Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari tentang laju reaksi. Laju reaksi merupakan kuantitas tunggal bernilai
positif, laju reaksi mencerminkan laju perubahan konsentrasi reaktan dan produk
suatu reaksi. Untuk menetapkan laju reaksi, kita perlu mengukur perubahan
konsentrasi berdasarkan waktu. Perubahan waktu ini dapat diukur dengan
stopwatch atau alat pengukur waktu lainnya. Selain itu, kinetika kimia juga
membahas tentang konsep – konsep seperti hukum laju, orde reaksi, tetapan
kelajuan, dan faktor yang menyebabkan laju reaksi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan laju reaksi?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum laju reaksi?
3. Bagaimana cara menentukan orde reaksi?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi?

1.3 Tujuan
Berikut adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini,
antara lain :
1. Menjelaskan pengertian dari laju reaksi.
2. Menjelaskanhukum laju reaksi.
3. Menentukan cara menetukan orde reaksi.
4. Menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

1
1.4 Manfaat
Berikut adalah manfaat yang bisa kita dapatkan dari pembahasan diatas
antara lain :
1. Kita dapat mengerti apa itu laju reaksi.
2. Kita dapat memahami apa itu hukum laju reaksi.
3. Memahami cara menentukan orde reaksi.
4. Mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kinetika Kimia.
Kinetika kimia mempelajari proses yang berhubungan dengan kecepatan suatu
reaksi, dimana reaksi kimia tersebut dapat berlangsung dengan laju atau
kecapatan reaksi yang berbeda – beda. Laju reaksi adalah perubahan jumlah
pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu. Karena reaksi berlangsung ke arah
pembentukan hasil, maka laju reaksi tak lain dari pengurangan jumlah pereaksi
per satuan waktu, atau penambahan jumlah hasil reaksi per satuan waktu. Dimensi
untuk waktu umumnya digunakan menit atau detik, sedangkan satuan untuk
jumlah pereaksi dan hasil reaksi adalah konsentrasi molar. Untuk reaksi sederhana
berikut, laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya konsentrasi molar zat A,
sehingga dimensi laju reaksinya adalah mol.L-1, detik-1.
Laju reaksi dapat juga diterangkan melalui pengurangan zat B atau
bertambahnya zat C.
A+B C
Hal lain yang patut diperhatikan adalah tanda negative diberikan untuk laju
pengurangan pereaksi dari positif untuk laju pembentukan hasil reaksi, sehingga
pernyataan laju reaksi dapat dituliskan sebagai :
Laju reaksi = - pengurangan zat A
= - pengurangan zat B
= + laju pembentukan zat C
Secara matematik laju reaksi untuk pereaksi A dinyatakan dalam persamaan
(1.1). Jika konsentrasi A mula – mula adalah a sedangkan konsentrasi hasil reaksi
pada waktu t adalah x, maka persamaan laju reaksi dinyatakan dalam persamaan
(1.2)
−𝑑 (𝑎)
Laju = ……………… ….…………………. (1.1)
𝑑𝑡

3
+𝑑𝑥
Laju =
𝑑𝑡
−𝑑(𝑎−𝑥)
Laju = ……………… ……………………. (1.2)
𝑑𝑡
Untuk reaksi yang persamaan stoikiometrinya bukan 1:1 perlu diperhatikan benar
definisi tentang laju reaksi. Misalnya reaksi antara ion bromat dan ion bromida
dalam suasana asam.
5 Br + BrO3 + 6 H+ 3 Br2 + 3 H2O
Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa berkurangnya konsentrasi ion H enam
kali lebih cepat dari konsentrasi ion bromat, dan perubahan konsentrasi ion
bromida tiga kali lebih cepat dari perubahan konsentrasi ion bromat.
Dengan demikian, maka laju reaksi adalah 1/n kali perubahan konsentrasi
persatuan waktu untuk zat dengan n mol terdapat persamaan reaksi. Oleh karena
itu maka :
1 𝑑{𝐵𝑟 − 𝑑 𝐵𝑟𝑂3− 1 𝑑[𝐻 + ] 1 𝑑[𝐵𝑟2 ] 1 𝑑[𝐻2 𝑂]
- =- =- = =
5 𝑑𝑡 𝑑𝑡 6 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡 3 𝑑𝑡

Contoh Soal :
1. Reaksi pembakaran metana CH4 :
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)
Jika metana terbakar dengan laju 0,15 mol L-1 det-1, hitung laju pembentukan
CO2 dan H2O.
Jawab :
0,15 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻4 1𝑚𝑜𝑙𝐶𝑂2
Laju pembentukan CO2 = x
𝐿𝑥𝑑𝑒𝑡 1𝑚𝑜𝑙𝐶𝐻4

= 0,15 mol CO2 L-1 det-1

0,15 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻4 2𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2


Laju pembentukan H2O = x
𝐿𝑥𝑑𝑒𝑡 1𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻4

4
= 0,30 mol CO2 L-1 det-1
2.2 Hukum Laju Reaksi.
Laju untuk beberapa reaksi dapat dirumuskan secara matematik. Rumusan
laju reaksi dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju. Hukum laju
menunjukkan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Untuk
reaksi sederhana berikut, dimana besaran a, b, c, dan d merupakan koefisien
reaksi. Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan konsentrasi hasil
reaksi. Makin besar kosentrasi pereaksi, laju reaksi akan semakin besar, begitu
juga sebaliknya. Dengan demikian, maka persamaan laju reaksi bergantung pada
konsentrasi pereaksi dan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dapat dituliskan
sebagai berikut :
aA + bB cC + dD
maka laju reaksi, v, dinyatakan dalam persamaan matematik sebagai berikut :
v = k [A]m [B]n
Dengan :
V = laju reaksi
k = konstanta laju reaksi
m = orde reaksi zat A
n = orde reaksi zat B
m + n = orde reaksi
[A] dan [B] masing – masing adalah konsentrasi molar pereaksi A dan B,
sedangkan pangkat m dan n adalah bilangan bulat kecil, yang menunjukkan orde
reaksi, meskipun dalam beberapa kasus dapat berupa pecahan. Jika nilai m = 1,
berarti reaksi merupakan orde satu terhadap A. Demikian juga halnya jika n = 2,
artinya reaksi orde dua terhadap B, dan seterusnya. Jumlah pangkat m + n
merupakan orde reaksi total. Tak ada hubungan antara m dan n dengan koofisien a
dan b, namun secara kebetulan dalam beberapa kasus keduanya identik (m = a atau
n = b). Faktor k dikenal sebagai tetapan laju, koofisien sebagai tetapan laju,

5
koofisien laju, atau laju reaksi jenis. Faktor tersebut merupakan sifat khas dari
suatu reaksi dan hanya tergantung pada suhu.
Contoh Soal :
Jika data – data hasil eksperimen suatu reaksi sesuai persamaan :
aA + bB cC + dD

Percobaan [Ao], M [Bo], M v, M, menit-


1

I 0,250 0,125 8,0 x 10-3


II 0,500 0,250 3,2 x 10-2
III 0,250 0,250 1,6 x 10-2

Berdasarkan data – data tersebut, tentukanlah persamaan laju, orde reaksi,dan


tetapan laju reaksi.
Jawab :
a) Persamaan laju reaksinya adalah v = k [A]a [B]
b) Jika data – data dimasukkan ke dalam persamaan laju, maka :
I : 8,0 x 10-3 = k (0,250)a (0,125)b
II : 3,2 x 10-2 = k (0,500)a (0,250)b
III : 1,6 x 10-2 = k (0,250)a (0,250)b
Untuk mendapatkan nilai b, persamaan I dibagi dengan persamaan III :
8,0𝑥10−3 𝑘[0,250]𝑎 [0,125]𝑏
1,6𝑥10 −2 = 𝑘[0,250]𝑎 [0,250]𝑏
=>0,5 = (0,5)b sehingga b = 1
Untuk mendapatkan nilai a, persamaan II dibagi dengan III
3,2𝑥10−3 𝑘[0,500]𝑎 [0,250]𝑏
= =>2,0 = (2,0)a sehingga a = 1
1,6𝑥10−2 𝑘[0,250]𝑎 [0,250]𝑏
c) Tetapan laju, k dapat ditentukan berdasarkan salah satu persamaan :
1,6 x 10-2 = k (0,250)1 (0,250)1
1,6 x 10-2 = 0,06250. k sehingga k = 0,256.

6
2.3 Orde Reaksi
Orde reaksi yaitu bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi
zat dengan laju reaksi, sebagai orde kinetic berbeda dengan orde molekuler. Orde
molekuler menyangkut banyaknya molekul zat yang bereaksi sesuai persamaan
reaksinya (jumlah koefisiennya reaktan), sedangkan orde reaksi diperoleh melalui
eksperimen. Berikut jenis – jenis orde reaksi.
a) Orde Reaksi Tingkat Nol
Kadang – kadang laju suatu reaksi sama sekali tidak bergantung kepada
konsentrasi pereaksi. Laju reaksi seperti ini dapat ditentukan oleh parameter lain,
yang dapat diperhatikan dalam peranan intensitas cahaya dalam proses reaksi
fotokimia, atau tersedianya enzim dalam reaksi – reaksi biokimia yang dikatalisis
oleh enzim, dan sebagainya. Pada reaksi seperti itu, laju reaksi akan tetap.
Perhatikan contoh persamaan reaksi hiopotetik berikut :
A hasil reaksi
𝑑 (𝐴)
Laju reaksi, v = = k (A) = k ; (A) = 1 …………………….(1,4)
𝑑𝑡
Dalam persamaan (1,4) tampak bahwa reaksi merupakan orde nol, karena pangkat
– pangkat m, n … sama dengan nol, sehingga satuan k sama dengan satuan laju
reaksinya. Hubungan antara k, dA, dan d t pada persamaan (1,4)
-dA = k x d t
𝐴 𝑡
- ∫𝐴𝑜 𝑑𝐴 = ∫𝑡𝑜 𝑑𝑡

Untuk zat mula – mula adalah A0, dan zat sisa adalah A, hubungan tersebut
menjadi :
-A = k . t + C, pada saat t = 0 => C = Ao
-A = k . t – A0
Sehingga
A0 – A = k .t …………………………. (1,5)

7
Atau A = A0 – k .t
Hubungan antara konsentrasi dengan waktu dari persamaan (1,5) merupakan
hubungan linier dengan tg α = -k. Konsentrasi A berkurang dari nilai maksimum,
[A0], pada saat t = 0 menjadi [A] = 0 pada saat t = [A0]/k. Tetapan laju reaksi, k,
merupakan kemiringan kurva.
Jika waktu yang diperlukan untuk mengubah konsentrasi reaktan A, menjadi
separuh konsentrasi mula – mula, ½ A0, selanjutnya disebut waktu paruh (t1/2)

Gambar 1.1 Grafik hubungan konsentrasi pereaksi dengan waktu [A0] adalah
kosentrasi maksimum zat A sebelum reaksi berlangsung (t = 0).
Pada saat reaksi berlangsung setengah reaksi (t = t1/2), maka persamaan (1,5) dapat
dituliskan dalam bentuk lain seperti :
½ A0 = A0 – k .t1/2
𝐴𝑜 𝐴𝑜 𝑚𝑜𝑙.𝐿−1
t1/2 = atau k= ; dimensi k =
2𝑘 2𝑡1/2 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

b) Orde Reaksi Tingkat Satu


Reaksi peruraian hydrogen peroksida dalam larutan air, sesuai persamaan
reaksi berikut. Merupakan satu contoh orde satu terhadap H2O2, yang berarti
bahwa [H2O2] pada persamaan lajunya berpangkat satu.
H2O2 (aq) H2O + ½ O2 (g)
Selama reaksi berlangsung, oksigen akan dilepaskan dari campuran sampai reaksi
sempurna. Reaksi ini berlangsung sangat lambat, dan umumnya digunakan katalis

8
untuk mempercepat reaksi. Persamaan laju reaksi adalah laju reaksi = k [H2O2].
Perhatikan reaksi hipotetik berikut :
A hasil reaksi
𝑑(𝐴)
Laju Reaksi, v= =𝑘. [𝐴]𝐼
𝑑𝑡
𝑑𝐴
v=- = k.dt jika persamaan ini diintegralkan maka :
[𝐴]

𝐴 𝑑𝐴 𝐼
-∫𝐴𝑜 = k∫𝐼𝑜 𝑑𝑡
𝐴

- 𝑙𝑛𝐴 = 𝑘. 𝑡 + 𝐶 pada saat t = 0 => C = 𝑙𝑛𝐴𝑜


Sehingga - 𝑙𝑛𝐴 = 𝑘. 𝑡 + 𝐶 ∶ −𝑙𝑛𝐴𝑜 ∶ 𝑙𝑛𝐴𝑜 − 𝑙𝑛𝐴 = 𝑘𝑡, atau
𝑙𝑛𝐴0 - 𝑙𝑛 = k .t
𝐴0
𝑙𝑛 = k .t
𝐴
𝐴0
2, 303 log = k .t
𝐴

𝐴0 𝑘. 𝑡
log =
𝐴 2,303
𝑘. 𝑡
logA0 – log A =
2,303
𝑘. 𝑡
atau log A = log A0 - ……………………………………(1.6)
2,303

Uraian persamaan di atas jika digambarkan dalam bentuk grafik akan


𝑘. 𝑡
memberikan suatu persamaan garis lurus, tg 𝛼 = - . Untuk paruh waktu t1/2.
2,303

Maka A = ½ A0. Dengan demikian persamaan I (1.6) diubah menjadi

9
𝐴0 𝑘. 𝑡
log 1 =
𝐴 2,303
2

𝑘. 𝑡
log 2 =
2,303

2,303 log 2 0,693


t½= = ……………………….(1.7)
𝑘 𝑘
0,693 1 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
k= 1 : Dimensi k = =
𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
2

c) Reaksi Orde Dua


Jika memperhatikan reaksi hipotetik berikut ini, maka persamaan laju
reaksinya menunjukkan nilai pangkat m = 2 untuk pereaksi, A, yang berarti bahwa
reaksi tersebut merupakan reaksi orde dua terhadap pereaksinya.
2A hasil reaksi
𝑑𝐴
Laju reaksi, v = - = k .[A]2
𝑑𝑡
𝑑𝐴
v = - [𝐴]2 = k .dt : jika persamaan ini diintegralkan, maka :
𝐴 𝐴 𝑡
-∫𝐴𝑜 𝑑 𝐴2 = 𝑘 ∫𝑡𝑜 𝑑. 𝑡

1/A = k . t + c, pada saat t = 0 => c = 1/A0


Sehingga 1/A = k . t + 1/A0
Apabila persamaan di atas (1.8) digambarkan dalam bentuk grafik akan
memberikan suatu persamaan garis lurus dengan k sebagai kemiringan kurva, tg
𝛼 = 𝑘.Dan waktu paruh, t1/2, maka A = ½ A0. Dengan demikian persamaan (1,8)
diubah menjadi :
1 1
= k .t1/2 +
𝐴0 𝐴0

2 1
atau - = k . t1/2
𝐴0 𝐴0

10
1
t1/2 = ………………………………………….(1,8)
𝑘 . 𝐴0

1 1
k = ; Dimensi k =
𝑡1/2𝐴𝑜 𝑚𝑜𝑙.𝐿−1 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Contoh Soal :
Apabila konsentrasi hydrogen peroksida 0,78 M, dan laju reaksi sesuai persamaan
reaksi : H2O2(aq) H2O + 1/2O2 (g), adalah 5,7 x 10-4 mol.L-1.det-1. Tentukanlah
besar tetapan laju, k, untuk reaksi orde satu tersebut.
Jawab :
Untuk reaksi orde satu, persamaan laju reaksinya adalah :
v = k . [A]1
𝑣 5,7𝑥10−4 𝑚𝑜𝑙.𝐿−1 .𝑑𝑒𝑡 −1
k= = = 7,3x10-4 det
[𝐻2 𝑂2 ] 0,78𝑀

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Laju suatu reaksi kimia secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor,
amtara lain sifat dan konsentrasi pereaksi, suhu, ukuran partikel (pada reaksi
heterogen), dan katalisator. Berikut ini adalah penjelasan dari semua faktor –
faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
a) Sifat Pereaksi
Sifat – sifat zat, baik sifat kimia maupun sifat fisikanya, merupakan faktor
yang sangat menentukan laju reaksi. Jika zatnya berbeda maka laju reaksinya
dapat berbeda terhadap suatu pereaksi yang sama. Sebagai contoh, logam natrium
dengan air akan bereaksi lebih cepat dibandingkan reaksi logam magnesium
dengan air. Demikian pula jika ke dua logam tersebut direaksikan dengan gas
oksigen. Magnesium dapat bereaksi dengan cepat dengan adanya bantuan nyala,
tetapi logam natrium tidak.

11
Dalam kehidupan sehari – hari, perbedaan laju reaksi sebagai akibat
sifat/bahan yang berbeda, juga dapat diamati dengan mudah. Reaksi antara bahan
logam dengan oksigen, yang popular dengan istilah korosi atau pengkaratan,
berlangsung dengan laju yang sangat lambat. Berbeda halnya dengan proses
oksidasi logam natrium yang berlangsung dengan laju yang sangat tinggi. Jadi,
laju reaksi sangat dipengaruhi oleh sifat zat/bahan yang bereaksi.
b) Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat diterangkan melalui
pendekatan teori tumbukan. Makin besar konsentrasi zat yang terlibat dalam suatu
reaksi berarti makin banyak partikel atau molekul yang bertumbukan. Akibatnya,
jumlah tumbukan persatuan luas, persatuan waktu, juga mengalami kenaikan.
Dengan kata lain, pada keadaan seperti itu laju reaksi bertambah cepat.
Dalam reaksi hipotetik dengan persamaan : A + B C, di mana A dan B
disebut pereaksi, sedangkan C adalah hasil reaksi, maka laju reaksi yang
merupakan pengurangan pereaksi atau pertambahan hasil reaksi persatuan waktu,
dapat diamati pada grafik konsentrasi. Vs waktu berikut. Pada grafik tersebut
tampak bahwa zat – zat yang bereaksi, dalam hal ini A dan B, mengalami
pengurangan jumlah maksimum, A0 atau B0, di awal reaksi (t = 0) sampai pada
konsentrasi tertentu setelah reaksi berlangsung selama waktu tertentu. Sebaliknya,
hasil reaksi mengalami kenaikan yang sebanding dengan pengurangan pereaksi,
dari konsentrasi minimum C0 (c=0 pada t=0) hingga konsentrasi tertentu dengan
waktu yang sama.
Cato Guldberg dan Peter Wage (1864) mengemukakan bahwa pada suhu
tertentu. Laju reaksi homogen pada umumnya berbanding dengan pangkat tertentu
dari konsentrasi masing – masing pereaksinya, yang dinyatakan dalam dimensi
molar.

12
Konsentrasi

Gambar 1.2 Hubungan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi dengan waktu
c) Suhu
Pengetahuan praktis mengajarkan pada kita bahwa reaksi – reaksi kimia
umunya cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Reaksi
pelarutan gula di dalam air, misalnya, akan lebih cepat jika digunakan air panas
dibandingkan jika menggunakan air dingin. Sebaliknya, penurunan suhu dapat
memperlambat reaksi. Hal ini dapat diamati pada reaksi – reaksi biokimia, seperti
proses pendinginan atau pembekuan untuk mencegah pembusukan.
Frekuensi tumbukan akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, dan
hal ini dapat diasumsikan sebagai faktor mempercepat reaksi kimia.
aA + bB hasil reaksi
Pada reaksi hipotetik di atas mempunyai persamaan laju, v = k [A]a [B]b, dan
berdasarkan persamaan Arrhenius, tetapan k merupakan fungsi suhu. Dengan
k = A .e-Ea/RT
tetapan Arrhenius, A, energi pengaktifan reaksi, Ea, tetapan gas, R (0,082
L.atm.mol-1
k-1 atau 1,99 kal.k-1), serta suhu mutlak, T, hubungan antara tetapan k dengan suhu
dapat dipahami. Persamaan di atas (1,9) dapat kembangkan.
lnk = ln A – Ea/RT
lnk – ln A = - Ea/RT

13
− 𝐸𝑎 1
logk – log A = . …………………………………..(1,10)
2,303 𝑇

Gambar 1.3 Grafik hubungan antara log, k dengan 1/T


Dari persamaan Arrhenius
Jika menyimak lebih jauh persamaan (1.10) dapat di indentikkan dengan
persamaan garis lurus, y = m . x + b, dengan tg 𝛼 = -Ea/2,303 R dan log A sebagai
intersepnya, analoginya sebagai berikut :

Gambar 1.4 Ilustrasi penggunaan katalisator pada reaksi kimia, kaitannya


dengan penurunan energy aktivitasi.

14
Peruraian asam formiat (HCOOH) berlangsung dengan laju yang sangat
lambat, karena untuk memecahkan ikatan C-O, salah satu atom hidrogen harus
dipindahkan terlebih dahulu dari salah satu bagian molekul asam format ke bagian
lain. Energi yang dibutuhkan untuk pemindahan tersebut sangat besar, sehingga
energy aktivasinya juga besar, mengakibatkan reaksi berjalan lambat.
Berbeda halnya dengan peruraian asam formiat dengan katalisator asam sesuai
persamaan reaksi berikut, sebuah ion H+ dari larutan.

Mengikatkan diri pada oksigen C-O membentuk kompleks (HCOOH2)+.


Selanjutnya ikatan C-O putus, membentuk molekul dua spesies molekul, yaitu (H-
C-O)+ dan H-O-H, di mana atom H yang terikat pada karbon (H-C-O)+ dilepaskan
kembali ke dalam larutan sebagai ion hidrogen, jalur reaksi ini tidak membutuhkan
pemindahan sebuah atom hidrogen seperti pada proses peruraian tanpa katalisator,
sehingga energi aktivasinya menjadi relative lebih rendah dan reaksi dapat
berlangsung dengan laju yang cepat.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan
waktu, yang memiliki rumusan laju reaksi yang dikenal sebagai hukum laju atau
persamaan laju. Hukum laju menunjukkan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi reaktan. Dalam laju reaksi terdiri dari, orde reaksi tingkat nol, orde reaksi
tingkat satu dan reaksi orde dua. Adapun faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
yaitu: (1) sifat pereaksi (sifat kimia dan sifat fisika) dan (2) konsentrasi

3.2 Saran
Pada pembuatan makalah kami menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber kami akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu kami
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pine, Stanley H, Hendrickson, James B, dkk. 1988. Kimia Organik 1. Bandung:


Penerbit ITB Bandung

Ir. Respati. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Rineka Cipta

Dogra SK, Dogra S. 1990. Kimia Fisik dan Soal – Soal. Umar Mansyur, Penerjemah.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Universitas Indonesia

Sykes, Peter. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Jakarta: PT


Gramedia

Usman, Hanapi, dkk. 2003. Kimia Dasar. Makassar: Universitas Hasanuddin

Muharomah, Nur’aini, dkk. 2017. Chemistry in Education. Universitas Negeri


Semarang. ISSN No 2252-6609:47

Kristianingrum,Susila. 2003. Konsentrasi dan Laju Reaksi. Kinetika Kimia.


No.913/J35: 1-6

Nasution MB, dkk. 2014 Pengamatan Laju Reaksi Terhadap Faktor – Faktor yang
Mempengaruhinya. Chemistry Education. 13A: 5-7

17

Anda mungkin juga menyukai