DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS KONVERSI E 2019
II.3.2 Reaksi
1. Reaksi Ninhidrin
2. Reaksi Glisin
3. Reaksi Alanin
4. Reaksi Arganin
II.3.3 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan untuk menghitung nilai Rf dari larutan asam
amino dan mengidentifikasi asam amino dari larutan sampel melalui metode
kromatografi lapis tipis. Identifikasi yang dilakukan menggunakan teknik
kromatografi lapis tipis dengan cara memberi 4 buah totolan larutan asam amino
pada kertas kromatografi yang dimasukkan ke dalam chamber yang jenuh dengan
eulen. Eulen dibuat dengan campuran n-butanol : asam asetat : air = 2,5 : 0,6 : 2,6
v/v. Digunakan larutan eulen karena untuk memperoleh pemisahan asam amino
yang baik, dapat digunakan dua fasa pelarut, misalnya pasangan fenol-air, dalam
percobaan ini digunakan tiga fasa pelarut yaitu n-butanol, asam asetat, air, dimana
setiap jenis asam amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan
pelarut tertentu (Nurul, 2013).
Setelah eulen menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya, kertas
dikeluarkan lalu dikeringkan dalam suhu kamar. Selanjutnya disemprotkan
dengan ninhidrin dan kemudian dimasukkan ke dalam oven. Penyemprotan
ninhidrin dilakukan karena ninhidrin yang dipanaskan bersama asam amino maka
akan terbentuk kompleks berwarna. Hasil penyemprotan dengan ninhidrin akan
menyebabkan timbulnya warna/noda pada kertas klromatografi. Noda yang timbul
diberi lingkaran unruk diukur Rf nya (Nurul, 2013).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh jarak larutan dari titik kegaris atas
4,7 cm. Jarak titik ke noda pada arginin sebesar 1 cm, glisin 0,8 cm, histidin 1,3
cm, dan sampel x 1,8 cm. Dari pengukuran ini maka akan diperoleh nilai Rf dari
masing-masing asam amino dengan persamaan (Nurul, 2013).
Nilai Rf untuk arginin sebesar 0,21 cm, glisin 0,17 cm, histidin 0,27 cm
dan sampel x 0,38 cm. Dari nilai Rf yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai Rf
sampel x mendekati nilai Rf hiatidin sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel x
mengandung asam amino histidin. Hal ini membuktikan bahwa pada sampel 4
terjadi pemisahan asam amino yang didasari oleh asam amino yang terlarut dalam
larutan Ninhidrin yang terdistribusi dalam fasa stasioner yang tidak saling
bercampur sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam kedua pelarut
seimbang antara sampel x dengan larutan ninhidrin (Nurul, 2013).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pada makalah ini pemisahan asam amino dapat
dilakukan dengan metode kramotografi lapis tipis dengan didapatkan nilai Rf
untuk arginin sebesar 0,21 cm, glisin 0,17 cm, histidin 0,27 cm dan sampel x 0,38
cm. Untuk mengidentifikasi asam amino pada plat KLT digunakan metode
kromatografi partisi agar pemisahan asam amino yang terlarut dalam suatu
larutan terdistribusi, dari hasil yang diperoleh sampel x menunjukkan bahwa
dalam sampel x terkandung asam amino histidin.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan M., 1997, Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi,
Yogyakarta.
Sumarto, S., 2002, Evaluasi Jaminan Sosial Program Lanjut Usia, P3KS, Jakarta.