Anda di halaman 1dari 14

Efek Lokal Obat

(Pengaruh Obat Terhadap Membran Dan Kulit Mukosa)

Dosen:
Aunin Wulandari, M.Sc., Apt.
Rika Veryanti, M.Farm-Klin., Apr.
Theodora, M.Farm., Apt.

Nama : Rahmad Niki Saputro


NIM : 18330127
Kelas : Praktikum Farmakologi – A

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI S1 FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ tubuh yang letaknya paling luar dan merupakan batas dari
lingkungan hidup manusia. Kulit tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Kulit membuat
sebuah barrier yang memisahkan organ-organ dalam dengan lingkungan luar, dan ikut
berpartisipasi dalam banyak fungsi penting. Kulit menyambung dengan membran mukosa pada
ostium eksternal sistem digestivus, respiratorius, dan urogenitalis. Karena terjadinya kelainan
pada kulit mudah terlihat, keluhan dermatologi sering menjadi alasan utama pasien dalam
mencari pelayanan kesehatan.
Membran mukosa merupakan lapisan bagian dalam kulit, yang tertutup pada epitelium,
dan ikut terlibat pada proses absorpsi dan sekresi. Membran ini yang melindungi bermacam-
macam rongga pada tubuh yang berhubungan dengan lingkungan luar, dan organ internal.
Membran ini melapisi bagian tubuh oleh paparan lingkungan luar dan melapisi organ bagian
dalam. Fungsi dari membran mukosa antara lain:
a. melindungi, melembabkan dan melicinkan lapisan sehingga tidak kering.
b. menangkap kuman, debu dan kotoran sehingga dapat dibuang oleh tubuh.
c. membantu penyerapan zat zat nutrisi terutama pada mukosa usus.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Memahami efek lokal dari berbagai obat/ senyawa kimia terhadap kulit dan membrane
mukosa berdasarkan cara kerja masing-masing; serta dapat diaplikasikan dalam praktek dan
dampaknya sebagai dasar keamanan penanganan bahan.
2 Memahami sifat dan intensitas kemampuan merusak kulit dan membrane mukosa dari
berbagai obat yang bekerja lokal.
3 Menyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat yang dipakai secara lokal.
1.3 Prinsip Percobaan

1. Zat-zat yang mengugurkan bulu bekerja dengan cara memecahkan ikatan S–S pada keratin
kulit, sehingga bulupada akan mudah gugur atau rontok.
2. Zat-zat korosif bekerja dengan cara mengendapkan protein yang ada pada jaringan kulit,
sehingga kulit/ membran mukosa pada kulit akan rusak.
3. Fenol akan memperlihatkan efek lokal yang berbeda pada berbagai jenis pelarut, karena
koefisien partisi yang berbeda-beda dalam berbagai pelarut dan juga karena pengaruh
penetrasi fenol ke dalam jaringan permeabilitas kulit .
4. Zat – zat yang bersifat adstringen bekerja dengan cara mengkoagulasi protein, sehingga
permeabilitas pada sel – sel kulit/ membran mukosa yang dilaluinya menjadi turun, akibat
sensititivitas di bagian tersebut menurun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi lokal merupakan obat yang kerjanya mencegah hantaran impuls pada sistem
saraf pusat. Efek obat yang timbulkan pada membran dan kulit mukosa tergantung pada jumlah
obat yang bisa diserap di permukaan kulit dan membran dan juga kelarutan obat di dalam lemak
karena di bagian epidermis kulit merupakan sawar lemak. Pada bagian kulit yang terkelupas/
luka maka absorpsi yang terjadi jauh lebih mudah. Obat yang digunakan bisa memberikan efek
menggugurkan bulu korosif. Adstrigen dan fenol, kedua obat tersebut memberikan efek lokal
pada membran dan kulit mukosa. Sifat dan penggunaan beberapa obat yang dipakai secara lokal
adalah sebagai berikut:
- Zat yang dapat menggugurkan bulu; bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada keratin
kulit sehingga bulu mudah gugur dan rusak.
- Zat korosif; bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit melalui reaksi oksidasi
sehingga kulit dan membrane mukosa akan rusak.
- Zat astringen; bekerja dengan cara mengkoagulasikan protein sehingga permeabilitas sel
pada kulit dan membran mukosa menjadi turun.
- Fenol dalam berbagai pelarut akan menunjukkan efek lokal yang berbeda pula; yang
dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit sehingga
mempengaruhi penetrasi fenol ke dalam jaringan.
Zat yang digunakan diantaranya :
a. Fenol ( C6H5OH )
Fenol merupakan suatu hablur bentuk jarum/ massa hablur, tidak berwarna/ putih/ merah
jambu, berbau khas, akan cair dengan penghangatan dan dengan penambahan 10% air. Akan
mendidih pada lebih 1820C, uapnya mudah sekali terbakar pada konsentrasi 0,5 – 1% dalam
larutan dipakai untuk anestetik lokal. Larutan 5 % digunakan untuk desinfektan. Fenol
mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6H5OH, ini dihitung
terhadap zat anhidrat yang mengandung stabilisator yang sama.
b. Veet cream
Tersusun atas air, glyceril alcohol, potasium, tioglikolat, kalsium hidroksida, sodium
magnesium silikat, pengharum, PPG – 15, steril eter, Mg trisiklat, titanium dioksida, propilen
glikol, kapolimer, minyak mineral, sweet almond oil, sodium glikonat, pigmen merah
c. AgNO3
AgNO3 selain bekerja sebagai bakterisid juga mempunyai sifat korosif dan adstringen.
Larutan AgNO3 1% dipakai untuk perlindungan terhadap blenorea pada bayi yang baru lahir
(profilaksis Lrede). Larutan AgNO3 P/ batang AgNO3 dipakai sebagai korosif. Lama kerja serta
dalamnya penetrasi dibatasi oleh jaringan ion klorida, yang dengan AgNO3 membentuk suatu
endapol mengandung tian AgCl. Garam perak sulfonamide, sulfadiazine, perak sulfadiazine,
Flamazine, terutama digunakan untuk luka bakar, senyawa perak protein asetilanat (targesin)
dalam betuk tetes mata berfungsi pada penanganan konjungtivitas.
d. Tanin
Tanin mempunyai efek adstringen dimana bisa diserap melalui mukosa dan juga mempunyai
sifat yang bisa menyebabkan presipitasi protein pada permukaan sel dengan daya penetrasi yang
rendah sehingga hanya permeabilitas membran sel yang dipengaruhi. Tanin juga dapat
menyebabkan nekrosis pada hati.
e. Etanol
Pemeriannya cairan mudah menguap, jernih dan tidak berwarna. Berbau khas dan
menghasilkan rasa seperti terbakar bila terkena lidah. Etanol memiliki sifat yang mudah
menguap walau pada suhu yang rendah, mendidih pada suhu 78°C, dan mudah terbakar.
f. Glyserin
Pemerian dari cairan ini adalah jernih seperti sirup, rasanya manis, tidak berwarna, berbau
khas yang lemah, bersifat higroskopis, dan netral terhadap kertas lakmus. Dapat bercampur
dengan air dan dengan etanol, tidak larut CHCl3 dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
g. Adstringen
Adstrigen merupakan senyawa dengan kandungan protein pada suatu larutan asam lemah
atau netral, memiliki bentuk endapan yang tidak larut, dan terasa kesat. Bekerja menciutkan pada
mukosa. Zat ini dapat mengakibatkan perapatan dan penciutan lapisan terluar sel juga
menghambat sekresi jaringan yang meradang. Pada pecobaan efek obat pada membran mukosa
ini digunakan berbagai reagen yang dibuat seperti H2SO4(p), HCL (p), NAOH, Tanin, AgNO3,
Fenol 5 % dalam gliserin, Fenol 5 % dalam minyak lemak dan veet cream.
h. H2SO4 pekat
Pemerian dari asam sulfat merupakan cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau
sangat tajam dan bersifat korosif. Dapat menimbulkan panas yang berlebih jika asam sulfat
bercampur dengan air.
i. HCL pekat
Asam klorida atau HCL berbentuk sebuah cairan yang tidak berwarna, bau merangsang,
berasap, dan asap akan hilang jika diencerkan dengan 2 bagian volume air.
j. NaOH
NaOH merupakan suatu serpihan atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur, berwarna putih/praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet. NaOH memiliki basa kuat
dan korosif. Karbon dioksida akan cepat menguap dan lembab bila dibiarkan di udara pada
waktu yang lama. Hati – hati dalam pemakaian NaOH karna dapat merusak jaringan dengan
cepat.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

a. Menggugurkan Bulu
Hewan coba : Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200-
300 g
Obat : - Veet cream
- Larutan NaOH 20%
- Larutan Na2S 20%
- Kertas saring
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch
b. Korosif
Hewan coba : Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200-
300 g
Obat : - Larutan AgCl2 5%
- Larutan fenol 5%
- Larutan NaOH 10%
- Larutan H2SO4 pekat
- Larutan HCl pekat
- Larutan AgNO3 1%
- Kertas saring
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch
c. Astringen
- Larutan tanin 1%
d. Efek Lokal Fenol
- Larutan fenol 5%
3.2 Prosedur Percobaan

a. Menggugurkan Bulu
1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.
2. Ambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan; masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 cm.
3. Letakkan potongan kulit tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas saring.
4. Catat bau asli/ awal dari obat yang digunakan.
5. Oleskan/ teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut.
6. Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat dengan bantuan
batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.
b. Korosif
1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.
2. Ambil ususnya lalu dibuat enam potongan; masing-masing berukuran 4-5 cm.
3. Letakkan potongan usus tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas saring.
4. Teteskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam.
5. Rendam selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, amati efek korosif/ kerusakan jaringan setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.
c. Astringen
1. Mulut praktikan dibilas/ dikumur dengan larutan tannin 1%.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami di mulut.
3. Catat dan tabelkan pengamatan.
d. Efek lokal fenol
1. Celupkan empat jari tangan selama 5 menit ke dalam larutan fenol yang tersedia.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami jari tangan (rasa tebal, dingin, panas).
3. Jika jari terasa nyeri sebelum 5 menit, angkat segera dan bilas dengan etanol.
4. Catat dan tabelkan pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
1. Efek Menggugurkan Bulu
Efek
Percobaan Bahan Obat Gugur Bulu
Bau Awal
(catat waktu saat mulai gugur bulu)
Veet cream
Bau khas wangi 8 menit 25 detik

Menggugurkan Larutan
Kulit tikus Tidak berbau 30 menit
bulu NaOH 20%
Larutan NaS Bau khas
15 menit
20% menyengat

Efek
Percobaan Bahan Obat
Sifat Korosif Kerusakan pada Jaringan
Larutan fenol 5% Korosif Usus kaku pucat, dan
mengkerut
Larutan NaOH 10% Sangat Korosif Usus menipis, lembek, dan
menghitam
Usus Larutan H2SO4 pekat Sangat korosif Usus menghitam, menciut
Korosif
tikus dan hancur
Larutan HCl pekat Korosif Usus kaku pucat dan
mengkerut
Larutan AgNO3 1% Korosif Usus kaku pucat dan
memendek
2. Efek Korosif

3. Efek Lokal Fenol


Efek Sensasi Jari
Percobaan Bahan Obat Tangan (rasa tebal,
dingin, panas)
Fenol dalam berbagai Jari tangan Larutan fenol 5% dalam air Dingin
pelarut
Larutan fenol 5% dalam etanol Dingin, tebal

Pembahasan
Anestesi membran mukosa kulit merupakan obat yang menghambat hantaran saraf dengan
kadar cukup. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi bagian sistem saraf pusat. Pemisahan
anestetik lokal pada batang saraf mengakibatkan peralisis motorik dan sensorik pada daerah yang
dipersarafi. Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi kulit dan tidak merusak jaringan saraf
secara permanen.
Pada percobaan ini bahan obat yang digunakan dalam uji pengaruhg obat terhadap
membran dan kulit mukosa antaranya veet cream, NaOH dan larutan NaS 20 %. Pada uji coba
penggunaan bulu, pada zat korosif digunakan larutan fenol, larutan NaOH 10%, H2SO4 pekat,
HCL pekat dan AgNO3 1%, kemudian pada efek lokal fenol digunakan larutan fenol 5% dalam
air dan larutan fenol 5% dalam etanol serta mencit yang kan dikorbankan terlebih daulu dalam
percobaan. Pengorbanan pada mencit dapat dilakukan dengan cara anestesi lokal maupun dengan
cara dislokasi lokal.
Fenol merupakan suatu hablur bentuk jarum/ massa hablur, tidak berwarna/ putih/ merah
jambu, berbau khas, akan cair dengan penghangatan dan dengan penambahan 10% air. Akan
mendidih pada lebih 1820C, uapnya mudah sekali terbakar pada konsentrasi 0,5 – 1% dalam
larutan dipakai untuk anestetik lokal.
Larutan AgNO3 P/ batang AgNO3 dipakai sebagai korosif. Lama kerja serta dalamnya
penetrasi dibatasi oleh jaringan ion klorida, yang dengan AgNO3 membentuk suatu endapol
mengandung tian AgCl.
Tanin mempunyai efek adstringen dimana bisa diserap melalui mukosa dan juga
mempunyai sifat yang bisa menyebabkan presipitasi protein pada permukaan sel dengan daya
penetrasi yang rendah sehingga hanya permeabilitas membran sel yang dipengaruhi.
H2SO4 atau asam sulfat merupakan cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau
sangat tajam dan bersifat korosif. Dapat menimbulkan panas yang berlebih jika asam sulfat
bercampur dengan air.
NaOH merupakan suatu serpihan atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur, berwarna putih/praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet. NaOH memiliki basa kuat
dan korosif. Karbon dioksida akan cepat menguap dan lembab bila dibiarkan di udara pada
waktu yang lama. Hati – hati dalam pemakaian NaOH karna dapat merusak jaringan dengan
cepat.
Zat yang dapat menggugurkan bulu bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada keratin
kulit sehingga bulu mudah gugur dan rusak. Sedangkan zat korosif bekerja dengan cara
mengendapkan protein kulit melalui reaksi oksidasi sehingga kulit dan membrane mukosa akan
rusak.
Pada praktikum kali ini didapat hasil untuk efek menggugurkan bulu Veet cream
menunjukan efek paling cepat dalam menggugurkan bulu yaitu 8 menit 25 detik, kedua adalah
larutan NaS dengan waktu 15 menit, dan NaOH 30 menit. Hal ini dikarenakan veet cream pada
dasarnya digunakan untuk menggugurkan bulu karena komposisi dari veet cream sendiri yang
bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada keratin kulit, sehingga bulu mudah gugur.
Sedangkan pada NaS dan NaOH juga bekerja dengan memecah ikaran S-S pada keratin kulit
tetapi efeknya tidak secepat veet cream.
Kemudian untuk efek korosif menggunakan obat-obat yaitu larutan fenol, larutan NaOH,
H2SO4, HCL, dan AgNO3. Dari beberapa larutan itu didapat hasil larutan HCL pekat dan fenol
menimbulkan efek korosif yang menyebabkan kerusakan pada jaringan berupa usus kaku pucat
dan mengkerut, kemudian pada larutan AgNO3 menimbulkan efek korosif yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan berupa usus pucat dan memendek. Lalu untuk larutan NaOH dan
H2SO4 menimbulkan efek korosif yang lebih parah dari bahan lain atau bersifat sangat korosif,
pada NaOH terjadi kerusakan pada jaringan berupa usus menipis, lembek, dan menghitam. Dan
pada H2SO4 terjadi kerusakan pada jaringan berupa usus menghitam, menciut dan hancur.
Kemudian pada efek lokal fenol dilakukan dengan mencampurkan fenol ke dalam air dan
etanol lalu rasakan efek sensasi yang terjadi dengan jari. Pada campuran fenol dan air efek yang
ditimbulkan adalah rasa dingin pada jari, hal tersebut dikarenakan larutan fenol besifat sebagai
asam lemah sedangkan air bersifat netral sehingga akan terjadinya reaksi oksidasi. Sedangkan
pada campuran fenol dan etanol efek yang ditimbulkan adalah rasa dingin dan tebal pada jari.
Campuran fenol dan etanol menimbulkan efek yang lebih parah.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengaruh obat terhadap membran dan kulit mukosa bekerja dengan memperngaruhi
hantaran saaraf apabila dikenakan secara lokal dengan kadar yang sesuai.
2. Percobaan Pengaruh obat terhadap membran dan kulit mukosa dapat dilakukan dengan
pengguguran bulu, korosif dan efek lokal fenol.
3. Pengguguran bulu sangat cepat dengan pemberian veet cream, korosif dengan
menggunakan H2SO4 pekat, dan efek lokal fenol dengan pemberian fenol 5 % dalam
etanol.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.
2. Katzung, B.G.,1998. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 351
3. Siswandono dan Soekardjo.B.1995, Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangangga Press.
4. Tim departemen farmakologi FKUI.2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta.
5. Tim pengajar. 2011. Praktikum perkembangan Hewan pemberian Obat pada hewan Uji.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai