Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI I


“Kromatografi Gas”

NI KETUT KARMINI SARI


1909482010095

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
I. Judul Percobaan
Kromatografi Gas

II. Tujuan Praktikum


II.1 Menentukan komponen dalam sampel
II.2 Menentukan jumlah (%) keberadaan komponen dalam sampel

III. Dasar Teori


Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum), termasuk dalam family Myrtaceae.
Daunnya bundar telur sungsang, dan daun yang masih muda berwarna merah jambu
kekuning-kuningan, buahnya berupa buni, berbentuk lonjong, dan berwarna merah tua.
Cengkeh merupakan tanaman tropis berakar tunggang, bercabang dan kuat. Tinggi
tanaman dapat mencapai 15 meter dan dapat mencapai umur sampai lebih dari 100 tahun,
mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah
pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh
akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5 - 2 cm. Tanaman cengkeh memiliki
kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Setiap bagian pohon mengandung minyak,
mulai dari bunga, daun, gagang hingga akar. Kandungan minyak cengkeh pada tanaman
cengkeh bervariasi jumlahnya, namun yang tertinggi terdapat pada bagian bunga yaitu
sekitar 14 – 21%, sedangkan pada gagang cengkeh yaitu sekitar 5 – 6%. Semua bagian
dari tanaman cengkeh mempunyai kandungan yang relatif sama, yang berbeda hanya
jumlahnya saja (Anonim, 2002).
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh
(Syzygium aromaticum). Minyak cengkeh (atsiri) merupakan minyak yang banyak sekali
manfaatnya yang di dapatkan dari penyulingan bunga, gagang, dan daun tanaman
cengkeh. Kualitas minyaknya dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kadar
eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal minyaknya. Kadar terbanyak dan
kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak yang diperoleh dari bunga dan gagang
cengkeh. Kualitas minyak daun cengkeh hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
minyak bunga atau gagang cengkeh (Guenther, 1990).
Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku
industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Rempah (BALITTRO) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai
bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa sakit, terutama reumatik.
Di samping itu dapat digunakan juga sebagai obat kumur dan permen.Bukan itu saja,
hasil penelitian BALITTRO juga menunjukkan eugenol yang terdapat dalam minyak
cengkeh ternyata dapat mengendalikan jamur patogen pada tanaman. Contohnya, jamur
Fusarium oxysporum yang menyebabkan penyakit busuk batang pada tanaman vanili dan
jamur tular tanah yang umumnya menjadi penghambat produksi tanaman hortikultura dan
perkebunan
Eugenol merupakan persenyawaan kimia yang paling penting di dalam minyak
cengkeh dan jumlahnya dapat mencapai 83-95%. Eugenol bersifat mudah menguap, tidak
berwarna atau berwarna agak kuning dan mempunyai rasa getir. Eugenol dapat diisolasi
dari minyak dengan menambahkan NaOH atau KOH 3%, sehingga menghasilkan
natrium atau kalium eugenolat (Anonim, 2006). Pemisahan dan penentuan kadar senyawa
eugenol dapat diketahui secara kromatografi gas yang didasarkan pada grafik yang
terlihat disistem pengendalian data pada kromatografi gas, akan terlihat pemisahan
komponen-komponen penyusun minyak cengkeh dan kadar tiap-tiap komponen (Aksan,
2008).
Kromatografi gas adalah  metoda yang digunakan dalam kimia analitik untuk
memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat menguap. Kelebihan dari
kromatografi gas adalah kromatografi gas dapat melakukan pengujian kemurnian suatu
zat tertentu, atau memisahkan berbagai komponen campuran (jumlah relatif dari
komponen tersebut juga dapat ditentukan). Dalam beberapa situasi kromatografi gas
dapat membantu dalam mengidentifikasi senyawa. Namun kelemahan teknik
Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap, kromatografi gas tidak mudah
dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar, fase gas dibandingkan
sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut..
(Arfiyah, 2012).

IV. Alat dan Bahan


IV.1 Alat
1. Botol vial
2. Gelas ukur
3. Erlenmeyer
4. Hot plate dan magnetic stirrer
5. Pipet tetes
6. Beaker glass
7. Corong pisah
8. Timbangan analitik
9. Stopwatch
10. Thermometer
IV.2 Bahan
1. Pelarut (Larutan Standar
2. Minyak cengkeh
3. KOH 1,25 N
4. H2SO4 1,5 N
5. Methanol

V. Prosedur Percobaan

1. Pencampuran dengan basa kuat


Diaduk diatas hot plate suhu 50°C
Dicampurkan bahan dan pelarut
dengan magnetic stirrer selama 10
dengan perbandingan 1:5 (20ml
menit
minyak cengkeh : 100 ml KOH 1,25N.

\ 2. Proses pemisahan pertama


Didiamkan campuran bahan dan Dimasukkan ke corong pisah
pelarut kurang lebih 30 menit di dalam (mengurangi senyawa fenolat dibagian
corong pisah, tampung lapisan bawah. atas).

3. Proses pencampuran dengan asam


kuat Diaduk kembali diatas hot plate
Lapisan bawah yang telah ditampung dengan bantuan magnetic stirrer
dicampur dengan 100 ml H2SO4 1,5N
4. Proses pemisahan kedua
Didiamkan selama 30 menit. Untuk memisahkan larutan eugenol
dan non eugenol (caryopilen) dengan
menggunakan corong pisah

5. Proses pencucian eugenol 6. Proses Penghilangan air


Larutan yang diperoleh dicuci dengan Eugenol yang telah dicuci dipanaskan
aquades perbandingan 1:1 untuk diatas hot plate hingga didapat
melarutkan garam dalam eugenol eugenol jernih. Diukur rendemen dan
dimasukkan kedalam botol vial

VI. Hasil Percobaan

No. Hasil Pengamatan

1 Bobot awal−bobot akhir


% Rendemen : x 100 %
Bobot awal
20 ml−13 ml
: x 100 %
20 ml
: 35%

2 Organoleptis :
a. Warna : Coklat kemerahan
b. Bau : Khas eugenol (cengkeh)
c. Konsistensi : Kental

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini seharusnya dilakukan pengujian kromatografi gas yang bertujuan
menentukan komponen dalam sampel serta menentukan jumlah (%) keberadaan
komponen dalam sampel. Namun karena keterbatasan alat dan bahan maka hanya
dilakukan pembuatan eugenol yang betujuan untuk melihan organoleptis dan rendemen
yang dihasilkan dari eugenol tersebut. Eugenol merupakan salah suatu komonen kimia
dalam minyak cengkeh yang memberikan bau dan aroma yang khas pada minyak
cengkeh. Eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh,memiliki tiga gugus
fungsional yaitu alil, hidroksi dan metoksi. Pada proses pembuatan eugenol dicampurkan
bahan dan pelarut dengan perbandingan 1:5 (20ml minyak cengkeh : 100 ml KOH
1,25N). Penambahan KOH 1,25N berfungsi untuk memisahkan eugenol dan non
eugenol. Selain itu penambahan KOH dilakukan karena, eugenol dapat diisolasi dengan
penambahan KOH. Jumlah KOH yang direaksikan harus proporsional dengan kandungan
eugenol dalam minyak cengkeh. Eugenol akan bereaksi dengan KOH membentuk
Kalium eugenolat yang larut dalam air. (Windari, dkk, 2009). Setelah itu dilakukan
proses pemanasan selama 10 menit dengan suhu 50oC, pemanasan yang dilakukan selama
10 menit agar terjadi reaksi yang spesifik, pemanasan dilakukan ketika larutan mulai
panas bukan ketika api dinyalakan sambil diaduk dengan magnetic stirrer. Kemudian
didiamkan kurang lebih selama 30 menit. Setelah reaksi berlangsung akan diperoleh dua
lapisan. Lapisan bawah ditampung, dimasukkan ke corong pisah untuk mengurangi
senyawa fenolat dibagian atas. Selanjutnya dilakukan proses pencampuran asam kuat,
lapisan bawah yang telah ditampung dicampur dengan 100 ml H2SO4 1,5N. Penambahan
larutan H2SO4 yang bertujuan untuk memisahkan kembali eugenol dengan ion kalium
yang mengikatnya. H2SO4 akan bereaksi dengan ion K+ yang terdapat dalam lapisan
Eugenolat menghasilkan garam. Sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan bawah berupa
air dan garam, serta lapisan atas yang berupa eugenol (Iskandar, 2016). Kembali
dilakukan proses pemanasan, pengadukan dengan magnetic stirer, didiamkan kembali,
dan dilakukan pemisahan kedua. Proses selanjutnya yaitu pencucian eugenol larutan yang
diperoleh dicuci dengan aquades perbandingan 1:1, hal ini bertujuan untuk melarutkan
garam dalam eugenol. Dilakukan pengukuran rendemen dari eugenol yang dihasilkan
sebesar 35% dan pengamatan organoleptis sudah sesuai dengan literatur hanya saja
warnanya menjadi coklat kemerahan. Hal ini terjadi karena proses pemanasan yang
mengubah warna minyak cengkeh menjadi lebih coklat kemerahan karena basa kuat yang
bersifat alkali.

VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Eugenol dapat diperoleh dengan cara pemisahan atau isolasi minyak cengkeh
menggunakan basa kuat dan asam kuat serta pencucian dengan aquades.
2. Diperoleh eugenol dari minyak cengkeh yang berwarna coklat kemerahan, bau khas
eugenol(cengkeh), konsistensinya kental.
3. Rendemen yang dihasilkan dari eugenol minyak cengkeh adalah 35%
DAFTAR PUSTAKA

Aksan J.2008. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum).Diakses tanggak 15 Oktober 2012.


(http://agribisnis.deptan.go.id/agromedia).

Anonim, (2002), Cengkeh, BPPT, Download tanggal : 08 Mei 2009.


http://www.iptek.net.id/obat.htm

Arfiyah. 2012. Laporan Praktikum GC. Didownload di http://academia.edu.com// pada 17


Desember 2014

Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Indonesia Minyak Daun Cengkeh. BSN. SNI 06-
2387.

Guenther E., (1990), Minyak Atsiri Jilid IV A. Edisi I UI. Press Jakarta.

Windari, Aprilia Hema S., Rosalina Djatmika., Elok Nuri Widyasari, Mega DonaIndriana dan
Mustangin. 2009. Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh
LAMPIRAN

Bahan yang digunakan Pemanasan dengan Proses pemisahan


dalam praktikum. hot plate setelah pertama yang
proses pencampuran sebelumnya
dengan basa kuat. didiamkan 30 menit.

Pemanasan dengan Proses pemisahan Pencucian eugenol


hot plate setelah kedua yang dengan aquades
proses pencampuran sebelumnya dengan perbandingan
dengan asam kuat. didiamkan 30 menit. 1:1.
Penyimpanan eugenol
dalam botol vial.

Anda mungkin juga menyukai