PRAKTIKUM FITOKIMIA
MODUL 1. HAKSEL
KELOMPOK 4 :
Banyak simplisia yang memiliki perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan
simplisia yang lain. Hal ini disebabkan simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri khas tersebut dapat
pula tidak nampak karena kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyimpnan
simplisia yang relatif lama. Berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis dari simplisia yang praktikan amati.
Pemeriksaan uji organoleptik indra pada manusia sangat dibutuhkan antara lain
dalam hal penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan
bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan,
indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan
sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati
dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus,
indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah
mengalami kerusakan, serta indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis
dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah,
rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.
Pengujian haksel, dilakukan uji organoleptik 5 haksel antara lain jahe, kunyit, kayu
manis, jambu biji, dan seledri. Uji organoleptik pada seledri yaitu berwana hijau, berbau
khas, dan rasa yang khas. Uji organoleptik jambu biji berwarna hijau, tudak berbau, rasanya
pekat. Uji organoleptik kayu manis berwarna coklat, berbau aromatic, rasanya manis sedikit
pedas. Uji organoleptik kunyit berwarna kuning, berbau khas, rasanya pahit. Uji
organoleptik jahe yaitu berwarna coklat, berbau aromatic, rasanya pedas.
Uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan dan
kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk karena
berhubungan langsung dengan selera konsumen. Selain itu, metode ini cukup mudah dan
cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatannya juga cepat diperoleh. Dengan
demikian, uji organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk meningkatkan produksi
atau pemasarannya.
Uji organoleptik juga memiliki kelemahan dan keterbatasan akibat beberapa sifat
indrawi tidak dapat dideskripsikan. Manusia merupakan panelis yang kadang-kadang dapat
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental, sehingga panelis dapat menjadi jenuh dan
menurun kepekaannya.
Sedangkan, Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
dikeringkan. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Dianggap rusak jika
oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya basah oleh air laut,
tercampur minyak pelumas dan lain-lain. Dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena
dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga. Dinyatakan tercampur jika secara tidak
sengaja terdapat bersama bahan-bahan atau bagian tanaman lain. Dianggap dipalsukan jika
secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Simplisia
terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
1) Simplisia nabati
Adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati paling
banyak digunakan seperti rimpang temulawak yang dikeringkan bunga melati, daun seledri,
biji kopi, buah adas.
2) Simplisia hewani
Yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni contohnya sirip ikan hiu dan
madu.
3) Simplisia pelikan (mineral)
Yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya Belerang
dan kapur sirih.
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang
digunakan untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses
memperoleh simplisia dari tanaman sumbernya di alam. Proses ini meliputi pengumpulan
(collection), pemanenan (harvesting), pengeringan (drying), pemilihan (garbling), serta
pengepakan, penyimpanan dan pengawetan (packaging, storage, and preservation).
Pemberian nama suatu simplisia umumnya ditetapkan dengan menyebutkan nama marga
(genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal,
diikuti dengan nama bagian tanaman yang dipergunakan.
Sebagai contoh : daun dewa dengan nama spesies Gynura procumbens, maka nama
simplisianya disebut Gynurae Procumbensis Folium. Folium artinya daun. Namun tidak
semua nama simplisia mengikuti aturan seperti diatas, misalnya :
Guazuame Folium : nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti Folium
Calami Rhizome : menunjukan penyebutan nama berdasarkan atas nama belakang dari
spesies (Acorus calamus).
Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia antara
lain :
Nama latin Bagian tanaman
Amilum : Pati
Bulbus : Umbi lapis
Caulis : Batang
Cortex : Kulit kayu
Flos : Bunga
Folia : Daun
Folium : Daun
Fructus : Buah
Herba : Seluruh tanaman
Lignum : Kayu
Radix : Akar
Rhizome : Rimpang
Semen : Biji
Thallus : Bagian dari tanaman rendah
Tubera : Umbi
Simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang sengaja
dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman yang tumbuh dengan
sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan atau tanaman yang sengaja
ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh simplisia untuk obat (misalnya tanaman
hias, tanaman pagar). Sedangkan tanaman kultur diartikan sebagai tanaman. budidaya,
yang ditanam secara sengaja untuk tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya dapat
berupa perkebunan luas, usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman
dengan jenis tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi juga
berfungsi sebagai tanaman hias.
Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplisia
mempunyai beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia dengan mutu yang
memenuhi standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :
a. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit atau tidak
dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia sering
dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu pengumpulan simplisia yang
bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang dikehendaki dari suatu simplisia sering
berubah apabila umur tanamn dari suatu pengumpulan ke waktu pengumpulan lain
tidak sama.
b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu
pengumpulan ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan akan jenis
tanaman yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga kadang mempunyai
bentuk morfologi yang sama dari pengamatan seseorang (pengumpul) yang sering
bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman dalam mengenal jenis tanaman yang
dikehendaki sebagai sumber simplisia. Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti
perbedaankandungan senyawa aktif.
c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu jenis
tanaman liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang berbeda
(ketinggian, keadaan tanah, cuaca yang berbeda). Simplisia yang diperoleh dari satu
jenis tanaman sama tetapi berasal dari dua lingkungan dapat mengandung senyawa
aktif dominan yang berbeda. Misalnya tanaman D. Myoporoides di daerah Australia
utara kandungan skopolamina yang dominan, sedangkan di Australia selatan
kandungan hiosiamina yang dominan.
Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen
dan galur tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada kerugiannya.
Pemeliharaan rutin menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah terserang hama sehingga
pemeliharaan ekstra diperlukan untuk mencegah serangan parasit. Penggunaan pestisida
untuk ini membawa konsekuensi tercemarnya simplisia dengan residu pestisida (sehingga
perlu pemeriksaan residu pestisida).
III. TUJUAN PRAKTIKUM
Agar mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi beberapa macam haksel yang
bias digunakan dalam ramuan obat tradisional.
2 Cymbophogon Serai
Referensi :
15 Nama simplisia : Calami Rhizoma Asli :
Nama daerah : Dlingo
Nama latin : Acorus calamus (L)
Familia : Araceae
Pemerian
Warna : Coklat
Rasa : Pahit dan agak pedas
Bau : Sangit
Bentuk Haksel : Utuh
Kegunaan : Bahan pewangi,
karminativa,insektisida dan demam nifas Referensi :
Referensi :
24 Nama simplisia : Curcuma mangga rhizome Asli :
Nama daerah : Tamu mangga
Nama latin : Curcuma cimada
Famili : Zingiberaceae
Pemerian
Warna : Kuning pucat
Rasa : Agak manis disertai pahit
Bau : Gabungan mangga dan wartel
Bentuk haksel : Irisan / rajangan
Kegunaan : Obat sakit perut, penguat lambung,
penangkal racun Referensi :
Referensi : MMI jilid II (1979)
25 Nama simplisia : Foenigraeci Semen Asli :
Nama daerah : Biji kelabet
Nama latin : Trigonella foenum-graecum
Famili : Papilionaceae
Pemerian
Warna : Kuning kecoklatan
Rasa : Agak pahit, tidak enak
Bau : Aromatik khas, bau tengik
Bentuk haksel : Utuh
Kegunaan : Karminativa, tonikum, dan bahan
pewangi
Referensi : MMI,jilid III (1979)
Referensi :