Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STABILITAS DAN KINETIKA KIMIA

FARMASI FISIK II

Disusun oleh :
Muhamad Rosyid Ridho (18330149)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
ISTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….1

Daftar Isi …………………………………………………………………………………………2

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….3


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4

1.3 Tujuan.………………………………………………………………………………..4

BAB II Pembahasan

2.1 Kecepatan, Orde, dan Molekuleritas Reaksi……………………………………….5


2.2 Kinetika Orde Nol Tampak Praktik Kefarmasian……….………………………..8
2.3 Waktu Paruh Dan Masa Guna……………………………………………………...9
2.4 Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi………………………………..11
2.5 Metode-Metode Orde Reaksi………………………………………………………12

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….……13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari laju
reaksi.Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa cepat atau lambar reaksi
berlagsung.Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa
cepatreaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Dalam makalah ini
menjelaskan mengenai konsep – konsep kinetika kimia tersebut.. Kinetikakimia juga membahas
tentang konsep– konsep kinetika seperti : hukum laju,ordereaksi,tetapan kelajuan, kemolekulan ,
dan faktor yang menyebabkan laju reaksi. Dalammakalah ini juga menjelaskan persamaan laju
reaksi,persamaan laju reaksi adalah persamaanmatematika yang dipegunakan dalam kinetika
kimia yang menghubungkan antara laju reaksidengan konsentrasi reaktan.
Stabilitas dalam arti luas dapat di definisikan sebagai ketahanan suatu produk sesuai
dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan kegunaannya atau umur simpan suatu
produk. Dimana produk tersebut masih mempunyai sifat dan karakteristik yang sama seperti
pada saat permbuatan. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, anatara
lain stabilitas bahan aktif interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan , proses pembuatan
selama pengiriman, penyimpanan penanganan dan jarak waktu antara pemnuatan dan kegunaan.
Faktor lingkungan seperti temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon
dioksida, dan uap air) juga mempengaruhi stabilitas. Demikian pula faktor formulasi seperti
ukuran partikel, sifat dari air dan pelarutnya dapat mempengaruhi stabilitas.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. definisikan kecepatan, orde, dan molekuleritas reaksi
2. bagaimana kinetika orde nol tampak praktik kefarmasian
3. bagaimana menghitung waktu pengaruh dan masa guna produk farmasetika dan obat
4. faktor apa saja yang mempengaruhi kinetika kimia keadaan padat
5. bagaimana metode-motode penstabilan bahan obat

1.3 Tujuan
1. Mendefinisikan kecepatan, orde, dan molekuleritas reaksi
2. Memahami dan menerapkan kinetika orde nol tampak praktik kefarmasian
3. Menghitung waktu pengaruh dan masa guna produk farmasetika dan obat
4. Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika kimia keadaan padat
5. Menguraikan metode-metode penstabilan bahan obat

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kecepatan, Orde, Dan Molekuleritas Reaksi


Laju, viskositas, atau kecepatan reaksi dijelaskan oleh persamaan dcldt.dr adalah
peningkatan atau penurunan konsentrasi pada interval waktu yang sangat kecil
takterhingga,dt. Menurut hokum aksi massa, kecepatan reaksi kimia sebanding dengan hasil
kali konsentrasi molar reaktan-reaktan yang bereaksi, yang masing-masing di beri pangkat
yang biasanya sebesar jumlah molekul, α dari bahan yang mengalami reaksi A dan β dari
bahan yang mangalami reaksi B. untuk reaksi

Aa + Bb +…= produk
kecepatan reaksi adalah
1 𝑑[𝐴] 1 𝑑[𝐵]
kecepatan =− = = k[𝐴+ ][𝐵+ ]
𝛼 𝑑𝑡 𝑏 𝑑𝑡

k adalah konstanta
orde reaksi keseluruhan adalah jumlah eksponen [misalnya a + b dalam persamaan (15-2)]
dari bentuk konsentrasi, A dan B. orde untuk salahsatu reaktan, Aatau B, adalah eksponen a
atau b untuk konsentrasi reaktan tersebut.
Orde reaksi

suatu substansi (seperti reaktan, katalis atau produk) adalah banyaknya faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk persamaan laju reaksi r = k [𝐴𝑋 ][𝐵 𝑦 ] ([A], [B], ... adalah
konsentrasi), orde reaksinya adalah x untuk A dan y untuk B. Orde reaksi secara keseluruhan adalah
jumlah sum x + y + .... Perlu diingat bahwa orde reaksi seringkali tidak sama dengan
koefisien stoikiometri.

Pada reaksi asetat anhidrida dengan etil alcohol untuk membentuk etil asetat dan air,

(CH3 CO)2 O+2C2 H3 OH=2CH3 CO2 C2 H5 + H2 O


Kecepatan reaksi adalah
d[(CH3CO)2O]
Kecepatan = - = k[(CH3 CO)2 O][C2 H5 OH]2
dt

Berapakah orde reaksi untuk asetat anhidrida? Untuk etil alcohol? Berapakah orde
reaksi keseluruhan?

5
Jika alcohol, yang berpesan sebagai pelarut asetat anhidrida dalam reaksi ini,
terdapat dalam jumlah yang sangat berlebih sehingga hanya sejumlah kecil etil alcohol yang
terpakai dalam reaksi, tuliskan persamaan kecepatan proses dan sebutkan orde reaksi.
Jawaban: reaksi tampak seperti orde yang pertama untuk asetat anhidrida dan orde
kedua untuk etil alcohol. Secara keseluruhan, reaksi merupakan orde ketiga. Akan tetapi,
karena alcohol merupakan pelarut, konsentrasi alcohol pada dasarnya tetap konstan, dan
persamaan kecepatan dapat di tulis sebagai berikut

d[(CH3CO)2O]
- = k[(CH3 CO)2 O]
dt

Oleh karena itu, secara kinetis, reaksi ini adalah reaksi orde pertama semu, seperti di
catat oleh glasstone.

Molekuleritas
Suatu reaksi yang orde keseluruhan terukur dapat di anggap terjadi melalui beberapa
tahap atau reaksi dasar. Setiap reaksi dasar memiliki stoikiometri yang memberikan
informasi tentang jumlah molekul yang bereaksi dalam tahap tersebut. Karena orde suatu
reaksi dasar memberikan informasi tentang jumlah molekul yang bereaksi dalam tahap
tersebut, orde ini lazim disebut sebagai molekuleritas reaksi dasar. Sebaliknya, bila suatu
reaksi berlangsung melalui beberapa tingkat, isitilah molekuleritas tidak digunakan untuk
hokum kecepatan yang teramati: satu tahap dapat melibatkan dua molekul, tahap keduanya
hanya satu molekul, dan tahap berikutnya satu dan dua molekul. Oleh sebab itu, orde dan
molekuleritas biasanya identic hanya untuk reaksi dasar. Reaksi bimolekuler dapat
merupakan orde kedua atau bukan.
Secara sederhana, molekuleritas adalah jumlah molekul, atom, atau ion yang
bereaksi dalam proses dasar. Proses ini dalam reaksi

Br2 → 2 Br
Merupakan proses unimolekuler karena molekul tunggal, Br2 terurai membentuk dua atom
bromin. Dalam reaksi tahap tunggal

H2 + I2 → 2HI
Proses dikatakan bimolekuler karena dua molekul, satu H2 dan satu I2, harus bereaksi
bersama, jarang terjadi.
Reaksi kimia yang berlangsung melalui lebih dari satu tahap dikenal sebagai reaksi
kompleks. Orde keseluruhan yang ditentukan secara kinetis mungkin tidak indentik dengan

6
molekuleritas karena reaksi terdiri atas beberapa tahap, yang masing-masing
memilikimolekuleritas sendiri.

2.2 Kinetika orde nol tampak praktik kefarmasian


Reaksi orde nol
Garrett dan 𝑐𝑎𝑝𝑒𝑟 2 menemukan bahwa hilangnya warna produk multisulfa
(sebagaimana terlihat pada penurunan serapan spektrofotometrik pada panjang gelombang
500 nm) mengikuti kecepatan orde nol. Oleh sebab itu, kecepatan perubahan serapan A
seiringin berjalannya waktu dapat di nyatakan dengan
𝑑𝐴
− = 𝑘0
𝑑𝑡

Tanda negatif bertanda serapan berkurang (yaitu warna memudar). Velositas pemudaran
terlihan konstan dan tidak bergantung pada konsentrasi zat warna yang digunakan.
Persamaan kecepatan dapat diintegralkan antar serapan awal, 𝐴0 warna asli sediaan pada t =
0 dan setelah serapan t jam,A;
𝐴 1
∫𝐴 𝑑𝐴 = −𝐾0 ∫0 𝑑
0

Atau

𝐴1 = 𝐴0 - 𝐾0 i

Konstanta kecepatan spesifik


Konstanta, k, yang muncul dalam hokum kecepatan untuk reaksi tahap tunggal (dasar)
disebut konstanta kecepatan spesifik reaksi tersebut. Perubahan padakondisi reaksi
(misalnya, perubahan temperature atau pelarut) atau perubahan kecil pada satu spesi yang
bereaksi dengan menghasilkan suatu hokum kecepatan yang memiliki nilai konstanta
kecepatan spesifik yang berbeda. Berdasarkan percobaan, perubahan konstanta spesifik yang
berhubungan dengan perubahan kemiringan garis (slope) yang dihasilkan persamaan
kecepatan. Variasi konstanta kecepatan spesifik memiliki makna fisik yang besar karena

7
pada perubahan konstanta ini biasanya menggambarkan konstanta pada tingkatmolekuler
sebagai akibat variasi kondisi reaksi.
Konstanta kecepatan yang diperoleh di reaksi yang terdiri atas sejumlah tahap yang
menunjukan molekuleritas yang berbeda merupaka fungsi konstanta kecepatan spesifik
untuk berbagai tahap. Setiap perubahan pada sifat sebuah tahap akibat modifikasi kondisi
reaksi atau modifikasi sifat molekul yang ikut bereaksi dalam tahap itu dapat menyebabkan
perubahan pada nilai konstanta kecepatan secara keseluruhan. Variasi konstanta kecepatan
keseluruhan dapat digunakan untuk memberikan informasi berguna tentang sebuah reaksi.
Akan tetapi, cukup sering terjadi bahwa apa pun yang mempengaruhi satu konstanta
kecepatan spesifik akan mempengaruhi yang lain; oleh sebab itu, cukup sulit menjelaskan
kebermaknaan variasi konstanta kecepatan keseluruhan untuk reaksi-reaksi ini

Satuan konstanta kecepatan dasar


Untuk memperoleh satuan konstanta kecepatan untuk hokum kecepatan orde nol,
pertama, dan kedua, persamaan yang menyatakan hokum tersebut disusun ulang untuk
memperoleh konstanta yang dinyatakan dalam bentuk variable persamaan. Jadi, untuk reaksi
orde nol,

𝑑𝐴 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
K= - =
𝑑𝑡 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑜𝑙
= = 𝑚𝑜𝑙 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 −1 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Untuk reaksi orde pertama,


𝑑𝐴 1 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
K= =
𝑑𝑡 𝐴 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
1
= = 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Dan untuk reaksi orde kedua,


𝑑𝐴 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
K =- =
𝑑𝑡 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)2

8
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= = 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1 𝑚𝑜𝑙−1
𝑚𝑜𝑙 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
A adalah konsentrasi molar reaktan. Satuan mol/liter mudah di ubah kesatuan lain (misalnya,
tekanan dalam atsmosfer) untuk mendapat satuan yang tepat untuk konstanta kecepatan bila
kuantitas yang diukur bukan konsentrasi.

2.3 Waktu Paruh Dan Masa Guna


Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari material
menghilang istilah ini menujukan ketika A telah berkurang menjadi ½ A. Masa guna adalah
waktu yang dibutuhkan untuk 10% dari material menghilang istilah ini menunjukan waktu
ketika A telah berkurang menjadi 90% dari konsentrasi awal (yaitu 0.9A)
Masa guna (disebut juga periode sebelum tanggal kedaluarsa) adalah periode waktu suatu
produk obat diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang di stujui digunakan , ssepanjang
produk obat itu disimpan dalam kondisi disebutkan pada label wadah.
Reaksi orde pertama
Pada tahun 1918, harned memperlihatkan bahwa kecepatan peruraian hidrokarbon peroksida
yang di katalisis oleh 0,02 M KI sebanding dengan konsentrasi hidrogen peroksida yang
tersisa dalam campuran reaksi pada setiap saat . data untuk reaksi
2𝐻2 𝑂2 = 2 𝐻2 +𝑂2

Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap lajureaksISuatu reaksi


dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika lajureaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itudilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31
atau 3 kali lebih besar

Walaupun dua molekul hidrogen peroksida muncul dalam persamaan stoikiometri seperti
yang dituliskan dalam reaksi, reaksi diketahui merupakan orde pertama.

9
Waktu paruh orde pertama
Suatu larutan obat mengandung 500 satuan/ml ketika dibuat larutan tersebut dianalisis
setelah 40 hari dan ditemukan mengandung 300 satuan/ml. Dengan menganggap bahwa
reaksi penguraian adalah orde pertama, kapankah obat terurai menjadi setengah dari
konsentrasi awal?
2,303 500
K= 𝑙𝑜𝑔 = 0,0128 ℎ𝑎𝑟𝑖 −1
40 300
2,303 500
t= 𝑙𝑜𝑔 = 54,3 hari
0,0128 250
Reaksi orde kedua
Kecepatan reaksi bimolekuler yang terjadi apabila dua molekul bereaksi

A + B → produk

Sering kali digambarkan dengan persamaan orde kedua. Apabila kecepatan reaksi bergantung
pada konsentrasi A dan B, yang masing-masing mempunyai pangkat pertama, kecepatan
peruraian A sama dengan kecepatan peruraian B. kecepatan peraraian keduanya sebanding
dengan hasil kali konsentrasi reaktan :
𝑑[𝐴] 𝑑[𝐵]
- = = k [A][B]
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Jika a dan b berturut-turut adalah konsentrasi awal A dan B dan x adalah konsentrasi spesi yang
beraksi dalam waktu, hokum kecepatan dapat di tulis
𝑑𝑥
= k(a-x)(b-x)
𝑑𝑡

Orde tampak atau orde semu

10
Orde “tampak” atau “semu” menggambarkan situasi saat salah satu reaktan terdapat dalam
jumlah yang sangat berlebih atau tidak mempengaruhi reaksi keseluruhan dan dapat
dipertahankan konstan sebagai obat banyak reaksi peruraian hidrolisis molekul obat adalah
orde kedua. Jumlah air yang ada biasanya melebihi yang dibutuhkan untuk reaksi
berlangsung dengan konsentrasi air pada dasarnya konstan disepanjang reaksi. Dan kasus
ini, reaksi orde kedua berperilaku seperti orde pertama dan disebut reaksi orde pertama
tampak atau semu.

Suspensi kinetika nol tampak


Suspensi adalah contoh lain kinetika orde nol. Untuk sediaan ini konsentrasi obat dalam
larutan bergantung pada kelarutan obat. Selama obat terurai dalam larutan, obat terus
dilepaskan oleh partikel-partikel tersuspensi sehingga konsentrasi tetap konstan. Konsentrasi
ini, tentu saja, adalah kelarutan kesetimbangan obat dalam pelarut tertentu dan temperature
tertentu. Poin pentingnya adalah jumlah obat dalam larutan tetap konstan meskipun terjadi
peruraian seiring berjalannya waktu.

2.4 Factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:


 Konsentrasi
Kecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan memainkan
peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi tertentu. Konsentrasi
mempengaruhilaju reaksi karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak
tumbukan, dan itumembuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.
 Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy
kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan
efektifyang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila
molekul bertumbukan dengan energy yang cukup besar, disebut energy aktivasi. Untuk
memutusikatan dan mengawali reaksi, konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan
oleh persamaan Arrhenius.

k = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇
keterangan:
Ea = energy aktivasi
T = suhu mutlak
A = frekuensi tumbukan

11
 Luas Permukaan
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat,
semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya
tumbukanefektif menghasilkan perubahan.Semakin luas permukaan zat, semakin kecil
ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakincepat
 Katalis
Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalamn reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi
iasendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul
dalamlaju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat
mempengaruhihukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada.Katalis
menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangatsedikit.
Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akanmempercepat
reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan(Oxtoby, 2001).

2.5 Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode

1. Metode substansi.
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksidisubtitusikan ke
dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu
menghasilkan menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas- batas
variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2. Metode grafik.

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui ordereaksi
tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi
adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t
menghasilkangaris lurus. Suatu reaksi orde-kedua akan memberikan garis lurus
bila 1/(a-x) diplotterhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-
x)2 terhadap t

3. Metode waktu paruh


Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengankonsentrasi awal, a. Waktu paruh
reaksi orde pertama tidakbergantung pada a; waktu paruh untuk reaksi orde kedua,dimana
a = b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi ordeketiga, dimana a = b = c, sebanding
dengan 1/a². Umumnyaberhubungan antar hasil di atas memperlihatkan waktu paruhsuatu
reaksi dengan konsentrasi seluruh reaktan sama .

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stabilitas
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat
fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
temperature yang tidar sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa
faktor lainnya juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH,
kelarutan, dsn bshsn tsmbshsn kimia. Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel
paracetamol adalah 1821,500015 menit atau 31 jam.
Kinetika kimia
laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi yang digunakan. Semakin besar
konsentrasi yang digunakan semakin besar laju reaksi dan semakin kecil konsentrasi
semakin kecil pula laju reaksi.
Pengaruh suhu konsentrasi, dan katalis terhadap laju reaksi, semakin besar suhu dalam
reaksi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Demikian halnya konsentrasi, semakin besar
konsentrasi maka laju reaksi akan semakin cepat dan semakin banyak katalis yang
dimasukan dalam suatu reaksi, maka konstanta akan semakin besar, sehingga laju reaksi
semakin cepat.
Hukum laju reaksi dalam larutan berair yaitu dengan menentukan orde reaksi masing-
masing reaktan. Hukum dinyatakan dalam bentuk:

V = k[𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛 [𝐶]𝑜

13
DAFTAR PUSTAKA
Sindo, P. J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5, diterjemahkan
oleh Tim Ahli Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai