Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MAKALAH FARMASI FISIK

OLEH :

MUH. JEFRIYANTO B.
F1F110054

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan
dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Tugas MakalahFarmasi Fisik I” ini.
Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada seluuh pihak, khususnya kepada dosen pembibing atas
kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga “Makalah Farmasi
Fisik I” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan “Makalah Farmasi Fisik I” ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan ini.

Kendari, 24 Juni 2011

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

I. Pembahasan ......................................................................................................... 4

I.1. Fase Zat dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi .................................... 4

I.2. Termodinamika dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi ........................ 5

I.3. Sifat – Sifat Fisik Molekul Obat dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi
............................................................................................................................. 9

I.4. Kinetika dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi .................................. 12

II. Penutup ............................................................................................................. 16

II.1. Kesimpulan ................................................................................................ 16

II.2. Saran .......................................................................................................... 16


I. Pembahasan

I.1. Fase Zat dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi

Zat yang tersebar di alam di bagi menjadi 3 keadaan (fase),yaitu fase


padat, fase cair, dan fase gas.Beberapa perbedaan diantara ketiganya adalah :
1. Fase padat, zat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap,
meskipun suatu gayayang besar dikerjakan pada benda tersebut
2. Fase cair, zat tidak mempertahankan bentuk yang tetap melainkan bentuk
wadahnya. Tetapiseperti halnya fase padat, fase pada zat cair, zat tidak mudah
dimampatkan, dan volumenyadapat berubah hanya jika dikerjakan oleh gaya
yang sangat besar.
3. Fase gas, tidak mempunyai bentuk yang tetap , tetapi akan berkembang
mengisi seluruh wadah.
Fase cair dan gas mempunyai kemampuan untuk mengalir, dengan
demikian keduanya disebut fluida. Gaya kohesi antar molekul gas sangat kecil
dibandingkan gaya kohesi antar molekul zat cair, akibatnya molekul gas menjadi
relatif bebas sehingga gas selalu memenuhi ruang.Molekul zat cair terikat,
sehingga membentuk kesatuan yang jelas, meskipun sebagian bentuknya
ditentukan oleh wadahnya.Gas dan zat cair dapat dimampatkan. Gas jika
dimampatkan dengan tekanan yang cukup besar akan berubah menjadi zat cair.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem
koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan
pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat,
dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi,
kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang
termasuk emulsi.
Jika dihubungkan dengan bidang farmasi, Emulsi sangat bermanfaat dalam
bidang farmasi karena memiliki beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu
dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat
digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun
untuk penggunaan oral.
I.2. Termodinamika dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi

Termodinamika mempelajari hubungan kuantitatif antara panas dan


bentuk lain dari energi
Hukum I Termodinamika (Hukum Kekekalan Energi)
“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat
dirubah dari satu bentuk ke bentuk lain”
∆𝐸 = 𝑞 − 𝑤
q adalah panas total yang diadsorpsi, w adalah kerja yang dilakukan oleh
sistem, dan E adalah perubahan energi yang terjadi.
Bentuk energi Sifat Intensif Sifat Ekstensif Satuan
(intensitas) (kuantitas)
Panas Suhu Perubahan Kalori
(derajat) entropi (kal/der)
Ekspansi Tekanan Perubahan Erg
(dyne/cm2) volume (cm3)
Permukaan Tegangan Perubahan Erg
permukaan luas (cm2)
(dyne/cm)
Listrik Daya Kuantitas Joule
listrik/beda listrik (coulomb)
potensial (volt)
Kimia Potensial Jumlah Kalori
kimia (kal/mol) mol
Sistem dan Lingkungan
Sistem : sesuatu yang menjadi pusat perhatian
Lingkungan : daerah di luar sistem

Sistem terbuka : terjadi pertukaran panas dan materi (bahan)


Sistem tertutup : terjadi pertukaran panas dan tidak terjadi pertukaran materi
Sistem terisolasi : tidak terjadi pertukaran pana maupun materi
Kerja (w) : gaya x jarak
𝑤 = 𝐹. 𝑠
Untuk perubahan yang sangat kecil : 𝑑𝑤 = 𝐹𝑑𝑠
Tanda yang digunakan dalam kerja :
(a) Kerja positif (w=+) jika sistem melakukan kerja terhadap sekeliling
(b) Kerja negatif (w=-), jika kerja dilakukan pada sistem oleh lingkungan
Kerja mekanik : 𝑑𝑤 = 𝐹𝑑𝑠
Kerja ekspansi : 𝑑𝑤 = 𝑝𝑑𝑉
Kerja gravitasi : 𝑑𝑤 = 𝑚𝑔𝑑ℎ
Kerja permukaan : 𝑑𝑤 = 𝛾𝑑ℎ
Kerja listrik : 𝑑𝑤 = 𝜖𝑑𝑞
Kerja total yang dilakukan oleh sistem diperoleh dengan mengintegrasikan
persamaan di atas, contoh kerja ekspansi :

𝑤 = ∫ 𝑝 𝑑𝑉

Panas, q
Panas merupakan salah satu bentuk energi , perubahan bentuk energi akibat panas
akan sama dengan yang diakibatkan oleh kerja
q(+) jika panas diadsorpsi oleh sistem dari sekelilingya (indotermal)
q(-) jika panas dilepaskan dari sistem ke lingkungan (eksotermal)
Energi, E
∆𝐸 = 𝐸2 − 𝐸1

E2 adalah energi pada keadaan akhir dan E1 dalah energi pada keadaan awal.
Dari persamaan Hukum termodinamika I

∆𝐸 = 𝑞 − 𝑤
Dalam bentuk diferensial : 𝑑𝐸 = 𝑑𝑞 − 𝑑𝑤
𝑑𝐸 = 𝑑𝑞 , maka 𝑑𝑤 = 0
𝑑𝐸 = −𝑑𝑞, maka 𝑑𝑞 = 0 (adiabatik)
Proses Reversibel dan Irreversibel
Reversibel jika sistem dan sekeliling berada dalam kesetimbangan
Irrebersibel jika tidak dapat balik, tidak berada dalam kesetimbangan

Termokimia
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk dan reaktan pada
volume konstan (∆E) atau tekanan konstan (∆H)
Hukum Hess
Jika panas reaksi dari masing-masing tahap reaksi diketahui, maka panas reaksi
yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas
reaksi dari masing-masing tahap.
Panas pembentukan : entalpi reaksi yang menunjukkan satu mol senyawa dari
unsur-unsurnya.
Panas pembakaran : panas reaksi satu mol zat dioksidasi secara sempurna.
Energi ikatan : panas reaksi yang dihubungkan dengan pemecahan ikatan kimia
dari molekul gas menjadi bagian-bagian gas.
Hukum Kedua Termodinamika

Efisiensi mesin : efisiensi tidak mungkin sama dengan satu, sebab W selalu lebih
kecil dari Q dalam perubahan kontinu panas menjadi kerja.
𝑤
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 =
𝑄

Ilustrasi : suatu mesin bekerja pada:

 suhu tinggi T2 dan suhu rendah T1.

 menyerap panas Q2 dari suhu tinggi

 panas Q2 dirubah menjadi kerja (w) dan panas Q1 diserap oleh temperatur
T1
𝑤 𝑄2 −𝑄1 𝑄
maka : 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑄 = = 1 − 𝑄1,
2 𝑄2 2

karena :
𝑄2 𝑇
= 𝑇2,
𝑄1 1
𝑤 𝑄2 −𝑄1 𝑇2 −𝑇1
maka : 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑄 = =
2 𝑄2 𝑇2

Contoh :

Suatu mesin uap bekerja antara temperatur 373 K dan 298 K. (a)berapakah
efisiensi mesin, (b) jika mesin disuplai dengan 1000 kalori dari panas Q2,
berapakah kerja mesin dalam satuan erg.

Penyelesaian :
𝑤 373−298
(a) 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑄 = = 0,20 𝑎𝑡𝑎𝑢 20%
2 373

(b) 𝑤 = (𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖)(𝑄2 ) = (0,2)(1000 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖) = 200 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖

(200 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖)(4,184 𝑥107 erg/kalori)=8,41x109 erg

Hukum Ketiga Termodinamika :

“Entropi zat murni bebentuk kristal adalah nol pada nol absolut, karena penataan
kristal akan menunjukkan keteraturan tinggi pada temperatur ini”

Persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya entropi kristal adalah


𝑇 𝐶𝑝
∆𝑆 = ∫0 𝑑𝑇
𝑇

Hubungan-hubungan sifat termodinamika yang lain :

H=E+PV, H adalah energi total, E adalah energi internal dan PV adalah energi
eksternal

H=F+TS, F adalah energi yang tersedia secara isotermal dan TS adalah energi
yang tidak yertsedia secara isotermal

E=A+TS, A adalah energi internal yang tersedia secara isotermal.

sifat termodinamika dan sifat Salah satu penerapan kimia komputasi dalam
bidang farmasi adalah pada bidang farmasi komunitas dan farmasi bahan alam
yang dilandasi moral dan etika pendidikan Profesi Apoteker yang dalam bidang
obat-obatan. formulasi obat yaitu membicarakan tentang kesetimbangan fase,
termodinamika, Proses respirasi di dalam sel, struktur dan fungsi lisosom. ilmiah
dalam berbagai bidang kimia baik yang berupa hasil I pada gas, Hukum I1
Termodinamika, fungsi energi bebas dan pe- nerapannya pada perubahan fasa, .
industri farmasi, dan industri-industri lain. Minyak, lemak, sabun.
I.3. Sifat – Sifat Fisik Molekul Obat dan Hubungannya Dalam Bidang
Farmasi
Sifat fisik suatu obat perlu dikaji karena :
 Suatu syarat dalam formulasi produk suatu obat
 Untuk memahami hubungan antara struktur obat dan aktivitas obat
Sifat yang dimaksud :
 Sifat aditif, sifat yang diturunkan dari sifat atom/gugus fungsi di dalam
molekul. Contoh : massa
 Sifat konstitutif, sifat yang tergantung pada susunan atom di dalam molekul.
Contoh : rotasi optik
 Sifat aditif-konstitutif, seperti bias molar
Radiasi Elektromagnet/Gelombang elektromagnet
Mengkaji interaksi antara materi dan radiasi elektromagnet. Hubungan
antara energi dengan frekuensi :

𝑐 𝑐
𝐸 = ℎ, karena  =  maka 𝐸 = ℎ 

dengan E adalah energi (J/mol), h adalah tetapan Planck (6,63x10-34


J.detik),  adalah frekuensi (detik-1 atau Hz), c adalah kecepatan cahaya (3,0x108
m/detik), dan  adalah panjang gelombang radiasi (meter, nm, atau Å)
Spektra atom
Spektra atom terjadi karena adanya interaksi antara radiasi eletromagnet
dengan atom. Elektron dalam atom akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi (terjadi transisi elektronik) dan akan memancarkan radiasi jika kembali ke
keadaan dasar (ground state)
Menurut Bohr, energi dari suatu atom dalam suatu orbital tertentu adalah :
2𝜋 2 𝑍 2 𝑚𝑒 4
𝐸=− 𝑛2 ℎ 2

Z adalah nomor atom, m adalah massa elektron (9,3x10-31 kg), n adalah


bilangan kuantum utama, e adalah muatan elektron (1,6x10-19 C)
Dari hubungan : 𝐸 = ℎ𝑐 
̅
1 1

̅ = 𝑅 (𝑛2 − 𝑛2 ), R adalah tetapan Rydberg=109.700 cm-1.
1 2

Perbedaan energi (E) dari dua tingkat energi adalah :

1 1
∆𝐸 = 𝐸2 − 𝐸1 = ℎ𝑐𝑅 ( − )
𝑛12 𝑛22

Instrumen yang digunakan : Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) atau


Spektrofotometer Emisi Atom (AES).
Spektra Molekul
Interaksi antara radiasi elektromagnet dan molekul menghasilkan rotasi
transisi elektron, dan vibrasi molekul yang tergantung besarnya energi yang
diberikan.
Instrumen yang digunakan :
Spektrofotometer Ultraungu (UV) dan Cahaya Tampak (Visible), untuk
menentukan kadar suatu sampel dengan mengukur serapannya (Absorbansinya)
menggunakan persamaan Lambert-Beer :
A=abC
a adalah tetapan daya serap (absorptivity) dalam Lg-1cm-1, b adalah lebar
kuvet, dan C adalah konsentrasi. Jika konsentrasi dinyatakan dalam molaritas
maka a diganti dengan  (daya serap molar) dalam satuan Lmol-1cm-1.
𝐼
Hubungan A dengan T (Transmitansi) : 𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 𝐼 = −𝑙𝑜𝑔𝑇
0

I adalah intensitas sinar yang keluar dam I0 adalah intensitas sinar yang
masuk.
Contoh :
Suatu larutan mengandung 2x10-5 M klordiazepoksida yang dilarutkan
dalam 0,1 N NaOH ditempatkan dalam sel dengan panjang 1 cm. Absorbansi (A)
larutan ini adalah 0,648 pada panjang gelomabang 260 nm.
Spektrofotometer Inframerah (IR atau FTIR), untuk menentukan gugus
fungsi senyawa dalam sampel dengan cara membaca spektrum pada bilangan
gelombang tertentu
H
Spektrometer NMR/CNMR (nuclear Magnetik Resonance), untuk
menentukan jumlah dan posisi hidrogen/karbon di dalam suatu molekul
Spektrometer Massa, untuk menentukan perbandingan massa(m)/muatan
elektron(e) hasil fragmentasi suatu senyawa
Fluoresesi dan Fosforesensi (Photoluminescence), terjadi karena
emisi/pancaran cahaya UV oleh molekul ketika kembali ke keadaan dasar.
Perbedaan keduanya bergantung pada mekanisme mana yang dilalui oleh elektron
kembali di keadaan dasar.
Mekanismenya :

S0 + UV S* S0 + Fluoresensi
Terjadi perubahan spin elektron

T* S0 + Fosforensensi
Tetapan Dielektrik
Pemisahan muatan listrik melalui induksi medan listrik eksternal dengan
pelarut tertentu. Kapasitansi (farad), C=muatan (Coulomb), q/beda potensial,V
(Volt) Tetapan dielektrik, =Cx/C0, Cx adalah kapasitansi sampel, C0 adalah
kapasitansi pembanding.
Momen Dipol
Pemisahan daerah yang bermuatan positif dan negatif yang permanen
dalam molekul polar. Momen dipol permanen dapat dikorelasikan dengan
aktivitas biologi dari molekul-molekul tertentu untuk memperoleh informasi yang
bernilai tentang hubungan dari sifat-sifat fisik dan pemisahan muatan dalam suatu
kelas senyawa obat. Contoh : tiga isomer dari DDT.
I.4. Kinetika dan Hubungannya Dalam Bidang Farmasi

Mempelajari kinetika reaksi kimia dapat bermanfaat pada pengetahuan


kita terhadap laju reaksi dan waktu kadaluarsa suatu sediaan obat. Sebagaimana
diketahui, sediaan obat juga memiliki waktu paruh dimana obat tersebut akan
Berkurang setengah dari konsentrasinya. Pada pelajaran ini kita juga akan
mengetahui persamaan – persamaan laju reaksi.
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi {∆(mol/L)}per satuan waktu
Ketergantungan Waktu Terhadap Konsentrasi : hukum laju integrasi
Untuk beberapa kasus konsentrasi pereaksi atau hasil dapat diikuti dengan
baik tiap saatnya. Hukum laju hanya memberikan kita laju diferensial pada waktu
tertentu, tetapi untuk meramalkan konsentrasi sebagai fungsi waktu, maka kita
memerlukan mengintegrasi hukum laju (mengintegrasi suatu persamaan laju
diferensial). Hanya ada beberapa kasus khusus yang dengan mudah ditentukan
dengan cara integrasi ini. Kita akan melihat integrasi pada hanya beberapa kasus :
orde nol (kasus yang sangat mudah), orde pertama, dan hanya beberapa kasus
orde reaksi dua.
a. Orde reaksi nol
Orde reaksi nol ini umumnya ditemukan pada reaksi katalisis enzimatik,
dimana hanya sejumlah kecil enzim yang ada untuk bereaksi, dan konsentrasi
tetap konstan.
Persamaan laju untuk reaksi enzimatik : S + E P + E ( S = substrat atau
pereaksi ; E = Enzim atau katalis.
d[S]
= -k ( tergantung pada [SI])
dt

b. Reaksi orde pertama


Untuk reaksi A B. Jika reaksi ini adalah reaksi orde satu, maka persamaan
laju reaksi deferensialnya dapat dituliskan sebagai berikut :
d[A]
= -k[A]
dt
Laju reaksi sebanding dengan [A], artinya bahwa setiap periode satuan waktu
fraksi konstanta k dari [A] bereaksi untuk membentuk [B]. Persamaan 5 diatas
diintegrasi dengan memisahkan variabel-variabelnya :
d[A]
= -k dt
[A]

∫ d[A] = -k ∫ dt
dt
ln [A] = -kt + C
Waktu paruh
Kita mendefinisikan waktu paruh suatu reaksi adalah waktu yang
dibutuhkan untuk separuh (setengah) jumlah A yang telah bereaksi [A] = ½ [A]0.
Dari persamaan untuk laju orde pertama.
[A]
ln = -kt atau [A] = [A] 0 e -kt
[A] 0

Waktu paruh dapat dituliskan sebagai t1/2 untuk persamaan 6 diatas t = t1/2,
maka persamaan 6 menjadi :
c. Reaksi orde dua
Untuk kasus, ungkapan integrasi laju reaksi secara matematika tergantung
pada tipe (jenis) reaksi.
Untuk reaksi 2A hasil dapat dituluskan sebagai v = k’ [A]2
d[A]
= kdt
dt
dx
2 =
x -1
Secara matematika : ∫ x

1/2 [A] 0
ln = -kt 1/2
[A] 0

t 1/2 = ln 2 atau k = ln 2
k t 1/2

Beberapa Faktor Lain Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Teori Tumbukan : suatu tumbukan/tabrakan harus terjadi antar molekul agar


reaksi dapat berlangsung pada suatu energi tertentu, atau laju reaksi dapat
dianggap sebanding dengan jumlah mol reaktan yang mempunyai energi yang
cukup untuk bereaksi.

𝐿𝑎𝑗𝑢 = 𝑃𝑍𝑁𝑖

P adalah probabilitas tumbukan, Z adalah jumlah tumbukan, Ni adalah Ni mol


yang memiliki energi

𝑘 = (𝑃𝑍)𝑒 𝐸𝑖 ⁄𝑅𝑇

Teori Keadaan Transisi /kompleks teraktivasi : suatu reaktan bereaksi


melewati kompleks tertentu , selanjutnya kompleks menjadi produk.

∗ ⁄𝑅 ∗ ⁄𝑅𝑇
𝑘 = (𝑣𝑒 ∆𝑆 )𝑒 −∆𝑅

Efek Pelarut : pelarut mempengaruhi kelarutan zat terlarut (obat)

Kekutan ion

Konstanta dielektrik

Katalis (katalisator : mempercepat laju reaksi; inhibitor atau antioksidan:


menghambat laju reaksi). Berdasarkan fasa; katalis homogen dan katalis
heterogen)

Katalis Asam Basa Spesifik : penguraian obat (zat tertentu) dapat dipercepat
dengan penambahan ion hidrogen (H+)atau hidroksil (OH-)

Katalis Asam Basa Umum : selain ion hidrogen dan ion hidroksi

Cahaya : reaksi fotokimia

Penguraian dan Pestabilan Obat

 Hidrolisis : reaksi penguraian oleh air, misalnya hidrolisis aspirin


menghasilakan asam salisilat dan asam asetat, hidrolisis prokain dan
hidrolisis kloramfenikol
 Oksidasi : pelepasan elektron dari molekul (lepasnya
hidrogen=dehidrogenasi). Jika melibatkan molekul oksigen, reaksinya
disebut autooksidasi :
 Gabungan hidrolisis dan oksidasi : karena obat mengandung banyak
gugus fungsi
Penstabilan Obat
 Perlindungan terhadap hidrolisis : larutan dapar/buffer/penyangga,
kompleks, menghilangkan air
 Perlindungan terhadap oksidasi : penambahan anti oksidan, hidrogenasi,
menghindari kontak oksigen, menggunakan pelarut bebas logam,
menambah inhibitor, menghindari cahaya, menyimpan obat pada
temperatur rendah.
Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya
dengan menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah
senyawa asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi
metabolitnya. Bagian tubuh di mana konsentrasi/jumlah obat dan atau
metabolitnya ditentukan biasanya darah (plasma/serum), ekskreta (urin,
faeses, ludah, dan lain-lain), atau jaringan tubuh lain.
II. Penutup

II.1. Kesimpulan
1. Tujuan mempelajari fase zat jika dihubungkan dengan bidang
kefarmasian adalah agar dalam membuat sediaan obat, kita dapat
mengetahui jenis – jenis zat yang sesuai untuk sediaan obat tersebut agar
dalam proses pembuatannya nanti dapat menghasilkan obat yang sesuai
dengan kebutuhan. Salah satu contohnya adalah pembuatan sediaan
emulsi.
2. sifat termodinamika dan sifat Salah satu penerapan kimia komputasi dalam
bidang farmasi adalah pada bidang farmasi komunitas dan farmasi bahan
alam yang dilandasi moral dan etika pendidikan Profesi Apoteker yang
dalam bidang obat-obatan. formulasi obat yaitu membicarakan tentang
kesetimbangan fase, termodinamika, Proses respirasi di dalam sel, struktur
dan fungsi lisosom.
3. Sifat fisik suatu obat perlu dikaji karena merupakan suatu syarat dalam
formulasi produk suatu obat, dan untuk memahami hubungan antara
struktur obat dan aktivitas obat. Adapun sifat yang dimaksud yaitu sifat
aditif, sifat yang diturunkan dari sifat atom/gugus fungsi di dalam
molekul. Contoh : massa, Sifat konstitutif, sifat yang tergantung pada
susunan atom di dalam molekul. Contoh : rotasi optik, dan Sifat aditif-
konstitutif, seperti bias molar
4. Dalam bidang farmasi, sediaan obat memiliki waktu kadaluarsa yang jelas
agar dalam penggunaannya tidak menimbulkan efek toksik pada pasien.
Dalam kinetika dipelajari waktu paruh yang dapat digunakan sebagai
metode untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat. Selain itu dalam farmasi
dipelajari juga mengenai farmakokinetika.

II.2. Saran
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui
hubungan-hubungan fase zat, termodinamika, sifet kisik molekul obat, dan
kinetika dengan bidang kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai