAR
dilakukan, akan dapat simplisia yang PUSTAKA
tetapi dari segi meningkatkan lebih baik yaitu
kualitas alat biaya produksi dengan nilai susut Agoes,G. (2007).
pengering selain itu terjadi pengeringan Teknologi Bahan
buatan (oven) perubahan 9,1147%, kadar Alam.
akan biokimia sehingga abu total 9,3339%, Bandung :
memberikan mengurangi kadar abu tidak Penerbit ITB.
produk yang kualitas produk larut asam
lebih baik. Sinar yang dihasilkan 0,7768%, kadar Anju, D., Jugnu,
ultraviolet dari sedangkan metode sari larut air G.,
matahari juga kering angin 19,3226% dan Kavita,
menimbulkan dianggap lebih kadar sari larut S., Arun,
kerusakan pada murah akan tetapi etanol N.,
kandungan kurang efisien 17,5160%.Semua &Sandee
kimia bahan waktu dalam perlakuan cara p, D.
yang pengeringan pengeringan masih (2012).
dikeringkan simplisia memenuhi standar A
(Winangsih, (Winangsih, mutu Farmakope Review
2013). 2013). Herbal Indonesia on
Pengeringan (Edisi I). Medicin
dengan oven KESIMPULAN al
dianggap lebih Prospecti
Cara
menguntungkan ve of
pengeringan
karena akan Androgr
berpengaruh nyata
terjadi aphis
terhadap
pengurangan panicula
karakteristik mutu
kadar air dalam ta, Nees.
simplisia
jumlah besar J of
herbasambiloto.
dalam waktu Pharm
Pengeringan
yang singkat, and Sci
dengan
akan tetapi Innovati
menggunakan
penggunaan on. 1(1),
oven
suhu yang 1-4.
menghasilkan
hatan Terhad Prihast
Departemen Repub ap anti, E.,
Kese lik Mutu Parman
hata Indone Simpli , S.
n sia. sia (2013).
Rep (2008) Sambil Pengar
ublik . oto. uh
Indo Farma Bull.Li Metode
nesia kope ttro. Pengeri
. Herba 17 ngan
(198 l (1),1- Terhad
5). Indon 5. ap
Pem esia Kualita
buat (Edisi Pratama, B.A. s
an I). & Simplis
Sim Jakart Ramad ia
plisi a: han, Lempu
a. Depart D.F. yang
Jakar emen (2013) Wangi
ta: Keseh . (Zingib
Dep atan Khasi er
arte Repub at aromati
men lik Tana cum
Kese Indone man L.).
hata sia. Obat Buletin
n Herba Anato
Rep Manoi, F. l. mi dan
ublik (2006) Jakarta Fisiolo
Indo . : gi.
nesia Pengar Pustak 21(1),
. uh a 19-
Cara Media. 25.
Departemen Penger
Winangsih
Kese ingan
dan
REVIEW JURNAL
Judul PENGARUH CARA PENGERINGAN
DENGAN OVEN, KERING ANGIN
DAN CAHAYA MATAHARI
LANGSUNG TERHADAP MUTU
SIMPLISIA
HERBA SAMBILOTO
Jurnal Farmasi Higea
Volume dan Halaman Vol. 6, No. 2, 9 hlm.
Tahun 2014
Penulis Rina Wahyuni, Guswandi, Harrizul
Rivai
Reviewer Agnita Salshabilla
Tanggal 1 Oktober 2020
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tentang pengaruh cara
pengeringan terhadap mutu simplisia herba
sambiloto
Subjek Penelitian Herba sambiloto (Andrographis paniculata
Nees.)
Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan sebagai
berikut :
Alat-alat yang digunakan adalah Alat-alat yang
digunakan adalah leaf area meter (Vicon®)
cawan penguap, botol timbang, krus porselen,
erlenmeyer, labu ukur,oven (Memmer®),
desikator, beaker glass, timbangan analitik
(Ohaus®), spatel, lampu UV 254 nm. Bahan
yang digunakan adalah herba sambiloto
(Andrographis paniculata Nees.), aquadest,
etanol 95%, kloroform, larutan HCl encer,
metanol, NH4Cl.
Lalu, dilakukan prosedur penelitian determinasi
herba sambiloto dimana herba sambiloto telah
dideterminasi di Herbarium Universitas Andalas
(ANDA), jurusan Biologi FMIPA Universitas
Andalas, Padang, Sumatera Barat.
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui
tahapan seperti berikut : Pengumpulan
simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan (DepKes RI, 1985).
Hasil Penelitian Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan
bahwa herba sambiloto berupa campuran daun,
batang dan buah kering, warna hijau, tidak
berbau dan rasa sangat pahit. Sesuai dengan
standarisasi yang terdapat dalam Farmakope
Herba Indonesia Edisi I.
Adapun pemeriksaan mikroskopik dimana dari
hasil yang didapat yaitu epidermis atas dengan
sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas
dengan sistolit, rambut penutup, berkas
pengangkut dan kelopak bunga dengan
tonjolan papila yang sesuai dengan Farmakope
Herbal Indonesia Edisi I.
Selanjutnya, pada pemeriksaan kromatografi
yang menggunakan KLT dengan pengeringan
yang dilakukan dengan cara dikeringanginkan
memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,13, Rf 2
= 0,49, Rf 3 = 0,76, pengeringan dengan
matahari memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,44,
Rf 2 = 0,64, Rf 3 = 0,83, pengeringan dengan
oven memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,24, Rf 2
= 0,46, Rf 3 = 0,73 mendekati nilai Rf dari
pembanding yang terdapat dalam Farmakope
Herbal Indonesia Edisi I.
Berdasarkan hasil penelitian susut pengeringan
yang telah dilakukan dengan tiga cara
pengeringan yaitu dikering anginkan
(9,4368%), matahari (9,2102%), oven
(9,1147%) dan berdasarkan hasil perhitungan
anova terhadap susut pengeringan untuk ketiga
cara pengeringan menunjukkan bahwa nilai F
hitung = 7,123 dengan Sig. =0,026 (<0,05),
yang berarti Ho ditolak atau rata-rata susut
pengeringan untuk ketiga cara pengeringan itu
adalah berbeda nyata. Berdasarkan hasil Uji
Duncan, dapat disimpulkan bahwa hasil susut
pengeringan pada simplisia yang dikeringkan
dengan matahari
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan
simplisia yang dikeringkan dengan cara
dikeringanginkan, sedangkan dengan simplisia
yang dikeringkan dengan oven tidak berbeda
nyata. Dan susut pengeringan pada simplisia
herba sambiloto sesuai dengan standar
Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008)
yaitu < dari 10%.

Berdasarkan hasil penelitian kadar abu total


yang telah dilakukan dengan tiga cara
pengeringan yaitu dikering anginkan
(9,9187%), matahari (9,6762%), oven
(9,3339%) dan hasil perhitungan Anova
terhadap kadar abu total untuk ketiga cara
pengeringan menunjukkan nilai F hitung =
6,478 dengan Sig.= 0,032 (< 0,05) yang berarti
H0 ditolak atau rata-rata kadar abu total untuk
ketiga simplisia itu adalah berbeda nyata.
Berarti perbedaan cara pengeringan dalam
pembuatan simplisia memberikan pengaruh
terhadap nilai kadar abu totalnya.

Berdasarkan hasil penelitian kadar abu tidak


larut asam yang telah dilakukan dengan tiga
cara pengeringan yaitu dikering anginkan
(1,2722%), matahari (0,9599%), oven
(0,7768%). Dan berdasarkan hasil perhitungan
Anova terhadap kadar abu yang tidak larut
asam untuk ketiga cara pengeringan
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 36,430
dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang berarti Ho
ditolak atau rata-rata kadar abu yang tidak larut
asam untuk ketiga cara pengeringan itu adalah
berbeda nyata. Berarti perbedaan cara
pengeringan dalam pembuatan simplisia
memberikan pengaruh terhadap nilai kadar abu
tidak larut asam.
Berdasarkan hasil penelitian kadar senyawa
larut dalam air yang telah dilakukan dengan
tiga cara pengeringan yaitu dikering anginkan
(19,1639%), matahari (16,8745%), oven
(19,3226%), dan berdasarkan hasil perhitungan
anova terhadap kadar senyawa larut dalam air
untuk ketiga cara pengeringan simplisia
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 44,080
dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang berarti Ho
ditolak atau rata kadar senyawa larut dalam air
untuk ketiga cara pengeringan itu adalah
berbeda nyata. Berdasarkan hasil penelitian
kadar senyawa larut dalam etanol yang telah
dilakukandengan tiga cara pengeringan yaitu
dikering anginkan (14,7844%), matahari
(15,1286%), oven (17,5160%), dan berdasarkan
hasil perhitungan Anova terhadap kadar
senyawa larut dalam etanol untuk ketiga cara
pengeringan menunjukkan bahwa nilai F
hitung = 159,097 dengan Sig. = 0,000 (<
0,05), yang berarti Ho ditolak atau rata-rata
kadar senyawa larut dalam etanol untuk ketiga
cara pengeringan itu adalah berbeda nyata.
Berarti perbedaan cara pengeringan dalam
pembuatan simplisia herba sambiloto
memberikan pengaruh terhadap nilai senyawa
larut etanol.
Kekuatan Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan
bahwa herba sambiloto berupa campuran daun,
batang dan buah kering, warna hijau, tidak
berbau dan rasa sangat pahit. Sesuai dengan
standarisasi yang terdapat dalam Farmakope
Herba Indonesia Edisi I.
Adapun pemeriksaan mikroskopik dimana dari
hasil yang didapat yaitu epidermis atas dengan
sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas
dengan sistolit, rambut penutup, berkas
pengangkut dan kelopak bunga dengan tonjolan
papila yang sesuai dengan Farmakope Herbal
Indonesia Edisi I.
Selanjutnya, pada pemeriksaan kromatografi
yang menggunakan KLT dengan pengeringan
yang dilakukan dengan cara dikeringanginkan
memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,13, Rf 2 =
0,49, Rf 3 = 0,76, pengeringan dengan
matahari memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,44, Rf
2 = 0,64, Rf 3 = 0,83, pengeringan dengan oven
memiliki nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,24, Rf 2 = 0,46,
Rf 3 = 0,73 mendekati nilai Rf dari pembanding
yang terdapat dalam Farmakope Herbal
Indonesia Edisi I.

Perbedaan cara pengeringan dalam pembuatan


simplisia memberikan pengaruh terhadap nilai
kadar abu totalnya. Berdasarkan hasil uji
Duncan, dapat disimpulkan bahwa hasil kadar
abu total pada simplisia yang dikeringkan
dengan oven menunjukkan hasil yang berbeda
nyata dengan simplisia yang dikeringanginkan,
sedangkan simplisia yang dikeringkan dengan
matahari tidak berbeda nyata. Hasil kadar abu
total juga tidak berbeda nyata antara simplisia
yang dikeringkan dengan matahari dan
dikeringanginkan. Kadar abu tertinggi terdapat
pada perlakuan cara pengeringan dengan
dikeringanginkan. Dilihat dari standar mutu
semua perlakuan masih memenuhi standar mutu
Farmakope Herbal Indonesia edisi I yaitu di
bawah 10,2%.

Pengeringan dengan matahari langsung


merupakan proses pengeringan yang paling
ekonomis dan paling mudah dilakukan, akan
tetapi dari segi kualitas alat pengering buatan
(oven) akan memberikan produk yang lebih
baik. Sinar ultraviolet dari matahari juga
menimbulkan kerusakan pada kandungan kimia
bahan yang dikeringkan. Pengeringan dengan
oven dianggap lebih menguntungkan karena
akan terjadi pengurangan kadar air dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat, akan
tetapi penggunaan suhu yang terlampau tinggi
dapat meningkatkan biaya produksi selain itu
terjadi perubahan biokimia sehingga
mengurangi kualitas produk yang dihasilkan
sedangkan metode kering angin dianggap lebih
murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam
pengeringan simplisia.
Kelemahan Cara pengeringan simplisia herba sambiloto
memberikan pengaruh terhadap susut
pengeringan simplisia herba sambiloto.
Berdasarkan hasil Uji Duncan, dapat
disimpulkan bahwa hasil susut pengeringan
pada simplisia yang dikeringkan dengan
matahari menunjukkan hasil yang berbeda nyata
dengan simplisia yang dikeringkan dengan cara
dikeringanginkan, sedangkan dengan simplisia
yang dikeringkan dengan oven tidak berbeda
nyata. Hasil susut pengeringan juga tidak
berbeda nyata antara simplisia yang dikeringkan
dengan oven dan yang dikeringanginkan.Kadar
air simplisia sebaiknya lebih kecil dari 10%.
Apabila kadar air lebih besar dari 10% akan
menyebabkan terjadinya proses enzimatik dan
kerusakan oleh mikroba (Manoi, 2006).
Simplisia yang disimpan dalam waktu yang
lama, enzim akan merubah kandungan kimia
yang telah terbentuk menjadi produk lain yang
mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi
seperti senyawa asalnya.
Perbedaan cara pengeringan dalam
pembuatan simplisia memberikan
pengaruh terhadap nilai kadar abu tidak
larut asam.
Perbedaan cara pengeringan pada pembuatan
simplisia herba sambiloto memberikan
pengaruh terhadap kadar senyawa larut air.

Anda mungkin juga menyukai