Anda di halaman 1dari 36

PEMBUATAN SIMPLISIA

( FARMAKOGNOSI )

Rini Prastiwi, M.Si., Apt.


Vera Ladeska, M.farm., Apt.
Hayati, M. Farm
Dasar pembuatan simplisia
 Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
1. Bahan baku dirajang dengan ukuran tertentu agar cepat kering
2. Pengeringan dilakukan dengan cepat agar tidak ditumbuhi kapang
3. Suhu tidak terlalu tinggi agar tidak terjadi perubahan kimia kandungan bahan
aktif

 Simplisia dibuat dengan proses fermentasi


Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar tidak berkelanjutan ke
arah yang tidak diinginkan

 Simplisia dibuat dengan proses khusus


1. Penyulingan
2. Pengentalan eksudat nabati
3. pengeringan sari air
Cara panen

 Panen merupakan tahapan dalam proses budidaya tanaman


obat.
 Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah
panen merupakan periode kritis yang sangat menentukan
kualitas dan kuantitas hasil tanaman.
 Tiap jenis tanaman memiliki waktu dan  cara panen yang
berbeda. 
 Tanaman yang dipanen masing-masing berbeda untuk tiap
jenis bahan yang diambil, misalnya buahnya memiliki
waktu dan cara panen yang berbeda dengan tanaman yang
dipanen berupa biji, rimpang, daun, kulit dan batang.
Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan
tangan atau menggunakan alat (mesin).
Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan
keterampilan, agar diperoleh tanaman/bagian
tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman
lainnya.
Kandungan bahan aktif dipengaruhi oleh :

 Umur tanaman
 Bagian yang digunakan
 Waktu panen : minyak atsiri dipanen pagi hari
 Cara panen : faktor ketrampilan dan alat
BUAH

 Buah harus dipanen setelah masak


fisiologis dengan cara memetik. 
Pemanenan sebelum masak fisiologis
akan menghasilkan buah dengan
kualitas yang rendah dan
kuantitasnya berkurang.
 Begitu pula halnya dengan
pemanenan yang terlambat akan
menyebabkan penurunan kualitas
karena akan terjadi perombakan
bahan aktif yang terdapat di
dalamnya menjadi zat lain. 
Daun

 Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan
sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas
tanaman. 
 Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi
masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis
diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
 Pemanenan yang terlalu cepat  menyebabkan hasil produksi yang diperoleh
rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati
belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7
bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah
tanam.
 Pemanenan yang terlambat menyebabkan daun mengalami penuaan sehingga
mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi.
Rimpang, akar, umbi lapis, umbi

 Rimpang, akar, umbi lapis, umbidikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya


berhenti, yaitu mengeringnya bagian yang di atas tanah
 Untuk jenis rimpang waktu pemanenan bervariasi tergantung penggunaan.  Pada
umumnya pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan. 
 Seperti rimpang jahe, untuk  kebutuhan ekspor dalam bentuk segar jahe dipanen
pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. 
Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah
tanam.
 Untuk temulawak pemanenan rimpang dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12
bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak
atsiri dan kurkumin yang tinggi.
 Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada
pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai
mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan
batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.
BUNGA

 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.


 Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam
bentuk segar maupun kering. 
 Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan
dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah
pertumbuhannya maksimal.
 Bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan
dilakukan pada saat bunga sedang mekar.  Seperti bunga
piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup 
menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang sudah mekar.
HERBA

1.waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah
maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan
dilakukan sebelum tanaman berbunga.

2.Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tanaman yang


didapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah. 
3.Pemanenan yang terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun
berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu. 

Contohnya : tanaman sambiloto dipanen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan  pada umur
2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum
berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera
setelah timbul kuncup bunga, terbentuk.
KAYU
 Pemanenan kayu dilakukan setelah
pada kayu terbentuk senyawa
metabolit sekunder secara maksimal. 
Umur panen tanaman berbeda-beda
tergantung jenis tanaman dan
kecepatan pembentukan metabolit
sekundernya.
 Tanaman secang baru dapat dipanen
setelah berumur 4 sampai 5 tahun,
karena apabila dipanen terlalu muda
kandungan zat aktifnya seperti tanin
dan sappan masih relatif sedikit.
BIJI
 Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna,
dan berasal dari buah yang tidak terserang hama
dan penyakit.
Pedoman panen beberapa simplisia
Organ Contoh species Panen
Panen dilakukan pada buah yang telah tua. Sering
Parkia roxburgii
Biji pemetikan dilakukan pada buah (kapsul) yang belum kering
Ricinus communis
dan belum pecah
Cucurbita moschata
Pengambilan buah dihubungkan dengan tingkat
Tamarindus indica
Buah kemasakannya, ditandai dengan perubahan kekerasan,
Averrhoa bilimbi
warna, kadar air buah, perubahan bentuk buah
Cucumis sativus
Orthosiphon Panen dilakukan pada saat tumbuhan dari vegetatif ke
Pucuk
stamineus generatif
Panen pada saat daun telah tua dan dipilih yang telah
Daun Blumea balsamifera membuka sempurna dan terletak pada cabang/batang yang
memperoleh sinar matahari sempurna
Kulit Cinnamomum Pengambilan kulit batang dilakukan pada batang tanaman
batang burmanni dewasa pada musim yang sesuai ( menjelang dewasa )
Umbi Umbi lapis dikumpulkan setelah mencapai besar max dan
Allium cepa
lapis pertumbuhan bagian tumbuhan di atas tanah terhenti
Rimpang dikumpulkan pada saat pertumbuhannya max.
Curcuma sp
Rimpang ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tumbuhan di
Zingiber sp
atas tanah dan pada musim kemarau (kering)
CARA PANEN
 Waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.
 Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi
terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Seperti rimpang,
alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. 
 Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. 
 Penempatan dalam wadah tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan
tidak menumpuk dan tidak rusak.
 Pada waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena
panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. 
Pasca panen
 Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen
yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil
panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang
baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. 
 Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
kebersihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan.
 Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan
simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya
tinggi  sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Pembuatan simplisia
Pengumpulan bahan baku/panen

Sortasi basah

Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Sortasi kering

Pengemasan

Penyimpanan
1.Penyortiran segar / sortasi basah
 Tujuan : memisahkan pengotor anorganik dan organik

 Pengotor anorganik :

dari luar tanaman ( tanah, kerikil, dll )


 Pengotor organik :

dari luar : bagian tumbuhan lain


dari dalam : bagian lain dari tumbuhan yang bersangkutan
 Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan

organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama


bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang
ikut terbawa dalam bahan.
2. Pencucian
 Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran dan mengurangi

mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera


dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu
bahan.
 Pencucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air,

sumur atau  PAM.


 Pada saat pencucian perhatikan air cucian dan air bilasan, jika

masih kotor ulang Pencucian/pembilasan sekali atau dua kali


lagi.
 Bakteri yang umum ada di air : Pseudomonas, Proteus,
Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter,
Escherichia
a. Perendaman bertingkat
 Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran

seperti daun, bunga, buah dll. 


 Proses perendaman  dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada

rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. 


 Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan

langsung dengan tangan. 


 Metoda ini akan menghemat penggunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat

yang terkandung dalam bahan.

b. Penyemprotan
 Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada

bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. 


 Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang bertekanan tinggi.

Proses ini biasanya menggunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi
resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
 Penyikatan (manual maupun otomatis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang
keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat.  Pencucian ini
memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-
macam, dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang
digunakan.

 Penirisan
Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering.
Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan  selama 4 - 6 hari.
Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan
langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
Contoh : rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar
perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual.
 Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk
membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar
dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian
tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Perajangan
 Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya

seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan


penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah. 
 Ketebalan perajangan berbeda-beda untuk tiap bahan. Misal : untuk

rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5


mm. 
 Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam

dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. 


 Untuk mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya

adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk
irisan sebaiknya melintang (slice).
4.Pengeringan
 Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan


dapat terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia
terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang
lama. 
 Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. 

 Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 - 600C dan hasil

yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung


kadar air 10%. 
 Waktu pengeringan juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang

dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. 


 Pengeringan yang salah mengakibatkan face hardening
 Cara pengeringan :
a. Alami :- cahaya matahari langsung ( kayu, kulit kayu, biji dll )
- diangin – anginkan ( daun, bunga, bahan aktif mudah menguap )
b. Buatan, pengaturan oleh manusia
 kelembaban ruang pengeringan
 sirkulasi udara ruang pengeringan
 Kondisi pengeringan ( buatan ) :
- suhu < 60°C selama 8 – 10 jam
- kelembaban relatif 90%
- ada sirkulasi udara
- tempat pengeringan memungkinkan sirkulasi udara dari atas ke
bawah (tidak menggunakan plastik atau logam )
- peletakkan bahan yang dikeringkan, lapisan setipis mungkin
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman
adalah :
1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan
dapat digunakan dalam jangka relatif lama.
2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya
pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya
proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah
mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air
yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %.
3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.
Kadar air simplisia
5. Penyortiran kering /sortasi kering
 Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan

benda-benda asing yang terdapat pada simplisia.


 Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari

pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan


pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
 Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui

rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

.
6. Pengemasan
 Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah

dikeringkan.  Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik,


kertas maupun karung goni.
 Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk

yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan,


dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan
tidak bereaksi dengan isi, kedap udara, kedap terhadap cahaya infra
red dan kalau bisa mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
 Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya

menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang


digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih, metode penyimpanan
7.Penyimpanan
 Penyimpanan simplisia dapat dilakukan  di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber
AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. 
 Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
1. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan
alat dan dipelihara dengan baik.
2.Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air
hujan.
3.Suhu gudang tidak melebihi 300C. Pengaturan letak dan sirkulasi
4.Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya
penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun
kering.
5.Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
6. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang
disimpan harus dicegah.
Penyebab kerusakan simplisia saat pengepakan dan
penyimpanan :
1. Cahaya

2. Oksigen udara
3. Reaksi kimia intern
4. Dehidrasi
5. Penyerapan air
6. Pengotoran
7. Kapang
Pemeriksaan Mutu Simplisia
1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan :
a. Organoleptik dan reaksi warna
b. Mikroskopik
c. Makroskopik
d. Pemeriksaan fisika (indeks bias, bobot jenis, titik lebur,
rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi)
e. Pemeriksaan kimiawi ( reaksi warna, pengendapan,
penggaraman, logam, dan kompleks)
f. Biologi (pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka
kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan)
2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen
(Zat kandungan), kadar konstituen (Kadar abu,
kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi,
lapis tipis, kolom, kertas, dan gas untuk
menentukan senyawa atau komponene kimia
tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan
sekunder tanaman.
3 parameter mutu umum simplisia :
 Kebenaran jenis (Identifikasi)
 Kemurnian
 Aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi)

Simplisia memenuhi 3 paradigma kefarmasian : QSE


Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia
bertanggung jawab terhadap respon biologi,
mempunyai spesifikasi kimia berupa informasi
komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
 SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai