Anda di halaman 1dari 39

PERTEMUAN KE-4

SIMPLISIA & PARAMETER MUTU


NON SPESIFIK
Program Studi
S1 Farmasi
apt. Ferry Effendi M.Farm
ferry@sttif.ac.id
TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA
1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Faktor yang mempengaruhi
kandungan bahan aktif

umur tanaman saat


cara/teknik panen
dipanen

Lingkungan tempat
Bagian tanaman
tanaman tumbuh

Waktu panen

Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan


periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas tanaman
sebagai bahan baku.
BUAH

 Buah dipanen setelah masak


fisiologis dengan cara memetik.
 Jika sebelum masak  kualitas
buah yang rendah dan
kuantitasnya berkurang.
 Jika pemanenan dilakukan
terlambat  menyebabkan
penurunan kualitas, karena terjadi
perombakan bahan aktif yang
terdapat di dalamnya menjadi zat
lain.
Kondisi lain dan jenis tertentu:
 Buah dipanen saat menjelang masak

(contoh : Piper nigrum)


 Buah dipanen setelah benar-benar masak

(contoh : adas)
 Buah dipanen saat buah berubah warna

(contoh : Tamarindus indica)


 Buah dipanen saat buah berubah bentuk

(contoh : Cucumis sativus; dan Momordica charantia)


DAUN

 Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh


maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis yang
dilakukan dengan memangkas tanaman.

 Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis


sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.

 Pemanenan yang terlambat daun mengalami penuaan  mutunya


rendah, karena bahan aktifnya sudah terdegradasi.

 Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang


diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah,
seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun,
jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada
umur 12 - 18 bulan setelah tanam.
DAUN (lanj)

 Daun dipanen sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi


masak contohnya: daun Athropa belladonna, (kadar alkaloid tertinggi
pada pucuk tanaman).

 Pengambilan pucuk daun saat mengalami perubahan pertumbuhan dari


vegetatif ke generatif (pada saat warna pucuk daun berubah menjadi
daun tua) contoh : Orthosipinis stamineus (kumis kucing)

 Pengambilan daun tua dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak
di bagian cabang/batang yang menerima sinar matahari sempurna (terjadi
asimilasi sempurna)
contoh : daun Blumea balsamifera (sembung)
Rimpang, akar, umbi lapis,
umbi
 Rimpang, akar, umbi lapis, umbi dikumpulkan sewaktu proses
pertumbuhannya berhenti, yaitu saat mengeringnya bagian tanaman di
atas permukaan tanah (misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur).
 Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen
pada pertengahan musim kemarau. Pada umumnya pemanenan dilakukan
pada saat tanaman berumur 8-10 bulan.

Cth: 1. rimpang jahe


 Untuk kebutuhan ekspor dalam bentuk segar, jahe dipanen pada
umur 8 - 9 bulan setelah tanam.
 Untuk bibit 10 – 12 bulan.
 Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 – 12
bulan setelah tanam.
2. rimpang temulawak dilakukan setelah tanaman berumur 10 – 12 bulan
(menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi).
BUNGA

 Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.


 Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam
bentuk segar maupun kering.
 Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan
dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya
maksimal (contoh : Jasminum sambac = melati; bunga piretrum 
menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi ketika dipanen
saat kuncup dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar)
 Bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan
dilakukan pada saat bunga sedang mekar. (contoh : Rosa sinensis
= mawar)
HERBA
1. Waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif
tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif
(pemanenan dilakukan sebelum tanaman berbunga).
2. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tnman
yang didapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah.
3. Pemanenan yang terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena
jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu.
Contohnya :
- tanaman sambiloto dipanen pada umur 3 - 4 bulan,
- tanaman pegagan pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam,
- meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga
- tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera
setelah timbul kuncup bunga, terbentuk.
KAYU
 Pemanenan kayu dilakukan
setelah pada kayu terbentuk
senyawa metabolit sekunder
secara maksimal.
 Umur panen tanaman berbeda-
beda tergantung jenis tanaman
dan kecepatan pembentukan
metabolit sekundernya.
 Tanaman secang baru dapat
dipanen setelah berumur 4 sampai
5 tahun, karena apabila dipanen
terlalu muda kandungan zat
aktifnya seperti tanin dan sappan
masih relatif sedikit.
BIJI

 Biji dikumpulkan dari buah yang masak


sempurna
 Biji dipanen pada saat sebelum buah kering
benar, atau sebelum buah pecah secara alami.
Pedoman panen beberapa simplisia
Organ Contoh species Panen

Panen dilakukan pada buah yang telah tua. Sering pemetikan


- Parkia roxburgii (kedaung)
Biji dilakukan pada buah (kapsul) yang belum kering dan belum
-Ricinus communis (jarak)
pecah

- Cucurbita moschata (labu merah)


Pengambilan buah dihubungkan dengan tingkat
- Tamarindus indica (asam)
Buah kemasakannya, ditandai dengan perubahan kekerasan, warna,
- Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh)
kadar air buah, perubahan bentuk buah
-Cucumis sativus (mentimun)

Orthosiphon stamineus (kumis Panen dilakukan pada saat tumbuhan dari vegetatif ke
Pucuk
kucing) generatif

Panen pada saat daun telah tua dan dipilih yang telah
Daun Blumea balsamifera (sembung) membuka sempurna dan terletak pada cabang/batang yang
memperoleh sinar matahari sempurna

Kulit Pengambilan kulit batang dilakukan pada batang tanaman


Cinnamomum burmanni
batang dewasa pada musim yang sesuai ( menjelang dewasa )

Umbi Umbi lapis dikumpulkan setelah mencapai besar max dan


Allium cepa (bawang merah)
lapis pertumbuhan bagian tumbuhan di atas tanah terhenti

Rimpang dikumpulkan pada saat pertumbuhannya max.


Curcuma sp
Rimpang ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tumbuhan di atas
Zingiber sp
tanah dan pada musim kemarau (kering)
Teknik panen
Manual Mekanik
(dengan tangan) (dengan alat/mesin)
- keterampilan - perhatikan zat aktif
pemetik (kimia), jangan pakai
- baik bagi tanaman alat dari besi/logam
dipanen berulang-  agar tidak merusak
ulang ZA simplisia seperti :
fenol, glikosida, dsb.
- baik bagi tanaman
sekali panen
Pasca Panen
 Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen
yang fungsinya antara lain untuk mengkondisikan
bahan hasil panen agar tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk
diproses selanjutnya.
 Selama proses pasca panen sangat penting
diperhatikan kebersihan dari alat dan bahan yang
digunakan.
 Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan
simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya
tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
2.Penyortiran segar/sortasi basah
 Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika
tanaman masih segar.
 Tujuan : memisahkan pengotor anorganik dan organik
 Pengotor anorganik : dari luar tanaman (tanah, kerikil,
dll )
 Pengotor organik :
- dari luar : bagian tumbuhan lain
- dari dalam : bagian lain dari tumbuhan yang
bersangkutan
 Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran
bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
3. Pencucian

 Pencucian dilakukan untuk :


a. membersihkan kotoran yang melekat (seperti tanah)
b. membersihkan dari bahan pencemar (seperti pestisida)
c. mengurangi mikroba yang melekat pada bahan.
 Sumber air yang dapat digunakan untuk mencuci:
a. Mata air
b. Air Sumur
c. PAM
 Bakteri yang umum ada di air : Pseudomonas sp., Proteus
sp., Micrococcus sp., Bacillus sp., Streptococcus sp.,
Enterobacter sp., Escherichia sp.
a. Perendaman bertingkat
 Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll.
 Keuntungan : menghemat penggunaan air
 Kerugian : sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam
bahan.

b. Penyemprotan
 Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak
melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.
 Keuntungan: dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam
bahan.
 Kerugian : menggunakan air yang cukup banyak
c. Penyikatan (manual maupun otomatis)
 Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang
keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat.

d. Penirisan
 Setelah pencucian, bahan ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus
untuk bahan rimpang, penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari.
 Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan
langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan
permintaan.
 Contoh : rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar
perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual.
4. Pengubahan bentuk
 Tujuan : memperluas permukaan bahan baku sehingga
semakin cepat kering
 Ketebalan berbeda-beda untuk tiap bahan.
Misal : untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8
mm; jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm.
 Untuk mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk
irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin
bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya
melintang (slice).
Pengubahan Bentuk Bagian tanaman

Perajangan - Rimpang
- Daun
- Herba

Pengupasan - Kulit Buah


- Kayu
- Kulit kayu
- Biji-bijian yang
ukurannya besar

Pemripilan khusus - Jagung


(yaitu biji dipisahkan dari
bonggolnya)

Pemotongan - Akar
- Batang
- Kayu
- Kulit kayu
- Kulit buah
Penyerutan - Kayu
5.Pengeringan
 Tujuan :
 Menurunkan kadar air  tidak ditumbuhi kapang dan bakteri  proses
pembusukan dapat terhambat (kadar air simplisia yang paling layak adalah
kurang dari 5%).
 Menghilangkan aktivitas enzim (agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %)
 Simplisia jadi lebih ringkas dan mudah disimpan
 Menghasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan
dalam waktu yang lama.
 Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C (tergantung
pada jenis bahan)
 Hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung
kadar air 10%.
 Waktu pengeringan bervariasi (tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan).
 Pengeringan yang salah mengakibatkan face hardening
Cara pengeringan :

a. Alami : - cahaya matahari langsung (kayu, kulit kayu, biji,


tanaman rendah (lumut, jamur, thallus, dsb))
- diangin-anginkan (daun, bunga, bahan aktif mudah menguap)
- sinar matahari tidak langsung (ditutup kain hitam) untuk
menghindari penguapan yang terlalu cepat dan paparan sinar
UV matahari. Contoh : bahan baku berupa rimpang
b. Buatan,
- kelembaban ruang pengeringan (kelembaban relatif 90%)
- sirkulasi udara ruang pengeringan
- suhu < 60°C selama 8 – 10 jam
- tempat pengeringan memungkinkan sirkulasi udara dari atas
ke bawah (tidak menggunakan plastik atau logam )
- peletakkan bahan yang dikeringkan, lapisan setipis mungkin
- keuntungan : keringnya rata, cepat, praktis
 Pengeringan dapat dilakukan menggunakan
microwave atau oven pada suhu 30-90 oC (terbaik
60 oC). Contoh : buah pala = Myristica fragrans
dan cabai merah = Capsicum annuum.
 Jika kandungan zat aktif tidak tahan panas/mudah
menguap menggunakan suhu rendah (30 - 45oC)
atau dengan cara pengeringan vakum.
 Pengeringan dengan hanya diangin-anginkan di
tempat teduh atau oven dengan suhu rendah 25-35
oC. Contoh : bahan baku berupa bunga
Kadar air bagian tanaman (simplisia)
Bagian tanaman Cara pengumpulan Kadar air simplisia

Kulit batang Kulit batang mengandung minyak atsiri < 10%


digunakan alat pengelupas bukan logam
Batang Dipotong – potong dengan diameter tertentu < 10 %
Kayu Dipotong-potong/diserut (tanpa kulit) < 10%
Daun Pucuk tua/muda <5%
Bunga Kuncup/ bunga mekar, mahkota/daun bunga, < 5%
dipetik dengan tangan
Pucuk Pucuk dipetik dengan tangan < 8%
Akar Dipotong dengan ukuran tertentu < 10%
Rimpang Dibersihakn dari akar, dipotong melintang, < 8%
ketebalan tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dgn tangan < 8%
Biji Dipisahkan dari daging buah, dikupas/ digiling < 10%
Kulit buah Pengerjaan seperti biji < 8%
Bulbus Bulbus dipisah dari daun dan akar < 8%
6. Penyortiran kering /sortasi kering

 Sortasi kering adalah pemilahan bahan setelah


mengalami proses pengeringan.
 Pemilahan dilakukan terhadap bahan-bahan yang

rusak akibat pengeringan (terlalu gosong) atau dari


kotoran hewan/pasir
 Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk

mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen


yang dilakukan.
Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan :
- agar tahan lama
- agar tidak tercampur antara
simplisia satu dengan yang lain
Persyaratan wadah untuk pembungkus simplisia :
 Dapat menjamin mutu produk yang dikemas
 Mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan,

 Harus inert, yaitu tidak bereaksi dengan bahan lain


 Tidak beracun, baik bagi bahan yang diwadahi ataupun
bagi manusia yang menanganinya
 Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba,
serangga, dsb
 Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan bahan
aktif (seperti minyak atsiri)
 Mampu melindungi bahan simplisia dari pengaruh cahaya,
oksigen, dan uap air.
 Mampu melindungi isi pada waktu pengangkutan (distribusi),
 Kedap udara, kedap terhadap cahaya inframerah
Wadah simplisia yang umum digunakan :

Karung goni
plastik karton

Aluminium
Peti kayu Botol kaca/guci porselen
kaleng (untuk bahan cair)
- Peti kayu berlapis timah atau
- kertas timah (untuk bahan beraroma)
Faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
merusak/menurunkan mutu simplisia :

1. Cahaya; radiasi (terjadi isomerisasi, polimerisasi senyawa


aktif dalam simplisia)
2. cair---> kental/padat, butir-butir.
3. ReaksOksigen; terjadi oksidasi senyawa aktif simplisia, dapat
mempengaruhi bentuk isimplisia; misalnya i kimia internal
(terjadi reaksi enzimatik, polimerisasi, dll.)
4. Reaksi kmia eksternal (terjadi reaksi kandungan aktif tanaman
dengan wadah)
Faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
merusak/menurunkan mutu simplisia : (lanj)

5. Dehidrasi: kehilangan air perlahan-lahan, menyebabkan


simplisia menjadi keriput
6. Penguapan air; Simplisia higroskopis dapat menyerap
kelembaban udara  kempal, basah, atau mencair
7. Pengotoran : debu, pasir, sekret hewan, dll
8. Serangga: cangkang, bekas kepompong, kulit serangga dll.
9. Kapang : toksin kapang.
Contoh Label Wadah

Nama Simplisia : _______________________________________


Asal Bahan : _______________________________________
Tanggal Pengemasan : _______________________________________
No./Kode Produksi : _______________________________________
Nama Produsen : _______________________________________
Alamat Produsen : _______________________________________
Berat Bersih : _______________________________________
Metode Penyimpanan : _______________________________________
Uji Mutu : _______________________________________
_______________________________________
Keterangan Lain : _______________________________________
Penyimpanan Simplisia
 Suhu :
- suhu kamar (15 – 30oC)
- tempat sejuk (5 – 15oC)
- tempat dingin (0 – 5oC)
Hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan simplisia :

 Suhu (tidak lebih dari 30C), kelembaban, dan sirkulasi udara ruang harus
diatur sedemikian rupa sesuai dengan simplisia yang disimpan.
 Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan
berventilasi. Terhindar dari gangguan hewan pengerat dan serangga.
 Ruang penyimpanan harus bersih dan terpisah dari ruang proses lain
 Prinsip penyimpanan dianjurkan menggunakan sistem first in-first out (yang
masuk awal harus dikeluarkan terlebih dahulu dibandingkan dengan yang
amsuk belakangan)
 Setiap simplisia yang dalam ruang penyimpanan harus berlabel
 Simplisia yang tercemar dan rusak harus dimusnahkan
 Simplisia yang mengandung bahan aktif keras dan beracun harus disimpan
terpisah, dikunci, dan diberi label khusus
Penyebab kerusakan simplisia saat
pengepakan dan penyimpanan :
1. Cahaya
2. Oksigen udara
3. Reaksi kimia intern
4. Dehidrasi
5. Penyerapan air
6. Pengotoran
7. Kapang
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
 Standarisasi simplisia merupakan pemenuhan
terhadap persyaratan sebagai bahan dan
penetapan nilai berbagai parameter dari produk
seperti yang ditetapkan sebelumnya.
 Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi
terakhir dari buku-buku resmi yang dikeluarkan
oleh DEPKES RI seperti FI, FHI, MMI, untuk
identifikasi atau spesifikasi simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia

Identifikasi Analisis bahan Kemurnian

Metabolit primer
Penetapan : Metabolit sekunder
Organoleptik Mikroskopik Kimia Biologi Fisika  Jenis konstituen
&  Kadar konstituen
Makroskopik  Standarisasi

Kromatografi :
 Warna  Kinerja tinggi
 Bau  Reaksi warna Mikrobiologi :  Kelarutan  Lapis tipis
 Rasa  Pengendapan  Penetapan  Indeks bias  Kolom
 Penggaraman angka kuman  Bobot jenis  Kertas
 Reaksi kompeks  Pencemaran  Titik lebur  Gas
 Rotasi optik
 Rekristalisasi
 Mikrosublimasi
- Parameter mutu umum simplisia sbg bahan kefarmasian:
 Kebenaran jenis (Identifikasi)
 Kemurnian
 Aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi)
- Simplisia hrs memenuhi 3 paradigma sbg produk kefarmasian
: QSE (mutu-aman-manfaat)
- Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia
bertanggung jawab terhadap respon biologi hrs mempunyai
spesifikasi kimia berupa informasi komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan.
 TERIMA KASIH
 KETEMU MINGGU DEPAN DENGAN KARBOHIDRAT

Anda mungkin juga menyukai