Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FITOKIMIA LANJUTAN


“KROMATOGRAFI KOLOM”

OLEH :
KELOMPOK II
SAMSINAR 20013109
ANDI AISYAH AFIATNA 20013113
ERDASARI TANDIANAN 20013138
GRESELA MAKIWAN 20013145
NUR AULIYA FAJRIANY 20013147
NUR MUTMAINNAH 20013148

ASISTEN : LEONY PANGGALO

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang
menggunakan zat penyerap (fase diam) dalam wadah kaca berbentuk
buret, fase gerak dituangkan di atas dan menetes di bawah. Dalam
kromatografi kolom, fase diam ditempatkan dalam kolom yang dilewati fasa
gerak yang dipengaruhi oleh adanya tekanan gravitasi (Harvey, 2014)
Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan ke
dalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan
kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-
komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan
fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan
cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang
sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan
(pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom
(Salim, dkk., 2017).
Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa
komponen-komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai
afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila
dialirkan cairan (clutor) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat
contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama
tama dihanyutkan oleh elutor ialah komponen yang paling lemah terikat
kepada adsorben. Komponen komponen lainnya akan dihanyutkan
menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan
daripada komponen-komponen tersebut (Prashant, et al., 2013).
Keuntungan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisis
dan aplikasi preparatif, digunakan untuk menentukan jumlah komponen
campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi. Kerugian
dari kromatografi kolom yaitu untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan
kemampuan teknik dan manual, sehingga metode ini sangat membutuhkan
waktu yang lama (Lisdawati et al., 2017).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
pemisahan senyawa kimia yang terdapat dalam daun tanaman talas
(Colocasia esculenta L.) menggunakan metode kromatografi kolom.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
pemisahan senyawa yang terdapat dalam daun tanaman talas(Colocasia
esculenta L.) menggunakan kromatografi kolom.
I.2.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini yaitu identifikasi senyawa kimia dalam
daun tanaman talas (Colocasia esculenta L.) menggunakan kromatografi
kolom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
ll.1.1 Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah proses pemisahan dan pemurnian zat dari
suatu campuran, baik itu dalam fase cair maupun padat untuk
menghasilkan senyawa yang diinginkan secara individu. Pertimbangan
dalam menggunakan metode kromatografi kolom yaitu karena prosesnya
yang sederhana. Fungsi kromatografi kolom dalam hal ini adalah sebagai
perangkat yang digunakan analisa Kromatografi kolom atau coloum
chromatogrphy. Dengan perangkat dan metode ini biayanya relatif lebih
murah (Riska, 2020).
II.1.2 Macam-macam Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom terbagi dalam kromatografi kolom terbuka
(konvensional) adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini
masih banyak digunakan. Kolom konvensional digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari
kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk
terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi
berdasarkan gaya gravitasi dan vacuum liquid chromatography (VLC) atau
kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom
khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase
gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi
awal dari suatu ekstrak non polar atau ekstrak semipolar, kromatografi
vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa metabolit
sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben
dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi
gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan
eluen (Raymond, 2015).
II.2 Uraian Daun Talas (Colocasia esculenta L.)
II.2.1 Klasifikasi Daun Talas

Gambar II.1 Daun Talas (Colocasia esculenta L.)


Tanaman talas dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dalimartha,
2016):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta L.
Talas (Colocasia esculenta L.) adalah tumbuhan umbi-umbian yang
diduga telah ditanam jauh sebelum adanya padi. Tersebar luas di wilayah
Asia, Afrika, dan Oseania. Umbi tanaman ini menjadi bahan makanan
pokok di beberapa daerah di Indonesia dan Kepulauan Oseania. Nama-
nama daerah bersesuaian dan mirip dengan pengucapan talas dan keladi.
Dalam Bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan Taro.
II.2.2 Morfologi Daun Talas
Morfologi talas dideskripsikan sebagai tumbuhan berumbi (bonggol di
bawah tanah), yang memiliki daun berbentuk perisai dengan tangkai model
pelepah sejumlah 2-5 batang. Warna daun hijau, sementara tangkainya
bisa hijau atau keunguan tergantung pada variannya. Tinggi tanaman
berkisar antara 0.4-1.5 m (Ekowati, dkk., 2016).
II.2.3 Manfaat Daun Talas
Tanaman talas banyak dimanfaatkan sebagai makanan untuk
mengatasi masalah pencernaan, tetapi ada beberapa manfaat penting
tanaman talas untuk tubuh yaitu 1)sumber antioksidan untuk membantu
menangkal efek radikal bebas, 2)memelihara kesehatan jantung karena
daun talas mengantongi nitrat, zat yang membantu mengontrol tekanan
darah, 3)membantu menjaga berat badan karena kalori renda, 4)sumber
vitamin, daun talas mengandung berbagai macam vitamin baik untuk
menjaga kesehatan, mulai dari vitamin C, vitamin A, hingga vitamin E, juga
kandungan vitamin B9 yang bagus untuk membantu dan memperkuat
perkembangan oto pada janin (Farida, dkk., 2019).
II.2.4 Kandungan Kimia
Tanaman talas memiliki kandungan yang diantaranya yaitu flavonoid
merupakan senyawa polifenol yang memiliki fungsi sebagai senyawa
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Flavonoid
merupakan senyawa fenol yang dapat bersifat koagulator protein. Saponin
mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi, sehingga
membantu dalam proses penyembuhan luka (Faure, 2016). Tanaman talas
juga mengandung antioksidan polifenol yang baik untuk kesehatan. Fungsi
polifenol yang terkandung dalam batang dan daun talas dapat menurunkan
risiko terkena berbagai penyakit. Polifenol adalah senyawa alami pada
tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan (Biren et al, 2017).
II.3 Uraian Bahan
ll.3.1 Etil Asetat (Excipient edisi 6; Hal. 253)
Nama resmi : ETHYL ACETATE
Nama lain : Etil asetat
RM/BM : C4H5O2/88,1
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau seperti eter
Kelarutan : Larut dalam air, dalam metanol, dapat bercampur
dengan asetat, dietil eter dan benzene
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :Sebagai eluen
ll.3.2 n-Heksan (Dirjen POM, 1995; Hal. 1158)
Nama resmi : HEXAMINUM
Nama lain : Heksamina
RM/BM : C6H12N4/140,19
Rumus struktur :

Pemerian :Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, tidak berbau, rasa membakar manis kemudian
agak pahit. Jika di panaskan dalam suhu ± 260⁰
menyublim
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol
(95%) P dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform
P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai eluen
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2023 di Laboratorium
Biologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
lll.2 Alat dan Bahan
Alat yang dipakai pada percobaan praktikum ini yaitu aluminium foil,
corong pisah (Normax®), kapas, kertas saring, kolom kaca (Normax®),
lempeng KLT G60 F254 (E.Merck®), pipa kapiler (Chyo®), dan vial 50.
Bahan yang digunakan pada percobaan praktikum ini yaitu aquadest,
ekstrak kental daun talas (Colocasia esculenta L.) n-heksan, etil asetat, dan
metanol.
III.3.2 Kromatografi kolom
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah berupa ekstrak
kental daun talas (Colocasia esculenta L.) yang diperoleh dari kota
Makassar. Adapun pengolahan sampel yang dilakukan pada praktikum ini
yaitu membuat ekstrak dari daun talas ( colacasia esculenta L). Dimana
pertama-tama dilakukan penyiapan simplisia meliputi pengumpulan bahan
baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering
pengepakan dan penyimpanan serta pemeriksaan mutu. Adapun metode
yang di gunakan dalam pembuatan estrak kental adalah metode perkolasi.
Adapun cara kerja kromatografi kolom yaitu: disiapkan kapas (dibasahi
metanol terlebih dahulu), dibuat suspensi silika (dilarutkan dengan n-
heksan), dimasukkan ke dalam kolom sedikit demi sedikit ,dibuat silika
fraksi (silika di larutkan dengan n-heksan), digunting kertas saring bentuk
bundar sesuaikan mulut kolom, dimasukkan eluen sedikit demi sedikit n-
heksan: etit asetat, diikeluarkan dan masukkan dalam vial.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Kelompok 1

Jarak
Jarak
tempuh UV 366 nm UV 254 nm
Fraksi tempuh
fase
Ke- noda
gerak
(cm) Warna Warna
(cm) Rf Rf
noda noda
4 - - - - - -
Hijau
5 1 cm 5,5 cm 0,18 cm - -
tosca
Hijau
6 1,3 cm 5,5 cm 0,23 cm - -
tosca
Hijau
12 1,1 cm 5,5 cm 0,20 cm - -
tosca
IV.1.2 Kelompok 2

Jarak
Jarak
tempuh UV 366 nm UV 254 nm
Fraksi tempuh
fase
Ke- noda
gerak
(cm) Warna Warna
(cm) Rf Rf
noda noda
10 - - - - - -
Hijau Hijau
18 4,1 cm 5,3 cm 0,77 cm 0,77 cm
Tua Tua
Hijau Hijau
21 4,5 cm 5,4 cm 0,83 cm 0,83 cm
Tua Tua
IV.1.3 Kelompok 3

Jarak
Jarak
tempuh UV 366 nm UV 254 nm
Fraksi tempuh
fase
Ke- noda
gerak
(cm) Warna Warna
(cm) Rf Rf
noda noda
18-20 5,1 cm 5,5 cm 0,56 cm orange 0,56 cm orange
18-20 2,1 cm 5,5 cm 0,38 cm orange 0,38 cm orange
8-11 3,7 cm 5,5 cm 0,67 cm orange 0,67 cm orange
IV.1.4 Kelompok 4

Jarak
Jarak
tempuh UV 366 nm UV 254 nm
Fraksi tempuh
fase
Ke- noda
gerak
(cm) Warna Warna
(cm) Rf Rf
noda noda
20 - - - - - -
21 4,5 cm 5,5 cm 0,80 cm Hijau
- -
tosca
31 - - - - - -
32 - - - - - -
IV.1.5 Kelompok 6
Jarak
Jarak UV 366 nm UV 254 nm
tempuh
Fraksi tempuh
fase
Ke- noda Warna Warna
gerak Rf Rf
(cm) noda noda
(cm)
2 - - - - - -
3 3,6 cm 4 cm 0,90 cm Kuning 0,90 cm Kuning
4 - - - - - -
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan kromatografi kolom dengan tujuan untuk
memisahkan campuran zat ke dalam komponennya. Digunakan hasil fraksi
n-heksan sebanyak 0,2 gram dengan eluen n-heksan : etil asetat (7:3).
Proses kromatografi kolom dimulai dengan membuat suspensi silika yang
dilarutkan dengan n-heksan yang bertujuan untuk menghomogenkan dan
menghilangkan adanya gelembung udara yang dapat mengganggu proses
pemisahan (Munson, dkk., 2018). Kemudian bubuk silika dimasukkan
kedalam kolom yang bagian dasarnya telah dilapisi kapas yang sudah
dibasahi metanol sebagai penyaring agar bubuk silika memadat dan tidak
boleh ada gelembung udara dalam kolom karena akan mengurangi resolusi
dari pemisahan (Ibnu M, 2015). Tujuan kapas dibasahi dengan metanol
agar pelarut tidak langsung jatuh kebawah (Hendayana, 2015). Dibuat silika
fraksi dengan menimbang silika sebanyak 0,2 g lalu dicampur dengan n-
heksan hingga homogen lalu masukkan kedalam kolom. Setelah itu,
dimasukkan eluen sedikit demi sedikit (n-heksan : etil asetat) lalu keluarkan
ke dalam vial.
Didapatkan hasil kromatografi kolom yang ditampung dalam vial dan
diberi nomor agar memudahkan melihat warna yang sama. Hasil dari 50
vial ada beberapa kelompok warna yang terbentuk. Selanjutnya, dilakukan
pengujian KLT pada vial yang memiliki warna berbeda. Pada kelompok 1,
tidak didapatkan hasil menggunakan sinar UV 254 nm pada semua vial dan
didapatkan hasil menggunakan sinar UV 366 nm pada vial nomor 5 terdapat
noda berwarna hijau tosca dengan nilai Rf = 0,18 cm, vial nomor 6 terdapat
noda berwarna hijau tosca dengan nilai Rf = 0,23 cm, dan vial nomor 12
terdapat noda berwarna hijau tosca dengan nilai Rf = 0,20 cm.
Pada kelompok 2, tidak didapatkan hasil menggunakan sinar UV 254
nm pada semua vial dan didapatkan hasil menggunakan sinar UV 366 nm
pada vial nomor 10 tidak terdapat noda, vial nomor 18 terdapat noda
berwarna hijau dengan nilai Rf = 0,77 cm, dan vial nomor 21 terdapat noda
berwarna hijau dengan nilai Rf = 0,83 cm. Pada kelompok 3, didapatkan
hasil KLT menggunakan sinar UV 254 nm dan 366 nm pada vial nomor 18-
20 terdapat noda berwarna orange dengan nilai Rf = 0,56 cm, vial nomor
18-20 terdapat noda berwarna orange dengan nilai Rf = 0,38 cm, dan vial
nomor 8-11 terdapat noda berwarna orange dengan nilai Rf = 0,67 cm.
Pada kelompok 4, tidak didapatkan hasil menggunakan sinar UV 254 nm
pada semua vial dan didapatkan hasil menggunakan sinar UV 366 nm pada
vial nomor 20, 31, dan 32 tidak terdapat noda, vial nomor 6 terdapat noda
berwarna hijau tosca dengan nilai Rf = 0,23 cm, dan vial nomor 12 terdapat
noda berwarna hijau tosca dengan nilai Rf = 0,20 cm.
Pada kelompok 6, tidak didapatkan hasil menggunakan sinar UV 254
dan 366 nm pada vial nomor 2 dan 4 tidak terdapat noda lalu didapatkan
hasil menggunakan sinar UV 254 nm dan 366 nm pada vial 3 terdapat noda
berwarna kuning dengan nilai Rf = 0,90 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
selisih dari nilai Rf tiap kelompok telah sesuai dengan literatur karena
termasuk dalam range 0,2-0,8 cm (Wulandari, 2014). Adapun faktor
kesalahan pada percobaan ini yaitu perbandingan dan penggunaan eluen
yang kurang tepat, penggunaan kapas yang tidak dibasahi metanol terlebih
dahulu, serta pemilihan metode kolom (Fair, et al., 2008).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil percobaan kromatografi kolom ini yaitu
dari 50 vial terdapat 8 kelompok warna yang selanjutnya di uji KLT
menggunakan sinar UV fraksi ke 10, 18, dan 21 fraksi ke 10 tidak terdapat
warna, fraksi ke 18 yang didapatkan nilai rf nya yaitu 0,77 sedangkan fraksi
ke 21 didapatkan nilai rf nya 0,83. Hasil sudah baik karena nilai selisih dari
kedua fraksi tidak lebih dari 1.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan untuk selalu hadir dalam setiap praktikum dan mengawasi
praktikan agar praktikum berjalan dengan lancar dan lebih teratur
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan untuk selalu mendampingi praktikan saat praktikum agar
tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan untuk melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan
dalam praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, V dan A Widyawati, 2017. Pabrik Pakan Ikan dan Ikan Tuna (Tuna
Fish Oil) dengan proses fraksinasi N-Heksane. ITS Surabaya.
Agarwal, S., Guntuku, S. C., Robinson, O. C., Dunn, A., & Ungar, L. H. 2021.
Examining the phenomenon of quarter-life crisis through artificial
intelligence and the language of twitter. Frontiers in Psychology, 11.
Aji Arif Nugroho, R. W. 2017. Metabolit Sekunder Bahan Alam. Jurnal
Pendidikan Matematika, Vol. 8, No. 2, Hal. 197-204.
Akhsanita, M. 2013. Uji Sitotoksik Ekstrak, fraksi, dan sub-fraksi daun jati
dengan metode brine shrimp lethality bioassay. Padang: Fakultas
Farmasi Univ. Andalas.
Allen, Y., Agresa, F. L., and Yuliandra, Y. 2017. Analisis Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) Dan Aktivitas Anti Hiper Urisemia Ekstrak Rebung
Schizostachyum Brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan.
Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 3(2): 146-152.
Amelia, Riska,” Efektivitas Model Pembelajaran Somatic, Auditory,
Visualization and Intellectually (SAVI) berbantuan alat peraga kotak
matriks pada materi perkalian matriks di kelas XI MAS Pertasi
Kencana NU Haruyan Tahun Pelajaran 2019/2020”, Skripsi; Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, 2020.
Anam, M., Nafisah, W, 2018. Skincare 101. Jakarta Selatan: Qanita
Atmodiwiro Soebagio. 2017. Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT. Ardadizya
Jaya.
Dalimartha, S. 2016. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara.
David, G., dan Watson. 2019. Analisis Farmasi, Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Dirjen Pom. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid V, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal 1158.
Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, 33, 96. Jakarta,
Depkes RI.
Do, Q.D., Angkawijaya, A.E., Tran-Nguyen, P.L., Hunyh, L.H., Soetaredjo,
F.E., Ismadji, S., dan Ju, Y.H. 2013. Effect of extraction solvent on total
phenol Content, total flavonoids content, and antioxidant activity of
Limnophila Aromatica. Journal of Food and Drug Analysis 22(3): 296-
302.
Ekowati Gustini. 2016. Sumber Glukomanan dari Edible Araceae Di Jawa
Timur, J-PAL 6 no. 1 (ISSN: 2087-3522 dan E-ISSN: 2338-1671),
Fajarningsih ND, Januar HI, Nursid M, Wikanta T. 2016. Potensi antitumor
ekstrak spons Crella papilata asal Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
1(1): 35-42
Hanani, E. 2016. Analisis Fitokimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Harborne, J. B. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata Dan Iwang
Soediro. Penerbit ITB, Bandung 2017.
Harvey, D., 2013, Modern Analytical Chemistry. USA: The McGraw-Hill
Companies Inc.
Heizer, J., Render, B., & Munson, C. 2018. Operations Management:
Sustainability and Supply Chain Management. In Edinburgh: Pearson
Education Limited.
Hendayana, S. 2015. Kimia Pemisahan. Bandung: PT R
Ibnu, M et al. 2015. Kimia Analitik 1. Malang: Universitas Negeri Malang.
Khasan Setiaji. 2020. Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk Pada
Petani Padi. Economic Education Analysis Journal. Vol. 9 (2).
Lisdawati,Vivi., Sumali Wiryowidagdo., L dan Broto S. Kardono. 2017.
Isolasi Dan Elusidasi Struktur Senyawa Lignan Dan Asam Lemak Dari
Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa. Jurnal dan Buletin
Penelitian Kesehatan; Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan
Litbangkes. Vol. 35.
Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Mukhriani. 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
aktif, Jurnal Kesehatan, Vol. 7, No. 2 (361-367).
Munson, J.W., 2018, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa A,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Prashant, et al, 2013. Phytochemical Screening and Extraction.
Internationale harmaceutica sciencia 1(1):1-9.
Putri Riska, 2020. Column Chromatography. Pelita Dwi Asa.
Rowe, C.R., Sheskey , J.P., and Weller, J.P., 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 6th edition. America Pharmaceutical
Association. London, Chicago.
Salim, Z., & Pranata, N. 2017. Maritime Logistics Sector In Asean: Exploring
Opportunities And Addressing Key Challenges. Asean Briefs.
Septiana, Nurul, Syahrul, and Hermansyah. 2021. Faktor Keluarga Yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Ilmu Keperawatan 4(1):1–14.
Setiaji Bambang, Iqmal Tahir, dan Dwi Retno Nurotul Wahidiyah, 2020.
Pemisahan Komponen Tar Batubara dengan Kolom Fraksinasi
Menggunakan Fasa Diam Zeolit-Mn. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 55281.
Sista Nanda Indratika Sista Nanda, 2018. Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-
Cair. Akademik Farmasi Indonesia, Yogyakarta.
Soebagio, B., Rusdiana, T., & Kairudin, 2017. Pembuatan gel dengan
aqupec HV-505 dari ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa, L.)
sebagai antioksidan. Prosiding Seminar Penelitian Dosen Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran (12p). Bandung, Indonesia: Unpad
Sunarni, T., S, Pramono., R, Asmah. 2017. Flavonoid Antioksidan
Penangkap Radikal dari Daun Kepel (Stelechocarpus burahol).
Majalah Farmasi Indonesia. Vol 18(3). 111- 116.
Presindo.Tobo, E., 2015. Fitokimia Gorontalo. Universitas Negri Gorontalo.
Trifany, 2014. Ekstraksi Pelarut Cair-Cair. Depok, Universitas Indonesia.
Wulandari, Lstyo. 2014. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman
Kampus.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Pengamatan Kromatografi Kolom

Disiapkan kapas (dibasahi metanol terlebih dahulu)

Dibuat suspensi silika (dilarutkan dengan n-heksan)

Masukkan ke dalam kolom sedikit demi sedikit

Dibuat silika fraksi (silika dilarutkan dengan n-heksan)

Digunting kertas saring bentuk bundar, sesuaikan dengan mulut kolom

Masukkan eluen sedikit demi sedikit n-heksan:etil asetat

Dikeluarkan, masukkan ke dalam vial (1-50)

Lampiran 2. Dokumentasi Kromatografi Kolom


Gambar Keterangan

Penimbangan silika halus

Silika halus 0,2 gram


Silika halus dilarutkan

Suspensi silika dimasukkan ke dalam


kolom

Hasil fraksi vial no. 1-5 berwarna


bening

Hasil fraksi vial no. 6-9 & 36 berwarna


agak kuning

Hasil fraksi vial no. 10, 22 dan 25


berwarna kuning pucat
Hasil fraksi vial no. 11, 21, 34, dan 35
berwarna kuning pucat

Hasil fraksi vial no. 12-20, 23, 24, 26


dan 27 berwarna kuning pekat

Hasil fraksi vial no. 28-33 berarna


agak kuning

Hasil fraksi vial no. 37-40 berwarna


kuning pucat

Hasil fraksi vial no. 41, 42, 43 dan 50


berwarna bening

Lampiran 3. Perhitungan
3.1 Kelompok 1
Fraksi ke-5 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
1 cm
= = 0,18 cm
5,5 cm
Fraksi ke-6 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

1,3 cm
= = 0,23 cm
5,5 cm
Fraksi ke-12 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

1,1 cm
= = 020 cm
5,5 cm
3.2 Kelompok 2
Fraksi ke-18 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

4,1 cm
= = 0,77 cm
5,3 cm
Fraksi ke-21 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
4,5 cm
= = 0,83 cm
5,4 cm
3.3 Kelompok 3
Fraksi ke- 18-20 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

5,1 cm
= = 0,56 cm
5,5 cm
Fraksi ke- 18-20 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
2,1 cm
= = 0,38 cm
5,5 cm
Fraksi ke- 8-11 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen
3,7 cm
= = 0,67 cm
5,5 cm
3.4 Kelompok 4
Fraksi ke- 21 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

4,5 cm
= = 0,80 cm
5,5 cm
3.5 Kelompok 6
Fraksi ke- 3 :
Jarak tempuh noda
Rf =
jarak tempuh eluen

3,6 cm
= = 0,90 cm
4 cm

Anda mungkin juga menyukai