Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

OBAT ASLI INDONESIA


PENGOLAHAN BAHAN BAKU OBAT
(PENGUMPULAN/PANEN, SORTASI BASAH DAN PENCUCIAN)

NAMA :
JAHARA
WIJAKSANI
KELAS : KONVERSI E

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Obat tradisional merupakan produk yang di buat dari bahan alam


yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk
menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik
dengan lebih memperhatikan proses Panen dan Pengolahan Hasil
Tanaman Obat.
Panen tanaman obat lebih dititik beratkan pada kandungan
senyawa aktif atau fitokimia yang terkandung didalamnya. Konsentrasi
kandungan fitokimia untuk setiap jenis tanaman berbeda-bedadan untuk
setiap bagian tanaman juga berbeda konsentrasinya. Sintesis fitokima akan
berlangsung selama proses pertumbuhan dan waktu akumulasi tertinggi
tergantung pada bagian tanaman mana yang digunakan oleh tanaman
untuk menyimpan hasil sintesis senyawa aktif tersebut. Hal ini berarti
kandungan senyawa aktif tertinggi tidak berada pada sepanjang
pertumbuhan tanaman, sehingga saat panen yang tepat ditunjukkan pada
bagian organ tanaman yang di manfaatkan, dimana pada saat pemanenan
itu, dimana kandungan fitokimanya beradapada konsentrasi tertinggi.
Sebagai contoh waktu panen yang tepat pada tanaman temu-temuan yang
di ambil bagian rimpangnya seperti kunyit, jahe dan temulawak ialah pada
saat tanaman telah senescene yang ditandai dengan penguningan dan
penegringan seluruh bagian tanaman yeng berada di atas permukaan tanah
serta sebagian rimpang muncul ke permukaan tanah.
Penanganan pasca panen dan Pengolahan hasil tanaman obat merupakan
factor yang turut serta berpengaruh pada kualitas simplisia, selain factor
bahan tanaman dan penerapan teknik budidaya yang tepat. Berbeda
dengan tanaman pangan dan holtikultura yang lain penolahan hasil
tanaman obat adalah langkah selanjutnya setelah panen untu
mempertahankan mutu bahan baku simplisia. Tindakan penanganan pasca
panen harus segera dilakukan Karena bahan baku yang berasal dari
tanaman bersifat mudah rusak. Kerusakan terjadi akibat aktifitas resepirasi
sel-sel tanaman meskipun sudah di panen. Dalamproses respirasi tersebut
dibutuhkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida serta panas.
Kondisi ini akan mengundang aktifitas mikroorganisme untuk turut serta
merombak bahan organik tanaman. Aktivitas metabolism tersebut dapat
menurunkan kualitas hasil panen tanaman obat dan mengakibatkan
perubahan komponen fitokimia, warna, rasa, aroma dan tekstur.

B. TUJUAN

a. Mengetahui tahapan pengumpulan panen


b. Mengetahui proses atau teknik sortasi basah
c. Mengetahui proses atau teknik pencucian dan pembersihan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan Pengumpulan Panen


a. Waktu panen tanaman obat
Pada tanaman obat, waktu panen cara panen dan pascapanen
merupakan priode kritis yang sangat menentukan kuantitas dan
kualitas bahan baku produk tanaman obat. Pemanenan tanaman obat
perlu diperhatikanbaik waktu maupun cara pemungutannya. Hal
tersebut dikarenakan senyawa aktif berkhasiat yang terkandung
didalamnya, mempunyai sifat yang tidak konstatn sepanjang daur
hidup tanaman.
Waktu cara panen setiap jenis tanaman obat berbeda-beda tergantung
bagian tanaman yang dipanen. Menurut Mishra et al (2009), hasil
ekstraksi tanaman obat yang berasal dari bagian tanaman baik umbi, ,
akar maupun buah yang kurang matang atau tidak tepat waktu panen
Akan menurunkan kualitas bahan baku simplisiahingga dibawah
ambang kritis. Selain itu kondisi lingkungan juga mempengaruhi
waktu panen tanaman obat. Pada kondisi stress lingkungan, walaupun
jenis tanaman sama, waktu panen bisa jadi berbeda. Sebagai contoh
tanaman kelembak ( Rheum Oficinale) sebaiknya dipanen pada musim
kemarau karena apabila dipanen saat musim dingin atau hujan,
kandungan derivat antraquinone dalam tanaman tersebut rendah.
Pada jenis tanaman obat yang dipanen pada bagian daunnya,
seperti daun sembung dan kejibeling, pemungutan daun hendaknya
dilakukan pada saat umur tanaman 4-6 bulan setelah tanam dengan
cara memilih daun yang cukup umur dan memangkas rantingnya.
Untuk daun sembung panen selanjutnya, dapat dilakukan 3-4 bulan
sekali pada tanaman yang cukup umur (6-8 bulan) dengan memetik 4-5
helai daun terbawah. Pada tanaman daun duduk (Desmodium
triquetrum Benth), daun yang dipanen adalah daun yang masih muda..
pemetikan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan setelah
tanam. Selanjutnya dapat dilakukan setiap 40 hari sekali. Pada
tanaman tempuyung menurut Hasan et al (2017), pemanenan daun
hendaknya dilakukan secara bertahap mulai dari daun bawah,
kemudian panen daun atas dilakukan setelah bunga mekar karena akan
menghasilkan bobot basah daun tertinggi. Apabila melakukan
pemanenan sekaligus secara bersamaan akan menghasilkan kadar
flavonoid total daun tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian
laboratorium menunjukkan bahwa kandungan zat aktif dalam daun
muda lebih tinggi dibandingkan dengan daun tua. Hal ini dibuktikan
oleh penelitian Hasan et al (2017) dan Wardani dan Melati (2014) pada
daun tempuyung yang menunjukan bahwa rata-rata kadar flavonoid
total daun bawah lebih rendah dibandingkan dengan daun bagian atas.
Pada jenis tanaman temu-temuan, waktu panen yang tepat ditandai
dengan gejala senescene yaitu bagian daun mulai mongering dan
menguning. Pemanennya dengan cara membongkar seluruh tanaman,
kemudian rimpang dibersihkan dan dikering-anginkan selama 1 hari.
Pada tanaman Atropa Belladona ditemukan bahwa alkaloid utama
yaitu Hiosiamina terbentuk dalam akar, kemudian berpindah menuju
bagian tanaman di atas tanah. Tangkai yang masih hijau dari tanaman
tahun pertama lebih banyak mengandung alkaloid dibandingkan
dengan bagian daun. Pada waktu pertumbuhan tanaman mencapai 2
tahun, tangkai menjadi lebih berlignin, kandungan alkaloid menurun
dan sama dengan yang terkandung dalam daun. Kadar alkaloid dari
bagian pucuk-pucuk cabang yang berbunga menjadi maksimal pada sat
buah masak . kandungan Santonin,suatu terpenoid lakton dari tanaman
sudamala (Artemisia cina) berada dalamkonsentrasi maksimal pada
pucuk tanaman yang bagian bunganya tidak terpetik.
Pada tanaman permen (Mentha piperita L) yang masih muda kaya
akan kandungan menton, namun kadar miyak atsiri daun dan mentol
berada pada keadaan maksimal menjelang musim berbunga.
Akumulasi senyawa kamfer, yang termasuk pada terpenoid keton, akan
mencapai maksimal pada kayu kamfer (Camphora Officinalum) pada
saat pohon sudah tua. Demikian pula pengambilan kayu harus
dilakukan sesudah berumur 40 atau 50 tahun jika diinginkan rendemen
kamfer yang memuaskan. Studi tentang berbagai variasi waktu panen
tersebut hanya dapat dijadikan dasar untuk jenis tanaman tertentu,
terbatas pada jenis tanaman yang telah diteliti. Aturan yang dianut oleh
para petani pada umumnya masih secara empiris. Walaupun demikian
beberapa hal praktis perlu diperhatikan dalam menentukan saat panen
tersebut.
b. Jenis Organ tanaman yang dipanen
1. Bagian tanaman dibawah tanah (akar, rimpang dan umbi)
Tanaman obat yang dipanen bagian yang berada dalam tanah
seperti akar, rimpang, atau umbi sebaiknya dipanen diluar periode
vegetative supaya kadar kandungan senyawa aktifnya lebih tinggi.
Namun demikian, seringkali harus menunggu beberapa waktu
untuk mengoptimalkan ukuran umbi, tapi tidak boleh terlalu lama
karena umbi akan menjadi keras berlignin atau membusuk. Ketika
panen, tanah atau kotoran yang terikut pada akar dihilangkan
dengan cara dipukul-pukulkan dan disikat. Kadang-kadang perlu
dicuci terutama tanah yang terikut disela-sela rambut akar seperti
tanaman valerian. Bagian yang rusak oleh serangan serangga
dibuang, akar-akar yang besar dipotong atau dibelah untuk
memudahkan pengeringan (contoh : kelembak), kadang-kadang
dibuang bagian kulitnya (contoh : rimpang tanaman temu-temuan
dan kelembak).
Umbi sebainya dipanen pada saat akhir pertumbuhan, rimpang
dipanen pada awal musim kemarau, sedangkan untuk pemanenan
bagian akar dilakukan pada saat proses tanaman sudah cukup umur
yang ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang telah berhenti.
Pemanenan bagian akar tanaman akan mengakibatkan kematian
tanaman yang dipanen, sehingga perlu dilakukan upaya
perbanyakan tanaman secara intensif untuk menghindari
kelangkaan bahkan kepunahan bahan baku obat (gunawan dan
mulyani, 2004)
2. Korteks
Secara botani yang dimaksud dengan korteks adalah bagian
luar pada batang atau akar hingga jaringan endodermis, yang
meliputi : Gabus, feloderma, dan parenkim korteks. Secara lebih
luas, pemanenan bagian korteks mencakup semua bagian yang
terambil oleh alat pemotong sampai cambium, termasuk bagian
perisklis, floem, dan terkadang bagian luar kayu.
Korteks diambil pada bagian batang atau cabang yang
besar, tetapi ada juga yang diambil dari tangkai yang kecil seperti
pada tanaman kayu manis. Pengambilan dilakukan dengan alat
pemotong (pisau) yang terbuat dari tulang atau logam yang tidak
mudah teroksidasi. Besi tidak boleh digunakan karena mudah
bereaksi dengan tannin yang banyak terkandung dalam korteks.
Pemanenan dilakukan setelah pohon atau perdu berumur beberapa
tahun. Korteks yang diambil dari pohon yang terlalu tua tidak baik
mutunya karena terlalu banyak mengandung gabus yang tidak
mengandung senyawa aktif.
3. Daun
Pemanenan tanaman obat yang diambil bagian daunnya,
sebaiknya dilakukan pada saat pertumbuhan tanaman telah
mencapai maksimal atau sudah mencapai masak fisiologis. Cara
pemanenannya yaitu dengan memangkas tanaman, menggunakan
gunting pangkas atau pisau yang bersih dan steril. Apabila
pemanenan dilakukan lebih awal, hasil dan kandungan senyawa
aktif dalam daun masih rendah, sebaliknya panen yang terlambat
juga dapat menurunkan kualitas karena kadar senyawa aktif dalam
tanaman mulai terdegradasi seiring dengan proses penuaan
dau(senescene). Selain itu, pada beberapa jenis tanaman obat,
keterlambatan saat panen justru akan mempersulit proses
pemanenan. Contoh : Daun jambu biji sebaiknya dipanen pada
umur 6-7 bulan, daun jati belanda sebaiknya di panen ketika
berumur 1-1,5 tahun, daun cincau 3-4 bulan, dan lidah buaya pada
saat umur 12-18 bulan setelah tanam (Anonymous, 2008)
Tanaman obat yang dimanfaatkan bagian pucuk daun,
pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat akhir fase pertumbuhan
vegetative atau menjelang memasuki fase generatif. Hal ini
dikarenakan pada fase peralihan dari pertumbuhan vegetative ke
generative,kandungan senyawa aktif tanaman berada pada
konsentrasi yang sangat tinggi sehingga apabila dipanen dapat
menghasilkan bahan baku yang bermutu tinggi. Sebagai contoh
adalah tanman kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Berbeda
dengan tanaman yang dipanen bagian pucuk daunnya, untuk
tanaman yang diambil bagian daun yang sudah tua, sebaiknya daun
yang dipilih adalah daun yang terletak pada bagian cabang atau
batang yang terkena cahaya matahari penuh dan telah mebuka
sempurna, karena proses asimilasi pada daun tersebut telah
berlangsung sempurna. Sebagai contoh adalah daun sembung
( Blumea Balsamifera)
4. Bunga
Bunga dimanfaatkan oleh industry farmasu dan kosmetik
baik dalam bentuk segar maupun kering. Pemanenan bunga segar,
sebaiknya dilakukan pada saat bunga masih belum mekar
(kuncup). Contoh kuncup bunga yang dipanen adalah melati
(Jasminum Samba) dan bunga Piretrum. Sebaliknya untuk bunga
yang dipakai dalam bentuk kering, saat panen yang tepat adalah
pada saat bunga mekar. Contoh bunga cengkeh, mawar dan bunga
jeruk yang dipanen pada saat bunga mekar dan dipanen terlepas
dari tangkainya.sedangkan pada tanaman family Compositae lebih
disukai kuntum yang belum gugur, seperti bunga krisan
(Chrysanthemum cinerarifolium) dan sudamala.
5. Buah
Pemanenan buah harus dilakukan setelah mencapai masak
fisiologis. Kuantitas dan kualitas buah yang dipanen sebelum
masak fisiologis masih tergolong rendah. Seperti contoh buah
mengkudu, jeruk nipis, jambu biji, dan buah ciplukan yang dipanen
masih muda, memiliki rasa dan aroma yang tidak enak. Demikian
halnya dengan pemanenan yang terlambat, kualitas buah menjadi
turun karena seiring dengan pematangan buah terjad pula proses
perombakan senyawa katif dalam buah menjadi zat lain, tekstur
buah menjadi lembe dan lebih cepat mebusuk (Anonymous, 2008).
Waktu panen buah berhubungan erat dengan tingkat
kemasakan buah. Tingkat kemasakan buah dapat dilihat dari
adanya perubahan fisik buah, antara lain :
- Tingkat kekerasan buah, contoh : labu merah (cucurbita
moschata)
- Perubahan warna, contoh : Asam (Tamarindus Indica)
- Kadar air buah, contoh : belimbing wuluh ( Averrhoa Belimbi)
dan jeruk nipis (Citrus Aurantifolia)
- Perubahan bentuk, contoh : peria (Memoridica Charanthia)
6. Biji
Biji merupakan bagian dari buah, namun waktu
kematangannya tidak bersamaan dengan kematangan buah, oleh
karena itu pemanenan biji tidak dapat dilakukan bersamaan dengan
pemanenan buah. Pada tanaman semusim yang bersifat
determinate, pemanenan biji dilakukan secara serentak pada suatu
area penanaman, sedangkan pemanenan pada tanaman semusim
indeterminatedan tahunan, pemanenan biji dilakukan secara
berkala tergantung pada waktu masak biji atau polong
(Anonymous 2008)
Pemanenan biji dilakukan sebaiknya pada saat biji
mencapai matang fisiologis atau telah tuan benar. Yang ditandai
dengan pertumbuhan buah atau polong yang didalamnya terdapat
biji telah terbentuk sempurna dan adanya perubahan warna kulit
buah atau polong, contoh : warna kulit polong yang semula hijau
berubah menjadi kekuningan serta buah atau polong telah
mongering minimal 60%, contoh : adas (Foeniculum vulgare),
ketumbar (Coriandrum Sativum). jika biji-biji tersebut terletak
didalam kotak buah maka penelitian tidak boleh menunggu buah
smapai pecah atau mebuka secara alami, misalnya jarak kepyar
(Ricinus Communis). Jika biji terletak didalam daging buah yang
basah, seperti pada kakao, maka harus dibersihkan dari selaput
yang menyelimuti.
7. Herba
Pengertian herba disini ialah seluruh bagian tanaman yang
dimanfaatkan, mulai dari bagian akar hingga dau dan batang. Jenis
tanaman obat ini biasanya tergolong dalam tanaman semusim.
Waktu panen yang tepat adalah ketika fase akhir pertumbuhan
vegetative tanaman atau sebelum memasuki fase generative. Ciri-
cirinya adalah tanaman belum berbunga. Apabila pemanenan
dilakukan terlalu dini sebelum pertumbuhan vegetatif maksimal,
akan menghasilkan produksi dan kandungan senyawa aktif yang
rendah. Demikian pula pemanenan yang dilakukan setelah tanaman
berbunga dapat menurunkan mutu karena jumlah daun berkurang
dan batang tanaman sudah berkayu. Contoh : waktu panen yang
tepat untuk sambiloto adalah pada umur 3-4 bulan setelah tanam.
Pegagan pada umur 2-3 setelah tanam, meniran kurang lebih 1-1,5
bulan setelah tanam atau sebelu muncul bunga.
Cara pemanenan tanaman obat dilakukan baik dengan cara manual dengan
menggunakan maupun mekanik dengan alat. Pada proses pemanenan,
seorang pemetik harus mempunyai ketramplan yang baik supaya
mendapatkan simplisia yang benar. Istilah simplisia yang benar untuk
menunjukkan simplisia yang murni dan tidak tercampur dengan bagian
organ tanaman lain yang tidak dipanen, gulma dan pengotor yang lain
serta tidak mengakibatkan keruskaan pada tanaman induk.

c. Bagian tanaman yang dipanen, cara pengumpulan dan kadar air.


No Bagian Cara Pengumpulan Kadar Air
Tanaman Simplisia
1. Kulit Batang Kulit kayu pada batang utama dan ≤ 10%
cabang dikelupas dengan panjang
dan lebar tertentu
Kulit kayu atau kulit batang
tanaman yang banyak mengandung
senyawa fenol atau minyak atsiri
dipanen dengan cara dikelupas
menggunakan alat yang tidak
terbuat dari logam.
2. Batang Cabang yang sehat dan memiliki ≤ 10%
panjang serta diameter tertentu
dipotong pemotong yang bersih
dan steril
3. Kayu Batang ataucabang dipotong ≤ 10%
ukuran kecil atau diserut (di-sugu)
setelah dikelupas kulitnya.
4. Daun Daun tua atau muda (pucuk) ≤ 5%
dipetik dengan tangan satu perastu
5. Bunga Bunga yang masih kuncup, bunga ≤ 5%
mekar, mahkota bunga, atau daun
bunga, dipetik dengan tangan.
6. Pucuk Pucuk berbunga, daun muda atau ≤ 8%
bunga dipetik dengan tangan
7. Akar Tanaman di bongkar kemudian ≤ 10%
dipotong bagian akarnya, jika
tanaman tidak dibongkar,
pemanenan akar dilakukan dengan
cara memotong-motong akar
dengan ukuran tertentu dari
bagiann bawah permukaan tanah.
8. Rimpang Seluruh tanaman dicabut, rimpang ≤ 8%
dibersihkan dari akar dan daun
yang telah mongering. Kemudian
dipotong melintang dengan
ketebalan tertentu.
9. Buah Buah yang telah masak atau ≤ 8%
hamper masak dipetik dengan
tangan
10. Biji Buah dipetik : kulit buah dikupas ≤ 10%
dengan menggunakan tangan,pisau,
atau alat penggilas, biji
dikumpulkan dan dicuci
11. Kulit buah Seperti biji, kulit buah ≤ 8%
dikumpulkan dan dicuci.
12. Bulbus Tanaman dicabut, bulbus ≤ 10%
dipisahkan dari daun akar dengan
memotongnya kemudian di cuci.
Sumber (Departemen Kesehatan,1985)
B. Sortasi Basah
sortir basah ialah memisahkan bagian tanaman obat yang telah dipanen
dari bahan asing atau pengotor lain yang ikut terbawa pada saat panen.
Tujuan sortasi basah adalah mengurangi atau bahkan menghilangkan
samasekali bahan pengotor yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk
menghasilkan simplisia yang bermutu tinggi, sebaiknya kandungan bahan
pengotor tidak lebih dari 2%. Contoh bahan asing atau pengotor yang
harus disortasi adalah bagian tanaman yang tidak sesuai kriteria (seperti
terlalu muda atau tua, ukuran terlalu kecil atau besar), bahan telah busuk,
bagian tanaman yang tidak diinginkan, tanah, kerikil, serangga dan lain-
lain. Sebagai contoh sortasi basah yang dilakukan pada simplisia akar
tanaman obat adalah dengan membuang tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang akan telah rusak, serta pengotor lain yang terikut ketika
panen. Pada pemanenan akar, bahan pengotor yang banyak terbawa adalah
tanah, yang berpeluang besar banyak mengandung beraneka ragam
mikroba. Oleh karena itu, pembersihan tanah yang meempel pada
simplisia akar mampu mengurangi jumlah mikroba dibandingkan dengan
kondisi awal.
C. Pencucian dan Pembersihan
Pencucian bahan bertujuan untuk menghilangkan bahan pengotor yang
menempel pada simplisia, seperti tanah, debu, mikroba, dan bahan
pengotor yang lain. Pencuscian bahan harus menggunakan air yang bersih
dan bebas dari zat pencemar. Air bersih yang digunakan untuk mencuci
bahan simplisia dapat berasal dari sumber mata air, air sumur, atau air
PAM. Air bersih menjadi syarat utama karena apabila menggunakan air
kotor akan beresiko pada peningkatan pertumbuhan mikrobayang
terkandung dalambahan simplisiayang justru dapat menurunkan kualitas
simplisia. Beberapa jenis bakteri yang sering dijumpai terkandung dalam
air adalah Pseudomonas proteus, Micrococcus, Basillus, Streptococcus,
Escherichia. Khusus untuk simplisia buah, batang dan akar, bahan bisa
tidak dicuci jika dilakukanpengupasan kulit luarnya dengan bersih dan
benar. Pengupasankulit luar juga merupakan langkah yang efektif untuk
mengurangi jumlah mikroba yang banyak menempel pada permukaan kulit
bahan simplisia.
Selain menggunakan air bersih, untuk menjaga kualitas bahan
simplisia, waktu pencucian juga harus diperhatikan, hal ini terutama pada
bahan simplisia yang memiliki kandungan zat yang mudah terlarut dalam
air. Sehingga pencucian harus dilakukan dengan cepat dan dalam waktu
yang singkat. Selain itu, jumlah pengulangan pencucian juga dapat
mempengaruhi jumlah mikroba yang tertinggal pada bahan simplisia.
Menurut frazier (1978) dalam depkes,1985. Pencucian pada sayuran
sebanyak 1 kali hanya mampu mengurangi mikroba sebanyak 25%,
sedangkan pencucian 3 kali dapat mengurangi sampai 42%, namun
demikian tindakan pencucian tidak dapat menghilangkan mikroba 100%
pada bahan simplisia karenadidalam air juga terkandung sejumlah
mikroba. Hal yang terpenting adalah jumlah mikroba yang terdapat dalam
bahan simplisia tidak melwbihi ambang batas yang dapat membahayakan
manusia.
Dalam melakukan pencucian bahan, terdapat beberapa teknik
pencucian yang dapat diterapkan. Antara lain :
a. Perendaman bertingkat
Perendaman bertingkat ialah pencucian dengan cara merendam bahan
beberapa kali dalam wadah yang berbeda dan ar yang diganti-
ganti.pada saat perendaman yang pertama biasanya air rendaman
paling kotor kemudian mejadi lebih bersi untuk perendaman
selanjutnya. Pada saat merendeam, kotoran yang masih melekat pada
bahan bisa dibersihkan dengan tangan. Metode pencucian ini dapat
digunakanuntuk membersihkan bahan yang tidak banyak mengandung
bahan pengotor, seperti buah, bunga dan daun.
Kelebihan metode perendaman adalah proses pembersihan menjadi
lebih cepat dan menghemat air. Kekurang metode ini zat bermanfaat
yang terkandung dalam bahan mudah hilang karena terlarut dalam air.
b. Penyemprotan
Teknik pencucian penyemprotan dilakuan dengan cara
menyemprotkan air bertekanan tinggi agar kotoran yang melekat kuat
pada bahan mudah terlepas. Metode ini sangat cocok diterapkan pada
bahan simplisia yang berasal dari bagian tanaman yang berada dalam
tanah, seperti akar, umbi dan rimpang. Pada bagian tanaman ini
biasanya banyak menempel tanah, debu, atau kotoran lain yang sulit
dibersihkan dengan pencucian biasa.
Kelebihan metode pencucian ini,menekan kehilangan sjumlah zat
bermanfaat yang terkandung dalam bahan karena proses pelarutan,
kekurangannya boros air karena air yang digunakan untuk menyemprot
bahan relatif lebih banyak dibanding dengan pencucian teknik
perendaman.
c. Penyikatan (manual atau otomatis)
Pencucian dengan cara ini dilakukan dengan menyikat bahan
menggunakan sikat yang bersih secara perlahan, teratur dan berulang-
ulang. Setelah penyikatan, dilanjutkan dengan pembilasan agar bahan
menjadi lebih bersih. Cara ini lebih tepat digunakan untuk bahan
bertekstur keras dan penempelan kotoran pada bahan yang sangat kuat,
seperti pada akar, kulit batang umbi dan rimpang. Keuntungan cara
pencucian dengan metode ini adalah membuat bahan yang dicuci lebih
bersih dibandingkan dengan 2 metode lainnya, namun kekurangannnya
ialah resiko kerusakan bahan lebih tinggi. Kerusakan bahan akan
memicu kontaminasi pada bahan sehingga pertumbuhan mikroba
meningkat dan bahan menjadi cepat rusak/busuk.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk menjamin mutu simplisia proses panen dan
pengolahan hasil tanaman obat pascapanen memiliki peran yang
sangat penting. Proses panen meliputi: waktu panen, lingkungan
saat panen, bagian tanaman yg akan dipanen sebagai kebutuhan
bahan simplisia. Pengetahuan dan ketrampilan pemanen. Sebagian
teknik dari pemgolahan simplisia adalah sortasi basah dan
pencucian bahan. Sortasi basah bertujuan untuk membersihkan
bahan simplisia dari pengotor atau zat asing yg tidak diperlukan
pasca panen. Sedangkan pencucian adalah tahap lanjut dari sortasi
basah dimana nantinya di dapatkan bahan simplisia dengan
kandungan mikroba yang tidak melebihi ambang batas yang dapat
membahayakan kesehatan.

B. SARAN

Pemerintah mendorong majunya obat tradisional Indonesia, dengan


mengadakan pelatihan tentang cara panen yang baik dan teknik
pengolahan bahan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Eko widaryanto,Nurazizah 2018, perspektif tanaman obat berkhasiat:


Malang

Anonim, (2006). Cara Pembuatan Obat Baru (CPOB). Depkes RI : Jakarta

Dirjen POM. (1986). Pengujian Bahan Kimia Sintetik Dalam Obat Tradisional.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. (1994). Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional


Yang Baik (CPOTB). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Suyono. H. (1996). Obat Tradisional Jamu di Indonesia. Surabaya. Universitas


Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai