Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Tablet Bahan Alam (Daun Jambu Biji)

dengan Metode Granulasi Basah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Mampu membuat sediaan tablet Bahan Alam (daun jambu biji) dengan metode granulasi basah
1.2 LATAR BELAKANG
Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa semakin
berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan. Masyarakat semakin terbiasa
menggunakan sediaan bahan alam dan semakin percaya akan manfaat bagi kesehatannya.
Banyak sisi pertimbangan yang digunakan masyarakat sebagai landasan berpijak untuk
penggunaan bahan alam antara lain bahan bakunya yang relatif murah dan mudah didapat serta
sejak jaman nenek moyang kita telah digunakan untuk penyakit yang disampaikan secara turun-
menurun hingga sekarang. Disisi lain banyaknya dampak negatif penggunaan bahan-bahan
sintetik menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke bahan alam sebagai alternatif
dalam kesembuhan, pemeliharaan, dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah
sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis
dibanding sediaan yang lain (Anonim, 1979).
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak langsung,
yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan
lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak, sedangkan metode kempa
langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien
kering , tanpa melalui perlakuan awal  terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang
paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya , namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat
aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. (Ansel,
1989).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat
dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung. Tablet memiliki perbedaan dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan.  Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan
untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran
pencernaan. Tablet dapat diartikan sebagai campuran bahan obat yang dibuat dengan dibantu zat
tambahan yang kemudian dimasukan kedalam mesin untuk dikempa  menjadi tablet.
Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam
mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh dan
dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran
untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun
demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah
bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih
banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.
Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet
dengan metode granulasi basah ini dapat dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan
mencampur bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah,
pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan pengeringan,
pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan pembuatan tablet dengan
kompresi. (Muttschler, 1991).
Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris,
permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna coklat
muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang
mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu
cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek.
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (petiolus) dan
helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji
bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan
panjang : lebarnya adalah 1½ - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm).
Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini
memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai
daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang
tumpul. Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu biji memiliki
tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium) seperti perkamen (perkamenteus). Pada
umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin jika di bandingkan dengan sisi
bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut
(rogosus). Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian
pangkalnya. Manfaat Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan
diare. Jus jambu biji "bangkok" juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan
penderita demam berdarah dengue.

BAB III
METODE KERJA
3.1 PRE-FORMULASI
Data Preformulasi
1.     DAUN JAMBU BIJI
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom   : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Myrtales
Famili             : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus              : Psidium
Spesies            : Psidium guajava L.

2.     ZAT PENGHANCUR DALAM DAN PENGHANCUR LUAR


Avicel PH 102
Pemerian         : Bagian selulosa yang terdepolimerasi berbentuk putih, bersih, serbuk kristal,
tidak berwarna tidak berasa.
Kelarutan        : Sukar larut di 5% w/v larutan sodium hidroksida, praktis tidak larut dalam air,
larutan asam dan banyak pelarut organik.
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

3.     ZAT PENGISI
Laktosa (FI 1V Hal 489)
Pemerian         : Serbuk atau masa hablur, keras , putih atau putih krem tidak
berbau dan rasa sedikit manis satbil, tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan        : Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik.

4.     GLIDAN
Talk     (F1 1V Hal 771)
Pemerian         : Serbuk hablur sangat halus putih/putih kelabu berkilat mudah melekat pada kulit 
dan bebas dari butiran.
Kelarutan        : Tidak larut dalam air dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik.

5.     ANTIADHERENT
Mg. Stearat   (F1 1V Hal 515)
Pemerian         : Serbuk hablur putih dan voluminis, bau lemah khas mudah melekat di
kulit bebas dari butiran.
Kelarutan        : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik.
3.2 FORMULASI BAHAN
Bahan Alam (daun jambu biji)
Berat per tablet                 : 300 mg
Besar batch pembuatan    : 1000 tablet = 300 mg
Penimbangan zat aktif dilebihkan 5% dari formula
Penambahan Laktosa dilakukan setelah seluruh formula dihitung

Jenis zat Nama zat F/ Tablet

Zat aktif Daun Jambu Biji 100 mg


Amylum 5%
Pengikat
Aquadest q.s
Penghancur dalam Avicel pH 102 20 %
Pengisi Laktosa **
Penghancur luar Avicel pH 102 10 %
Talk 2%
Glidan / antiadheren
Mg stearate 1%

3.3 METODE KERJA
A.    Pembuatan Larutan Pengikat
1.     Dituang aquadest ke dalam wadah gelas, sambil diaduk disuspensikan kedalam bahan pengikat
2.     Ditambahkan air mendidih (95°C), diaduk hingga memperoleh cairan yang jernih
3.     Dilarutakan pewarna bagi yang memakai pewarna
4.     Dimasukkan larutan tersebut ke dalam larutan pengikat dan diaduk hingga homogen.
B.     Granulasi
1.     Diayak zat aktif, bahan pengisi dan penghancur dengan mesh 30. Kemudian
      dicampur dan dituang kedalam baskom
2.     Diaduk hingga homogen selama 5 menit
3.     Ditambahkan larutan pengikat ( suhu 60°C atau hangat )
4.     Diaduk hingga menjadi massa yang kompak. Bila perlu ditambahkan air hangat
5.     Diayak dengan ayakan mesh 8 atau mesh 12 hingga terbentuk granul yang baik
6.     Dikeringkan granul didalam lemari pengering yang telah dialasi kain batis
      pada suhu 40°C - 50°C semalaman
7.     Diuji kadar air granul dengan alat Moisture Balance (kadar air granul < 5 %).
C.    Pencampuran Terakhir
1.     Diayak granul yang telah kering dengan ayakan mesh 12 atau mesh 16
2.     Dimasukkan granul ke dalam kantung plastik, ditambahkan ke dalamnya bahan penghancur
glidan dan antiadherent yang telah diayak dengan mesh 30
3.     Dikocok dalam kantong plastik selama 5 menit.
3.4 EVALUASI
A.    Evaluasi Granul
1.     Uji Aliran Granul
       Ditimbang 20 – 30 gram massa, dilewatkan ke dalam corong.
       Dicatat waktu seluruh massa melewati corong. Dilakukan 2x (duplo).
2.     Uji Pemampatan Granul
       Ditimbang 20 -30 gram massa, masukkan ke dalam gelas ukur.
       Diketukkan sebanyak 20 kali.
       Dihitung tinggi awal dan akhir massa dalam gelas ukur. Dilakukan 2x (duplo).
Perhitungan =  x 100 %
*Ket :        To = Tinggi awal
T1 = Tinggi akhir
3.     Hasil Akhir Granul ( Yield )

       Ditimbang seluruh massa granul yang telah dibuat


       Dihitung berat akhir granul.
Perhitungan =
B.    Evaluasi Tablet
1.     Diameter
       Terhadap 20 tablet, diukur diameter masing-masing tablet menggunakan jangka sorong.
       Didapatkan hasil yang didapatkan.
2.     Tebal
       Terhadap 20 tablet, diukur tebal masing-masing tablet menggunakan jangka sorong.
       Dicatat hasil yang didapatkan.
3.     Berat atau keseragaman ukuran
       Terdapat 20 tablet, ditimbang keseluruhan tablet.
       Ditimbang masing-masing tablet.
4.     Uji keregasan atau Friabilita
       Ditimbang 10 tablet ( W1 ), lalu dimasukkan ke dalam alat friability tester.
       Alat diset dengan kecepatan putaran 25 rpm selama 5 menit.
       Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dan ditimbang kembali (W2).
5.     Uji Waktu Hancur
       Dimasukkan aquadest kedalam gelas kimia lalu dipanaskan hingga suhu kurang lebih 37°C
sambil diukur dengan termometer.
       Setelah suhu sesuai, gelas kimia dimasukkan ke dalam alat disintegration tester.
       Diambil 6 tablet lalu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung, tabung dimasukkan ke dalam
gelas.
       Cakram dimasukkan ke dalam masing-masing tabung.
       Alat dinyalakan dan diset 15 menit, dicatat waktu hancur tablet. Dilakukan 2 kali (duplo).
6.     Kekerasan
       Diambil 20 tablet lalu dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester.
       Dinyalakan alat, lalu dicatat hasil yang didapat.
7.     Uji Disolusi
       Dibuat larutan dapar fosfat pH 5,8 dengan cara dicampurkan 50 ml KH2PO4 0,2 M dan 3,6 ml
NaOH 0,2 M lalu diencerkan dengan aquadest add 250 ml.
       Dipanaskan dapar fosfat 5,8 sebanyak 450 ml hingga kurang lebih 37°C lalu dimasukkan ke
dalam alat disolusi tester sebanyak 3 tabung.
       Dimasukkan tablet ke dalam masing–masing tabung.
       Dipipet sebanyak 10 ml pada masing–masing bagian tengah tabung lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur dan di add larutan dapar fosfat 5,8 sebanyak 100 ml.
       Diuji spektrofotometri.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan dan Perhitungan
Formulasi Bahan

Penimbangan
Jenis zat Nama zat FIII/ Tablet Jumlah Tablet
( jumlah per batch)

100 mg + 5% = 105 105 x 1000 = 105000


Zat aktif Daun Jambu Biji 100 mg
mg mg = 105 g
15 x 1000 = 15000
Amylum 5%  x 300 = 15 mg
Pengikat mg = 15 g
Aquadest q.s q.s q.s
Penghancur 60 x 1000 = 60000
Avicel pH 102 20 %  x 300 = 60 mg
dalam mg = 60 g
Pengisi Laktosa ** 300 – 214 = 86 g 86 g
Penghancur 30 x 1000 = 30000
Avicel pH 102 10 % x 300 = 30 mg
luar mg = 30 g
6 x 1000 = 6000 mg
Talk 2% x 300 mg = 6  mg
Glidan / =6g
antiadheren 3 x 1000 = 3000 mg
Mg stearate 1% x 300 = 3 mg
=3g

A.    Evaluasi granul
1.     Uji aliran granul

Perlakuan Massa (g) Waktu (s) Syarat:

1 20 4
2 20 3
Rata-rata 20 3.5
1.     > 10 = bebas mengalir
2.     1,4 - 4 = kohesif
3.     4 - 10 = mudah mengalir
4.     < 1,4 = sangat kohesif

F =  =  = 5.7 mudah mengalir (memenuhi syarat)
2.     Hasil uji kadar air
Syarat : < 10%
Perlakua
% kadar air (%)
n
1 9.65
2 9.04
Rata-rata 9.35
(Memenuhi syarat)
3.     Uji pemampatan granul
Syarat = < 20 % aliran baik

Perlakua  X 100 %
T0 (cm) T1 (cm)
n = X 100 %
1 3.4 3 = 14 % (Memenuhi syarat)
2 3 2.5
Rata-rata 3.2 2.75 4.     Hasil akhir granul
Syarat: mendekati 100 % granul semakin baik
x 100 % x 100 % = 94 %
B.    Evaluasi Mutu Tablet
Nama Produk Tablet bahan alam
       Zat aktif : Bahan alam daun jambu biji
       Pengikat: amylum dan aquadest
Komposisi/        Penghancur dalam : avicel ph102
       Pengisi: laktosa
Formulasi Per
Tablet        Penghancur luar : avicel ph 102
       Glidan: talcum
       Anti adheren : mg stearate
Warna / Warna : hijau tua
Bentuk Bentuk : Bulat (sferis)
Besar Batch Dibuat 1000 tablet @300 mg : 300 g
       Sisi atas : Rata
Cetakan
       Sisi bawah: Rata

1.22 1.22 1.22 1.22 1.22


Diameter 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22
Tablet 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22
(20 Data) 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22
Rata-rata = 1.21 cm

0.53 0.53 0.53 0.53 0.53


0.53 0.53 0.53 0.53 0.53
Tebal Tablet 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53
(20 Data) 0.53 0.53 0.53 0.53 0.53
Rata-rata : 0.53 cm

Syarat X = 10%
0.58 0.53 0.62 0.61 0.57
Berat Tablet 0.56 0.57 0.58 0.60 0.59
(20 Data) 0.55 0.58 0.58 0.58 0.58
0.61 0.61 0.61 0.53 0.56
Rata-rata : 0.58 mg

Dilakukan duplo denmgan masing- masing 20 tablet


Pelakuan W0 (g) W1 (g)
1 5.86 3.50
Friabilita 2 5.69 3.20
(2 Data @20
Tablet) Perhitungan:
x 100 % = x 100 % =  40 %
x 100 % = x 100 % =  43 %
Syarat uji friabilita tablet  < 1 % ( Tidak memenuhi syarat )
018.7 006.2 003.9 019.8 084.6
037.0 010.4 016.1 119.8 003.7
054.0 002.3 057.9 006.5 008.2
Kekerasan
003.2 032.5 023.2 025.0 009.9
Rata-rata
= 27.1 kg/m3
Dilakukan dengan 6 tablet (menit)
1)   5:58 2)   5:04 3)   4:32
4)   4:23 5)   4:17 6)   4:03
Rata –rata = 4.56 menit
Waktu Hancur Syarat :
       15 menit untuk tablet biasa
        30 menit untuk tablet salut film
       60 menit untuk tablet salutgula

4.2  Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Pada praktikum kali ini, akan membuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan alam yaitu
daun jambu biji.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Metode granulasi
basah ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet
kompresi. Prinsip dari granulasi basah ini adalah zat aktif dan zat tambahan eksipien) dibasahi
dengan cairan granulasi atau partikel bahan aktif yang  terlebih dahulu dicampur dengan
pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya pengikat ( adhesif ) dengan
pembawa pada umumnya air.
Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam
dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan penghancur dalam. Fase
dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul. Fase luar terdiri dari
penghancur luar, glidan dan antiadheren. Fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul
fase dalam yang telah dibuat.
Fungsi bahan tambahan atau eksipien pada formula tablet bahan alam adalah sebagai berikut,
pengikat (amylum) berfungsi pada saat pencetakan agar tidak rapuh karena antara zat aktif dana
zat tambahan saling mengikat. Penghancur dalam dan luar ( avicel pH 102) penghancur ini
bertujuan untuk mempermudah hancurnya tablet. Pengisi (laktosa) yang digunakan adalah
laktosa yang berfungsi untuk mempengaruhi biofarmasetik. Glidant (talk) berfungsi untuk
memperbaiki karakteristik aliran granul sekaligus aliran granul dari hopper ke ruang die.
Antiadherent (mg. stearat) berfungsi untuk mencegah sticking terhadap punch atau
dinding die terutama untuk tablet yang mudah mengalami picking.
Semua bahan yang akan dicampurkan sebelumnya dilakukan pengayakan terlebih dahulu,
tujuannya yaitu untuk menyeragamkan ukuran granul, setelah itu dilakukan pengeringan yang
digunakan yaitu oven sebagai alatnya dengan suhu 40–50° C, yang dimana granul ditempatkan
dalam loyang, loyang digunakan sebagai wadah dan kain batis digunakan sebagai alasnya. Proses
pengeringan granul ini berlangsung selama ± 1 hari.
Evaluasi granul adalah meliputi uji alir granul, uji kadar air, uji pemampatan granul. Evaluasi
kecepatan alir granul bertujuan untuk menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan. Dari
hasil yang didapatkan uji alir granul yaitu 5.71 gr/s, hal ini menunjukan bahwa laju alir granul
pada tablet bahan alam adalah mudah mengalir, bila dilihat dari parameter yang ada maka granul
ini dapat di golongkan ke dalam kategori yang baik. Pengujian selanjutnya dilakukan pada kadar
air menggunakan Moisture Balance, untuk menentukan kemudahan pencetakan dan lamanya
penyimpanan tablet tersebut, hasil kadar air granul bahan alam yaitu sebesar 9.35%. Hasil ini
memenuhi syarat yang terdapat dalam Farmakope Indonesia III yaitu <10%. Persyaratan yang
memenuhi syarat Farmakope Indonesia III merupakan acuan untuk dapat menghasilkan granul
yang baik dan sangat menentukan proses pencetakan granul menjadi tablet dengan dihasilkan
mutu yang baik. Pada uji pemampatan granul, bertujuan untuk menjamin aliran granul yang baik,
uji ini menghasilkan presentase sebesar 14%, hasil ini memenuhi syarat karena dalam
persyaratan Farmakope Indonesia III range untuk hasil pemampatan granul sebesar < 20%.
Sehingga hasil ini dapat digunakan untuk memperbaiki proses pencetakan pada tablet dengan
pemampatan yang baik dan dapat membantu hasil aliran granul yang kurang baik. Setelah
melakukan ketiga evaluasi granul dapat disimpulkan bahwa formula tablet bahan alam
memenuhi persyaratan. Pada hasil akhir granul didapatkan nilai persentase       94% yang artinya
memenuhi syarat, karena semakin mendekati 100% maka semakin baik hasilnya.
Proses pencetakan tablet dilakukan pada skala laboratorium dengan single punch. Langkah
selanjutnya setelah diperoleh tablet bahan alam dilakukan evaluasi tablet, meliputi diameter
tablet, tebal tablet, berat/keseragaman bobot, friabilitas, keregasan waktu hancur, dan uji
kekerasan, untuk menghasilkan mutu tablet yang baik.
Diameter tablet diukur menggunakan jangka sorong, ukuran dan ketebalan (keseragaman
ukuran) diuji dengan menggunakan 20 tablet dan hasilnya rata-rata sama memiliki diameter 1.22
cm dan tebal 0.53 cm.   Tablet yang dihasilkan memenuhi standar tablet yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia III yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak boleh
kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin proporsi zat aktif
disetiap bagian juga untuk melihat homogenitas granul karena apabila bobot tidak seragam
kemungkinan disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik. Keseragaman bobot diuji dengan
menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet dan dicatat lalu dihitung bobot rata-
ratanya Berdasarkan syarat Farmakope Indonesia III syarat ujinya adalah 90 – 110 % alirnya
memenuhi syarat. Berdasarkan data hasil evaluasi keseragaman bobot adalah 0.58 cm.
Keseragaman ukuran meliputi diameter dan tebal. Menurut Farmakope Indonesia III tablet tidak
boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh lebih dari 1 1/3 tebal tablet. Dari data percobaan
diperoleh rata-rata tebal tablet yaitu 1.22 cm dan diameter tablet yaitu 0.53 cm. Hasil tersebut
menunjukan bahwa hasil tidak memenuhi syarat kriteria dalam Farmakope III. Friability
dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan
dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu dan menjamin ketahanan tablet terhadap gaya
mekanik pada proses, pengemasan, dan penghantaran. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet
terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas tablet bahan alam yang
dihasilkan adalah 40% dan 43%, yang jika dirata-ratakan yaitu sebesar 41.5%. Tablet yang
dihasilkan tidak  memenuhi standar friabilitas yang seharusnya < 1%, sehingga tablet yang
dihasilkan menjadi sangat rapuh saat pengujian. Hasil kerapuhan tablet yang kurang baik ini
disebabkan karena hasil granul yang dihasilkan kurang baik, kurangnya kekuatan tablet mengikat
satu sama lain dan partikel antar granul kurang saling memampat satu sama lain sehingga selama
pencetakan tablet bahan alam masih dapat rapuh. Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat
seberapa lama tablet dapat hancur didalam tubuh atau saluran pencernaan. Uji ini bertujuan
untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai dengan monografi zat aktif, agar
komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi didalam saluran pencernaan, maka tablet
harus hancur dan melepaskan obatnya kedalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Syarat waktu
hancur < 15 menit alat disintegrator tester, dengan menggunakan 6 tablet. Berdasarkan hasil
yang didapatkan rata-rata waktu hancur adalah 4 menit 6 detik dengan syarat < 15 menit. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa tablet memiliki waktu hancur yang cepat dan memenuhi
persyaratan. Hasil ini memenuhi persyaratan farmakope Indonesia III, yaitu untuk tablet tanpa
salut waktu hancur < 15 menit dan untuk tablet salut < 30 menit. Setelah itu dilakukan uji
kekerasan dengan menggunakan alat hardness tester, hasil yang diperoleh adalah 27.1 kg/m3.
Tablet yang telah dilakukan pengujian dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu pengemasan
tablet, pengemasan tablet dilakukan dengan wadah dan suhu penyimpanan yang sesuai agar mutu
tablet dapat terjaga selama waktu penyimpanan dan distribusi tablet.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.     Pembuatan tablet bahan alam ini menggunakan metode granulasi basah, karena bahan obat ini
tahan terhadap kelembaban dan pemanasan.
2.     Pada evaluasi granul, didapatkan pengujian alir granul hasilnya mudah mengalir, uji kadar air, uji
pemampatan granul, dan hasil granul memenuhi syarat.
3.     Pada evaluasi mutu tablet, didapatkan uji waktu hancur memenuhi syarat karena < 15 menit,
pada keseragaman bobot tidak memenuhi syarat dan pengujian friabilita tidak memenuhi syarat
karena > 1%.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Ansel Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.  Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Anda mungkin juga menyukai