DISUSUN OLEH :
1. HANIFAH NURAINI
(1248025)
2. HERLINA WIBAWANTI
(1248026)
3. KARTINI KHASANAH
(1248028)
(1248029)
PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KUNCUP BUNGA
CENGKEH
A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum, diharapkan mahasiswa dapat melakukan
teknik pemisahan minyak atsiri dengan metode destilasi, serta dapat
memahami dan mengerjakan analisis kromatografi
lapis
tipis terhadap
minyak atsiri.
B. Dasar Teori
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik
didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran
homogen. Terdapat dua tahap pada proses destilasi yaitu tahap penguapan
dan dilanjutkan dengan tahap pengembunan kembali uap menjadi cair atau
padatan, berdasarkan hal ini maka perangkat peralatan distilasi menggunakan
alat pemanas dan alat pendingin. Istilah destilasi sederhana umumnya
berkaitan dengan pemisahan suatu campuran yang terdiri dua atau lebih
cairan melalui pemanasan. Pemanasan digunakan untuk menguapkan
komponen-komponen yang lebih mudah menguap (titik didih lebih rendah)
dan kemudian uap yang diperoleh dikondensasikan kembali menjadi cair dan
kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima. Proses destilasi ini
diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu
pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam
dinding (bagian luar kondenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali
cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya dapat memisahkan
seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Minyak atsiri terdapat dalam seluruh bagian tanaman, namun umumnya
dalam batang, daun, bunga dan biji-bijian. Minyak atsiri merupakan salah
satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri kosmetik,
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eugenia
Pemerian
Tempat Tumbuh
Isi
Pemakaian
berbagai industry, antara lain industry kosmetik, farmasi, dan pestisida nabati.
Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode
destilasi uap dan distilasi air. Kedua metode tersebut mudah dan aman bagi
lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik berbahaya. Isolasi
dengan distilasi uap menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan
eugenol lebih tinggi daripada isolasi dengan destilasi air.
poliamida, dan lain-lain. Silica gel adalah yang paling banyak digunakan.
Partikel silika gel mengandung gugus hidroksin pada permukaannya yang
akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air fase diam, pada
KLT sering kali juga mengandung substansi yang dapat berpendarflour dalam
sinar untuk fase gerak yang merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Baik silika maupun alumiisa merupakan suatu adsomen yang bersifat
polar, dengan demikian cuplikan akan ditahan berdasarkan perbedaan
kepolaraanya. Oleh karena itu dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
atau ion yang sifatnya polar. Silica gel ini menghasilkan perbedaan dalam
efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya sehingga silica
gel G Merck, menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun 1958, telah
diterima sebagai bahan standar. Selain itu harus diingat bahwa penjerap
seperti aluminium oksida dan silica gel mempunyai kadar air yang
berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.
Fase Gerak KLT (Mobile Phase)
Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena
daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa
sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa
petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:
Pemeriksaan Minyak Atsiri Secara Kromatografi
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang
berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat
sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metal
benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
4. Untuk solute-solut ionic dan solute-solut polar lebih baik digunakan
campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan
methanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam
ditandai dengan pensil, kemudian diukur Rf-nya. Jika tidak ada noda
yang terlihat maka pelat disemprot dengan pereaksi penimbul warna
seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, amonium sulfida, dan
sebagainya. Atau dengan cara menyinari pelat dengan lampu ultra violet
atau menjenuhkan pelat dengan uap iodium.
e. Larutan Pembanding (campuran uji atau baku) Disamping larutan
cuplikan, selalu ada suatu suatu cairan pembanding yang dikromatografi
pada waktu yang bersamaan. Campuran ini terdiri atas 1-5 senyawa yang
diketahui, dengan konsentrasi yang telah diketahui pula. Bila mungkin,
senyawa pembanding ini sama denga senyawa yang terdapat di dalam
larutan cuplikan. Tetapi, boleh juga senyawa lain yang berbeda, yang
mempunya sifat rambat serupa dengan senyawa cuplikan.
f. Deteksi Bercak Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan
bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara
kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah
dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara
penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat
digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan
radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet
terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat bercak
akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan
penyerapnya akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian
bercak akan kelihatan hitam sedang latar belakangnya akan kelihatan
berfluoresensi.
g. Penilaian kromatogram
Angka pada Rf pada KLT
Jarak pengembangan senyawa
pada
kromatogram
biasanya
Larutan pewarna
FeCl3
Alat
Perangkat Stahl destilator
Bejana KLT
Pipa kapiler
Corong pisah kecil dan besar
FeCl3
Amati
dan
kromatogram
dari
kedua
totolan
sebelum
setelah
penyemprotan dalam :
Sinar tampak
Sinar UV 254
Sinar UV 366
Setelah disemprot dengan anisaldehid-asam sulfat dan dipanaskan 110
C selama 10 menit, Hitung harga Rf bercak
Kromatogram
1
cm
Keterangan :
: Minyak atsiri kuncup
cengkeh / S
bunga
8
cm
F. Perhitungan
Penghitungan randemen
Berat bunga cengkeh
1
cm
= 100 g
Randemen ekstrak
= 100 g x 100 =
G. Hasil Pengamatan
Sebelum disemprot Anisaldehid
Sample
Jarak Totolan
Cengkeh
S1
B1
B2
B3
B4
(cm)
5,7
0,2
0,8
1,1
5,2
Rf
0,7125
0,025
0,1
0,1375
0,65
Warna
Visible
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
UV 254
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Jarak Totolan
Cengkeh
S1
S2
S3
B1
B2
B3
B4
(cm)
5,6
7,3
7,8
1
5,5
7,2
7,8
Rf
0,7
0,9125
0,975
0,125
0,6875
0,9
0,975
Warna
Visible
Hijau
Ungu
Ungu
Ungu
Hijau
Ungu
Ungu
UV 254
Hijau
Ungu
Ungu
Ungu
Hijau
Ungu
Ungu
G. Pembahasan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan dapat mengetahui kuantitasnya.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat
sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel
adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksipereaksi yang lebih
reaktif seperti asam sulfat. Pelat kromatografi yang digunakan berupa silica
gel F 254 sebagai fase diam dan heksana : etil asetat (8:2 v/v) sebagai fase
gerak. Pelarut yang digunakan adalah hexan-etilasetat karena kepolarannya
sama dengan senyawa yang di uji. Hexan-etilasetat bersifat non polar.
Langkah pertama yang kita lakukan yaitu menjenuhkan bejana
kromatografi dengan larutan fase gerak yang akan digunakan dengan
menggunakan sehelai kertas saring. Penjenuhan ini dilakukan agar proses
elusi berjalan dengan baik dan juga dimaksudkan untuk memperkecil
penguapan pelarut dan menghasilkan bercak (noda) yang lebih baik. Jangan
membuka bejana kromatografi selama penjenuhan berlangsung. Karena
apabila bejana kromatografi terbuka larutan yang di dalamnya akan menguap
karena sifatnya mudah menguap bila terkena udara. Cara kita mengetahui
apakah larutan telah jenuh yaitu dengan melihat naiknya larutan pada kertas
saring, apabila sudah naik sempurna berarti larutan sudah jenuh.
Pada percobaan larutan pembanding yang digunakan adalah minyak
atsiri standar. Larutan pembanding adalah larutan yang dikromatografi pada
waktu bersamaan untuk membandingkan. Kemudian totolkan larutan
percobaan masing-masing sebanyak 5 totolan pada fase diam silica gel F254
dengan menggunakan pipa kapiler. Buatlah totolan sekecil mungkin dengan
jalan menotolkan larutan sedikit demi sedikit. Pada pemberian totolan setiap
memberi satu totolan ditunggu kering dahulu untuk menghindari meluasnya
resapan totolan yang dapat berakibat tidak efektifnya hasil. Jarak antara
totolan yang satu dengan yang lain minimal 1cm, agar hasil tidak bertabrakan
sehingga kita bisa melihat bagaimana jarak elusi yang terbentuk. Pada saat
penotolan jangan terlalu banyak karena jika cairan yang ditotolkan terlalu
banyak dan menjadi melebar akan mempersempit ruang gerak senyawa untuk
berelusi sehingga terjadi tabrakan satu dengan yang lain.
Masukkan fase diam silica gel yang sudah ditotoli ke dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak, tunggu sampai fase
gerak mencapai jarak yang sudah ditentukan. Dalam mengambil dan
meletakkan plat kromatografi harus hati-hati karena silica gel mudah
terkelupas sehingga apabila ada bagian yang terkelupas membuat naiknya
cairan tidak merata. Lalu angkat fase diam dari bejana kromatografi,
keringkan kemudian lihat pada sinar UV 254 dan sinar UV 366. Lalu lakukan
penyemprotan bercak pada fase diam dengan pereaksi penampak bercak
anisaldehid asam sulfat atau larutan
FeCl3
diantaranya,
fase
diam
(kualitas,
keberadaan
pengotor,
DAFTAR PUSTAKA
http://majalah1000guru.net/2014/11/antibakteri-eugenol-minyak-cengkeh/
http://jurnalilmiahfarmasi.blogspot.com/2010/10/laporan-praktikumfarmakognosi-farmasi.html
http://ag1992.blogspot.com/2011/06/kromatografi-lapis-tipis.html
Mardiyaningsih,Ana dkk .2014. Petunjuk Praktikum FARMAKOGNOSI II.
Laboratorium farmakognosi Program studi D3 Farmasi Poltekkes Bhakti
Setya Indonesia. Yogyakarta