Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MAKALAH

ANALISIS MATERI AJAR


“LAJU REAKSI”

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. H. RADJAWALY USMAN RERY, M.Pd.


2. Dr. LENNY ANWAR, M.Si.

DISUSUN OLEH : MASRUROTUL

KHOIRIN NAJAH
2110247762

MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA PASCASARJANA


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah “Laju Reaksi” yang merupakan tugas mata kuliah analisis bahan ajar. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar dapat
dijadikan sebagai referensi ataupun tambahan wawasan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

Pekanbaru, 11 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

PETA KONSEP ............................................................................................. iii

DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................iv

URAIAN MATERI LAJU REAKSI

A. Laju Reaksi ............................................................................................1

B. Hukum Laju, Orde Reaksi dan Konstanta Laju.....................................2

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi...................................4

D. Metode Untuk Menentukan Orde Reaksi ............................................10

E. Teori Tumbukan ..................................................................................15

F. Energi Aktivasi ....................................................................................15

G. Persamaan Arhenius ............................................................................18

H. Mekanisme reaksi ................................................................................19

KESIMPULAN ..............................................................................................19

GLOSARIUM ................................................................................................20

SOAL-SOAL LAJU REAKSI ......................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................27

ii
PETA KONSEP

1
DESKRIPSI SINGKAT

Laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penjelasan hubungan


antara faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi terhadap mekanismenya dapat
dipelajari dalam kinetika kimia yang merupakan bagian dari kimia fisika. Disebabkan
oleh adanya gerakan molekul, ion atau elemen dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi
sebagai fungsi waktu maka kinetika kimia juga disebut sebagai dinamika kimia.

Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan
waktu. Laju berkurangnya reaktan atau bertambahnya produk yang dinyatakan dalam
molar/detik atau M/s. Laju reaksi tidak bisa ditentukan secara teoritis, melainkan
melalui percobaan. Dari percobaan tersebut akan diperoleh data yang nantinya dapat
digunakan untuk penentuan laju reaksi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah besarnya konsentrasi
reaktan yang digunakan dalam reaksi. Kecepatan reaksi kimia hampir selalu
berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan dengan pangkat tertentu yang merupakan
orde suatu reaksi. Besarnya konsentrasi reaktan berpengaruh terhadap tumbukan yang
terjadi. Tumbukan antar molekul- molekul reaktan dengan arah yang tepat serta
memiliki energi yang cukup untuk mengatasi rintangan energi berupa energi aktivasi
molekul reaktan merupakan syarat agar dapat berlangsungnya reaksi kimia. Agar
terjadi reaksi kimia maka energi aktivasi yang merupakan energi potensial harus
dilampaui.
Laju reaksi sangat penting untuk dipelajari karena dengan mengetahui laju reaksi
dan mengetahui hal-hal yang mempengaruhinya dapat menerapkannya dalam
kehidupan, misalnya dalam kegiatan industri, dengan mengetahui laju reaksi dapat
membuat produksi lebih terkendali sehingga didapat jumlah produk dalam waktu yang
bisa diperhitungkan.
URAIAN MATERI
LAJU REAKSI

A. Pengertian Laju Reaksi


Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan
waktu. Laju berkurangnya reaktan atau bertambahnya produk yang dinyatakan
dalam molar/detik atau M/s. Laju reaksi tidak bisa ditentukan secara teoritis,
melainkan melalui percobaan. Dari percobaan tersebut akan diperoleh data yang
nantinya dapat digunakan untuk penentuan laju reaksi.

Laju reaksi A B

V
(Brady, 1989)

B. Laju reaksi dan stokiometri reaksi


Laju berkurangnya tiap reaktan dan laju bertambahnya tiap produk
reaksi harus mengikuti stokiometri reaksi, seperti pada contoh reaksi berikut :
2 HI(g) → H2(g) + I2(g)
Karena 2 mol HI terurai menjadi 1 mol H2 dan 1 mol I2, maka laju
berkurangnya HI adalah dua kali laju pembentukan H2 atau I2, sehingga untuk
menyamakan laju maka laju berkurangnya HI harus dibagi dua, atau :

1
Untuk reaksi umum : a A + b B → c C + d D, berlaku :

Contoh Soal
Tulislah persamaan laju untuk reaksi di bawah ini!
CH4 (g) + 2O2 (g) → CO2 (g) + 2H2O (g)

C. Hukum Laju, Orde Reaksi, dan Konstanta Laju

Hukum Laju untuk reaksi sederhana berbanding lurus dengan hasil kali
konsentrasi-konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
Hukum laju dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial atau bentuk integral.
Hukum laju untuk setiap reaksi kimia harus ditentukan dari percobaan dan tidak
dapat diprediksikan dari persamaan reaksi kimianya. Metode laju awal sering
digunakan untuk menentukan hukum laju, yaitu dengan mengamati pengaruh dari
perubahan konsentrasi reaktan awal terhadap laju awal reaksi. Sedangkan orde
reaksi merupakan jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam bentuk laju bentuk
diferensial.
V=k[A] a[B]b[C] c
a = orde reaksi terhadap komponen A; b =orde reaksi terhadap komponen B; c =
orde reaksi terhadap komponen C. Jumlah pangkat konsentrasi setiap komponen
dinyatakan sebagai orde reaksi keseluruhan, yaitu a+b+c. Konsep orde reaksi
seperti ini hanya berlaku untuk reaksi sederhana. Namun untuk reaksi kompleks
hal ini tidak berlaku. Pada reaksi kompleks orde reaksi tidak sama dengan
stoikiometri reaksi. Dengan demikian, hukum laju reaksi harus dinyatakan
sebagai:
�[��]
V= = k
[A] x[B] y[C]z
��
Orde reaksi tidak sebanding dengan stoikiometri reaksi karena laju reaksi
tidak mengikuti konsep reaksi sederhana. Jadi orde reaksi harus ditentukan
melalui eksperimen. Eksponen pada hukum laju menunjukkan bagaimana laju

2
dipengaruhi oleh konsentrasi masing-masing reaktan. Orde reaksi tidak harus
merupakan bilangan bulat, bisa berupa pecahan ataupun bernilai negative dan
tidak harus

3
sesuai denganstokiometri reaksi, seperti pada contoh berikut :
2 N2O5(g) → 4 NO2(g) + O2(g) laju = k [N2O5]1/2
CHCl3(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + HCl(g) laju = k [CHCl3] [Cl2]
H2(g) + I2(g) → 2 HI(g) laju = k [H2] [I2]
Tetapan (Konstanta) laju reaksi (k) adalah perbandingan antara laju reaksi
dengan konsentrasi reaktan. Nilai k akan semakin besar jika reaksi berlangsung
cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan dalam jumlah kecil. Nilai k hanya
dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri
maupun koefisien reaksi.

Contoh:
Laju awal reaksi A + B → C, diukur pada beberapa konsentrasi A dan B yang
berbeda dengan hasil sebagai berikut :

No Percobaan [A] (M) [B] (M) Laju awal (M/detik)


1 0,100 0,100 4,0 x 10-5
2 0,100 0,200 4,0 x 10-5
3 0,200 0,100 16,0 x 10-5
Tentukan : (a) hukum laju reaksi
(b) nilai tetapan laju
Jawab:
diandaikan hukum laju dinyatakan sebagai persamaan umum : laju = k [A]m [B]n,
sehingga bila orde reaksi m dan n dapat ditentukan, maka tetapan laju dapat dihitung.
Dengan membandingkan laju awal diperoleh :

(Dogra, 2009)

4
Latihan!
Pengama[tNanOl2a]ju NO(g) + Cl2([gC) →l2] isajikan
reaksi 0,2 NOCl2(g) d 2 dLaaljaum0,24
retakM/s
bseil
0,2 18 0,48 M/s
0,4 72 1,92 M/s

Tentukan persamaan dan tetapan laju reaksinya!

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi


1) Konsentrasi

Naiknya konsentrasi pereaksi menyebabkan jumlah partikel pereaksi


persatuan volume akan meningkat. Perubahan jumlah molekul pereaksi dapat
berpengaruh pada laju suatu reaksi. Kita telah tahu bahwa jumlah mol spesi zat
terlarut dalam 1 liter larutan dinamakan konsentrasi molar. Bila konsentrasi
pereaksi diperbesar dalam suatu reaksi, berarti kerapatannya bertambah dan
akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat laju
reaksi. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi, laju reaksi
semakin meningkat.

Contoh soal :
1). Konsentrasi larutan yang dibuat dengan melarutkan 4 gram NaOH (Mr =40)
kedalam air sehingga volume nya 200mL adalah …
Jawab

Dik = 4gram NaOH Dit = M ?


Mr NaOH = 40
Volume total = 200mL
Penyelesaian
𝑟 𝑎� (� � � 𝑎 � � 1000
M=
)
x �𝑟 ��
1000
(����𝑎𝑟��)
4 𝑔 𝑟𝑎 � 200 ��
M= x
40

5
M = 0,5 Molar

6
2) Luas Permukaan
Bagaimana pengaruh ukuran kepingan zat padat terhadap laju reaksi?
Misalkan, kita mengamati reaksi antara batu gamping dengan larutan asam
klorida (HCl). Percobaan dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing dengan
ukuran keping batu gamping yang berbeda, sedangkan faktor-faktor lainnya
seperti massa batu gamping, volume larutan HCl, konsentrasi larutan HCl dan
suhu dibuat sama. Dengan demikian, perubahan laju reaksi semata-mata sebagai
akibat perbedaan ukuran kepingan batu gamping (kepingan halus dan kepingan
kasar). Dalam hal ini, ukuran keping batu gamping kita sebut variabel
manipulasi, perubahan laju reaksi (waktu reaksi) disebut variabel respon, dan
semua faktor lain yang dibuat tetap (sama) disebut variabel kontrol.
Mengapa kepingan yang lebih halus bereaksi lebih cepat? Pada campuran
pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran yang
selanjutnya kita sebut bidang sentuh. Oleh karena itu, makin luas bidang sentuh
makin cepat bereaksi. Jadi makin halus ukuran kepingan zat padat makin luas
permukaannya. Pengaruh luas permukaan banyak diterapkan dalam industri,
yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sebelum
direaksikan. Ketika kita makan, sangat dianjurkan untuk mengunyah makanan
hingga lembut, agar proses reaksi di dalam lambung berlangsung lebih cepat dan
penyerapan sari makanan lebih sempurna. Apa hubungannya dengan tumbukan?
Makin luas permukaan gamping, makin luas bidang sentuh dengan asam klorida
makin besar, sehingga jumlah tumbukannya juga makin besar. Artinya makin
kecil ukuran, makin luas permukaannya, makin banyak tumbukan, makin cepat
terjadinya reaksi.

3) Pengaruh Tekanan
Pengaruh tekanan akan terlihat pada reaksi kimia yang melibatkan
pereaksi berupa gas, peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan pereaksi
gas akan meningkatkan laju reaksi, pengaruh ini tidak akan terlihat pada reaksi
yang melibatkan zat padat dan zat cair.

7
Pada dasarnya, pengaruh tekanan terhadap laju reaksi sama halnya dengan
pengaruh konsentrasi kerena peningkatan tekanan biasanya dilakukan untuk

8
meningkatkan persentase gas yang bereaksi dalam kesetimbangan campuran,
dengan demikian peningkatan tekanan gas sama dengan peningkatan pada
kosentrasinya dan mempengaruhi laju reaksi.

4) Pengaruh Suhu

Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya


penurunan suhu memperlambat reaksi. Bila kita memasak nasi dengan api
besar akan lebih cepat dibandingkan api kecil. Bila kita ingin mengawetkan
makanan (misalnya ikan) pasti kita pilih lemari es, mengapa? Karena
penurunan suhu memperlambat proses pembusukan.
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana hal ini
dapat terjadi? Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu
dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, makin
cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat
pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.
Umumnya kenaikan suhu sebesar 100C menyebabkan kenaikan laju
reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan
dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu
bergerak-gerak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul
yang ada. Tetapi tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang
dimiliki oleh molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan
yang efektif. Kita telah tahu bahwa, energi yang diperlukan untuk
menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi
disebut energi pengaktifan.
Energi kinetik molekul-molekul tidak sama. Ada yang besar dan ada
yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada molekul-molekul yang
bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara tidak efektif.
Dengan perkataan lain, ada tabrakan yang menghasilkan reaksi kimia ada yang
tidak menghasilkan reaksi kimia. Meningkatkan suhu reaksi berarti
menambahkan energi. Energi diserap oleh molekul-molekul sehingga energi
kinetik molekul menjadi lebih besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak

9
lebih cepat dan tabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar makin
sering terjadi. Dengan demikian, benturan antar molekul yang mempunyai

110
0
energi kinetik yang cukup tinggi itu menyebabkan reaksi kimia juga makin
banyak terjadi. Hal ini berarti bahwa laju reaksi makin tinggi.

Contoh Soal:
Laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10oC. Bila
pada suhu 20oC, laju reaksi nya 2 x 10-3 M/s . Berapakah laju reaksi yang
terjadi pada suhu 50oC ?
Dik : V1 = 2 x 10-3 M/s Dit : V2 ?
o
T1 = 20 C
T2 = 500C
n=2
Penyelesaian :
V2 = V1 (n) ( T/10)
V2 = 2 x 10-3 M/s (2) (50-20/10)
V2 = 2 x 10-3 M/s . 23
V2 = 2 x 10-3 M/s . 8
V2 = 16 x 10-3 M/s

5) Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia tanpa mengalami
suatuperubahan secara permanen. Reaksi katalisis dikelompokkan sebagai :
reaksi katalisis homogen

dimana fase katalis sama dengan fase molekul-molekul yangbereaksi,


misalnya sebagai fase gas atau fase larutan. Sebagai contoh adalah reaksi
dekomposisi larutan dalam hidrogen peroksida menjadi air yang dikatalisis
oleh ion Br- dalam suasana asam (Gambar 1.11):
2 Br-(aq) + H2O2(aq) + 2 H+ → Br2(aq) + 2 H2O(l)
Selanjutnya H2O2 bereaksi lanjut dengan Br2(aq) :
Br2(aq) + H2O2(aq) → 2 Br-(aq) + 2 H+(aq) + O2(g)
reaksi katalisis heterogen, dimana fase katalis berbeda dengan fase molekul
reaktan, biasanya merupakan katalis padatan dengan reaktan dalam fase gas
atau dalam larutan. Reaksi gas hidrogen dengan gas etilen membentuk gas

7
etana berjalan sangat lambat meskipun merupakan reaksi eksoterm. Dengan
adanya bubuk logam yang sangat halus, seperti Ni, Ptatau Pd, reaksi

8
berlangsung dengan mudah pada temperatur ruang.

(Syukri, 1999)

Metode untuk Menentukan Orde Reaksi


Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menentukan orde reaksi, yaitu:
1. Metode differensial
Metode diferrensial didasarkan atas penggunaan persamaan laju secara
langsung. Untuk kasus satu komponen, dengan persamaaan laju
v = k[A]a
maka
ln v = ln k + a ln [A]
Bila reaksi terdiri atas dua pereaksi, dengan persamaan laju dituliskan
sebagai v = k[A]a[B]b
salah satu komponen dibuat berharga “tetap”, denagan cara menggunakan
konsentrasi yang jauh lebih besar dari yang lain. Jadi, jika [B]>>[A],maka
perubahan harga [A] tak akan banyak mempengaruhi [B] sehingga selama reaksi
berlangsung dapat dianggap “tetap”. Dengan demikian, dari ungkapan
ln v = {ln k + b ln [B]} + a ln [A]
(Irma, 2012)
2. Metode integrasi
Metode ini merupakan metode triar and error. Orde reaksi akan diperoleh dari
hukum laju yang telah diintegrasi yang memberikan harga k yang konstan, atau
memberikan kurva yang linier.
a. Orde Reaksi ke nol
�𝑥
�� = k
dx = k dt
∫dx = k ∫ dt + konstanta/tetapanx = kt + tetapan
pada awal reaksi t = 0 maka x = 0tetapan = 0
x = kt
b. Orde Reaksi ke 1
Reaksi orde 1 adalah reaksi-reaksi yang lajunya berbanding langsung hanya
dengan konsentrasi satu senyawa.

A B

9
Hasil eksperimen memberikan harga konsentrasi A pada berbagai waktu.
Jika konsentrasi pada t = 0 adalah A0 dan pada t tertentu konsentrasi A adalah
A, maka integrasinya :

kt= ln [Ao]/[A] kt=


ln [A0] - ln[A] kt-ln
[A0] = - ln [A]
ln [A] = -kt+ ln [A0]
2,303 log [A] = -kt + 2,303 log [A0]
Log [A]= -kt/2,303 + log [A0]

Contoh:

Suatu reaksi A→B adalah reaksi orde ke satu terhadap A dan


mempunyai
tetapan laju 3,85 x 10-4 s-1. Jika semula terdapat Konsentrasi A = 0,2
M. Hitungkonsentrasi A setelah 30 menit!
Diketahui: [A0] = 0,2 M k = 3, 85 x 10-4s-1 t = 30
Ditanya: [A]?
Jawab:
kt= ln [Ao]/[A] kt=
ln [A0] - ln[A] kt-ln
[A0] = - ln [A]
ln [A] = -kt+ ln [A0]
2,303 log [A] = -kt + 2,303 log [A0]
Log [A]= -kt/2,303 + log [A0]
= -3,85 x 10-4s-1x 1800 s/2,303 + log 0,2
= -6930 x 10-4/2,303 + (-0,698970004)
= -0,300911854 – 0,698970004
= - 0,999811894
[A] = 0,1 M

110
0
[A] setelah bereaksi = 0,2 M – 0,1 M = 0,1 M

111
1
Reaksi dikatakan memiliki orde 2, jika laju reaksi sebanding dengan
kuadrat konsentrasi salah satu pereaksi atau dengan hasil kali konsentrasi dua
pereaksi yang masing-masing dipangkatkan satu.
A+B Produk
1) Jika konsentrasi awal kedua pereaksi sama

2) Jika konsentrasi awal kedua pereaksi tidak sama


A + B C
a b
(a-x) (b-x) x

112
2
Latihan!
Dari reaksi penguraian
PQ P + Q
Didapat data konsentrasi waktu sebagai berikut
Konsentrasi PQ (mol ml-1) : 50 44,09 38,58 33,70 27,93
Waktu (menit) : 0 4 9 15 24
Buktikan bahwa reaksi ini adalah orde dua dengan cara integrasi!

d. Reaksi Orde 3

(Levine, 2009)

113
3
3. Metode waktu paruh
Suatu reaksi tidak akan berakhir secara mutlak karena grafik memotong
sumbu x pada t tak hingga. Akibatnya tidak mungkin membandingkan laju
dua reaksi dari lamanya reaksi itu berlangsung. Sebagai jalan keluar, dua
reaksi yang ordenya sama dapat dibandingkan dari nilai waktu paruh (t1/2)-
nya.
Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan sampai jumlah (konsentrasi)
pereaksi menjadi setengah (separuh) konsentrasi semula.
Perlu diingat bahwa yang dihitung dalam waktu paruh adalah jumlah
pereaksi yang tinggal, dan ini dapat dilakukan bila reaksi berpereaksi tunggal
(satu macam). Cara menghitung waktu paruh bergantung pada orde reaksi,
apakah satu, dua, atau tiga.
(Syukri, 1999)

1) Orde nol
Waktu paruh (t1/2)
Mula-mula = a x = 1/2a

2) Orde Satu

Jadi waktu paruh reaksi orde satu tidak tergantung pada konsentrasi awal,
sehinggawaktu paruh konstan selama reaksi.

114
4
3) Orde Dua

E. Teori Tumbukan

Laju reaksi yang dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan dan temperatur


dapat dijelaskan dengan model tumbukan, yaitu bahwa molekul-molekul
harus bertumbukan supaya terjadi reaksi. Makin banyak jumlah tumbukan per
detiknya, maka makin besar laju reaksi. Bila konsentrasi molekul reaktan
makin besar, maka makin meningkat jumlah tumbukan yang menyebabkan
naiknya laju reaksi. Demikian pula sesuai dengan teori molekular kinetik gas,
temperatur yang meningkatkan menyebabkan molekul bergerak lebih cepat,
bertumbukandengan energi yang lebih besar dan lebih sering, sehingga laju
reaksi meningkat.

Meskipun demikian, reaksi terjadi membutuhkan lebih dari tumbukan


sederhana. Pada kebanyakan reaksi, hanya sebagian kecil dari tumbukan yang
menyebabkan reaksi, sebagai contoh dalam campuran H2 dan I2 pada
temperatur dan tekanan ruang, setiap molekul mengalami 1010 tumbukan per
detik. Jadi bila setiap tumbukan antara H2 dan I2 menghasilkan pembentukan
HI, maka reaksi akan selesai dalam waktu kurang dari 1 detik. Sedangkan
pada temperatur ruang reaksi berjalan sangat lambat, hanya sekitar satu dalam
setiap
1013 tumbukanyang menghasilkan reaksi.

F. Energi Aktivasi

Pada tahun 1888 seorang ahli kimia Swedia bernama Svante Arrhenius
mengusulkan bahwa molekul-molekul harus memiliki sejumlah energi
minimum tertentu untuk dapat bereaksi. Menurut model tumbukan, energi ini
berasal dari energi kinetik dari molekul- molekul yang bertumbukan. Pada
menekuk dan akhirnya memutuskan ikatan untuk menghasilkan reaksi kimia.
13
saat tumbukan, energi kinetik dari molekul dapat digunakan untuk
mengulur,

menekuk dan akhirnya memutuskan ikatan untuk menghasilkan reaksi kimia.


14
Dalam hal ini energi kinetik digunakan untuk merubah energi potensial
molekul. Bila molekul bergerak dengan sangat lambat, dengan energi kinetik
yang sangat kecil, maka molekul- molekul hanya saling menempel tanpa
terjadi perubahan. Supaya terjadi reaksi, molekul- molekul yang bertumbukan
harus memiliki total energi kinetik yang sama atau lebih besar darisuatu nilai
minimum, yaitu energi aktivasi, Ea, yang dibutuhkan untuk menginisiasi suatu
reaksi kimia.
Sebagai contoh adalah reaksi metil isonitril menjadi asetonitril
(Gambar 1.8), yang menggambarkan bagaimana energi potensial molekul
berubah selama reaksi :

Gambar 1.8. Profil energi isomerisasi metil isonitril.

Pada gambar terlihat bahwa energi harus diberikan untuk mengulur


ikatan antara gugusH3C dan gugus N≡C sehingga gugus N≡C dapat berputar.
Setelah gugus N≡C cukup terputar, maka ikatan C–C mulai terbentuk dan
energi molekul berkurang. Jadi energi penghalang adalah energi yang
diperlukan untuk memaksa molekul melewati keadaan intermediet tak stabil
untuk menghasilkan produk reaksi. Energi aktivasi, Ea adalah selisih antara
energi awal molekul dan energi tertinggi pada jalan reaksi. Susunan atom-
atom pada keadaan energi teratas disebut kompleks teraktivasi atau keadaan
transisi.
Reaksi konversi H3C–N≡C menjadi H3C–C≡N adalah reaksi isotermik,
dimana energi
tidak mempengaruhi laju reaksi. Pada umumnya laju tergantung pada besarnya
Ea, makin rendah Ea makin cepat reaksi. Reaksi baliknya adalah endotermik,
sehingga energi penghalangnya adalah jumlah dari dan Ea.
menekuk dan akhirnya memutuskan ikatan untuk menghasilkan reaksi kimia.
15
Ilustrasi pada Gambar 1.9 berikut menunjukkan distribusi energi
kinetik pada dua temperatur yang berbeda :

Gambar 1.9. Pengaruh temperatur pada


distribusienergi kinetik.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada temperatur yang lebih tinggi
lebih banyak fraksi molekul yang memiliki energi kinetik lebih besar dari E a,
sehingga laju reaksi juga lebihbesar. Fraksi molekul yang memiliki energi
yang sama atau lebih besar dari Ea dinyatakan sebagai :

f e Ea / RT
dimana R adalah konstanta gas (8,314 J/mol-K) dan T adalah temperatur absolut.
Hubungan antara katalis dengan energi pengaktifan terlihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar Hubungan antara Katalis dengan Energi Aktivasi.

Homogenitas katalis dapat dilihat dari fasenya, oleh karena itu katalis

15
homogen merupakan katalis yang mempunyai fase yang sama dengan fase
reaktan, sedangkan katalis heterogen merupakan katalis yang mempunyai fase
berbeda dengan fase reaktannya. Pada umumnya katalis heterogen digunakan
dalam wujud padat. Sementara itu, reaktannya berwujud gas atau
cairan.Pemberian katalis pada sistem reaksi akan memunculkan tambahan tahap-
tahap reaksi yang memberikan jalan alternatif lain dengan energi aktivasi (Ea)
lebih rendah. Agar tumbukan partikel menghasilkan reaksi maka partikel harus
mempunyai energi minimal sebesar energi aktivasi (Ea). Tahap pengikatan katalis
dan tahap pelepasan katalis pada akhir reaksi merupakan tahap-tahap reaksi
tambahan. Katalis hanya dapat berfungsi untuk suatu reaksitertentu, sehingga
katalis dikatakan bersifat spesifik. Fungsi katalis adalah untuk menurunkan energi
aktivasi. Dengan adanya katalis akan mengakibatkan reaksi berlangsung dalam
beberapa tahap.

G. Persamaan Arrhenius
Arrhenius mencatat, bahwa peningkatan laju kebanyakan reaksi dengan
meningkatnya temperatur adalah tidak linier. Demikian juga ditemukan bahwa
data laju reaksi mengikuti persamaan yang didasarkan pada 3 faktor, yaitu (a)
fraksi molekul yang memiliki energi yang sama atau lebih besar dari Ea, (b)
jumlah tumbukan yang terjadi per detik dan (c) fraksi tumbukan molekul yang
memiliki orientasi yang sesuai. Ketiga faktor ini dirumuskan dalam persamaan
Arrhenius sebagai :

Dimana k adalah tetapan laju, Ea adalah energi aktivasi, R adalah konstanta


gas (8,314J/mol.K) dan T adalah temperatur absolut. Faktor frekuensi A adalah
tetap atau hampir konstan bila temperatur berubah.
Untuk menentukan energi aktivasi, persamaan diubah dalam bentuk logaritma
naturalnya :
��𝑎
ln � = − + ln 𝐴
��𝑇
yang akan menghasilkan hubungan linier antara ln k terhadap 1/T dengan

16
kemiringan –Ea/RT dan potongan sumbu y sama dengan ln A (Perhatikan
Gambar 1.10). Jadi energi aktivasi dapat ditentukan dengan mengukur nilai k pada
beberapa temperatur.

17
H. Mekanisme reaksi
Persamaan reaksi yang merupakan persamaan rumus kimia reaktan
menjadi produk reaksi tidak menggambarkan bagaimana reaksi itu terjadi. Proses
yang menggambarkan terjadinya reaksi kimia disebut mekanisme reaksi, yang
secara terperinci menjelaskan bagaimana suatu ikatan terputus dan terbentuk
dengan perubahan relatif posisi atom-atom selama reaksi.
Reaksi-reaksi elementer
Reaksi terjadi sebagai hasil tumbukan antara molekul-molekul yang
bereaksi, seperti antara molekul-molekul metil isonitril (CH3NC) yang dapat
menyediakan energi yang mencukupi untuk terjadinya penyusunan sebagai
berikut:

reaksi ini terjadi melalui sebuah tahapan reaksi tunggal dan disebut reaksi
elementer atau proses elementer. Banyaknya molekul yang berpartisipasi sebagai
reaktan pada reaksi elementer menentukan molekularitas dari reaksi. Bila hanya
sebuah molekul tunggal yang berpartisipasi disebut unimolekul, seperti pada
penyusunan metil isonitril adalah proses unimolekular, sedangkan dua molekul
yang berpartisipasi disebut bimolekular dan bila 3 molekul secara simultan
bertumbukan (sangat jarang terjadi), disebut termolekular.
Hukum laju reaksi elementer.
Hukum laju setiap reaksi elementer adalah bersesuaian langsung dengan
molekularitasnya,yaitu :
Molekularitas Reaksi elementer Hukum laju
Unimolekular A → Produk Laju = k [A]
Bimolekular A + A → Produk Laju = k [A]2
Bimolekular A + B → Produk Laju = k [A] [B]
Termolekular A + A + A → Produk Laju = k [A]3
Termolekular A + A + B → Produk Laju = k [A]2 [B]
Termolekular A + B + C → Produk Laju = k [A] [B] [C]

18
KESIMPULAN

Materi laju reaksi memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi


kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k, makin lambat reaksi,
makin kecil harga k itu. Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari
konsentrasi dalam persamaan laju. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah
koefisien pada tahap reaksi yang berjalan lambat. Jika tahap reaksi tidak bisa
diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap
dan kosentrasi zat lain berubah. Berbagai orde reaksi adalah reaksi orde nol,
reaksi orde satu dan reaksi orde dua. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu
: Luas permukaan, konsentrasi, tekanan, suhu, dan katalis.
Teori tumbukan merupakan teori yang menjelaskan bagaimana suatu
molekul mengalami tumbukan sehingga menghasilkan energi pada suatu reaksi
kimia. Terjadinya tumbukan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu konsentrasi,
luas permukaan, temperatur, dan katalis. Hubungan antara tumbukan dengan
energi aktivasi (Ea) adalah peluang terjadinya reaksi akan semakin besar jika
tumbukan efektif yang terjadi semakin banyak maka energi yang dihasilkan
untuk melampaui energi aktifasijuga semakin banyak. Laju reaksi semakin cepat
karena terjadi tumbukan efektif yang semakinbanyak.

19
SOAL-SOAL LAJU REAKSI sehingga mempercepat
pemasakan.
Perhatikan hal di bawah ini untuk
menjawab soal nomor 1 dan 2! 3. Peningkatan energi kinetik
a) Makanan yang disimpan di partikel reaktan merupakan hal
ruangan biasa lebih cepat basi dasar untuk menaikkan laju reaksi
dibanding yang disimpan di karena dapat meningkatkan
refrigerator. frekuensi partikel yang
b) Pada makanan kaleng terdapat bertumbukan. Hal tersebut
asam benzoat yang berfungsi merupakan prinsip kenaikan laju
sebagai pengawetmakanan. reaksi yang disebabkan oleh ....
c) Pada saat memasak, bahan A. Kenaikan suhu
masakan dipotong menjadi B. Penambahan katalis
potongan yang lebih kecil agar C. Penambahan konsentrasi
lebih cepat masak. produk
1. Apabila hal di atas dikaitkan D. Penambahan konsentrasi
dengan laju reaksi maka faktor reaktan
E. Peningkatan luas permukaan
yang mempengaruhi laju reaksi
pada b) dan c) berturut-turut bidang sentuh
adalah ....
A. suhu dan katalis 4. Sebanyak 0.5 mol gas NO2
B. katalis dan suhu dipanaskan dalam ruangan dengan
C. suhu dan luas permukaan volume 5 liter sehingga
D. luas permukaan dan suhu membentuk dinitrogen
E. katalis dan luas permukaan
pentaoksida menurut persamaan :
2. Berdasar keterangan di atas, 4NO2 (g) + O2 (g) 4N2O5 (g)
maka pernyataan di bawah ini Dalam 20 detik pertama terbentuk 0.5
yang paling tepatadalah .... mol N2O5. Laju pengurangan
A. Pada kerusakan makanan, NO2 adalah …
laju kerusakan makanan tidak A. 5 x 10-3
dipengaruhi olehsuhu. B. 5 x 10-2
B. Penurunan suhu ternyata
C. 5 x 10-1
dapat menurunkan energi
aktivasi laju kerusakan D. 5 x 101
makanan. E. 5 x 102
C. Asam benzoat pada makanan
kaleng berfungsi sebagai 5. Pada reaksi A + B C diperoleh
inhibitor reaksi kerusakan persamaan laju reaksi v = k [A]2.
makanan. Dari persamaanlaju tersebut dapat
D. Pemotongan bahan masakan disimpulkan bahwa kecuali …..
menjadi potongan yang lebih
A. laju reaksi dipengaruhi oleh
kecil menurunkan total luas perubahan konsentrasi A.
permukaan bahan makanan.
E. Pemotongan bahan masakan B. orde reaksi atau tingkat reaksi
menjadi potongan yang lebih konsentrasi B sama dengan
kecil meningkatkan energi nol.
kinetik bahan makanan C. laju reaksi tidak dipengaruhi
oleh konsentrasi B.

20
D. laju reaksi hasil pereaksi C
kecepatan v = k [P] [Q]2
mempengaruhi laju reaktan B.
jika konsentrsi masing masing
E. koefisien pereaksi A
pereaksi ditingkatkan menjadi
tidaksama dengan orde
reaksi. tiga kalinya, maka lajureaksi nya
menjadi…
6. Untuk reaksi A + B AB
diperolehdata sebagai berikut. 9. Perhatikan data laju reaksi pada suhu 25
Jika konsentrasi A dinaikkan tiga °C berikut!
kali pada konsentrasi B tetap,
Waktu (detik) 10 20 30
laju reaksi menjadisembilan kali
lebih cepat. Jika konsentrasi A Volume gas H2 (mL) 80 200 320
dan B dinaikkan tiga kali, laju
reaksi menjadi 27 kali lebih
cepat. Persamaan laju reaksinya
adalah…
A. v = k [A]2 [B]
2
B. v = k [A] [B]
Zn (s) + 2HCl (aq) → (aq) + H2
C. v = k [A] [B]
ZnCl2 (g)
D. v = k [A]2 [B]2
Laju pembentukan gas H2 rata-rata
E. v = k [A]
pada suhu tersebut adalah ….
A. 8,0 mL/detik B.
7. Perhatikan beberapa pernyataan
berikut: 10,5 mL/detik C.
1. Untuk menaikan energi kinetik 11,0 mL/detik D.
partikel dengan cara 11,5 mL/detik E.
peningkatan suhu 12,0 mL/detik
2. Penambahan katalis dapat 10.Logam magnesium direaksikan
menyebabkan penurunan dengan larutan asam klorida 3 M
energi aktivasi
3. Reaksi dapat terjadi tanpa denganpersamaan reaksi:
adanya tumbukan dari partikel Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2
4. Setiap terjadi tumbukan efektif (g) sehingga diperoleh data sebagai
akan menghasilkan reaksi
5. Semua tumbukan akan berikut:
menghasilkan reaksi Suh Wakt Volume gas H2
Pernyataan di atas yang tidak u u yangterjadi (cm3)
sesuai dengan teori tumbukan (°C) (detik
adalah pernyataan dengan nomor .... )
A. 1 dan 2 27 0 0
B. 1 dan 3 27 10 14
C. 2 dan 4 27 20
D. 3 dan 5 25
E. 4 dan 5 Jika reaksi dilakukan pada suhu 27
°C maka besarnya laju reaksi
8. Suatu reaksi P + Qproduk pembentukan gas tersebut selama 20
mempunyai persamaan detik adalah ….
A. 1,10 cm3/det
B. 1,25 cm3/det

21
C. 1,40
3
cm /det

22
D. 1,80 cm3/det Gas hidrogen ditampung dan diukur
E. 2,50 cm3/det
volumenya pada temperatur yang
11.Data percobaan laju reaksi 2NO(g) + tetap. Data pengukuran tiap waktu
Br2(g) → 2NOBr(g) sesuai tabel berikut:
Waktu Volum
Konsentrasi Awal Reaks eGas
Laju Reaksi (M/s) i
[NO] [Br2] (ml)
(detik
(M) (M) )
0,10 0,15 12 × 10−2 0 0
0,10 0,30 24 × 10−2
0,20 0,30 96 × 10−2 15 40
0,30 0,45 48 × 10−2
30 80
Berdasarkan data di atas, orde reaksi
total adalah …. Laju reaksi pembentukan gas
A. 0 hidrogen setelah 30 detik sebesar ....
A. 0,83 ml/detik
B. 1 B. 1,33 ml/detik
C. 2 C. 2,67 ml/detik
D. 3 D. 2,50 ml/detik
E. 4 E. 7,50 ml/detik

12.Berikut ini diberikan data percobaan 14.Suatu reaksi berlangsung 3 kali


laju reaksi Q (g) + 2T (g) →T2Q (g) lebih cepat dari semula setiap
kenaikan suhu 20 derajat celcius.
Jika pada suhu 30 derajat reaksi
No. [Q] [T] v (M/det) berlangsung 3 menit, pada suhu 90
1 0,1 0,1 1,25 × derajat, reaksi akan berlangsung
2 0,2 0,1 10−2 selama menit.
3 0,1 0,2 5 × 10−2 A. 6
10−1 B. 3
Jika [Q] dan [T] masing-masing C. 1
diubah menjadi 0,5 M maka harga D. 1/3
laju reaksi (v) saat itu adalah …
M/det. E. 1/9
A. 5,0
B. 7,5
C. 10,5 15.Reaksi antara NO (g) dan O2 (g)
D. 12,5 berorde dua terhadap
E. 39,0 konsentrasi NO dan berorde satu
terhadap konsentrasi O2. Jika
13.Pada percobaan reaksi antara logam
konsentrasi semua pereaksi
aluminium dan asam sulfat sesuai
dinaikkan menjadi tiga kali
persamaanreaksi:
konsentrasi semula, maka laju
2Al(s) + 3H2SO4(aq) →
reaksinya bila dibandingkan
Al2(SO4)3 (aq) +
3H2(g) dengan laju mula-mulaadalah…

23
A. larutan HCl
B. 6v0
ii. Meningkatkan suhu reaksi
C. 9v0
iii. Menggunakan pita magnesium
D.
E. iv. Menghilangkan gas hidrogen
hasil reaksi
16.Dari reaksi aA + bB cC +dD A. 1 dan 2
diperoleh data sebagai berikut : B. 3 dan 4
C. 1, 2, dn 3
[A [B] Laju D. 2, 3, dan 4
] reaksi
0.1 0.1 5 . 10-4 E. 1, 2, 3, dan 4
0.1 0.2 1 . 10-3
0.2 0.3 1,4 . 10-3 19.Reaksi berlangsung lebih cepat
0.5 0.2 1 . 10-3 jika suhu sistem dinaikkan sebab
0.5 0.3 x kenaikan suhu akan
Pernyataan di bawah ini benar kecuali… mengakibatkan…
A. Laju reaksi terhadap A adalah 1 A. Volume pereaksi bertambah
B. Laju reaksi terhadap B adalah 1 B. Jumlah partikel pereaksi
bertambah
C. Tetapan lajunya adalah 5 x 10-3
C. Konsentrasi pereaksi
D. Nilai x adalah 1.5 x 10-3 bertambah
E. Orde reaksi total adalah 1 D. Fraksi mol berenergi lebih
besar daripada Ea bertambah
17.Kenaikan suhu umumnya
E. Energi pengaktifan bertambah
menaikkan reaksi. Alasan yang
tepat untuk menjelaskanhal di atas Untuk soal nomor 20-23
adalah …. Data percobaan penentuan laju
A. energi kinetik dari molekul- reaksi P + Q R
molekul menurun Laju
B. kenaikkan suhu menghasilkan No [P] (M) [Q] (M)
reak
reaksi dapat balik si
C. kecepatan masing-masing (M/s)
molekul menjadi sama 1 0.40 0.20 0.096
D. energi kinetik dari molekul- 2 0.80 0.20 0.348
molekul meningkat 3 0.20 0.40 0.048
E. kenaikan suhu memperkecil 4 0.40 0.80 0.192
energi aktivasi 5 0.20 0.20 0.024
20. Orde reaksi terhadap P adalah…
18.Reaksi antara logam A. 0
magnesium dengan larutan HCl B. 1/2
adalah sebagai berikut.Mg (s) + C. 1
2HCl(aq) MgCl2 (aq) + H2 (g) D. 2
i. Meningkatkan konsentrasi E. 3

24
21. Orde reaksi terhadap Q adalah… 25.Berdasarkan teori tumbukan,
A. 3 suhu mempercepat jalannya laju
B. 2 reaksi dengan jalan…
C. 1 A. Menurunkan energy hasil
D. reaksi
E. 0 B. Meningkatkan energy kinetic
C. Menurunkan energy aktifasi
22.Orde total dari reaksi tersebut D. Meningkatkan jumlah
adalah… tumbukan
A. 1 E. Meningkatkan jumlah produk
B. 2 reaksi
C. 3
D. 4
E. 5

23.Persamaan laju reaksinya


adalah…
A. v = k [P]
B. v = k [Q]
C. v = k [Q]2
D. v = k [P] [Q]
E. v = k [P] 2 [Q]
24.
Dalam suatu pabrik, proses
pembuatan SO3 menggunakan
suatu katalis yaitu Vanadium
pentaoksida menurut persamaan
reaksi :
SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
Fungsi katalis dalam reaksi tersebut
adalah…
A. Meningkatkan hasil reaksi
B. Meningkatkan jumlah tumbukan
partikel-partikel pereaksi
C. Menurunkan energi aktivasi
D. Meningkatkan energi kinetik
pereaksi
E. Memperbesar luas permukaan
pereaksi

25
SOAL ESSAY
1. Salah satu reaksi gas yang terjadi dalam kendaraan adalah:
NO2(g) + CO(g) → NO(g) + CO2(g)
Laju = k[NO2]m[CO]n
Jika diketahui data sebagai berikut, tentukan orde reaksi keseluruhan

Eksperimen Laju awal [NO2] awal [CO] awal


(mol/L.s) (mol/L) (mol/L)
1 0,0050 0,10 0,10
2 0,080 0,40 0,10
3 0,0050 0,10 0,20

2. Penggabungan kembali atom-atom iodium dalam fasa gas dan yang mengandung
argon mempunyai laju awal sbb :

[I]0/10-5M 1,0 2,0 4,0 6,0


Laju awal a. 8,7X10-4 3,48X10-3 1,39X10-2 3,13X10-2

(M/det) b. 4,35X10-3 1,74X10-2 6,96X10-2 1,57X10-1


c. 8,69X10-3 3,47X10-2 1,38X10-1 3,13X10-1

Konsentrasi Ar pada keadaan : a. 1,0 x 10-3 M


b. 5,0 x 10-3 M
c. 1,0 x 10-2 M
Tentukan orde reaksi dan tetapan laju penggabungan tersebut, dimana reaksinya
dapat
ditulis sebagai berikut : 2 I + Ar → I2 + Ar

3. Siklobutana (C4H8) terdekomposisi pada 1000oC menjadi dua molekul etilen (C2H4)
dengan konstanta laju reaksi orde satu 87 s-1. Jika konsentrasi awal siklobutana 2 M
berapa konsentrasinya setelah 0,010 s?
4. Harga tetapan laju k dari suatu reaksi pada berbagai suhu diamati sebagai berikut:

T (K) 250 300 350 400 450 500


k 0,042 0,240 0,894 2,356 5,039 9,311
Bila data tersebut diinterpretasikan berdasarkan hubungan Arrhenius,
k = A. e-
Ea/RT Tentukan harga A dan energi pengaktifan
Ea!
5. Suatu zat terdekomposisi menurut reaksi 2A → P dengan hukum laju orde kedua dan
k = 2,62 x 10-3M-1s-1. Berapakah waktu paruh A jika [A]0 = 1,70M ?

26

Anda mungkin juga menyukai