Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN 3

PEMISAHAN SENYAWA FITOKIMIA MENGGUNAKAN


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH :

NAMA : NASRAWATI

NIM : 192521595

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2020
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

A. LANDASAN TEORI

Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan
dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen (Suryadarma, 2014). Oleh karena daya serap adsorben terhadap
komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan
yang berbeda, sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.

Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori komatografi


planar yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi kertas dan
elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang fasa diamnya
diisikan atau ter-packing dalam kolom, kromatografi planar ini fasa diamnya
merupakan lapisan uniform bidang datar yang didukung oleh plat kaca,
aluminium atau plat selulosa dalam kromatografi kertas, sedangkan fasa gerak
juga yang juga sering disebut sebagai pelarut pengembang akan bergerak
sebagai sepanjang fasa diam dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi
atau pengaruh potensial listrik. Dibanding dengan jenis lain kromatografi lapis
tipis ini lebih mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012).

Kromatografi lapis tipis termasuk kedalam tipe kromatografi planar


merupakan teknik analisis yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran senyawa kimia berdasarkan distribusinya di antara dua fase, yaitu
fase diam dan fase gerak. Fase diam merupakan bahan pelapis pada lempeng
KLT yang biasanya terbuat dari bubuk silica, aluminuim ksida, atau selulosa.
Fase gerak merupakan pelarut tunggal atau campuran yang menyebabkan
ekstrak mengalami pemisahan. Fase gerak berinteraksi dengan fase diam
melalui daya kapilaritas yang memungkinkan terjadinya pemisahan beragam
komponen berdasarkan kelarutan dan retensinya dalam fase diam dan fase
gerak. Pemisahan dicapai melalui kompetisi antara molekul sampel dan fase
gerak untuk berikatan atau berinteraksi dengan fase diam (Lade et al. 2014).

2
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar.


Fase diamnya (stationary phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada
gelas/kaca, plastic, aluminium. Sedangkan fase geraknya (mobile phase)
berupa cairan atau campuran cairan, biasanya pelarut organic dan kadang-
kadang juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan
membentangkan fase diam. (Tim Dosen Kimia UGM : 2013).

Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda karena
strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat, dll.
Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang digunakan untuk
kromatografi kolom terutama karena ukuran dan zat yang ditambahkan. (Tim
Dosen Kimia UGM : 2013).

Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yatitu :


kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi
pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Kemudian metode
pemisahan senyawa yang cepat, mudah, dan menggunakan peralatan
sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat digunakan sampel yang
sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011).

Menurut Wulandari (2011), pemilihan eluen merupakan faktor yang paling


berpengaruh pada sistem KLT. Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau
campuran dua sampai enam pelarut. Campuran pelarut harus saling campur
dan tidak ada tanda-tanda kekeruhan. Fungsi eluen pada KLT :

 Untuk melarutkan campuran zat


 Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan
melewati sorben fase diam sehingga memiliki nilai Rf dalam rentang
yang dipersyaratkan
 Untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa
yang akan dipisahkan

3
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar–agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang
bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat
penyerap, pengering dan penopang katalis. Garam–garam kobalt dapat
diabsorpsi oleh gel ini. Silika gel mencegah terbentuknya kelembaban yang
berlebihan sebelum terjadi (Hartuti, 2011).

Gel silika adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Walaupun namanya gel silika
padat. Gel silika adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah menjadi
salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Sebagai pengering, ia memiliki
ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki afinitas yang kuat untuk
molekul air. Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan
melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar-agar ini
dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau bersifat bersifat
mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel
dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis (Setiyo,
2014).

Silika gel merupakan salah satu padatan anorganik yang mempunyai situs
aktif berupa gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) di permukaan.
Adanya gugus –OH memberikan peluang secara luas untuk memodifikasi
gugus tersebut menjadi gugus lain yang lebih aktif. Proses adsorpsi dapat
terjadi karena adanya interaksi, baik secara fisik maupun kimia dengan
permukaan aktif maupun pori-pori dari adsorben. (Sudiarta I W., Diantariani
N. P., dan Suarya P., 2013).

Salah satu fasa diam yang sering digunakan yaitu silika gel, silika gel
merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Makin kecil diameter
akan makin lambat kecepatan air fase geraknya. Dengan demikian
mempengaruhi kualitas pemisahan silika gel brvariasi dari 300-1000 /g,

4
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

bersifat higroskopis, pada kelembapan relative 45-75 % dapat mengikat air 7-


20 %. (Tim Dosen Kimia UGM : 2013).

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila


identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama dengan nilai Rf standart dari
senyawa tersebut maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki
karaekteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dkatakan merupakan senyawa yang berbeda. Namun
perbedaan perlakuan dalam percobaan kromatografi lapis tipis juga akan
mempengaruhi nilai Rf sampel yang diidentifikasi. (Parmeswaran, 2013).

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan


dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan
bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang
terkandung pada daun bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi
menggunakan pelarut metanol, karena metanol bersifat polar sehingga akan
lebih mudah larut dibandingkan pelarut lain (Suharto et al., 2016).

Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada


prosesnya, namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan
yaitu proses ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi
kurang terlarut dengan sempurna. Dengan demikian perlu dilakukan
modifikasi suhu untuk mengetahui perlakuan suhu agar mengoptimalkan
proses ekstraksi (Ningrum, 2017).

Kelarutan zat aktif yang diekstrak akan bertambah besar dengan


bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu ekstraksi juga perlu
diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada bahan yang sedang diproses (Margaretta et al., 2011).

5
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SAMPEL TANAMAN (SRIKAYA / ANNONA SQUAMOSA L)

Salah satu tanaman di Indonesia yang berpotensi sebagai tanaman obat


adalah tanaman srikaya (Annona squamosa L.). Selama ini srikaya hanya
dikenal memiliki buah yang manis dan kandungan gizi yang cukup tinggi
(Kusmardiyani et al., 2012). Padahal berbagai organ dari tanaman srikaya
(Annona squamosa L.) memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan
karena mengandung senyawa glikosida, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin,
karbohidrat, protein, senyawa fenolik, fitosterol, asam amino (Pandey dan
Barve, 2011).

Di Indonesia, srikaya (Annona squamosa L.) telah dikenal sejak zaman


penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya (Annona squamosa
L.) yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya yang
berasal dari luar negeri yang telah lama beradaptasi (Taslimah, 2014).

Srikaya termasuk tanaman buah istimewa dikarenakan kandungan gizi


buahnya yang tinggi dan hampir semua bagian tanaman mempunyai manfaat
(Kementan 2012). Srikaya mengandung antioksidan seperti vitamin C yang
membantu melawan radikal bebas dalam tubuh, vitamin A yang bermanfaat
untuk menjaga kulit, kesehatan rambut, serta meningkatkan fungsi mata.
Kalium dan Magnesium yang terkandung dalam buah juga mencegah penyakit
jantung.

Tanaman srikaya adalah salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat
tradisional dengan nama ilmiah Annona squamosa, salah satu dari family
Annonaceae yang berasal dari Amerika tropis yang sekarang banyak ditanam
di Indonesia. Nama lokal dari srikaya di negara Malaysia (Nona srikaya, buah
nona), Thailand (Lanang), Jerman (Rahm-Annone) dan Italia (pomocanella).
Nama daerah srikaya di Indonesia diantaranya Aceh (Delima bintang),
Makassar (sirikaya), Lampung (Seraikaya), Madura (sarkaya) dan jawa
(Srikaya). (Widodo, Fajar, 2014).

6
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Klasifikasi Srikaya (Annona squamosa)

Klassifikasi ilmiah atau taksonomi dari srikaya adalah sebagai berikut.

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Class : Magnoliopsida
 Subclass : Magnoliidae
 Ordo : Magnoliales
 Family : Annonaceae
 Genus : Annona
 Species : Annona squamosal. (Widodo, Fajar, 2014).

Morfologi Tanaman Srikaya (Annona squamosa)


Srikaya tumbuh di daerah tropik pada ketinggian sampai 1.000 mdpl,
terutama di India memiliki sifat tanaman yang tahan kekeringan. Tanaman ini
memerlukan kelembapan yang menandai selama pertumbuhannya, dan sangat
responsif terhadap penambahan pengairan. Dapat tumbuh pada tanah berpasir
sampai tanah lempung berpasir tanaman ini mampu tumbuh dengan subur
dengan bantuan pengairan yang teratur dengan Ph 5,5 – 7,4. Iklim yang baik
untuk tanaman srikaya yaitu tidak banyak air dan tidak begitu panas, dengan
pengairan yang cukup baik. (Taslimah, 2014).
 Batang
Tanaman srikaya (Annona squamosa) adalah tumbuhan yang
memiliki batang dengan tinggi mencapai 3-7 meter berkayu dengan bentuk
bulat (teres), permukaan batang memperlihatkan banyak lenti sel dan
berwarna coklat muda. Pertumbuhan batang mengarah tegak lurus dan
termasuk tumbuhan menahun yang biasa disebut tumbuhan keras. Batang
berbentuk gilik, percabangan simpodial, ujung rebah, kulit batang
berwarna coklat muda. (Taslimah, 2014).
 Bunga

7
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Bunga pada tanaman srikaya bergerombol pendek menyamping


dengan panjang sekitar 2,5 cm berjumlah 2 hingga 4 kuntum berwarna
kuning kehijauan yang saling berhadapan pada tangkai kecil panjang
berambut dengan panjang yakni 2 cm. Beberapa daun bunga berwarna
hijau pada bagian luar dan memiliki warna ungu pada bagian bawah.
Terdapat banyak serbuk sari bergerombol putih, putik berwarna hijau
muda dan panjang putik 1,3 sampai 1,9 cm dam memiliki lebar 0,6 sampai
1,3 cm yang tumbuh menjadi kelompok-kelompok buah. (Taslimah,
2014).
 Buah
Buah srikaya termasuk dalam buah majemuk berbentuk bola atau
kerucut menyerupai jantung, permukaan berbenjol-benjol, warna hijau
berbintik putih, penampang 5 sampai 10cm, menggantung pada tangkai
yang cukup tebal. Jika buah masak anak uah akan memisahkan diri satu
dengan yang lain, berwarna hijau kebiruan. Daging buah srikaya berwarna
putih kekuningan dan terasa manis. Memiliki biji membujur disetiap
karpek, berwarna coklat tua hingga menghitam dengan panjang biji 1,3
sampai 1,6 cm. (Taslimah, 2014).
 Biji
Biji buah srikaya berbentuk membujur disetiap karpel, berbentuk
allipsoid berwarna coklat tua hingga hitam dengan panajang 1,3 sampai
1,6 cm. Satu buah dari buah srikaya mengandung 10 sampai 50 biji dan
dalam satu biji buah srikaya memiliki berat yakni 5-18 gram . (Taslimah,
2014).

Kandungan kimia Srikaya

Tanaman srikaya (Annona squamosa L.) mengandung glikosida, alkaloid,


saponin, flavonoid, tanin, karbohidrat, protein, senyawa fenolik, pitosterol,
asam. Berbagai bahan kimia konstituen dapat diisolasi dari daun, batang, dan
akar dari tanaman (Pandey dan Barveorwa, 2011).

8
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Analisa fitokimia juga dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol.


Hasil analisa menunjukkan ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.)
menggunakan pelarut etanol mengandung senyawa fitokimia seperti
flavonoid, alkaloid, karbohidrat, tannin, steroid, fenol, glikosida, terpenoid,
triterpenoid. Namun, tidak mengandung saponin. (Ashwini et al., 2014).

Senyawa Metabolit Sekunder pada Srikaya

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu


organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit primer
yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan menggunakan
jalur yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada
spesies tertentu. Tanpa senyawa ini organisme akan menderita kerusakan atau
menurunnya kemampuan bertahan hidup. Fungsi senyawa ini pada suatu
organisme diantaranya yakni untuk bertahan hidup dari serangan predator,
kompetitor dan untuk mendukung proses reproduksi. Kandungan senyawa
yang terkandung dalam ekstrak biji buah srikaya (Annona squamosa)
diantaranya kaya akan glikosida, alkaloid, flavonoid, steroid, fenol, tanin dan
saponin. (Vijayaraghavan. Kavitha, dkk, 2015).

Senyawa utama dapat mematikan organisme hewan adalah senyawa


alkaloid. Alkaloid tidak hanya menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan
nemun yang lebih berpotensi adalah menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase dalam transmisi impuls saraf. Mekanisme kerja alkaloid
yang menghambat kerja aselkolineterase dan dimiliki oleh berbagai insektisida
sintetik, yakni dari kelompok organofosfat dan karbamat. (Endang L.
Widiastuti, dkk, 2016)

Produk metabolisme sekunder adalah flavonoid yang ditemukan pada


tumbuhan tingkat tinggi dan mikroorganisme yang berfungsi sebagai pigmen
(pembentuk warna) sebagai pertahanan diri dari hama dan penyakit, serta
digunakan dalam industri makanan sebagai pewarna makanan. Senyawa ini

9
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat tinggi termasuk daun, akar,
kulit, kayu, bunga, buah dan biji. Flavonoid juga merupakan kelompok
senyawa fenol terbesar yang terdapat pada tumbuhan. (Endang L. Widiastuti,
dkk, 2016)

Tabel 1. Hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol daun srikaya (Annona


Squamosa L)

Types of constituent Ethanolic extract of Annona


squamosa L.
Flavonoids ++
Saponins -
Carbohydates ++
Steroids +
Tannins ++
Alkaloids ++
Phenols +
Glycosides +
Triterpenoids ++
Terpenoids ++
Sumber : World Journal of Pharmaceutical Research (2014)

Tabel 2. Uji Fitokimia Ekstrak Biji Srikaya (Annona Squamosa L.)

No Jenis Uji Kualitatif Fitokimia Hasil Uji Ekstrak Biji Buah


(Senyawa) Srikaya
1 Terpenoid +
2 Tanin +
3 Alkaloid +
4 Flavonoid +
Sumber : Novita Praja dan Aditya Yudhana, (2016).

10
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Berdasarkan uji fitokimia ekstrak biji srikaya yang telah dilakukan bahwa
larutan ekstrak biji srikaya mengandung senyawa terpenoid, tannin, alkaloid, dan
flavonoid keempat senyawa tersebut dinyatakan positif terdapat pada biji buah
srikaya. (Loenov Rianto, dkk, 2015). Kandungan senyawa yang terdapat pada
ekstrak biji buah srikaya merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki
peluang untuk digunakan sebagai insektisida alami, serta mampu mengakibatkan
terjadinya penghambatan dan gagalnya daya tahan kutu putih setelah
penyemprotan.

1. Senyawa alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom
nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid
juga dapat ditemukan didalam biji, daun, ranting dan juga kulit kayu dari tumbuh-
tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan tersebut dapat mencapai 10-15%.
Alkaloid yang biasanya bersifat racun, akan tetapi ada juga beberapa yang sangat
berguna dalam pengobatan. Alkaloid yang merupakan senyawa tanpa warna,
sering kali senyawa ini bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi
hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) tersimpan pada suhu kamar.
Suatu cara untuk mengetahui atau mengklarifikasi alkaloid adalah didasarkan
pada jenis cincin heterosiklik nitrogen yang terikat. Sifat basa yang terkandung
didalam senyawa ini menyebabkan dengan mudah terdekomposisi terutama oleh
panas, sinar dan oksigen membentuk N oksida. (Nurfianita, Rahma, 2013).

Adapun ciri khas dari senyawa alkaloid adalah mempunyai atom nitrogen
yang baik sebagai asiklik maupun siklik dan heterosiklik yang memiliki rasa yang
pahit seperti koniin pada konsentrasi 10-3 M dan telah mempunyai rasa pahit yang
signifikan yang terkandung dalam biji srikaya. (Rianto,Leonov., dkk, 2015)

Senyawa alkaloid yang juga terkandung di dalam ekstrak biji srikaya pada
umumnya senyawa ini mencakup semua senyawa yang bersifat basa atau alkali,
mengandung satu atau bisa lebih atom nitrogen yang biasanya merupakan bagian

11
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

dari sistem siklis. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom
nitrogen biasanya bersifat basa, dan juga dalam sebagian besar dari atom nitrogen
ini merupakan sebagian dari cincin heterosiklik.. Alkaloid juga dapat dibedakan
menjadi tiga jenis utama. Pertama, kaloid asiklik yang berasal dari asam-asam
amino ornitin dan lisin. Kedua, alkaloid aromatik yakni jenis fenilalanin berasal
dari fenilalanin, tirosin, dan 3,4 – dihidroksifenilalanin. Ketiga, adalah alkaloid
aromatik jenis indol berasal dari triptofan. Sebagian besar alkaloid mempunyai
kerangka polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen, serta mengandung
substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid sering berada di
dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2), dan juga tidak
pernah masuk ke dalam bentuk gugus nitro (-NO2) dan juga gugus diazo (-N=N-).
Sedangkan dari substituen oksigen lazimnya ini ditemukan sebagai gugus fenol (-
OH), metoksil (-OCH3), atau dari gugus metilendioksi (-O-CH2-O-). Dari
substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil (-N-CH3) merupakan pula
ciri dari beberapa sebagian alkaloid. (Rianto,Leonov., dkk, 2015)

2. Senyawa terpenoid
Terpenoid terdapat hampir diseluruh jenis tumbuhan dan penyebarannya juga
hampir semua bagian pada jaringan tumbuhan mulai dari akar, batang, kulit,
bungan, buah dan yang paling banyak terdapat pada daun. Bahkan beberapa
batang dan aksudat (getah dan damar) tumbuhan juga mengandung terpenoid.
Kerangka dasar dari terpenoid ini adalah merupakan gabungan (bukan polimer)
dan isoprena yang dikenal sebagai aturan isoprena. (Khairun Nisa, dkk., 2015).

Gambar 1. Struktur terpenoid

Sumber : Purwita, Ayu Anggun, dkk., 2013

12
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Struktur yang terkandung dalam senyawa terpenoid ini juga beragam yakni :
rantai terbuka, monosiklik dan polisiklik serta mempunyai gugus fungsi yang
beragam pula. Ada beberapa pengelompokkan terpenoid yang lebih umum
ditinjau berdasarkan aspek fitokimia (kimia tumbuhan) dan kemotaksonomi yaitu
tumbuhan yang speciesnya juga sama, maka kandungan kimiannyapun juga pada
umumnya sama. (Khairun Nisa, dkk., 2015)

Senyawa terpenoid yang terkandung dalam ekstrak biji buah srikaya ini
berperan sebagai daya penghambat makan pada hama (antifedant), yang
menghambat daerah mulut hama tepatnya pada reseptor perasa sehingga
mengganggu pertumbuhan pada hama. Jika senyawa terpenoid ini tertelan oleh
hama melalui mulut lalu akan masuk ke dalam tubuh hama itu sendiri selanjutnya
akan mengganggu alat pencernaan pada hama yang mengakibatkan kematian
dikarenakan kegagalan saat mendapatkan stimulus untuk mengenali makanannya.
(Khairun Nisa, dkk., 2015)

3. Senyawa tannin
Tannin merupakan salah satu senyawa yang terkandung didalam tumbuhan
salah satunya srikaya. Tannin adalah salah satu senyawa bersifat polar karena
mempunyai beberapa gugus hidoksi. (Cokorda Javandira, I Ketut Widnyana, I
Gusti Agung Suryadarmawan, 2016)

Fungsi dari senyawa tannin adalah untuk pertahanan tanaman srikaya dari
serangan hama dengan cara senyawa yang masuk kedalam tubuh hama maka akan
mengganggu sistem pencernaan dengan adanya rasa pahit yang dimiliki senyawaa
tannin sehingga mampu menghambat nafsu makan pada hama. (Cokorda
Javandira, I Ketut Widnyana, I Gusti Agung Suryadarmawan, 2016)

13
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Gambar 2. Struktur tannin

Sumber : Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi, Efri Gresinta, 2014

Senyawa tannin juga merupakan senyawa yang terdapat dalam ekstrak biji
buah srikaya. Sifat senyawa ini yakni mempunyai rasa pahit dan tidak disenangi
oleh beberapa serangga, oleh karena itu beberapa tumbuhan mampu
mempertahankan diri karena adanya senyawa ini yang terkandung didalamnya.
Menurut penelitian Ayu et al (2013) senyawa tannin merupakan senyawa turunan
fenol yang bersifat lipofilik sehingga senyawa ini begitu mudah terikat pada
dinding sel hama lalu mengakibatkan kerusakan pada dinding sel tersebut.
Senyawa tannin merupakan senyawa makro molekul yang dapat dihasilkan dari
tanaman yang mampu berperan aktif sebagai penolak nutrisi (antinutrient) dan
juga sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor) sehingga akibatnya adalah
rendahnya hidrolisis pati dan mampu menurunkan responsnya terhadap gula darah
pada hewan. Cincin benzene (C6) yang berikatan dengan gugus hidriksil (-OH)
merupakan struktur dari senyawa tannin. Memiliki peranan dalam biologis yang
cukup besar karena fungsinya yakni sebagai pengendap protein dan penghelat
logam. Senyawa tannin diprediksi mampu berperan sebagai antioksidan biologis.
(Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi, Efri Gresinta, 2014)

4. Senyawa flavonoid
Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak biji srikaya memilki aktifitas
terhambatnya pertumbuhan hama kutu putih dan mampu menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil dari
interaksi flavonoid dan DNA. Tidak hanya itu, flavonoid yang juga memiliki sifat

14
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

lipofilik artinya senyawa tersebut memungkinkan untuk merusak membran sel


pada hama. Jenis senyawa metabolit sekunder yang sering ada pada jaringan
tanaman merupakan senyawa flavonoid, yang tergolong senyawa phenolic dengan
struktur kimia C6-C3-C6. Flavonoid memiliki struktur dasar satu cincin aromatik
A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah adalah heterosiklik yang di dalamnya
memiliki kandungan berupa oksigen serta bentuknya teroksidasi, dari cincin-
cincin tersebut terbentuk pembagian untuk kelompok dari sub-sub flavonoid.
Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun srikaya termasuk
golongan fenol yang dapat berfungsi sebagai antifungi. Senyawa fenol bekerja
dalam sel terutama mendenaturasi protein sel yang dapat merusak dinding sel
pada jamur. Dinding sel yang rusak akan menyebabkan tidak adanya cadangan
energi sehingga menghambat pertumbuhan pada hifa jamur. (Nurfianita, Rahma.
2013).

Khasiat Srikaya

Berbagai bagian tanaman srikaya (Annona squamosa L.) seperti daun,


akar, buah, kulit batang, dan biji, digunakan dalam pengobatan tradisional
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam penelitian (Ashwini et al.,
2014) terbukti ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dapat berfungsi
sebagai antibakteri dan antijamur karena mengandung glikosida, fitosterol,
alkaloid, saponin, dan flavonoid yang telah dikonfirmasi memiliki efek
antimikroba.

Riset lain juga dilakukan oleh Melliawati (2017) menunjukkan bahwa


daun srikaya (Annona squamosa L.) mengandung alkaloid, glikosida
sianogen, flavonoid, fenol, saponin, dan terpenoid. Flavonoid telah dikenal
sebagai antikarsinogenik, antialergi, menghambat pertumbuhan tumor dan
antimikroba.

15
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

B. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip pemisahan


senyawa fitokimia menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : vial 10 mL (4),


tabung reaksi (1), pipet tetes (5), rak tabung (1), kapas (1), pinset (1), gelas
ukur (1), cutter (1), mistar besi (1), glove (1 pasang), masker (1),
aluminium foil (1), dan tissue (1).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam prcobaan ini adalah :simplisia


(serbuk), methanol, kloroform, aston, plat KLT silika gel 60 .

D. PROSEDUR KERJA

Pembuatan plat KLT

 Potong 2 plat KLT dengan dimensi (p x l) 4 cm x


0.5 cm. Pada plat tersebut, buat garis batas atas (0.1
cm) dan batas bawah (0.4 cm) menggunakan pensil.

 Beri tanda untuk penotolan sampel pada batas


bawah

Pembuatan ekstrak etanol

 Lakukan maserasi serbuk simplisia (tinggi serbuk 1


cm) dalam tabung reaksi menggunakan metanol

16
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

selama 5 menit. Setelah itu, ambil ekstrak dan


pindahkan ke vial.

Pemisahan senyawa
fitokimia

 Totolkan ekstrak metanol pada 2 plat KLT, biarkan


mengering. Plat 1 dielusi dengan sistem pelarut
kloroform-metanol (20:1), sedangkan plat 2 dielusi
dengan kloroform-metanol (10:1).
 Amati noda-noda yang terpisah (cahaya tampak dan
lampu UV).

Dokumentasikan hasil percobaan.


Hitung berapa noda yang terpisah.
Hitung nilai Rf noda yang terpisah.

Gambar 3. Diagram alir prosedur kerja percobaan 3

E. HASIL PERCOBAAN
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
Tabel 3. Hasil yang diperoleh dari percobaan
Sampel Eluen Jumlah Jarak Jarak Nilai
noda noda eluen Rf

Kloroform- 1 2,9 3,5 0,82


Srikaya
methanol = 20:1
Kloroform- 1 3,1 3,5 0,88
Srikaya
methanol = 10:1

17
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Tabel 4. Hasil yang dperoleh dari percobaan

Gambar Perlakuan Hasil pengamatan


No
Serbuk sampel srikaya Ukuran serbuk 1 cm
1
dimasukkan kedalam
tabung reaksi

Serbuk sampel Ekstrak berwarna


2
ditambah methanol hijau tua dan sangat
pekat

Ekstrak sampel Ekstrak berwarna


3
dimasukkan kedalam merah menyala
botol vial dan diamati dibawah sinar UV
menggunakan sinar karena sampel
UV mengandung klorofil

Plat silika dibuat garis Terlihat hasil totolan


4
batas atas dan batas sampel pada plat
bawah lalu ditotol
dengan ekstrak sampel

18
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Plat 1 dielusi Belum nampak noda


5
kloroform 20 : 1 yang berwarna jelas

Plat 2 dielusi Belum nampak noda


6
klroroform 20 : 1 yang berwarna jelas

Plat 1 kloroform 20 : 1 Terdapat 1 noda


7
diamati dibawah sinar berwarna yang
UV sangat jelas

Plat 2 kloroform 10 : 1 Terdapat 1 noda


8
diamati dibawah sinar berwarna yang
UV sangat jelas

19
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

F. PEMBAHASAN

Hasil Perhitungan nilai Rf :

Diketahui :
a. Kloroform-methanol 20 : 1
 Jarak yang ditempuh oleh noda = 2,9
 Jarak yang ditempuh oleh eluen = 3,5

= 0,82

Jadi nilai Rf dari kloroform 20 : 1 = 0,82


b. Kloroform : methanol 10:1
 Jarak yang ditempuh oleh noda = 3,1
 Jarak yang ditempuh oleh eluen = 3,5

= 0,88

Jadi nilai Rf dari kloroform 10 : 1 = 0,88

Kromatografi lapis tipis termasuk kedalam tipe kromatografi planar


merupakan teknik analisis yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran senyawa kimia berdasarkan distribusinya di antara dua fase, yaitu
fase diam dan fase gerak.

Prinsip kerja KLT adalah memisahkan sampel berdasarkan kepolaran


antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam yaitu dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau
campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut. Pemisahan dengan metode KLT terhadap sampel srikaya
menggunakan fase diam yaitu sebuah lempeng tipis yang mengandung silika

20
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

gel 60 F254 dan fase gerak yaitu kloroform : methanol (20 : 1 dan 10 :1) yang
memiliki polaritas cukup tinggi dan akan menaiki fase diam.

Pemisahan diawali dengan pembuatan ekstrak methanol dengan cara


dilakukannya maserasi serbuk simplisia (sampel srikaya). Diambil serbuk
simplisia lalu taruh kedalam tabung reaksi dengan tinggi serbuk 1 cm dan
dicampurkan methanol selama 5 menit. Setelah ekstraknya sudah terpisah
maka ekstrak tersebut diambil lalu dipindahkan ke botol vial. Kemudian
langkah selanjutnya ialah potong 2 plat KLT dengan dimensi yang sudah
ditentukan (p x l) 4 cm x 0.5 cm. Pada plat tersebut, buat garis batas atas (0.1
cm) dan batas bawah (0.4 cm) menggunakan pensil lalu beri tanda untuk
penotolan sampel pada batas bawah. Perlakuan selanjutnya adalah dengan
pemisahan senyawa fitokimia sesuai dengan prinsip kerja KLT dengan tujuan
pada percobaan ini agar memahami prinsip pemisahan senyawa fitokimia
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). . Pemisahan dilakukan dengan
menotolkan ekstrak metanol pada 2 plat KLT yang sudah dibuat tadi dan
biarkan mengering. Penotolan menggunakan alat penotol yang harus
dibersihkan terlebih dahulu menggunakan pelarut aseton ketika alatnya kotor
dan maksud dari dibersihkan penotol ini agar tidak terkonstaminasi dengan
ekstrak sampel. Cara menotolkannya itu tidak boleh menggumpal pada plat
silika, jadi menotolkannya itu harus dengan pelan-pelan dan harus penuh
dengan kesabaran Plat 1 dielusi dengan sistem pelarut kloroform-metanol (20 :
1), sedangkan plat 2 dielusi dengan kloroform-metanol (10 : 1). Lalu amati
noda-noda yang terpisah dengan cara melihatnya pada cahaya tampak dan
lampu UV. Tujuan dari digunakannya alat sinar UV adalah untuk melihat
dengan jelas noda yang terbentuk dan jarak yang ditempuh pelarut dan noda
maka dilakukan dengan cara menyinari plat tersebut dengan sinar ultra violet.
Kemudian dokumentasikan hasil percobaan dan hitung berapa noda yang
terpisah serta hitung nilai Rf noda yang terpisah.

Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa


dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.

21
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Dan adapun hasil yang
didapatkan pada percobaan ini adalah nilai Rfnya memang tidak lebih dari 1,0.
Berdasarkan teori nilai Rf yang paling bagus adalah antara 0,2 sampai 0,8.
Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada
kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan
reproduksibel.

Setelah diamati di bawah lampu sinar UV diperoleh hasil noda yang


terbentuk yaitu ada 1 noda dan hasil yang lainnya yaitu pada perhitungan nilai
Rf pada kloroform-metanol (20 : 1) jumlah jarak yang ditempuh oleh eluen
adalah 3,5 dan jumlah jarak yang ditempuh oleh noda adalah 2,9. Maka nilai
Rf dari sampel yaitu perbandingan antara jarak yang ditempuh noda
dibandingkan dengan jarak yang ditempuh eluen adalah 0,82. Sedangkan nilai
Rf pada kloroform-metanol (10 : 1) jumlah jarak yang ditempuh oleh eluen
adalah 3,5 dan jumlah jarak yang ditempuh oleh noda adalah 3,1. Maka nilai
Rf dari sampel yaitu perbandingan antara jarak yang ditempuh noda
dibandingkan dengan jarak yang ditempuh eluen adalah 0,88.

Cara memegang kertas KLT harus menggunakan glove atau handscoon


karena silika merupakan senyawa kimia yang tidak dapat dipegang langsung
oleh tangan karena akan berakibat buruk bagi yang memegangnya. Ukuran
kertas KLT adalah 20 x 20 cm dan boleh dipotong-potong sesuai ukuran yang
akan digunakan. Kertas KLT dipotong menggunakan curter agar mudah
terpotong. Pada kertas KLT, aluminium berada disisi atas dan silika berada
disisi bawah.

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi menentukan komponen metabolit


ekstraseluler atau endoseluler yang terekstrak. Methanol digunakan sebagai
larutan pengestrak karena methanol merupakan pelarut serbaguna yang baik
untuk esktraksi pendahuluan. Penggunaan methanol sebagai larutan
pengekstrak juga dikarenakan methanol memiliki dua gugus yang berbeda
kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang

22
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

bersifat nonpolar. Adanya kedua gugus ini diharapkan senyawa-senyawa


dengan tingkat kepolaran yang berbeda akan terekstrak ke dalam methanol.
Selain methanol, aseton juga digunakan sebagai bahan pelarut. Methanol dan
aseton disini digunakan sebagai pembersih alat penotol apabila alatnya kotor.
Digunakan pelarut yang polar yaitu aseton dan methanol.

Ekstrak sampel dibotol vial berwarna hijau karena serbuk srikaya yang
digunakan adalah bagian daunnya namun pada saat ekstrak sampel yang ada di
dalam botol vial diamati menggunakan sinar UV itu nampak berwana merah,
hal ini dikarenakan oleh adanya klorofil pada sampel srikaya. Tujuan dari
digunakannya alat sinar UV adalah untuk melihat dengan jelas noda yang
terbentuk dan jarak yang ditempuh pelarut dan noda maka dilakukan dengan
cara menyinari plat tersebut dengan sinar ultra violet.

G. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kromatografi lapis


tipis ini adalah noda yang terbentuk sebanyak 1 noda, jarak yang ditempuh
oleh eluen pada kedua plat adalah 3,5 dan jarak yang ditempuh oleh noda
adalah 2,9 untuk kloroform-metanol (20 : 1) dan 3,1 untuk kloroform-metanol
(10 : 1) jadi nilai Rf nya adalah 0,82 dan 0,88.

Dengan hasil percobaan yang telah didapatkan maka telah tercapailah


tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara-cara
pemisahan suatu sampel dengan menggunakan kromatografi lapis tipis serta
mengetahui prinsip kerjanya dan juga mengetahui nilai Rfnya.

Adapun saran dari percobaan ini adalah sebaiknya praktikan harus


memahami teori dan prosedur kerja terlebih dahulu sebelum melakukan
percobaan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan dan kurangi
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat percobaan dilakukan.

23
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2011. Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC,

Jakarta : UI

Ashwini, S., Jyoti, P., Pradnya, R., Ghadage, M., & Sagar, T. 2014. World

Journal of Pharmaceutical research. World Jsournal of


Pharmaceutical Research, 3(2), 1961–1967. Retrieved from
www.wjpr.net

Ayu Anggun Purwita, Novita Karika Indah, Guntur Trimulyono, “Penggunaan

Ekstrak Daun Srikaya (Annona squamosa) sebagai Pengendali


Jamur Fusarium oxysporum secara In Vitro” Lentera Bio ISSN :
2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio, MIPA,
UNESA, 2013. h 182.

Cokorda Javandira, I Ketut Widnyana, I Gusti Agung Suryadarmawan, “

Kajian Fitokimia dan Potensi Ekstrak Daun Tanaman Mimba


(Azadirachta indica A. Juss)”. Seminar Nasional Hasil Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2016, h 15.

Endang L. Widiastuti, dkk, Studi Potensial Pemanfaatan Daun Gamal dan

Daun Kapuk Randu sebagai Insektisida Nabati untuk Hama Bisul


Dadap (Quadrastichus erythrinae Lin.), Jurnal Universitas
Lampung (Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia),
Universitas Padjajaran, Bandung, 2016, h. 62.

Kementrian Pertanian (Kementan). 2012. Budidaya srikaya

http://epetani.deptan.go.id. Diakses 21 Juni 2012.

24
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Khairun Nisa, dkk., “Uji Efektifitas Ekstrak Biji dan Daun Mengkudu

(Morinda citrifolia .L) sebagai Larvasida Aedes sp,”, Jurnal SEI,


Vol.2 No.2. (November 2015), h 47.

Kusmardiyani, S., Wandasari, F., & Ruslan Wirasutisna, K. 2012. Telaah

Fitokimia Daun Srikaya (Annona squamosa L. L.) yang Berasal


dari Dua Lokasi Tumbuh. Acta Pharmaceutica Indonesia,
XXXVII(1), 2012–2021.

Loenov Rianto, dkk, “Uji Aktifitas Ekstrak Etanol 96% Biji Srikaya (Annona

squamosa L.) Sebagai Antidiare yang Disebabkan oleh Bakteri


Shigella dysenteriae Dengan Metode Difusi Cakram”, Jurnal
ILMIAH MANUNTUNG. 1(2),181-186, ISSN Cetak. 2443-115X,
2015, h 185.

Margaretta, S., Handayani, N. Indraswati dan H. Hindraso. 2011. Estraksi

senyawa phenolics Pandanus amaryllifolius Roxb. sebagai


antioksidan alami. Widya Teknik. 10(1):21-30.

Melliawati, R., Sunifah. 2017. Mikroba Endofit Dari Tanaman Srikaya

(Annona squamosa L.) sebagai Penghasil Antimikroba. Pusat


Penelitian Bioteknologi LIPI. Sekolah Teknologi Industri dan
Farmasi, Bogor.

Mulyono, Tri.,dkk. 2012. Pengembangan Analisis Spot Secara Kuantitatif

pada Metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan LabVIEW


Surabaya : FMIPA Universitas Jember

Ningrum, M.P. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Maserasi terhadap

25
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Merah


(Euchema cottonii). Tesis. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang.

Novita Praja dan Aditya Yudhana.Efektivitas Larvasida Ekstrak Biji Srikaya

(Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles


aconitus.Jurnal Program Studi Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Banyuwangi.2016. H 75.

Nurfianita, Rahma. Uji Aktivitas Antibakteri Infus Daun Salam (Syzygium

polyanthum (Wight Walp) Terhadap Bakteri Staphyloccus curcus


dengan Metode Difusi Cakram. Laporan Penelitian, Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II. Jakarta: 2013.

Pandey, N., & Barve, D. 2011. Phytochemical and Pharmacological Review

on Annona squamosa L. Linn. International Journal of Research in


Pharmaceutical and Biomedical Sciences, 2(4), 1404–1412.

Purwita, Ayu Anggun, dkk., “Penggunaan Ekstrak Daun Srikaya (Annona

squamosa L.) sebagai Pengendali Jamur Fusarium


oxysporumsecara In Vitro”, (Jurnal Lentera Bio, ISSN : 2252-
3979, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2013), h. 182.

Rianto,Leonov., dkk, Uji EkstrakEtanol 96% Biji Srikaya (Annona squamosal

L.) Sebagai Antidiare yang Disebabkan oleh Bakteri Shigella


dysenteriae Dengan Metode Difusi Cakram. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 1(2),181-186, ISSN Cetak 2443-115X. 2015. h 185.

Setiyo Heru Cahyono, 2014. Skripsi : “Pemanfaatan Silika Gel Sebagai

26
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Absorben Air untuk Mengatasi Terjadinya Water Spot pada Cat


Dinding”.Heru Setiyo Cahyono. Malang

Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi, Efri Gresinta, Penetapan Kadar Senyawa

Fitokimia (Tannin, Saponin dan Flavonoid Sebagai Kuersetin)


Pada Ekstrak Daun Inggu (Ruta angustifolia L.), Jurnal ilmu-ilmu
MIPA, (Jakarta : Universitas Indraprasta PGRI , 2014), h.26.

Sudiarta I W., Diantariani N. P., dan Suarya P., 2013, Modifikasi Silika Gel

dari Abu Sekam Padi dengan Ligan Difenilkarbazon, Jurnal Kimia,


7 (1): 57-63

Suharto, M.A.P., H.J. Edy dan J.M. Dumanauw. 2016. Isolasi dan identifikasi

senyawa saponin dari ekstrak metanol batang pisang ambon (Musa


paradisiaca var. sapientum L.). Jurnal Sains. 3(1):86-92.

Taslimah, Uji Efektifitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamos.L) sebagai

Bioinsektisida dalam upaya Integreted Vector Management


terhadap Aedes Aegypti, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2014, h. 23.

Tim Dosen Kimia. 2013. Kromatografi Lapis(an) Tipis (KLT) Bab III,

Yogyakarta : UGM

Vyas et all., Orient. J. Chern, TLC Densitometric Method for the Extimination

of Piperine in Ayurvedic Formedation Trikatu Charma, Vol. 27


(1), 301-304 (2011).

Vijayaraghavan. Kavitha, dkk, Studies On Phytochemical Screening and

27
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Antioxidant Activity Of Chromolaena Odorata and Annona


squamosa, IJIRSET,2015, h. 7317.

Widodo, Fajar, Karakteristik Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Srikaya

(Annona squamosa.L) di Daerah Sukolilo, Pati, Jawa Tengah,


Skripsi Universitas Sebelas Maret, 2014, h. 14.

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis: Jember: PT. Taman

Kampus Presindo.

28
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

LAMPIRAN

29
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

30

Anda mungkin juga menyukai