Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ANALISIS MATERI AJAR

TERMOKIMIA

Disusun Oleh
Putri Rizca Mardeni
2110247747

Dosen Pengampu : Dr. H. R. Usman Rery, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
pada mata kuliah Analisis Materi Ajar “Termokimia” ini dapat tersusun hingga selesai.
Makalah ini telah disusun dengan cermat dan maksimal. Harapan penulis semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2022

Putri Rizca Mardeni

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................................. iii

URAIAN MATERI ......................................................................................................................... 1

A. Pengertian Dasar dan Konsep .............................................................................................. 1

B. Hukum Pertama Termodinamika ......................................................................................... 4

C. Fungsi Entalpi dan Perubahan Entalpi ................................................................................. 4

D. Kapasitas Kalor .................................................................................................................... 6

E. Aplikasi Hukum Pertama Termodinamika .......................................................................... 7

F. Pengaruh Temperatur Terhadap Entalpi Reaksi ................................................................ 15

G. Hukum Kedua Termodinamika ......................................................................................... 16

H. Fungsi Energi Bebas Gibbs ............................................................................................... 20

KESIMPULAN ............................................................................................................................. 22

GLOSARIUM ............................................................................................................................... 23

SOAL – SOAL TERMOKIMIA ................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 29

ii
DESKRIPSI SINGKAT

Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam proses
atau reaksi. Termokimia mencakup 2 aspek penting yaitu :
a. Penentuan/perhitungan kalor reaksi, dan
b. Studi tentang arah proses dan sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan.
Ilmu pengetahuan termodinamika didasarkan atas 2 postulat, yang dikenal sebagai Hukum
Pertama Termodinamika dan Hukum Kedua Termodinamika. Hukum Pertama Termodinamika
menyatakan bahwa “Energi sistem tersekat adalah tetap” (Asas Kekekalan Energi), sedangkan
menurut Hukum Kedua Termodinamika, “Entropi sistem tersekat cenderung mencapai suatu nilai
maksimum” (Asas Peningkatan Entropi). Termokimia tidak bersandarkan diri pada teori-teori
tentang struktur atom maupun struktur molekul. Termokimia juga tidak memberikan informasi
apa-apa tentang kecepatan maupun mekanisme reaksi.

iii
URAIAN MATERI
TERMOKIMIA
A. Pengertian Dasar dan Konsep
1. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah sejumlah zat atau campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifat dan
perilakunya. Lingkungan segala sesuatu yang berada di luar sistem. Antar sistem dan
lingkungan dapat terjadi pertukaran energi dan materi. Berdasarkan pertukaran ini
dapat dibedakan 3 jenis sistem :
 Sistem Terbuka
Sistem yang dengan lingkungannya dapat mempertukarkan baik energi maupun
meteri. Contoh : sejumlah zat dalam wadah terbuka
 Sistem Tertutup
Sistem yang dengan lingkungannya hanya dapat mempertukarkan energi. Contoh :
sejumlah gas dalam silinder tertutup
 Sistem Terisolasi
Sistem yang dengan lingkungannya tidak dapat mempertukarkan baik energi
maupun materi. Contoh : botol termos.
2. Keadaan Sistem dan Fungsi Keadaan
Keadaan sistem ditentukan oleh sejumlah parameter atau variable, misalnya suhu,
tekanan, volume, massa dan konsentrasi. Variabel sistem dapat bersifat intensif, yang
artinya tidak bergantung pada ukuran sistem (tekanan, suhu, massa jenis, dan
sebagainya), atau bersifat ekstensif, yang artinya bergantung pada ukuran sistem
(massa, volume, energi, entropi, dan sebagainya).
Setiap besaran atau variable yang hanya bergatung pada keadaan sistem dan tidak
bergantung pada bagaiman keadaan itu tercapai, disebut fungsi keadaan. Fungsi
keadaan misalnya, suhu, tekanan, volume, energi dalam, entropi, dan sebagainya.
Diferensial dari setiap fungsi keadaan merupakan diferensial total. Bila 𝑥 adalah fungsi
keadaan maka 𝑑𝑥 adalah diferensial total. Beberapa sifat penting difernsial total
sebagau berikut :
𝑥
 ∫𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥2 − 𝑥1
1

1
 ∮ 𝑑𝑥 = 0
 Jika 𝑥 adalah fungsi y dan z
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑑𝑥 = (𝜕𝑦) 𝑑𝑥 + (𝜕𝑧 ) 𝑑𝑧
𝑧 𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑥
(𝜕𝑦) = 𝑀 ; (𝜕𝑧 ) = 𝑁
𝑧 𝑦

𝑑𝑥 = 𝑀𝑑𝑦 + 𝑁𝑑𝑧
Suatu sistem dapat mengalami perubahan keadaan dari keadaan awal tertentu ke
keadaan akhir tertentu melalui proses. Suatu proses dapat bersifat reversible atau
irreversible. Dalam termodinamika, proses reversible adalah proses yang harus
memenuhi 2 persyaratan:
a. Proses itu dapat dibalikkan arahnya, sehingga setiap keadaan antara yang telah
dilalui oleh sistem akan dilaluinya kembali kearah yang berlawanan.
b. Proses itu harus berlangsung sedemikian lambatnya, sehingga setiap keadaan antara
yang dilalui oleh sistem secara praktis berada dalam kesetimbangan, hal ini berarti
bahwa proses reversible akan berakhir dalam waktu tak terhingga.
Semua proses yang terjadi di alam sifatnya irreversible. Suatu proses yang dapat
diperlakukan reversible, misalnya proses perubahan fasa titik transisi (contoh : proses
penguapan air pada suhu 100°C dan 1 atm).
Konsep proses reversible adalah penting sekali karena hubunganya dengan kerja
maksimum dan dalam mendefinisikan fungsi entropi. Setiap proses dapat pula
dikerjakan isotherm (suhu tetap), isobar (tekanan tetap), isokhor (volume tetap), atau
secara adiabatic (tanpa pertukaran kalor).
3. Energi Dalam, Kalor, dan Kerja
Energi dalam (U) merupakan keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-
zat yang terdapat dalam suatu sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan,
besarnya hanya bergantung pada keadaan sistem. Jika suatu sistem mengalami
perubahan keadaan dari keadaan 1 (U1) ke keadaan 2 (U2) maka akan terjadi perubahan
energi dalam (∆U).
∆𝑈 = 𝑈2 − 𝑈1

2
Dalam hal perubahan itu sangat kecil, maka ∆U ditulis dalam bentuk diferensial 𝑑𝑈
dengan 𝑑𝑈 merupakan diferensial total. Besarnya energi dalam suatu sistem tidak
diketahui. Yang dapat ditentukan (melalui eksperimen/perhitungan) adalah ∆U. Sistem
mengalami perubahan energi dalam melalui kalor dan kerja.
Kalor (𝒒) dapat diartikan sebagai energi yang dipindahkan melalui batas-batas
sistem, sebagai akibat daripada adanya perbedaan suhu antara sistem dan lingkungan.
Menurut perjanjian :
 𝑞 dihitung positif jika sistem menyerap kalor
 𝑞 dihitung negatif jika sistem melepaskan kalor
Jumlah kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan bergantung pada
proses. Oleh karena itu 𝑞 bukan merupan fungsi keadaan dan 𝑑𝑞 bukan diferensial
total (ditunjukkan dengan 𝜕𝑞)
Kerja (𝒘) dapat dirumuskan sebagai setiap bentuk energi yang bukan kalor, yang
dipertukarkan antara sistem dan lingkungan. Menurut perjanjian :
 𝑤 dihitung positif jika sistem menerima kerja
 𝑤 dihitung negatif jika sistem melakukan kerja
Seperti halnya dengan kalor, maka kerja juga bukan sifat sistem, melainkan
bergantung pada proses. Jadi 𝑤 bukan fungsi keadaan dan 𝑑𝑤 bukan diferensial total
(ditunjukkan dengan 𝜕𝑤)
Ada banyak bentuk kerja (misalnya kerja ekspansi, kerja mekanis, kerja listrik,
kerja permukaan, dan sebagainya) akan tetapi pada kebanyakan reaksi kima hanya satu
yang perlu diperhatikan, yaitu kerja yang berkaitan dengan perubahan volume sistem.
Kerja ini yang disebut kerja ekspansi atau kerja volume dapat dihitung dari :

𝜕𝑤 = −𝑃𝑑𝑉
𝑉2

𝜕𝑤 = −𝑃 ∫ 𝑑𝑉
𝑉1

𝑤 = −𝑃(𝑉2 − 𝑉1 )
𝑤 = 𝑃(𝑉1 − 𝑉2 )

3
B. Hukum Pertama Termodinamika
Jika dalam suatu perubahan keadaan, sistem menyerap sejumlah (kecil) kalor, 𝜕𝑞
dan melakukan sejumlah (kecil) kerja, 𝜕𝑤, maka sistem akan mengalami perubahan energi
dalam 𝑑𝑈. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika :
𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 + 𝜕𝑤
𝑈2

∫ 𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 + 𝜕𝑤
𝑈1

∆𝑈 = 𝑞 + 𝑤
Jika pada sistem terisolasi, 𝑞 = 0 ; 𝑤 = 0 sehingga ∆𝑈 = 0. Sistem terisolasi
merupakan sistem dengan energi tetap. Jika kerja yang dapat dilakukan oleh sistem terbatas
pada kerja volume, maka :

𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 + 𝜕𝑤
𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 − 𝑃𝑑𝑉
Pada volume tetap, 𝑑𝑉 = 0, sehingga
𝑑𝑈 = 𝜕𝑞𝑉
∆𝑈 = 𝑞𝑉
Kalor yang diserap oleh sistem yang menjalani suatu proses pada volume tetap, adalah
sama dengan perubahan energi dalamnya.
C. Fungsi Entalpi dan Perubahan Entalpi
Kebanyakan reaksi kimia dikerjakan pada tekanan tetap, yang sama dengan tekanan
luar. Persamaan ini dapat ditulis :
𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 + 𝜕𝑤
𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 − 𝑃𝑑𝑉
𝑈2 𝑉2

∫ 𝑑𝑈 = 𝜕𝑞 − 𝑃 ∫ 𝑑𝑉
𝑈1 𝑉1

𝑈2 − 𝑈1 = 𝑞 − 𝑃(𝑉2 − 𝑉1 )
Pada tekanan tetap 𝑃 = 𝑃1 = 𝑃2
𝑈2 − 𝑈1 = 𝑞 − 𝑃𝑉2 + 𝑃𝑉1
𝑈2 − 𝑈1 = 𝑞 − 𝑃2 𝑉2 + 𝑃1 𝑉1

4
𝑈2 + 𝑃2 𝑉2 − (𝑈1 + 𝑃1 𝑉1) = 𝑞
Perhatikan Diagram Mnemonik Termodinamika atau yang dikenal dengan Segi-empat
Termodinamika.

Gambar 1 Segi-Empat Termodinamika


Pada Gambar diatas perhatikan ∆TVP
𝐻 = 𝑈 + 𝑃𝑉
𝐻1 = 𝑈1 + 𝑃1 𝑉1
𝐻2 = 𝑈2 + 𝑃2 𝑉2
Masukkan persamaan diatas pada persamaan :
𝑈2 + 𝑃2 𝑉2 − (𝑈1 + 𝑃1 𝑉1) = 𝑞
𝐻2 − 𝐻1 = 𝑞𝑝
∆𝐻 = 𝑞𝑝
Contoh Soal :
1. Jika 2 mol gas mengalami pengembangan secara adiabatic dari 4 L hingga 24 L
terhadap tekanan luar yang tetap 570 mmHg. Hitunglah energi dalam gas tersebut
dalam satuan Joule dan Kalori. (R = 0,082 L atm/mol K = 1,987 kal/mol K = 8,314
J/mol K)
Diketahui :
n = 2 mol
V1 = 4 L
V2 = 24 L
P = 570 mmHg = 0,75 atm
Ditanya :
∆𝑈 ?

5
Jawab :
Proses adiabatic 𝑞 = 0
∆𝑈 = 𝑞 + 𝑤
∆𝑈 = 𝑤
𝑤 = −𝑃𝑑𝑉
𝑉
𝑤 = −𝑃 ∫𝑉 2 𝑑𝑉
1

𝑤 = −𝑃(𝑉2 − 𝑉1 )
𝑤 = −0,75 𝑎𝑡𝑚 (24 𝐿 − 4 𝐿)
∆𝑈 = 𝑤 = −15 𝐿 𝑎𝑡𝑚
Dalam satuan joule
−15 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝐽
∆𝑈 = 𝑎𝑡𝑚 × 8,314 𝑚𝑜𝑙 𝐾 = −1520,85 𝐽
0,082 𝐿
𝑚𝑜𝑙 𝐾

Dalam satuan kalori


−15 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑘𝑎𝑙
∆𝑈 = 𝑎𝑡𝑚 × 1,987 = −363,475 𝑘𝑎𝑙
0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾

Latihan
1. Hitunglah kalor dari 1 mol gas ideal pada 300 K yang dikembangkan secara isotherm
dan reversible dari volume 5 L menjadi 20 L. (R = 8,314 J/mol K)
D. Kapasitas Kalor
Kapasitas Kalor suatu sistem didefenisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu sistem sebanyak satu derajat. Secara matematik :
𝜕𝑞
𝐶=
𝑑𝑇
Karena 𝜕𝑞 bergantung pada proses, maka ada banyak macam kapasitas kalor.
Dalam kimia hanya ada dua yang penting, yaitu kapasitas kalor pada volume tetap (𝐶𝑉 )
dan kapasitas kalor pada tekanan tetap (𝐶𝑃 ).
Kapasitas kalor pada volume tetap dapat dinyatakan sebagai :
𝜕𝑞𝑉 𝜕𝑈
𝐶𝑉 = =( )
𝑑𝑇 𝜕𝑇 𝑉
Dan kapasitas kalor pada tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :
𝜕𝑞𝑃 𝜕𝐻
𝐶𝑃 = =( )
𝑑𝑇 𝜕𝑇 𝑃

6
Dapat dibuktikan bahwa untuk gas ideal berlaku :
𝐶𝑃 − 𝐶𝑉 = 𝑅
R adalah tetapan gas.
Pada umumnya kapasitas kalor merupakan fungsi dari suhu, secara empiris fungsi ini
seringkali dinyatakan dengan bentuk :
𝐶𝑃 = 𝑓 (𝑇)
𝐶𝑃 = 𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 2
Dengan a,b dan c ialah tetapan, yang bergantung pada jenis zat. Nilai tetapan-tetapan ini
diperoleh dari buku data.
Contoh Soal :
1. Hitung kapasitas panas molar H2O(g) pada temperatur 300 K jika diketahui :
a = 30, 36 J/mol K
b = 9,615 x 10-3 J/mol K2
c = 12,00 x 10-7 J/mol K3
Jawab :
𝐶𝑃 = 𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 2
𝐽 𝐽 𝐽
𝐶𝑃 = 30,36 𝑚𝑜𝑙 𝐾 + 9,615 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 𝐾2 × 300𝐾 + 12,00 × 10−7 𝑚𝑜𝑙 𝐾3 × (300𝐾 )2
𝐽
𝐶𝑃 = 33,35 𝑚𝑜𝑙 𝐾

Latihan :
1. Hitung kapasitas panas molar H2O(g) pada temperatur 1000 K jik diketahui :
a = 30, 36 J/mol K
b = 9,615 x 10-3 J/mol K2
c = 12,00 x 10-7 J/mol K3

E. Aplikasi Hukum Pertama Termodinamika


1. Pada Reaksi Kimia
Termokimia adalah studi tentang efek panas yang terjadi baik pada proses fisis,
maupun dalam reaksi kimia. Efek ini, yang biasanya disebut kalor reaksi, yaitu energy
yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Sehingga temperatur hasil
reaksi menjadi sama dengan temperatur pereaksi.

7
Jika energi itu dipindahkan dari sistem ke lingkungan maka reaksi ini disebut reaksi
eksoterm, sistem akan melepaskan kalor (∆H = -). Sedangkan jika energy dipindahkan
dari lingkungan ke sistem maka reaksi ini disebut dengan reaksi endoterm, sistem akan
menyerap kalor (∆H = +). Besarnya kalor reaksi bergantung pada kondisi reaksi.
Bagi reaksi pada volume tetap : kalor reaksi = 𝑞𝑉 = ∆𝑈
Bagi reaksi pada tekanan tetap : kalor reaksi = 𝑞𝑃 = ∆𝐻
Hubungan antara ∆𝑈 dan ∆𝐻 dapat diturunkan sebagai berikut :
Pada gambar segi-empat termodinamika didapatkan persamaan :
𝐻 = 𝑈 + 𝑃𝑉
𝑑𝐻 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑃𝑉
∆𝐻 = ∆𝑈 + ∆𝑃𝑉
Bagi reaksi gas ideal :
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
∆𝑃𝑉 = ∆𝑛𝑅𝑇
Masukkan pada persamaan :
∆𝐻 = ∆𝑈 + ∆𝑃𝑉
∆𝐻 = ∆𝑈 + ∆𝑛𝑅𝑇

∆𝑛 = ∑ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 − ∑ 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

Bagi reaksi yang tidak menyangkut gas ∆𝑃𝑉 kecil sekali dibandingkan terhadap ∆𝑈,
sehingga bisa diabaikan. Dan diperoleh :
∆𝐻 = ∆𝑈
2. Jenis-Jenis Entalpi Standar ∆𝑯°
Perubahan entalpi standar (∆𝐻°) adalah perubahan entalpi (∆𝐻) reaksi yang diukur
pada kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Satuan ∆𝐻 adalah kJ
dan satuan ∆𝐻 molar reaksi adalah kJ/mol. Perubahan entalpi standar dibedakan
berdasarkan jenis reaksi atau prosesnya.
a. Entalpi Pembentukan Standar (∆𝐻°𝑓 = Standard Enthalpy of Formation)
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa adalah perubahan entalpi reaksi yang
menghasilkan satu mol senyawa dari unsur-unsurnya dalam keadaan stabilnya,
semua pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm.

8
Contoh :
𝐻2(𝑔) + ½ 𝑂2(𝑔) → 𝐻2𝑂(𝑙) ∆𝐻°𝑓 = −285,83 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
C(𝑔) + 2𝐻2(𝑔) → 𝐶𝐻4(𝑔) ∆𝐻°𝑓 = −74,81 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
b. Entalpi Penguraian Standar (∆𝐻°𝑑 = Standard Enthalpy of Dissociation)
Entalpi penguraian standar adalah kebalikan dari reaksi pembentukan standar.
Pada reaksi penguraian standar, senyawa tunggal dipecah menjadi
dua zat yang lebih sederhana (unsur/senyawa) atau lebih dalam keadaan standar.
Contoh :
1
𝑁𝑂2(𝑔) → 2𝑁2(𝑔) + 𝑂2 (𝑔) ∆𝐻°𝑑 = −33,2 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

c. Entalpi Pembakaran Standar (∆𝐻°𝑐 = Standard Enthalpy of Combustion)


Reaksi entalpi pembakaran standar terjadi ketika satu senyawa, biasanya yang
mengandung karbon, bergabung dengan gas oksigen di udara. Proses ini umumnya
disebut pembakaran. Kalor adalah produk yang paling sederhana dan dalam
keadaan standar.
Contoh :
𝐶3𝐻8(𝑔) + 5𝑂2(𝑔) → 3𝐶𝑂2(𝑔) + 4𝐻2𝑂(𝑔) ∆𝐻°𝑐 = −297 𝑘𝑗/𝑚𝑜𝑙
d. Entalpi Netralisasi (∆𝐻°𝑛 = Standard Enthalpy of Neutralization)
Perubahan entalpi netralisasi adalah kalor yang diserap atau dibebaskan pada
penetralan asam oleh basa membentuk 1 mol air.

Contoh :
HCl(𝑎𝑞) + 𝑁𝑎OH(𝑎𝑞) → 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(𝑙) ∆𝐻°n = +121 𝑘𝑗/𝑚𝑜𝑙
3. Perhitungan Entalpi (∆𝑯)
a) Cara Langsung dari Data Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
diserap/dibebaskan dalam suatu reaksi. Kalorimeter terbagi 2, yaitu kalorimeter
sederhana dan kalorimeter yang lebih teliti.
Kalorimeter sederhana ialah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan
temperatur dari sejumlah tertentu air atau larutan sebagai akibat suatu reaksi kimia
dalam suatu wadah terisolasi. Jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan dapat

9
ditentukan dengan mengukur perubahan temperaturnya. Menurut Hukum Pertama
Termodinamika, “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan” sehingga;
𝑞𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 + 𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 0
𝑞𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 + 𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 0
Kalorimeter yang lebih teliti ialah calorimeter yang lebih terisolasi serta
memperhitungkan kalor yang diserap oleh perangkat kalorimeter (wadah,
pengaduk, thermometer). Jumlah kalor yang diserap/dilepaskan oleh kalorimeter
dapat ditentukan jika kapasitas calorimeter diketahui. Dalam hal ini jumlah kalor
yang diserap/dilepaskan oleh reaksi sama dengan jumlah kalor yang
diserap/dilepaskan oleh kalorimeter ditambah jumlah kalor yang
diserap/dilepaskan oleh larutan dalam kalorimeter.
𝑞𝑙𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 + 𝑞𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 + 𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 0
𝑞𝑙𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = −𝑞𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑞𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑚𝑐∆𝑇
𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐶∆𝑇
Keterangan :
m = massa zat
c = kalor jenis larutan
C = kapasitas kalor calorimeter
∆𝑇 = Perubahan Temperatur
Contoh Soal
1. Sejumlah 100 mL HCl 0,05 M dicampur dengan 100 mL NaOH 0,05 M dalam
kalorimeter tekanan konstan. Suhu awal larutan HCl dan NaOH adalah sama,
yaitu 22,5°C, dan suhu akhir larutan campuran adalah 25,86°C. Tentukanlah
perubahan entalpi untuk reaksi penetralan:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Asumsikan kerapatan dan kalor jenis larutan adalah sama seperti air (masing-
masing 1,00 g/mL dan 4,184 J/g°C).
Jawaban :
Dengan mengasumsikan tidak ada kalor yang hilang ke lingkungan dan dengan
mengabaikan kapasitas kalor kalorimeter, kita tulis:

10
qreaksi = -qlarutan
dimana qlarutan adalah kalor yang diserap oleh larutan campuran. Karena
kerapatan larutan adalah 1,00 g/mL, massa 100 mL larutan adalah 100 g.
Maka:
qlarutan = mc∆T
= (100 g + 100 g)(4,184 j/g°C)(25,86°C – 22,5°C)
= 2811,648 J
= 2,81 kJ
dan
qreaksi = -2,81 kJ
Diketahui bahwa terdapat 0,05 mol HCl 100 mL dan 0,05 mol NaOH 100 mL.
Jadi kalor penetralan ketika 1,00 mol HCl bereaksi dengan 1,00 mol NaOH
adalah:
Kalor Penetralan = 𝑞/𝑛
= −2,81 k/0,05 𝑚𝑜𝑙
= -56,2 kJ/mol
Perubahan kalor yang bertanda negatif menunjukkan kreaksi berlangsung secara
eksoterm. Pada tekanan konstan, perubahan kalornya sama dengan perubahan
entalpinya. Persamaan termokimianya:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -56,2 kJ/mol
Latihan :
1. Di dalam sebuah tempat plastik direaksikan 100 mL KOH 2M dengan 100 mL
HCl 2M. Suhu larutan KOH dan HCl sebelum dicampur 17°C, setelah dicampur
suhu naik menjadi 30,7°C. Berapakah kalor yang dihasilkan jika kalor jenis air
= 4,2 J/g.°C dan kerapatan jenis larutan = 1g/mL?
b) Cara Tidak Langsung
a. Hukum Hess
Menurut Hukum Hess perubahan entalpi suatu reaksi tidak bergantung pada
jalannya reaksi, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir
reaksi. Berikut contohnya :

11
Gambar 2 Contoh Diagram Reaksi Hukum Hess
Dalam bentuk reaksi :

Pilih salah satu reaksi yang diinginkan sebagai hasil reaksi.

Dari reaksi di atas dapat disimpulkan :


c =a–b

12
∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = ∆𝐻ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 − ∆𝐻𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

b. Data Entalpi Pembentukan Standart


Contoh Soal :
1. Diketahui:
∆H°f H2O(g) = - 242 kJ/mol
∆H°f CO2(g) = - 394 kJ/mol
∆H°f CH4(g) = - 84 kJ/mol
Hitunglah perubahan entalpi pembakaran (∆Hc) CH4.
Jawab :
Untuk menentukan perubahan entalpi pembakaran, maka reaksi
pembakarannya harus dituliskan:
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) ∆Hc = ?
Nilai perubahan entalpi dari reaksi di atas menurut hukum Hess adalah
jumlah total perubahan entalpi pembentukan zat-zat sesudah reaksi
dikurangi dengan jumlah total perubahan entalpi pembentukan zat-zat
sebelum reaksi, atau dirumuskan:
∆H = ∑H°f produk – ∑H°f peraksi
= (∆H°f CO2 + 2∆H°f H2O) – (∆H°f CH4 + 2∆H°f O2)
= (- 394 + 2 (-242)) – (-84 +2 (0))
= - 794 kJ/mol
Latihan :
1. Diketahui
∆Hf ° H2 O(g) = −283,8 kJ/mol

∆Hf ° CO2(g) = −393,5 kJ/mol

∆Hf ° C2 H2(g) = +52,0 kJ/mol


Berdasarkan data tersebut, maka berapakah ∆H pembakaran sempurna 44,8
L gas C2H2 (0˚C, 1 atm) ?
c. Energi Ikatan
Metode ini hanya dapat digunakan pada reaksi gas, yang menyangut zat-zat
dengan ikatan kovalen, didasarkan atas anggapan bahwa :

13
1) Semua ikatan dari suatu jenis tertentu, misalnya semua ikatan C-H dalam
senyawa CH4, adalah identik, dan
2) Energy ikatan dari ikatan tertentu tidak bergantung pada senyawa di mana
ikatan itu ditemukan.

Ada 2 macam energi ikatan:

1) Energi disosiasi ikatan (D) yaitu perubahan entalpi yang terjadi dalam
proses pemutusan ikatan dalam molekul dwiatom atau dalam ikatan tertentu
dalam suatu senyawa.
Contoh :
H2(g) → 2H(g) DH-H = 436 kJ
H2O(g) → HO(g) + H(g) DOH-H = 497,9 kJ
2) Energi ikatan rata-rata (Ɛ) yaitu energi rata-rata yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan tertentu dalam semua senyawa yang mengandung
ikatan tersebut.
Contoh :
ƐC-H = 414,2 kJ/mol
ƐC-C = 347,3 kJ/mol

Dengan menggunakan data energi ikatan, maka entalpi reaksi selanjutnya


dihitung berdasarkan persamaan :
∆𝐻 = ∑(𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 ) − ∑(𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)

Contoh Soal :
1. Diketahui :
C-H = 415 kJ
C-Cl = 338 kJ
H-Cl = 432 kJ
Cl-Cl = 242,6 kJ
Berdasarkan data di atas hitunglah energy ikatan rata-rata dari reaski di
bawah ini.
CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl

14
Jawaban :
∆𝐻 = ∑(𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖) − ∑(𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘)

∆𝐻 = {(4 × 415) + (1 × 242,6)} − {(3 × 415) + (1 × 338) + (1 × 432)}

∆𝐻 = (1.660 + 242,6) – (1.245 + 338 + 432)kJ

∆𝐻 = 1.902,6 – 2.015 kJ

∆𝐻 = − 112,4 kJ

Latihan :
1. Diketahui energi ikatan rata-rata: H-H, Cl-Cl, dan H-Cl berturut-turut
adalah: 104,2 ; 57,8, dan 103,1 (kkal/mol), maka berapakah kalor yang
diperlukan untuk menguraikan 146 gram HCl (Ar H=1 ; Cl=35,5) menjadi
unsur-unsurnya?
F. Pengaruh Temperatur Terhadap Entalpi Reaksi
Pada umumnya entalpi reaksi bergantung pada temperatur, walaupun dalam banyak
reaksi kebergantungan ini tidak besar dan sering kali diabaikan. Perhatikan reaksi berikut
ini :
V1A1 + V2A2 → V3A3 + V4A4
∆𝐻 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = ∆𝐻 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐻 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
∆𝐻 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = (𝑉3 𝐻3 + 𝑉4 𝐻4 ) − (𝑉1 𝐻1 + 𝑉2 𝐻2 )
∆𝐻 = ∑ 𝑉𝑖 𝐻𝑖
∆𝐻° = ∑ 𝑉𝑖 𝐻𝑖 °
Kebergantungan ∆𝐻 terhadap temperatur didapat dengan cara mendiferensiasikan
persamaan ini terhadap T pada tekanan tetap :
𝜕∆𝐻° 𝜕𝐻𝑖 °
( ) = ∑ 𝑉𝑖 ( )
𝜕𝑇 𝑃 𝜕𝑇 𝑃

𝜕𝐻
( ) = 𝐶𝑃
𝜕𝑇 𝑃

𝜕∆𝐻°
( ) = ∑ 𝑉𝑖 𝐶𝑝𝑖
𝜕𝑇 𝑃
𝜕∆𝐻°
( ) = (𝑉3 𝐻3 + 𝑉4 𝐻4 ) − (𝑉1 𝐻1 + 𝑉2 𝐻2 )
𝜕𝑇 𝑃

15
𝜕∆𝐻°
( ) = ∆𝐶𝑝
𝜕𝑇 𝑃
𝑑∆𝐻
= ∆𝐶𝑝
𝑑𝑇
𝑑∆𝐻 = ∆𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝐻2 𝑇2
∫ 𝑑∆𝐻 = ∆𝐶𝑝 ∫ 𝑑𝑇
𝐻1 𝑇1

∆𝐻2 − ∆𝐻1 = 𝐶𝑝 (𝑇2 − 𝑇1 )


Bila Cp tidak tetap :

∫ 𝑑∆𝐻 = ∫ ∆𝐶𝑝 𝑑𝑇
∆𝐻2 − ∆𝐻1 = ∫ ∆𝐶𝑝 𝑑𝑇 + 𝐶

G. Hukum Kedua Termodinamika


Hukum Kedua Termodinamika lahir dari pengalaman bahwa kalor tidak dapat diubah
seluruhnya menjadi kerja yang setara dan bahwa semua proses spontan mempunyai arah
tertentu. Dalam bentuknya yang paling umum hukum ini dirumuskan melalui fungsi, yang
disebut entropi.
a. Fungsi Entropi dan Perubahan Entropi
Entropi adalah suatu fungsi keadaan yang secara matematik didefinisikan sebagai
𝑞𝑟𝑒𝑣 = 𝑇𝑑𝑆
𝑞𝑟𝑒𝑣
𝑑𝑆 =
𝑇
𝑞𝑟𝑒𝑣
∆𝑆 =
𝑇
b. Perhitungan Perubahan Entropi Pada Proses Perubahan Fasa
Perhatikan segi empat termodinamika, dari segi empat tersebut :
𝑑𝐻 = 𝑇𝑑𝑆 + 𝑉𝑑𝑃
Pada P tetap, dP = 0
𝑑𝐻 = 𝑇𝑑𝑆
𝑑𝐻
𝑑𝑆 =
𝑇
∆𝐻
∆𝑆 =
𝑇
Contoh Soal :

16
1. Tentukan perubahan entropi pada reaksi berikut :

Jawaban :
𝜕𝐻
𝐶𝑃 = ( )
𝜕𝑇 𝑃
𝜕𝑆
𝐶𝑃 = ( ) 𝑇
𝜕𝑇 𝑃
𝜕𝑆 𝐶𝑃
( ) =
𝜕𝑇 𝑃 𝑇

𝑑𝑆 𝐶𝑃
=
𝑑𝑇 𝑇

𝐶𝑃
𝑑𝑆 = 𝑑𝑇
𝑇

𝑑𝑇
∫ 𝑑𝑆 = 𝐶𝑃 ∫
𝑇

𝑇2
∆𝑆1 = 𝐶𝑃 ln
𝑇1

373
∆𝑆1 = 𝐶𝑃 ln 𝑘𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1
298

∆𝐻 9717
∆𝑆2 = = 𝑘𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1
𝑇 373
𝜕𝑆 𝜕𝑉
𝑑𝑆3 = ( ) = − ( )
𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑃 𝑇

17
Untuk 1 mol gas Ideal
𝑃𝑉 = 𝑅𝑇
𝑉 𝑅
( ) =
𝑇 𝑃 𝑃
𝜕𝑆 𝑅
( ) =−
𝜕𝑃 𝑇 𝑃
𝑅
𝑑𝑆3 = − 𝑑𝑃
𝑃
𝑑𝑃
∫ 𝑑𝑆3 = −𝑅 ∫
𝑃
𝑃2
∆𝑆3 = −𝑅 𝑙𝑛
𝑃1
𝑃1
∆𝑆3 = 𝑅 𝑙𝑛
𝑃2
1
∆𝑆3 = 𝑅 𝑙𝑛
0,1

∆𝑆 = ∆𝑆1 + ∆𝑆2 + ∆𝑆3

Cp = 18 kal mol-1 K-1

373 9717 1
∆𝑆 = 𝐶𝑃 ln 298 + + 𝑅 𝑙𝑛
373 0,1

∆𝑆 = 4,041 + 26,051 + 4,575 = 34,667 𝑘𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1

c. Entropi Pencampuran Gas Ideal


∆𝑆𝑚 = ∆𝑆1 + ∆𝑆2
𝑃1 𝑃2
𝑑𝑃 𝑑𝑃
∆𝑆𝑚 = −𝑛1 𝑅 ∫ − 𝑛2 𝑅 ∫
𝑃 𝑃
𝑃10 𝑃20
𝑃1 𝑃2
∆𝑆𝑚 = −𝑛1 𝑅 ln − 𝑛2 𝑅 ln
𝑃1 0 𝑃2 0
𝑃1 𝑃2
∆𝑆𝑚 = −𝑅 [𝑛1 ln 0 + 𝑛2 ln ]
𝑃1 𝑃2 0
Untuk Fraksi Mol
A(g) + B(g) → hasil

18
PA = XA.Pt P1 = X1.Pt
PB = XB.Pt P2 = X2.Pt

𝑋1 𝑃𝑡 𝑋2 𝑃𝑡
∆𝑆𝑚 = −𝑅 [𝑛1 ln 0 + 𝑛2 ln ]
𝑃1 𝑃2 0
Pada P tetap P10 = P20 = Pt
𝑋1 𝑃𝑡 𝑋2 𝑃𝑡
∆𝑆𝑚 = −𝑅 [𝑛1 ln + 𝑛2 ln ]
𝑃𝑡 𝑃𝑡
∆𝑆𝑚 = −𝑅[𝑛1 ln 𝑋1 + 𝑛2 ln 𝑋2 ]
d. Perhitungan Pada Reaksi Kimia
V1A1 + V2A2 → V3A3 + V4A4
∆𝑆 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = ∆𝑆 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝑆 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
∆𝑆 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = (𝑉3 𝑆3 + 𝑉4 𝑆4 ) − (𝑉1 𝑆1 + 𝑉2 𝑆2 )
∆𝑆 = ∑ 𝑉𝑖 𝑆𝑖
e. Pengaruh Temperatur Terhadap ∆𝑺
∆𝑆 = ∑ 𝑉𝑖 𝑆𝑖 diturunkan terhadap T pada P tetap.
𝜕∆𝑆 𝜕𝑆𝑖
( ) = ∑ 𝑉𝑖 ( )
𝜕𝑇 𝑃 𝜕𝑇 𝑃
𝜕𝑆
( ) = 𝐶𝑃
𝜕𝑇 𝑃
𝜕∆𝑆 ∑ 𝑉𝑖 𝐶𝑃𝑖
( ) =
𝜕𝑇 𝑃 𝑇
𝑑∆𝑆 ∑ 𝑉𝑖 𝐶𝑃𝑖
=
𝑑𝑇 𝑇
∆𝐶𝑃𝑖 𝑑𝑇
∆𝑆 =
𝑇
∆𝐶𝑃𝑖 = (𝑉3 𝑆3 + 𝑉4 𝑆4 ) − (𝑉1 𝑆1 + 𝑉2 𝑆2 )
Pada T tidak tetap :
𝑇 𝑇
𝑑𝑇
∫ 𝑑∆𝑆 = ∫ ∆𝐶𝑃
𝑇0 𝑇0 𝑇
𝑇
𝑑𝑇
∆𝑆𝑇 − ∆𝑆𝑇0 = ∫ ∆𝐶𝑃
𝑇0 𝑇

19
H. Fungsi Energi Bebas Gibbs
Kesepontanan reaksi dapat juga dinyatakan dalam energy bebas Gibbs (G), atau
energi bebas dan didefinisikan sebagai
𝐺 = 𝐸 + 𝑝𝑉 − 𝑇𝑆
𝐺 = 𝐻 − 𝑇𝑆
Sama dengan E dan H, tidaklah mungkin menghitung harga mutlak dari energi
bebas Gibbs dengan bantuan termodinamika, maka perubahan dalam energi bebas dihitung
∆𝐺 = ∆𝐻 − ∆(𝑇𝑆)
Pada temperature dan tekanan konstan,
∆𝐺 = ∆𝐻 − 𝑇∆𝑆
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑑𝐺 = 𝑑𝐻 − 𝑇𝑑𝑆

Contoh Soal :
1. Hitunglah energi bebas pembentukan standar ∆G° f untuk reaksi berikut pada suhu
25°C!
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Diketahui:
∆H°f NH3 = - 46,11 kJ
S°NH3 = 192,3 J K-1 mol-1
S°N2 = 191,5 J K-1 mol-1
S°H2 = 130,6 J K-1 mol-1
Untuk data S° dibagi 1.000 agar satuan menjadi kJ.
Jawaban :
Untuk pembentukan 2 mol amonia
∆H°f = 2 (- 46,11 kJ) = - 92,22 kJ
∆S° = ∑ S°produk - ∑ S°pereaksi
= (2. (0,1923)) – (0,1915 + 3. (0,1306))
= 0,3846 – 0,5833
= - 0,1987 kJ K-1 mol-1

20
∆G°f = ∆H°f - T∆S°
= - 92,22 kJ – (25+273 K)( - 0,1987 kJ K-1 mol-1)
= - 92,22 kJ – (298 K)( - 0,1987 kJ K-1 mol-1)
= - 92,22 kJ – ( - 59,21 kJ mol-1)
= - 33,01 kJ mol-1
Untuk pembentukan 1 mol amonia,
−33,01𝑘𝐽 𝑚𝑜𝑙−1
∆G°f = = − 16,5 kJ 𝑚𝑜𝑙 −1
2

21
KESIMPULAN

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari perpindahan kalor yang disertai reaksi kimia.
Reaksi atau proses yang sedang menjadi pusat perhatian kita disebut sistem. Segala sesuatu yang
berada di sekitar sistem yaitu dengan apa sistem tersebut berinteraksi disebut lingkungan. Setiap
proses yang membebaskan kalor ke lingkungan disebut proses eksotermik dan setiap proses yang
menyerap kalor disebut proses endotermik.
Perubahan entalpi (∆𝐻) adalah suatu ukuran kalor reaksi atau proses lainnya pada tekanan
tetap. Perubahan entalpi ini terdiri dari perubahan entalpi standar (∆𝐻°𝑓), Entalpi Penguraian
Standar (∆𝐻°𝑑), entalpi pembakaran tandar (∆𝐻°𝑐), dan entalpi netralisasi (∆𝐻°𝑛). Perubahan
entalpi ini dapat dihitung dengan metode langsung atau metode tidak langsung.
Pada proses kimia sertamerta (spontan) mempelajari entropi dan energi bebas. Entropi (S)
adalah ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem. Kespontanan reaksi dapat juga
dinyatakan dalam energi bebas Gibbs (G) atau energi bebas.

22
GLOSARIUM

 Energi Bebas (G) : Energi yang tersedia untuk melakukan kerja berguna
 Entalpi (H) : Kuantitas termodinamika yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan kalor yang berlangsung pada tekanan tetap.
 Entalpi Pembentukan Standar ∆𝑯°𝒇 : Perubahan kalor yang dihasilkan ketika
1 mol suatu senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada tekanan 1 atm atau pada
keadaan standar.
 Entalpi Reaksi (∆𝑯) : Selisih antara entalpi produk dan entalpi pereaksi.
 Entropi (S) : Ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem.
 Hukum Hess : Kalor yang menyertai suatu reaksi tidak bergantung pada jalan
yang ditempuh tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir.
 Hukum Kedua Termodinamika : Entropi semesta meningkat dalam proses
spontan dan tidak berubah pada proses kesetimbangan
 Hukum Kekekalan Energi : Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
 Kalor : Energi yang dipindahkan karena perbedaan suhu.
 Kalorimetri : Penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.
 Kapasitas Kalor (𝑪) : Banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk
meningkatkan suhu zat 1°C.
 Lingkungan : Segala sesuatu yang berada di sekitar sistem yaitu dengan apa
sistem tersebut berinteraksi.
 Sistem : Reaksi atau proses yang sedang menjadi pusat perhatian kita disebut.
 Termodinamika : Kajian ilmiah tentang pertukaran kalor dan bentuk energi
lainnya.
 Termokimia : Kajian tentang perubahan kalor dalam reaksi kimia.

23
SOAL – SOAL TERMOKIMIA 4. Sebanyak 6 gram grafit bereaksi dengan
A. Objektif belerang berlebih membentuk karbon
1. Kedalam tabung reaksi dicampurkan disulfida diserap kalor sebesar 26,46 kJ,
larutan NH4Cl dan Kristal maka perubahan entalpi standar reaksi
Ba(OH)2.8H2O, kemudian campuran tersebut adalah….
diaduk, setelah tercampur ternyata A. – 105,84 kJ
campuran lebih dingin dari semula. Hal B. + 105,84 kJ
ini menunjukkan bahwa reaksi C. – 52,92 kJ
berlangsung…. D. + 52,92 kJ
A. Eksoterm, karena suhu berubah E. – 26,46 kJ
B. Endoterm, karena menyerap kalor 5. Pernyataan yang benar untuk reaksi :
C. Eksoterm, karena menyerap kalor 2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g) ∆H = x kJ,
D. Endoterm, karena melepas kalor adalah ….
E. Eksoterm, karena melepas kalor A. Kalor pembentukan CO2=2x kJ/mol
2. Diantara reaksi berikut yang termasuk B. Kalor penguraian CO= x kJ/mol
proses endoterm adalah…. C. Kalor pembakaran CO= 2x kJ/mol
A. Air ditetesi dengan asam sulfat pekat D. Kalor pembentukan CO2= x kJ/mol
B. Penetralan asam basa E. Kalor pembakaran CO= ½ x kJ/mol
C. Melarutkan pupuk ZA dalam air 6. Pembakaran sempurna gas metana
D. Menambahkan air pada garam menurut reaksi:
CuSO4 CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2 O
E. Pembakaran etanol ∆H = −840 kJ
3. Pembakaran 5,6 L C2H2(g) (STP) Jika kalor yang dihasilkan, digunakan
dilepaskan kalor sebesar 296,5 kJ, maka dengan efisiensi 100% untuk
persamaan termokimia pembakaran gas mendidihkan air yang mula-mula
C2H2 adalah…. bersuhu 25°C, (kalor jenis air = 4,2 J/gr
A. C2 H2(g) + 5⁄2 O2(g) → 2CO2(g) + o
C maka volume air yang dapat didihkan
H2 O(l) ∆H = −296,5 kJ/mol menggunakan 48 gram metana adalah

B. C2 H2(g) + 5⁄2 O2(g) → 2CO2(g) + ….


A. 2,0 L C. 6,0 L E. 8,0 L
H2 O(l) ∆H = +296,5 kJ/mol
B. 4,0 L D. 7,5 L
C. C2 H2(g) + 5⁄2 O2(g) → 2CO2(g) +
7. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4
H2 O(l) ∆H = −1186,0 kJ/mol kJ energi. Jika kalor ini digunakan untuk
D. C2 H2(g) + 5⁄2 O2(g) → 2CO2(g) + memanaskan 100 ml air yang suhu
H2 O(l) ∆H = +2372,0 kj/mol awalnya 25°C, maka suhu akhir air

E. C2 H2(g) + 5⁄2 O2(g) → 2CO2(g) + adalah …(kalor jenis air = 4,2 J/gr°C).
A. 75°C C. 65°C E. 20°C
H2 O(l) ∆H = −2372,0 kJ/mol
B. 67°C D. 45°C

24
8. Sebanyak 10,9 gr serbuk zink (Ar.Zn = untuk memanaskan 1 L air yang suhu
65,4) direaksikan dengan larutan awalnya 27°C, maka akan terjadi
CuSO4. Reaksi menimbulkan kenaikan kenaikan suhu sebesar…(kalor jenis air
suhu 8,7°C. jika untuk menaikkan suhu = 4,18 J/gr°C).
1°C dibutuhkan 4 kJ, maka perubahan A. 71˚C D. 57˚C
entalpi untuk reaksi: B. 69˚C E. 44˚C
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu, adalah…. C. 61˚C
A. +208,8 kJ/mol D. -104,4 kJ/mol 12. Pada pembakaran 0,5 gr batubara
B. –208,8 kJ/mol E. – 34,8 kJ/mol dihasilkan kalor yang cukup untuk
C. +104,4 kJ/mol menaikkan temperatur 1500 gr air dari
9. Diketahui reaksi: 23°C menjadi 24°C. (kalor jenis air = 4,2
Fe(s) + Cu2+(aq) → Fe2+ (aq) + Cu(s) J/gr°C). Pada proses pembakaran ini
∆H = −11,76 kJ. Bila serbuk besi terjadi perubahan entalpi sebesar….
berlebih ditambahkan ke dalam 100 ml A. – 6,30 kJ/gr batubara
larutan CuSO4 1 M dalam bejana plastik, B. – 7,90 kJ/gr batubara
(massa jenis air = 1 gr/ml dan kalor jenis C. – 12,60 kJ/gr batubara
larutan = 4,2 J/gr°C), maka terjadi D. – 15,75 kJ/gr batubara
kenaikan suhu sebesar…. E. – 31,50 kJ/gr batubara
A. 36°C D. 3,6°C 13. Kedalam sebuah bejana plastik yang
B. 28°C E. 2,8°C berisi 100 ml larutan HCl 0,14 M
C. 6,4°C bersuhu 27°C dimasukkan lagi 100 ml
10. Diketahui energi ikatan rata-rata: larutan NaOH 0,20 M bersuhu 28°C lalu
C - H = 413 kJ/mol diaduk, setelah larutan bercampur
C = O = 799 kJ/mol merata, ternyata suhu naik menjadi
O – H = 463 kJ/mol 30,45°C. (kalor jenis larutan = 4,2
H – H = 436 kJ/mol J/gr°C). Bila massa jenis larutan
C – C = 348 kJ/mol dianggap = 1 gr/ml, maka perubahan
O = O = 498 kJ/mol entalpi reaksi tersebut adalah ….
C2H5OH(g) + 3O2(g) →2CO2(g) + 3H2O(g) A. – 177,0 kJ/mol
∆H= - 1371 kJ/mol B. – 123,9 kJ/mol
Maka besarnya energi ikatan rata-rata C. – 247,8 kJ/mol
C-O adalah …. D. – 344,0 kJ/mol
A. 233 kJ/mol D. 595 kJ/mol E. – 424,8 kJ/mol
B. 357 kJ/mol E. 714 kJ/mol 14. Diketahui :
C. 476 kJ/mol ∆Hc C2 H2(g) = − 1300 kJ/mol
11. Pada pembakaran sempurna metanol
∆Hc H2(g) = − 286 kJ/mol
dibebaskan kalor sebesar 735,68 kJ/mol.
Bila 8 gram metanol dibakar sempurna ∆Hc C2 H6(g) = −1560 kJ/mol

25
Maka harga ∆H untuk reaksi: C2 H2(g) + 17. Diketahui: ∆Hf˚C6H6(l) = + 49,0 kJ/mol,
2H2(g) → C2 H6(g), adalah…. ∆Hf˚H2O(l) = -241,5 kJ/mol, ∆Hf˚CO2(g)

A. – 312 kJ = -393,5 kJ/mol, maka perubahan entalpi

B. + 312 kJ pembakaran 15,6 gram C6H6(l) adalah

C. – 156 kJ ….

D. + 156 kJ A. – 3860,50 kJ

E. – 26 kJ B. + 3134,50 kJ

15. Diketahui: C. – 3134,50 kJ

∆HfB2 O3(s) = −1272,8 kJ/mol D. – 626,90 kJ


E. – 627,50 kJ
∆HfCOCl2(g) = − 218,8 kJ/mol
18. Pembakaran suatu contoh zat dalam
∆HfBCl3(g) = − 403,8 kJ/mol
sebuah kalorimeter bom menghasilkan
∆HfCO2(g) = − 393,5 kJ/mol
kalor sebesar 37,80 kJ. Air yang berada
Maka besarnya ∆H untuk reaksi:
dalam kalorimeter adalah 1500 gr dan
B2 O3(g) + 3COCl2(g) → 3CO2(g) +
suhunya naik 5˚C. Jika kalor jenis air
2BCl3(g) , adalah …. adalah 4,2 J/gr˚C,maka kapasitas kalor
A. + 58,9 kJ kalorimeter bom tersebut adalah…
B. – 58,9 kJ A. 1,26 kJ/˚C
C. + 354,9 kJ B. 4,20 kJ/˚C
D. + 694,3 kJ C. 6,30 kJ/˚C
E. – 3917,3 kJ D. 12,60 kJ/˚C
16. Jika diketahui: E. 25,20 kJ/˚C
2Fe(s) + O2(g) → 2FeO(s) 19. Perhatikan diagram tingkat energi
∆H = −544,0 kJ berikut ini:
4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2 O3(s) 2S(s) + 3O2(g)
∆H = −1648,4 kJ ∆H1 = −593,8 kJ
Fe3 O4(s) → 3Fe(s) + 2O2(g)
2SO2(g) + O2(g)
∆H = +1118,4 kJ
∆H2 =
Maka besarnya ∆H untuk −196,6 kJ ∆H3
reaksi: FeO(s) + Fe2 O3(s) → Fe3 O4(s), 2SO3(g)
adalah ….
Maka harga ∆H3 adalah ....
A. + 2214,6 kJ
A. – 198,6 kJ D. – 790,4 kJ
B. – 1074,0 kJ
B. + 198,6 kJ E. + 790,4 kJ
C. + 249,8 kJ
C. – 397,2 kJ
D. + 22,2 kJ
E. – 22,2 kJ 20. Diketahui entalpi pembentukan standar
(∆Hf˚) untuk KClO3(s), KCl(s), SO2(g)
berturut-turut adalah: -391,2 kJ/mol, -
26
435,9 kJ/mol, dan – 296,9 kJ/mol, serta kalor yang dibebaskan pada
perubahan entalpi reaksi: pembentukan 23,125 gr C4H9Cl,
2KClO3(s) + 3S(s) → 2KCl(s) + 3SO2(g) menurut reaksi:
adalah – 490,05 kJ. (Ar.K = 39, Cl = 𝐶4 𝐻8 + 𝐻𝐶𝑙 → 𝐶4 𝐻9 𝐶𝑙, adalah ….
35,5, S = 32, O = 16), maka massa A. 88 kJ D. 11 kJ
KClO3 yang direaksikan adalah …. B. 44 kJ E. 8 kJ
A. 245,000 gram C. 22 kJ
B. 122,500 gram 24. Diketahui :
C. 61,250 gram S°(NH3) = 192,5 J/mol K
D. 30,625 gram S°(NH2) = 130,6 J/mol K
E. 27,250 gram S°(N2) = 191,5 J/mol K
21. Kedalam 600 cm3 larutan HCl 1 M Perubahan entropi yang terkait dengan
dengan suhu 26˚C ditambahkan 400 cm3 proses Haber untuk produksi ammonia
larutan NaOH 1,25 M dengan suhu 26˚C dari gas nitrogen dan hydrogen N2(g) +
menyebabkan larutan naik menjadi 3H2(g) ↔ 2NH3(g) pada 298K sebagai
33˚C. Jika massa jenis larutan dianggap suhu standar adalah …..
= 1gr/cm3 dan kalor jenis larutan A. ∆S° = -198,3 J/mol K
dianggap sama dengan kalor jenis air = B. ∆S° = -170,1 J/mol K
4,2 J/gr˚C, maka besarnya perubahan C. ∆S° = +198,3 J/mol K
entalpi reaksi adalah …. D. ∆S° = +170,1 J/mol K
A. – 58,80 kJ D. + 49,00 kJ E. ∆S° = -198,3 J/mol K
B. + 58,80 kJ E. – 29,40 kJ 25. Diberikan reaksi kristal yang dikonversi
C. – 49,00 kJ menjadi grafit
22. Diketahui data energi ikatan rata-rata: C- 2C (kristal) → 2C (grafit)
H, H-Cl, C-C, C-Cl, dan C=C, berturut- ∆H°f (C) kristal = 1.9 kJ/mol
turut adalah 99 kkal, 103 kkal, 83 kkal, S°(C) kristal = 2.38 J/mol K
79 kkal dan 164 kkal, maka besarnya S°(C) grafit = 5.78 J/mol K
perubahan entalpi pada reaksi adisi 10,5 ∆G pada reaksi tersebut sebesar …..
gram propena oleh HCl adalah …. A. -5,2 kJ
A. + 1,50 kkal B. -5,51 kJ
B. – 1,50 kkal C. +5,51 kJ
C. + 6,00 kkal D. +5,2 kJ
D. – 6,00 kkal E. +41 kJ
E. + 24,00 kkal
23. Diketahui energi ikatan rata-rata: C=C,
C-C, C-H, C-Cl, dan H-Cl, berturut-turut
adalah 614, 348, 413, 328, dan 431
(dalam satuan kJ/mol), maka besarnya

27
B. ESSAY
1. Jika diketahui penguraian 13,375 gram NH4Cl(s) pada keadaan standar diserap kalor
sebesar 78,6 kJ (Ar H = 1, N = 14, Cl = 35,5), maka persamaan termokimia pembentuk
NH4Cl(s) ?
2. Kalor reaksi eksoterm dibawah ini:
4FeO + O2 → 2Fe2 O3 adalah 650 kJ. Jika diketahui ∆Hf ̊ Fe2O3 = - 824 kJ/mol, maka
berapakah harga ∆Hf ̊ FeO ?
3. Diketahui energi ikatan rata-rata:
C-H = 413 kJ/mol
C≡C = 839 kJ/mol
C=O = 799 kJ/mol
O-H = 463 kJ/mol
O=O = 495 kJ/mol
Maka berapakah perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 13 gram gas asetilena
(C2H2) menurut persamaan reaksi:
C2 H2(g) + 5/2O2(g) → 2CO2(g) + H2 O(g) ?
4. Kalor pembentukan NaOH(s) dapat ditentukan menggunakan kalorimeter sebagai berikut.
Kristal NaOH (Mr = 40) senamyak 8 g dilarutkan ke dalam 92 g air, suhu air mula-mula
25oC dan suhu akhirnya 30oC (kalor jenis larutan = 4,2 J/goC). Buatlah persamaan
termokimia larutan NaOH dalam air!
5. 2H2(g) + O2(g) → 2H2 O(g) ∆H = − 571 kJ
2Ca (s) + O2(g) → 2CaO(s) ∆H = −1269 kJ
CaO(s) + H2 O(g) → Ca(OH)2(s) ∆H = −64 kJ
Maka perubahan entalpi pembentukan standar 14,8 gr C a(OH)2 (Ar. H = 1, O = 16, Ca =
40) adalah ….

28
DAFTAR PUSTAKA

James E. (1990). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid Dua. Jakarta: Binarupa
Aksara
Chang, Raymond. (2005). General Chemistry The Essentiap Concepts Third Edition. USA:
McGraw Hill
Keenan, C. W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H. (1984). Ilmu Kimia untuk Universitas, terjemahan
oleh Hadyana Pudjaatmaka. Edisi 6, Jakarta: Erlangga
Oxtoby, David W., et all. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Depdiknas
Petrucci, R.H. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, terjemahan oleh Suminar
Achmadi. Jakarta : Erlangga.
Subhan. (2013). Kimia Dasar II. Makassar : Dua Satu Press.

29
30

Anda mungkin juga menyukai