Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN KADAR ALKALOID KAFEIN DALAM DAUN TEH

SECARA EKSTRAKSI PELARUT

SRI RAHAYU NINGSI

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo


Jl. H.E.A. Mokodompit Kendari 93232.

ABSTRAK

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir
seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu.
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Penentuan kadar alkaloid dilakukan
terhadap sampel daun teh. Penentuan kadar alkaloid dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut
menggunakan H2SO4 0,5 M sebagai pelarut dan NaOH 0,2 M sebagai penitrasi dengan indikator
metilen red. Hasil diperoleh menunjukkan bahwa sampel daun teh memiliki kadar alkaloid kafein
sebesar 4 %.

Kata kunci : Alkaloid, Kafein, Daun Teh, Ekstraksi pelarut

PENDAHULUAN keaktifan biologis tertentu. Alkaloid memiliki


Alkaloid adalah suatu golongan senyawa kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang
organik yang terbanyak ditemukan di alam. diduga adalah dengan cara mengganggu
Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari komponen penyusun peptidoglikan pada sel
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
berbagai jenis tumbuhan. Hampir semua terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai sel tersebut. Senyawa alkaloida mempunyai

1
struktur heterosiklik yang mengandung atom N Teh dikenal sebagai minuman dengan
didalam intinya dan bersifat basa, karena itu seribu khasiat yang menakjubkan. Seiring dengan
dapat larut dalam asam-asam serta membentuk perkembangan penelitian modern, teh terbukti
garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan
fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan sebagai penyebab penyakit. Seduhan teh biasa
(Robinson, 2005). digunakan untuk pertolongan pertama diare,
Salah satu sumber senyawa bahan alam digunakan sebagai obat kuat, awet muda. Dan
hayati yang memegang peranan penting dalam jika dikonsumsi secara teratur dapat mencegah
pemanfaatan zat kimia berkhasiat yang terdapat kanker, kolesterol dan darah tinggi (Fitri, 2009).
di alam adalah tanaman obat tradisional. Hampir Secara empiris daun teh juga dipakai untuk obat
setiap daerah di Indonesia mengenal ramuan obat sakit kepala, luka-luka, mencret, mencegah
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang penyakit jantung, kanker dan anemia (Sundari,
digunakan untuk pengobatan tertentu secara 2009). Tanaman teh juga dapat digunakan sebagai
tradisionil. Penggunaan tumbuh-tumbuhan tetentu hair tonic/penumbuh dan penghitam rambut,
sebagai obat merupakan warisan turun temurun mengurangi terbentuknya karang gigi, mencegah
dari nenek moyang kita sejak dahulu hingga kencing manis. Teh merupakan tanaman yang
sekarang ini untuk penyakit tertentu. Bahan obat mempunyai potensi sebagai antimutagen.
yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, Aktivitas tersebut disumbangkan oleh 9 senyawa
akar, bunga dan biji bijian. Sebagai langkah awal aktif yang bekerja sinergis yang diduga terkait
penelitian dilakukan skrining fitokimia untuk dengan aktivitas antioksidannya. Sebagai
memberikan gambaran dasar golongan senyawa antioksidan, teh diketahui mampu menghambat
yang terkandung dalam tumbuhan tersebut oksidasi basa DNA 8-hidroksi-2’ deoksiguanosin
(Siregar, 2005). (Purwantini, 2007).
Salah satu tumbuhan berkhasiat dan Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan
digunakan sebagai obat adalah tumbuhan teh campuran larutan berdasarkan kecenderungan
yang mengandung alkaloid. Tanaman teh pertama salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent
kali ditemukan didaerah China, di provinsi yang digunakan. Zat cair yang mula-mula
Scehzwan dan pertama kali masuk di Indonesia melarutkan solut disebut sebagai diluent,
pada tahun 1684 berupa biji teh dari Jepang yang sedangkan zat cair yang dikontakkan dengan
ditanam sebagai tanaman hias (Siregar, 2009). solut disebut solvent. Solvent harus memiliki sifat

2
tidak dapat larut atau dapat larut di dalam diluent Amonia 10 %, Indikator metil red, Kloroform,
tetapi dalam jumlah yang terbatas . Ekstraksi Larutan H2SO4 0,5 M, Larutan NaOH 0,2 M,
selalu melibatkan dua tahapan proses, yaitu Sampel (maserasi daun teh), Tissue.
tejadinya kontak solvent dengan diluent sehingga 1. Pembuatan Larutan H2SO4 0,5 M
komponen yang dapat larut (solut) berpindah ke Larutan H2SO4 dipipet sebanyak 6,9 mL
solvent dan pemisahan larutan dari diluent sisa. kemudian dimasukkan dalam labu takar 250 mL
Produk yang mengandung konsentrasi solvent dan ditambahkan aquades sampai tanda tera.
terbesar dan konsentrasi umpan cair terkecil 2. Pembuatan larutan NaOH 0,2 M
disebut ekstrak, dan produk yang mengandung Serbuk NaOH ditimbang sebanyak 0,8
konsentrasi umpan cair terbesar dan konsentrasi gram kemjudian diencerkan dengan aquades dan
solvent terkecil disebut rafinat (Murtono, 2009). dimasukkan dalam labu takar 100 mL setelah itu
Tujuan pada percobaan kali ini adalah dicukupkan dengan aquades sampai tanda tera
untuk menentukan kadar alkaloid kafein dalam 3. Penentuan kadar alkaloid kafein
daun teh secara ekstraksi pelarut. Penentuan kadar alkaloid dari sampel daun
teh dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut.
Maserat daun teh dipipet sebanyak 20 mL dan
METODE PENELITIAN
ditambahkan etanol 10 ml, kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan
Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 6
larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 20 mL, kemudian
desember 2014, yang bertempat di Laboratorium
dikocok dan didiamkan sampai terbentuk 2
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo
lapisan kemudian dipisahkan kedua lapisan
Kendari.
tersebut dan diambil lapisan atasnya.
Alat-Alat yang digunakan dalam
Lapisan atas yang terbentuk ditambahkan
percobaan ini yaitu Buret, Elektromantel,
larutan H2SO4 sebanyak 20 mL dan dikocok
Erlenmeyer 100 mL, Filler, Gelas ukur 25 mL,
kemudian didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan.
Gelas ukur 100 mL, Labu takar 100 mL, Labu
Setelah itu dipisahkan kedua lapisan tersebut dan
takar 250 mL, Pipet tetes, Pipet ukur 25 mL,
diambil lapisan bawahnya.
Statif dan klem.
Lapisan bawah pada pengocokan ke-1 dan
Bahan-bahan yang digunakan pada
ke-2 digabungkan kemudian disimpan dalam
percobaan kali ini adalah Alumunium foil,
Erlenmeyer dan ditambahkan amonia 10%

3
sebanyak 10 mL. Larutan Dipanaskan di metabolisme primer dalam tiap organisme merata
elektromantel sampai kering dan didinginkan sedangkan metabolit sekunder tidak merata,
kemudian ditambahakan kloroform 1 pipet metabolit primer memilki fungsi universal
setelah itu dikocok dan ditambahkan H2SO4 15 ml sebagai pertumbuhan, sumber energi sedangkan
kemudian dikocok lagi setelah itu dipanaskan metabolit sekunder memiliki fungsi ekologis,
kembali di elekromantel. Setelah didinginkan antara lain sebagai penarik serangga dan
sampel ditambahkan indikator metil red 1 tetes pertahanan. Fisiologis dari metabolit primer
kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan berkaitan dengan struktur kimia sedangkan
NaOH 0,2 M dan diamati perubahan warnanya. metabolit sekunder tidak berkaitan. Contoh dari
metabolit primer ini adalah lemak, karbohidrat,
HASIL DAN PEMBAHASAN
protein sedangkan contoh dari metabolit sekunder
Hasil pengamatanpercobaan ini dapat adalah tanin, glikosida, terpenoid, alkaloid dan
dilihat pada tabel 1. lain-lain.
N Perlakuan Hasil Alkaloid kebanyakan terdapat pada
o tanaman berbunga, angiospermae dan tumbuhan
1 Ekstrak daun teh dalam Ekstrak
gelas ukur + 20 ml H2SO4 daun teh monokotil. Alkaloid mungkin terlokasi
0,5 M dikocok diambil (terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada
lapisan bawah, diulang 1x
2 Ekstrak dalam corong Residu bagian tanaman tertentu bisa terdapat pada akar,
pisah + ammonia 10%, H2SO4 daun, bunga, kulit batang, biji. Fungsi alkaloid
dipanaskan
3 Residu + kloroform 1 4% ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun
tetes, dipanaskan, + 15 ml untuk melindungi tanaman dari serangga dan
H2SO4 +indicator metal
red 1 tetes +dititrasi binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi
dengan NaOH 0,2M, detoksifikasi yang merupakan hasil metabolit
dihitung kadar kafein
akhir dari komponen yang membahayakan bagi

Pada dasarnya senyawa organik hasil tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman

metabolisme dapat dibagi menjadi dua yaitu dan cadangan makanan. Selain pada tanaman,

senyawa hasil metabolisme primer dan senyawa alkaloid juga dapat ditemukan pada beberapa

hasil metabolisme sekunder. Ada beberapa hewan, serangga, organisme laut,mikroorganisme

perbedaan dari metabolit primer dan metabolit dan tanaman rendah.

sekunder diantaranya yaitu distribusi

4
Kafein merupakan senyawa golongan diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol.
alkaloid yang mengandung nitrogen, mempunyai Setelah diperoleh ekstrak teh, ekstrak tersebut
sifat basa amina organic, dan secara luas tersebar ditambahkan etanol dan H2SO4 kemudian di
di banyak jenis tumbuhan. Salah satu tanaman gojok. Penambahan H2SO4 pada percobaan ini
yang mengandung kafein adalah teh. Kafein berfungsi untuk mengikat alkaloid dan
merupakan senyawa alkaloida turunan xantine merubahnya menjadi garam alkaloid. sehingga
(basa purin) yang disintesis dari xanthosin akan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas yang
melalui 3 tahap N-metilasi, dimana tahap metilasi berupa larutan sampel dan lapisan bawah yang
ini dibantu oleh aktivitas enzim yaitu enzimmetal berupa larutan H2SO4. Setelah terbentuk dua fase,
transferase. kemudian fase atas dipisahkan dari fase bawah.
Fase atas ditambahkan lagi H2SO4 kemudian di
gojok lalu didiamkan hingga terbentuk dua fase.
Proses pemisahan ini dilakukan sebanyak dua
kali. Setelah dilakukan pemisahan, fase bawah
atau larutan H2SO4 dari setiap pemisahan
digabungkan.. Larutan yang di ambil untuk di uji
adalah larutan H2SO4 karena didalam larutan
tersebut mengandung alkaloid.
Gambar 1. Sintesis Kafein Larutan H2SO4 kemudian ditambahkan
Pada percobaan ini kita menggunakan daun amonia 10% untuk mengendapkan kafein dan
teh yang nantinya akan di tentukan kadar alkaloid agar larutan lebih bersifat basa (alkalis). Setelah
kafeinnya dengan menggunakan metode titrasi itu ditambahkan senyawa kloroform untuk
pelarut. Sampel teh yang akan ditentukan kadar menarik zat-zat lain yang terkandung dalam daun
alkaloidnya terlebih dahulu dikeringkan untuk teh sehingga diharapkan kafein yang akan
mengurangi kadar air yang terkandung diperoleh itu murni bebas dari zat-zat lain.
didalamnya dan mengurangi reaksi enzimatis agar Selanjutnya, larutan amonia terpisah dengan fase
tidak ditumbuhi mikroba seperti bakteri dan kloroform. Selanjutnya, fase kloroform ini
jamur serta mengecilkan ukuran partikel agar dipanaskan pada waterbath hingga kering dengan
luas permukaannya semakin besar. Setelah tujuan agar kloroform dan senyawa lain menguap
dikeringkan sampel daun teh yang sudah kering sehingga yang tersisa hanyalah kafein.

5
Selanjutnya kafein ini ditambahkan dengan Fitri, S.N., 2009. Pengaruh Berat Dan Waktu
Penyeduhan Terhadap Kafein Dari Bubuk
kloroform, larutan H2SO4, dan indikator Metil
Teh. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Red dan dilanjutkan dengan proses titrasi. Titrasi Medan.
merupakan pengukuran suatu larutan dari suatu Murtono, Rohmat, 2009, Desain Konseptual
reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi Proses Ekstraksi Produk Fisi dari Bahan
Bakar Molten Salt Reactor, Jurnal
sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu Teknologi Reaktor Nuklir Vol. 1 No. 1.
lainnya. Pada percobaan ini proses titrasi
Purwantini, I. 2007. Kombinasi Daun Teh Dan
dilakukan dengan menggunakan larutan baku Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut.
NaOH hingga terjadi warna bening pada larutan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

sehingga penetapan kadarnya dapat dilakukan Rival. H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI
dengan melihat seberapa banyak (volume) yang Press. Jakarta.

dibutuhkan NaOH untuk membeningkan larutan Siregar, P.H. 2005. Isolasi Senyawa Alkaloid
Dari Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan
tersebut. Dari hasil proses titrasi ini diperoleh
Jambu Keling. Jurnal Sains Kimia. Vol. 9
kadar kafein dalam daun teh yang dianalisa yaitu No. 2. Universitas Sumatera Utara. Medan.
sebesar 4 %. Siregar, N. 2009. Pengaruh Lamanya Perendaman
Daun Teh Terhadap Kadar Tannin Beverage
KESIMPULAN di PT. Coca Cola Botling Indonesia Medan.
Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara.
Berdasarkan percobaan yang telah
Medan.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kafein Sundari, D. 2009. Toksisitas Akut (LD 50) dan Uji
dalam daun teh adalah sebesar 4 %. Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis (Linn) Kunze) pada Mencit. Jurnal
Sains. Vol. 19 No. 4. Media Peneliti dan
DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Astuti, K.W.,2012. Pengaruh Metode Ekstraksi


Terhadap Perolehan Kembali Cannabinoid
Dari Daun Ganja. Indonesian Journal of
Legal and Forensic Sciences. Vol. 2 No. 1.
Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia.
Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Bandung.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Edisi ketiga.


Penerbit Erlangga. Ciracas. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai