Anda di halaman 1dari 23

KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan

baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan

dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan

obat-obat yang berasal dari alam.

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat

masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan

alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan

senyawa bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara

maksimal.

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-

komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua

fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan

cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi

gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi

cair

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah

silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion.

Kecepatan elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi

terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan

akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak

dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi kolom, tahap

pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang

paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-

benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar-

benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat

yang dapat terjadi selama proses elusi berjalan.

Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan komponen kimia

tumbuhan berdasarkan tingkat kepolaran dengan cara menggunakan

gaya gravitasi

B.Maksud praktikum

Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara penggunaan serta prinsip kerja kromatografi kolom

konvensional menggunakan fraksi daun paku hata (Lygodium

circinnatum).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

C.Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa

kimia fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan

kromatografi kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Paku hata (Lygodium circinnatum)

1. Klasifikasi(Catalogue of Life, 2016)

Regnum : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio :Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Sub Kelas : Schizaeatae

Ordo : Schizaeales

Famili : schizaeaceae

Genus : Lygodium

Spesies : Lygodium circinatum (Burm.) Sw.

2. Nama Lain (Anonim, 2015)

Daerah pasun dan sering di sebut paku hata, daerah pangkep

sering disebut cawing

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

3. Morfologi Tanaman ( Holtum, 2001)

Tumbuhan paku merambat (Schizaeaceae) yang panjangnya

dapat mencapai 10 m dan diameter batang 2 – 5 mm. Bentuk

daunnya menjari 2-5 dengan tepi daun bergerigi, pada permukaan

bawahnya terdapat sporangium. Jenis ini memiliki rimpang pendek (

10 cm), sedikit berdaging dan menjalar dalam tanah. Tumbuh subur

pada tempat-tempat terbuka dan hutan-hutan sekunder mulai dari

dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m.

4. Kandungan Kimia(Medicinal Herbs Of Pasir Mayang, Jambi :

Ethnopharmacyand Toxicity screening, 2004).

Tumbuhan paku mengandung steroid dan tidak

mengandung saponin dan flavonoid

5. ManfaatTanaman(Anonim, 2015)

Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,

topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular,

lipan dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat

pada paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu

dengan cara menumbuk halus daunnya.

B.Uraian Praktikum

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben  terhadap suatu

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya

dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari

kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik

sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna

(Kasiman, 2006).

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang

masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan

adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah

silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion (Handayani, 2008).

Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan molekul-

molekul komponen untuk melarut dalam cairan,melekat pada permukaan

padatan halus,bereaksi secara kimia dan tereksklusi pada pori-pori fase

diam,komponen yang dipisahkan harus larut dalam fase gerak dan harus

mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fase diam dengan

cara melarut di dalamnya,teradsorbsi atau bereaksi secara

kimia,pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang

menyusun suatu sampel,hasil pemisahan dapat digunakan untuk

keperluan analisis kualitatif dan pemurnian suatu senyawa,dalam

beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan

dengan metode pemisahan ekstraksi,kedua metode ini sama-sama

menggunakan dua fase dimana satu fase bergerak dengan fase

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
lainya,kesetimbangan solut selalu terjadi dia antara dua fase.

( Alimin dkk,2007 )

Pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi komponen

campuran dengan afinita berbeda-beda terhadap permukaan fase

diam.kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada saat pemisahan cair

padat,substrak padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut

pada fase cair,fase geraknya dalah cairan atau pelarut yang mengalir

membawa komponen campuran sepanjang kolom,pemisahan bergantung

pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara

butiran-butiran adsorben dan fase geraknya serta kelarutan relatif

komponen pada fase geraknya,antara molekul dan pelarut terjadi

kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben dan masuk

kembali pada fase gerak ( yazid,2005 )

Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya

digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi

ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini

merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk

mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kromatografi

partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada

sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam

kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses.

Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fase stationer dan

fasa mobile. Fase stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
adsorben dan fasa mobile adalah molekul pelarut yang mengisi ruang

antar partikel yang teradsorbsi.Contoh khas kromatografi partisi adalah

kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien

untuk pemisahan senyawa organik. (Handayani, 2008).

Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan

daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji,

dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan

dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan

terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar 

terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan

secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom

(Handayani, 2008).

Kromatografi kolom merupakan pilihan yang baik jika ingin

memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak.

Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama. Hasil

dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi ini bisa berupa fraksi-

fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan

senyawa yang telah murni. Kadang kala hanya dengan menggunakan

kolom kromatografi, target pemisahan campuran telah berhasil dilakukan

tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan dipisahkan itu

jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut akan

tertinggal pada fase diam (Tobo, 2001).

Cara pembuatannya ada dua macam (Santoso, 2010):

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah

diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan

pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom

melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga

masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika

gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai

batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang

terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen.

( Gambar. Alat Kromotografi Kolom Konvensional )

Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu (Santoso, 2010):

1. Cara basah

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
a. Isi dasar kolom dengan kapas

b. Masukkan eluen

c. Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen

d. Jangan tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam

e. Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen

2. Cara kering

a. Isi tabung dengan kapas

b. Masukkan eluen

c. Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit

d. Lalu di aduk

Adapun Kelebihan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk

analisis dan aplikasi preparative digunakan untuk menentukan jumlah

komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi

substansi. Dan Kekurangan kromatografi kolom yaitu untuk

mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual.

metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming)

(Santoso, 2010).

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol coklat,

cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet

tetes, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun

daun paku hata (Lygodium circinnatum) eluen n-Heksana, dan eluen

etil asetat, kapas, kertas saring, label, silika gel dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Penyiapan Kolom Kromatografi Kolom Konvensional

Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan metanol dan

dikeringkan, dirangkai alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif

dan klem.

2. Pengemasan suspensi Silika

Ditimbang silika kasar sebanyak 40 gram, Silika disuspensikan

dengan dengan pelarut n-heksan dihomogenkan sampai tercampur

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
merata sampai pelarutnya menguap semua dan setelah itu dimasukkan

ke dalam kolom.

3.Penyiapan fraksi

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fraksi sebanyak 2 gram dan

dimasukkan ke dalam kolom.

4. Prosedur Kerja Kromatografi Kolom Konvensional

Disiapkan alat dan bahan; Kolom yang telah dipasang dimasukkan

kapas pada ujung kolom (dasar kolom). Dimasukkan suspensi silika

yang telah disiapkan secara perlahan-lahan; Ditunggu beberapa saat

sehingga mampat. Dimasukkan kertas saring. Dimasukkan sampel

perlahan-lahan. Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mula idari

non-polar hingga polar, perbandingannya yaitu: kloroform : metanol

10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9. Masing-masing eluen

dibuat 50 mL; Ditampung dalam vial hingga mencapai volume 5 mL dan

dipisahkan berdasarkan warna dan diuapkan serta di profil KLT.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil

sebagai berikut :

a. Berdasarkan eluen

No. Fase gerak ( eluen ) Fraksi

1. n-heksan (10) : etil asetat (0) 1 – 15

2. n-heksan (9) : etil asetat (1) 16-26

3. n-heksan (8) : etil asetat (2) 27-37


4. n-heksan (7) : etil asetat (3) 38-47
5. n-heksan (6) : etil asetat (4) 48-57

6. n-heksan (5) : etil asetat (5) 58-66

7. n-heksan (4) : etil asetat (6) 67-76

8. n-heksan (3) : etil asetat (7) 77-86

9. n-heksan (2) : etil asetat (1) 87-96

10. n-heksan (1) : etil asetat (9) 97-106

11. n-heksan (0) : etil asetat (10) 107-116

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
b. Berdasarkan warna

No. Fraksi Warna Fraksi


1-22, 25, 26, 27, 28, 29, 32,
1. fraksi 1 Bening
33, 34, 35, 36, 37
2. fraksi 2 agak keruh 27, 30, 31
3. fraksi 3 keruh 23, 24
4. fraksi 4 agak kuning 38
5. fraksi 5 kuning 39
6. fraksi 6 kuning pekat 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46
47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76,

77, 78, 79, 80, 81, 82, 83,

7. fraksi 7 hijau kekuningan 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90,

91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,

113, 114, 115, 116


8. fraksi 8 hijau lumut 49
9. fraksi 9 Hijau Keruh 69, 70, 71
10. fraksi 10 hijau pekat 50, 51, 52, 53, 54, 55
98, 99, 100, 101, 102, 103,

11. fraksi 11 hijau tua 104, 105, 106, 107, 108,

109, 110, 111, 112


56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
12. fraksi 12 hijau kehitaman
63, 65, 66, 67, 68, 69.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903

oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang

berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna.

Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna

tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara

kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna,

termasuk gas.

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik

yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi

digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen

kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan

proses elusi berdasarkan gaya gravitasi

Fase diam pada kromatografi kolom adalah silica gel dan fase

geraknya adalah silica gel. Silika gel digunakan sebagai fase diam karena

silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan senyawa-

senyawa organic pada kolom. Ekstrak dan n heksan merupakan senyawa

organik polar yang akan diidentifikasi penyusun dan warnanya.

Keuntungan dari kromatografi kolom konvensional adalah dapat

memisahkan kandungan-kandungan kimia dalam jumlah banyak dan

pemisahan senyawanya yang baik. Kerugian dari kromatografi kolom

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
konvensional adalah proses pemisahnnya membutuhkan waktu yang

lama.

Namun, kromatografi kolom konvensional ini juga memiliki

kekurangan beberapa contoh disebutkan bahwa dalam pengerjaan

dengan kromatografi kolom konvensional apabila ukuran kolom yang

digunakan cukup besar maka memerlukan bahan kimia yang cukup

banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak, memerlukan waktu yang

cukup lama hanya untuk memisahkan satu campuran, dan juga terkadang

hasil yang didapatkan kurang akurat dikarenakan pita komponen yang

satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memisahkan

campuran senyawa dalam fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum)

dengan metode kromatografi kolom. Dilakukan isolasi pada kromatografi

kolom konvensional yaitu untuk memisahkan fraksi dari perbandingan

eluen 10:0 sampai eluen 0:10 sehingga dihasilkan bebrapa warna dan

tingkat kepolaran.

Adapun proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering agar

aliran eluen yang melewati silica (fase diam) tidak terlalu cepat sehingga

pada saat fraksi melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Penyiapan

kolom yaitu dengan cara menyusun kapas, silica gel kasar, kertas saring

dan sampel secara berturut-turut kemudian dibahasi dengan pelarut n-

heksan secukupnya dengan tujuan untuk mempermudah terjadinya

fraksinasi. Pengemasan kering dilakukan dengan memasukkan 40 gram

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
silika kasar kedalam kolom yang telah dimasukkan kapas dan kertas

saring. Setelah itu dimasukkan terlebih dahulu pelarut n-Heksan untuk

membilas silika agar lebih mampat. Kemudian dimasukkan 1 gram fraksi

daun paku hata (Lygodium circinnatum) lalu dimasukkan eluen mulai dari

perbandingan 10:0 sampai 0:10. Alasannya penggunaan eluen dengan

tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu dimasukkan agar fraksi

dapat ditarik oleh senyawa non polar lalu kemudian di tarik oleh senyawa

polar, karena jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar

maka ditakutkan senyawa non polar pada fraksi akan tertarik juga

sehingga proses pemisahan senyawa polar dan non polar tidak efektif.

Alasan penggunaan metode kering adalah karena metode ini, metode

yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk

mempersiapkan pengemasannya. Jadi dengan menggunakan metode

kromatografi kolom konvensional, maka pemisahan senyawa dilakukan

dengan cepat dalam jumlah yang besar atau jumlah yang banyak yaitu

dengan menggunakan 120 vial sebagai wadah untuk menampung fraksi

yang terbentuk.

Dari peraktikum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran

dihasilkan fraksi yang berwarna bening pada vial nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 28, 29, 32,

33, 34, 35, 36, 37. Fraksi yang agak keruh pada vial nomor 27, 30, 31.

Fraksi yang keruh pada vial nomor 23, 24. Fraksi yang berwarna agak

kuning pada vial nomor 38. Fraksi yang berwarna agak kuning pada vial

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
nomor 39.. Fraksi yang berwarna kuning pekat pada vial nomor 40, 41, 42,

43, 44, 45, 46. Fraksi yang berwarna hijau kekuningan pada vial nomor

47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,

89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 113, 114, 115, 116. Fraksi yang

berwarna hijau lumut pada vial nomor 49. Fraksi yang berwarna hijau

keruh pada vial nomor 69, 70, 71. Fraksi yang berwarna hijau tua pada

vial nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112. Fraksi yang

berwarna hijau pekat vial nomor 50, 51, 52, 53, 54, 55. Fraksi yang

berwarna hijau kehitaman 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68,

69.

Dari hasil perubahan warna diperoleh fraksi untuk Warna Bening

terdapat 32 Fraksi, agak keruh terdapat 3 Fraksi, Keruh terdapat 2 Fraksi,

Warna agak kuning terdapat 1 Fraksi, Warna kuning terdapat 1 fraksi,

Warna kuning pekat terdapat 7, Warna hijau kekuningan terdapat 32

fraksi, Warna Hijau lumut terdapat 1 fraksi, Warna hijau keruh terdapat 3

Fraksi, Warna hijau pekat terdapat 6 Fraksi, Warna Hijau tua terdapat 15

Fraksi, Warna hijau kehitaman pada terdapat 13 Fraksi. Perbedaan warna

pada masing-masing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari

masing-masing senyawa yang terkandung dalam fraksi daun paku hata

(Lygodium circinnatum), sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan

banyaknya senyawa yang ditarik.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

isolasi pada daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan

kromatografi kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh

116 fraksi fraksi.

B. Saran

Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat

disediakan oleh laboratorium.

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
LAMPIRAN

Skema Kerja

a. Pengemasan Alat Isolasi

Kolom

- dipasang tegak lurus pada statif

- dibebaslemakkan dengan metanol

- bagian dasar dilapisi kapas

Kolom siap digunakan

b. Pengemasan Fase Diam

Silika gel

- ditimbang 40 gram

- dimasukkan kedalam kolom

Silika di dalam kolom

- silika dimampatkan sampai tidak


terbentuk gelembung udara

Silika selesai dikemas

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
c. Proses Pemisahan/Isolasi

Fraksil

- ditimbang 1 gram

- dimasukkan kedalam kolom

Eluen

- ditambahkan mulai dari


perbandingan 10:0 selapis diatas
permukaan kertas saring

- dielusi

Fraksi-fraksi

- ditampung ke dalam vial

- eluen yang telah habis diganti

\dengan eluen perbandingan 9:1

sampai 0:10

- fraksi digabung berdasarkan

warna

Satu fraksi

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL
GAMBAR
BERDASARKAN WARNA

BENING

AGAK KERUH

KERUH

AGAK KUNING

KUNING

KUNING PEKAT

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

HIJAU KUNINGAN

HIJAU LUMUT

HIJAU KERUH
HIJAU PEKAT

HIJAU KEHITAMAN
HIJAU TUA

AYU MELINDA NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm


15020140081

Anda mungkin juga menyukai